Can I Love Him?

.

.

.

Naruto © Masashi Kishimoto

Disclaimer : Naruto milik Masashi Kishimoto, saia cuma numpang minjem

Rated T

Genre : Romance, Hurt and Comfort

Pair : NaruHina, slight GaaHina

Warning : Typo, OOC, plus rada-rada gaje hihi~

.

.

.

Chapter 1 : Get Back My First Kiss?!

Seorang gadis berumur tiga belas tahun tengah duduk di sebuah kebun bunga. Jari-jari mungilnya memainkan bunga-bunga yang ada disana, mata lavendernya berbinar-binar melihat hamparan bunga yang kini mengelilinginya, sampai..

"Hinata Nee-chan?!"

Sebuah teriakan mengejutkannya, gadis berambut indigo pendek itu menghentikan kegiatannya tadi dan segera memandang ke arah suara itu berasal.

"Naruto-kun?" bisiknya kecil, melihat seorang anak kecil berumur sembilan tahun datang menghampirinya.

Ingin ia berteriak memanggil nama pemuda kecil itu sampai, mata lavendernya menangkap wajah Naruto yang kini semakin mendekat terlihat murung dan marah?

Pemuda kecil itu semakin mendekatinya dan..

Grep, sebuah pelukan erat menghampiri Hinata yang hanya bisa terkejut melihat pemuda kecil berambut pirang ini telah memeluknya sekarang.

"Na..Naruto-kun kenapa kau tiba-tiba memeluk Nee-chan?" tanya gadis itu sedikit gugup.

"Kenapa Hinata Nee-chan tidak bilang kalau lusa akan pergi jauh?!" seru pemuda kecil aka Naruto Namikaze.

Hinata sedikit tersentak mendengar perkataan Naruto, mata lavendernya pun langsung meredup. Dengan perlahan ia melepaskan dan menatap pemuda pirang di depannya itu.

"Dari mana kau tahu?" tanyanya lagi.

Naruto menggeleng keras, "Itu tidak penting! Hinata Nee-chan harus ada disini bersamaku!" teriaknya semakin keras.

"Tidak bisa Naruto-kun, kalau nanti Nee-chan tidak ikut Kaasan dan Tousan. Lalu dimana Nee-chan akan tinggal?" ujar Hinata polos seraya menyentuh pipi tan Naruto. Pemuda kecil itu sudah mulai terisak.

"Hinata Nee-chan tinggal bersamaku saja!" kilahnya. Mata Saphire Naruto memandang lekat pada Hinata, pipinya yang mengembung kecil membuat Hinata mau tak mau tersenyum kecil.

"Nanti Nee-chan tidur dimana dong?" tanyanya kembali.

Naruto dengan cepat menjawab pertanyaan Hinata, "Hinata Nee-chan tidur di kamarku, terus supaya nanti aku bisa peluk-peluk Nee-chan kalau tidur!" jawab pemuda kecil itu polos, membuat pipi Hinata mau tak mau memerah.

Hinata kembali menggeleng kecil, "Tidak bisa Naruto-kun, Nee-chan kan tidak mau berpisah dengan Tousan dan Kaasan~" ujarnya.

"..."

Naruto kecil memandang wajah Hinata yang ikut tersenyum lesu, mata lavender gadis itu pun meredup menandakan Hinata juga pasti sedih kalau berpisah dengannya. Akhirnya dengan hati yang masih kusut Naruto mengusap air matanya.

"Baiklah kalau begitu!" serunya dan kemudian berlari kecil meninggalkan Hinata. Gadis indigo itu tersentak kaget.

'Naruto-kun pasti marah..' batinnya, menundukkan kepalanya seraya menahan agar air matanya tidak jatuh.

"..."

"Hinata Nee-chan!"

Ia kembali mengadahkan wajahnya dan ..

Hinata terpekik kaget melihat Naruto yang kembali menghampirinya, "Na..Naruto-kun, bukannya kau marah dengan Nee-chan?!" tanyanya sedih, sampai...

Gadis itu dapat melihat sekilas pemuda pirang itu tengah memegang sesuatu di belakang punggungnya.

"Aku tidak marah kok Hinata Nee-chan!" ujar Naruto sambil memperlihatkan cengiran rubahnya yang seperti biasanya.

"La..lalu.."

"Aku ingin memberikan ini untuk Hinata Nee-chan." Perlahan-lahan Hinata dapat melihat Naruto mengeluarkan sesuatu dari balik tangannya. Dan..

"I..Ini.."

Sebuah cincin kecil yang terbuat dari dahan-dahan pohon bertahtakan bunga kecil di tengahnya. Gadis indigo itu kembali terkaget-kaget. Mata lavendernya menatap wajah Naruto yang kini tersenyum lebar.

"Kalau nanti Hinata Nee-chan kembali lagi Ke Konoha, Aku pasti akan memberikan cincin yang asli pada Nee-chan. Jadi tunggu saja!" teriak Naruto senang.

Hinata masih menatap pemuda kecil di depannya ini. Antara percaya atau tidak dengan ucapannya, mengingat umur Naruto yang empat tahun di bawahnya. Gadis itu berpikir pasti nanti setelah ia kembali bisa saja Naruto sudah menemukan gadis yang lebih pantas dari pada dirinya.

Tapi untuk kali ini begitu melihat wajah Naruto yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri tersenyum lebar dengan wajah yang semakin terlihat imut di matanya membuat Hinata tidak bisa menolak permintaan pemuda kecil itu.

Akhirnya ia mengangguk kecil, "Baiklah Naruto-kun, akan Nee-chan tunggu~" ujarnya seraya tersenyum kecil.

"Janji ya Hinata Nee-chan?!"

"Janji~"

ooooooOOooooo

Kring! Kring!

"Hmm~"

Suara dering jam weker membangunkan gadis berambut indigo itu dari mimpinya indahnya, Dengan sedikit merenggangkan otot-otot badan dan mengerjap-ngerjapkan matanya. Akhirnya ia beranjak dari tempat tidur. Mata lavendernya masih mengantuk sampai..

"Hinata, cepat bangun!" suara teriakan dari bawah kamarnya mengagetkan gadis itu, membuatnya terbangun sepenuhnya.

"I..iya!" jawabnya cepat.

Hinata Hyuga gadis berumur dua puluh satu tahun, wajahnya yang semakin cantik di sertai dengan mata lavendernya menambah aksen kecantikannya. Kini setelah hampir sembilan tahun tinggal di Suna meninggalkan kota kelahirannya, gadis itu akhirnya kembali lagi ke sini. Ya kembali ke Konoha.

Dengan cepat Hinata menyambar handuk berwarna birunya dan segera memasuki kamar mandi, berharap ia tidak telat untuk bekerja di tempat barunya. Kalian pasti agak bingung kenapa gadis berumur dua puluh satu tahun bisa berkerja di usia semuda ini, jawabannya sebenarnya simple sekali. Di bekali dengan kepintaran otak sejak kecil yang diturunkan dari Kaasannya dan Tousannya, gadis itu bisa lulus dengan nilai yang sangat memuaskan.

"Aku harus cepat!" pekiknya kecil, berusaha menepis semua mimpi tadi tentang masa kecilnya dulu.

OoOoOoOoO

Sampai tiga puluh menit kemudian, gadis indigo itu segera keluar dari kamarnya. Berdandan seperlunya, rambutnya yang diikat ke atas, dan ditambah pakaian layaknya seorang guru. Membuat gadis itu mampu menarik semua perhatian para pemuda-pemuda lain~

"Ohayo Neji Nii-san~" ujar Hinata kecil begitu melihat ternyata sepupunya yang satu itu sudah duduk manis di ruang makan seraya menyesap cappucinonya.

"Ohayo, sebaiknya kau cepat Hinata, atau kau bisa terlambat." jawab pemuda berambut panjang coklat itu.

Hinata mengangguk kecil, "Lho, bukannya Neji Nii-san yang mengantarku ke sekolah itu?" tanya Hinata sedikit bingung.

"Sayangnya tidak," Neji melirikan matanya ke arah ruang tamu.

Mata Hinata mengikuti arah sepupunya itu melirik dan melihat.

"Gaara-kun!" gadis itu terpekik kecil ketika melihat seorang pemuda berambut merah tengah duduk di ruang tamu seraya tersenyum tipis ke arahnya. Wajah Hinata langsung merona kecil.

"Jadi kau sudah tahu kan maksud Nii-san, cepatlah~" goda pemuda itu kepada Hinata.

"I..iya-iya!" pekik Hinata malu. Dengan cepat gadis itu menuju meja makan dan menyantap sarapan pagi yang di buat oleh Kaasannya tadi pagi.

"Kaasan dan Tousan sudah berangkat dari tadi ya?" tanya gadis itu di sela-sela sarapannya.

"Mereka bisa terlambat kalau disuruh menunggumu~" goda Neji kembali.

Hinata hanya bisa mengembungkan pipinya kesal, dan melanjutkan sarapannya lagi dengan cepat tentunya. Neji memang bisa selalu menggodanya apalagi di depan kekasihnya yaitu Gaara, atau nama lengkapnya Sabaku Gaara.

"Jadi apa kau sudah siap bekerja sebagai guru di sana?" Neji membuka pembicaraan mereka berdua.

"Iya," Hinata mengangguk mantap. Mata Neji masih memandang wajah adik sepupunya sampai..

"..."

"Kau masih mengingat Naruto?" tanyanya tiba-tiba, membuat Hinata tersedak.

"Uhuk,,uhuk! Ma..Maksud Nii-san apa?" tanya gadis itu.

Neji hanya bisa mengendikkan bahunya sekilas, "Aku hanya bertanya Hinata, Kau tidak usah sekaget itu. Lagipula Naruto juga masih tinggal di Konoha kan?" ujarnya enteng. Gadis indigo yang mendengar ucapan Neji menunduk malu.

"Go..Gomen~ Tentu saja aku masih mengingat Naruto-kun, sangat malah. Tidak mungkin lupa." Jawabnya langsung, matanya masih menerawang ketika mengingat pemuda kecil berambut pirang yang selalu mengikutinya kemana pun. Dengan pipi chubbynya yang menambah keimutan Naruto, senyum dan cengiran yang menempel erat dengan pribadinya.

"Sekarang pasti dia sudah tumbuh besar, dan menjadi pemuda yang baik dan ceria~" ujarnya lagi.

"Setiap orang itu pasti berubah." Ucap Neji kembali, Gadis indigo itu sedikit menaikkan alisnya mendengar ucapan Kakak sepupunya itu.

"Berubah?" gumamnya kecil.

"Sudahlah, lebih baik kau cepat kalau tidak ingin membuat Gaara menunggu lama." Ujar pemuda berumur dua puluh dua tahun itu.

Hinata kembali mengembungkan pipinya, perkataan Neji tadi masih membuatnya penasaran. Tidak mungkin Naruto yang ia anggap adiknya imut dan baik hati bisa berubah. Benarkan ?

"Baiklah~"

OoOoOoOoO

Dan tak perlu waktu yang lama akhirnya gadis itu menyelesaikan sarapan paginya. Dengan langkah kecil ia segera menghampiri kekasihnya yang berasal dari Suna itu.

"Go..Gomen Gaara-kun," ujarnya kecil.

Gaara yang melihat itu pun tersenyum kecil seraya mengusap-usap rambut Hinata pelan, "Tidak apa-apa, Ayo kita berangkat." Ucapnya.

"I..iya."

"Kau hari ini akan berkerja di Konoha Gakuen kan?" tanya pemuda merah itu. Hinata hanya bisa mengangguk kecil.

"Tapi Gaara-kun nanti cukup mengantarkanku sampai perbatasan sekolah saja." Ujarnya.

"Kenapa?"

"Ak..Aku tidak mau merepotkan. Lagipula berjalan pagi juga sehat kan?" ucap Hinata polos, tidak tahu bahwa kata-katanya itu bisa membuat Gaara sedikit resah.

Tidak ada pilihan lain selain menyetujui permintaan gadis indigo ini. "Baiklah~"

.

.

.

.

SKIP TIME~

PUKUL : 09.00 A.M

Akhirnya dengan memerlukan waktu sampai dua puluh menit. Hinata sampai juga di perbatasan sekolah itu.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Gaara masih khawatir siapa tahu nanti kekasihnya ini tersesat di sekolah besar ini.

"Tidak apa-apa kok, Aku tidak akan tersesat Gaara-kun~" jawab Hinata seraya tersenyum kecil.

Gaara mendesah kecil lalu bangkit dari tempat ia duduk dan menghampiri gadis indigo yang kini sudah berdiri di luar. Menarik tangan gadis itu sekilas sekedar memberikan sebuah kecupan kecil di bibir Hinata tapi..

"Gomen Gaara aku harus pergi!" Hinata langsung mendorong pelan tubuh kekar pemuda merah yang tinggal beberapa centi dengannya. Lagi-lagi ia melakukan hal ini, entah kenapa badannya refleks setiap Gaara hendak mencium bibirnya.

"Hn, hati-hati." Mata Gaara menatap Hinata sekilas dan akhirnya ia hanya bisa memberikan kecupan di kening gadis indigo itu.

Hinata mengangguk kikuk dan perlahan-lahan meninggalkan kekasihnya itu seraya melambaikan tangannya.

OoOoOoOoOoO

Butuh waktu sekitar lima menit Hinata bisa sampai di gerbang sekolah besar itu. Mata lavendernya terbelalak lebar ketika melihat gedung besar yang terbagi tiga itu. Antara Sd, Smp, sampai Sma.

"Di..dimana gedung Smanya.." gumamnya kecil, matanya masih meneliti siapa tahu ia bisa melihat ada murid yang lewat dan bisa menanyainya. Tapi ..

Siiingg~ sekolah terlihat sepi, dan setelah Hinata pikir-pikir. "Ini..inikan waktu belajar! Jadi mana mungkin ada murid yang berkeliaran!" pekiknya seraya menepuk kecil keningnya. Merutuki tindakannya tadi.

Hinata mulai bingung, sekarang ia harus apa. Mencoba menanyai penjaga gerbang tapi tidak ada. Entah kemana perginya!

"A..Aku bisa terlambat!" pekiknya semakin takut, masa hari pertama mengajar dia harus terlambat seperti ini.

"Bagaimana in..."

"Oi! Kalau gedung Konoha High School ada di sebelah kiri~"

Sebuah suara mengagetkan dan memotong perkataan gadis indigo itu, dengan cepat ia menoleh ke sebelah kiri gedung dan baru mendapati ukiran besar yang bertuliskan Gedung High School. Kenapa dia baru sadar!

"Eh?! Kenapa aku baru lihat!" pekiknya kembali.

Ingin ia berterima kasih dengan orang yang mau membantunya tadi, kembali Hinata menoleh ke samping kanannya untuk melihat orang itu, dan...

'Lho kenapa tidak ada?' batinnya kecil, mata Lavender Hinata masih mencar-cari orang tadi. Sampai..

"Aku ada di atas sini~"

Mendengar suara itu, Hinata langsung mengadahkan wajahnya dengan hati-hati dan melihat..

Seorang pemuda berambut pirang kini tengah duduk santai di atas tembok yang terbilang cukup tinggi itu dengan memakai seragam sekolah Konoha Gakuen yang menandakan kalau dia seorang murid di sekolah ini. Memandangnya dengan intens, cengiran rubahnya pun perlahan-lahan mulai terlihat. Apalagi ketika melihat Hinata yang kini diam di bawahnya menatapnya kaget.

Pikiran Hinata mulai melayang-layang, 'Murid dengan baju sekolah Konoha Gakuen, di jam-jam seperti ini, itu artinya..'

"Kalau begitu aku pergi dulu~" pemuda pirang itu dengan mudah segera turun dari tembok dan perlahan berjalan menjauhi Hinata,

"He..Hei kau bolos sekolah ya?!" seru Hinata yang membuat langkah kaki pemuda di depannya itu terhenti, dan kembali berbalik melihatnya.

DEG, Jantung Hinata berpacu hebat melihat manik Saphire yang mengingatkannya akan seseorang?

"Hm Kalau iya memangnya kenapa?" ujar pemuda pirang itu dengan nada meremehkan.

"Aku Sensei baru di sekolah ini, jadi segera kembali ke sekolah!" tegurnya menahan rasa gugup yang tiba-tiba datang menghampirinya.

"Aku tidak mau~" ucap pemuda itu enteng.

"Masuk atau kau kuhukum!" Hinata berusaha menahan agar emosinya tidak meledak.

Dapat ia lihat desah panjang dari murid di depannya itu yang akhirnya mengangguk kecil. "Baiklah kalau begitu~"

'Syukurlah~' batin Hinata ketika melihat pemuda pirang itu mau kembali memasuki gerbang sekolah, tapi..

"..."

"Aku tidak mau~" pemuda pirang yang tadi memasuki gerbang kembali lagi dan menarik ikatan rambutnya.

SRET, rambut indigonya yang tadi terikat tiba-tiba terlepas dengan sedikit keras. Membuat gadis itu terpekik kaget. "Kyaa!"

"Ke..Kembalikan ikat rambut, Sensei!" pekik Hinata seraya berjalan mendekati pemuda pirang yang kini menatapnya dengan seringaian kecil.

"Ambil saja sendiri~" goda pemuda itu.

Hinata makin kesal, "Kembalikan!" tangannya menggapai-gapai ikat rambut di tangan pemuda pirang yang tingginya melebihi dirinya itu.

"Hee~ padahal kalau di gerai Sensei lebih cantik lho~" ujar pemuda pirang itu lagi.

"Bu..Bukan urusanmu!" pekiknya masih berusaha mendapatkan ikat rambut pemberian Gaara padanya tahun lalu, Dia tidak mau kehilangan benda itu!

"Jangan lari kemana-mana lagi kau!" sebuah teriakan dari arah Gerbang, menghentikan aksi pemuda pirang itu.

"Gawat, Iruka-sensei!" serunya melepaskan genggaman Hinata tadi.

"Aku harus pergi, sampai juga lagi Sensei!" Naruto tiba-tiba saja menarik gadis yang masih ada di depannya itu.

"Ma..Mau apa kau!" pekik Hinata makin menjadi-jadi ketika melihat pemuda pirang itu makin mendekati wajahnya dan..

CUP, Sebuah kecupan singkat ia berikan di bibir Senseinya.

"Jaa~" Pemuda itu segera meninggalkan Hinata yang malah semakin membeku di sana. Merespon otak dan ciuman yang diberikan pemuda pirang yang notabene adalah Muridnya itu!

Sampai..

Blush! Wajahnya memerah sempurna, antara marah, malu, kesal menjadi satu.

"E..Ehh!"

Tak menyangka kalau hari-hari pertamanya bekerja di sekolah ini. Ciuman pertamanya harus di rebut oleh muridnya sendiri!

'Kembalikan ciuman dan ikat rambutku!' pekiknya dalam hati,

TO BE CONTINUED~

A/N :

Halo-halo Mushi Kara-chan kembali dengan fic NaruHina. Tiba-tiba mendapat ide ini jadi langsung buat aja hehehe, XD *padahal cerita lain belum kelar-kelar* #digampar# setelah akhirnya sembuh dari sakit yang menyiksa, Nie author gaje balik lagi. Jadi Gomen buat yang nunggu cerita Mushi yang lain, nyehehe XD

Arigatou buat yang sudah mau mampir~

Dan akhir kata~

SILAKAN RIVIEW~ \^V^/\^O^/