Genre: Mystery and Horror (?)
Pairing: Taoris/Kristao/Fantao, HunHan
Cast: Huang Zitao, Wu Yifan, Xi Luhan, Oh Sehun and others
Rate: M for save
Summary : Sejauh yang kutahu hingga kini hidupku bisa dibilang baik-baik saja dan sempurna walau tidak semuanya berjalan seperti apa yang aku tanpa kumengerti dan orang-orang didekatku sadari, segalanya mulai berubah sejak orang itu hadir di hidupku. Wu Yifan. Orang itu terobsesi dengan salah satu diantara kami.
Warning: All Zitao P.O.V, OOC, twoshoot, Boyslove a.k.a Yaoi, alur kecepetan, typo(s) bertebaran, misteri gagal, dll
Obsession
.
.
Silahkan tinggalkan page ini jika anda tidak berkenan
Dengan para cast dan warning-nya
.
Menerima Segala kritikan dan saran yang bersifat membangun
Tanpa menghancurkan semangat dan imajinasi author
.
Enjoy the story
.
.
.
Selama 17 tahun aku hidup, segalanya berjalan sempurna dan terlihat bahagia. Aku terlahir di keluarga Huang yang terhormat dan semua orang terdekatku tulus menyayangiku. Baba adalah seorang kepala keluarga yang hebat. Walaupun sering sibuk mengurus perusahaan hingga terkadang pergi berminggu-minggu untuk urusan bisnis, tapi beliau tidak pernah sekalipun mengesampingkan keluarganya. Sama halnya dengan Mama, beliau seharusnya adalah ibu rumah tangga biasa yang baik tapi berhubung sangat mengasihi Baba, dia rela ikut mengurus sebagian perusahaan dan terkadang ikut melakukan perjalanan bisnis. Mama bahkan sanggup membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga dengan bijak, sungguh wanita yang mengagumkan. Sedangkan kakakku Luhan, dia adalah pemuda yang cantik. Dia berumur 21 tahun dan saat ini masih kuliah mengambil jurusan manajemen bisnis di Universitas ternama. Katanya, dia bertekat untuk menggantikan Baba suatu saat nanti. Kakakku sering merasa bersalah karena sudah sebegitu dewasanya tapi belum bisa berguna untuk keluarga. Tidak diragukan, dia memang seorang kakak yang dapat diandalkan, bertanggung jawab dan kabar lain yang tidak kalah mengejutkan adalah dia begitu protektif dan terlalu memanjakanku. Sejujurnya aku tidak masalah sedikitpun jika seluruh anggota keluargaku mulai bersikap berlebihan. Itu tandanya mereka sangat menyayangiku kan?
Sedangkan diriku, aku adalah pemuda tanggung biasa. Tidak ada hal istimewa yang terlihat mencolok dalam diriku. Mungkin hanya mata panda yang kumiliki inilah satu-satunya keunikanku. Selebihnya aku hanyalah pemuda tingkat dua di salah satu sekolah swasta terbaik dengan tampilan luar seadanya. Aku hanya memiliki beberapa teman dekat karena aku sejujurnya adalah anak yang sedikit pemalu. Bahkan teman-teman yang lain sering menggodaku jika aku anak yang manja, cengeng, polos, naif dan kekanak-kanakan. Itu terkadang membuatku malu dan kesal. Aku tidaklah seburuk itu tapi mereka selalu saja melakukannya. Baekhyun, sahabat dekatkupun selalu ikut menggangguku juga. Apa salahku sebenarnya? Bagiku itu sangat menyebalkan.
Sejauh yang kutahu hingga kini Hidupku bisa dibilang baik-baik saja dan sempurna walau tidak semuanya berjalan seperti apa yang aku inginkan. Bukankah terdengar wajar? Tapi tanpa kumengerti dan orang-orang didekatku sadari, segalanya mulai sedikit berubah sejak orang itu hadir di hidupku. Tepatnya sekitar 2 bulan yang lalu Baba mengenalkan kami sekeluarga dengan seorang rekan bisnisnya. Sesosok pria berusia 26 tahun berambut pirang dan bertubuh tinggi tegap. Baba mengenalkannya sebagai seorang pemilik sebuah perusahaan besar berskala internasional yang saat ini sedang melakukan kerjasama dengan perusahaan keluarga. Dalam pandangan polosku, dia adalah pria yang kaku, bicara seperlunya dan begitu mengintimidasi. Terutama tatapan matanya. Ada satu hal lagi yang membuatku bergidik tidak nyaman, aura dingin nan tajam yang dikeluarkannya. Jujur itu membuatku takut.
Pria itu bernama lengkap Wu Yifan. Status single, hidup sendirian tanpa keluarga dan tinggal berpindah-pindah negara. Akibat dari banyaknya cabang perusahaan yang dikelola. Kata Luhan-gege, pria itu sangat tampan dan berkharisma. Tapi menurutku dia hanya pria berwajah datar dan memiliki banyak misteri. Aku bisa berkomentar seperti ini karena entah kenapa, tatapan matanya itu seolah mengandung sejuta makna jika menangkap kedua manik mataku. Jauh dari kesadaran orang lain, ada kilatan aneh yang terlihat ganjil terpampang sunyi di balik bayang-bayang permukaan. Aku tidak tahu tatapan apa itu, tapi hatiku yakin, itu bukanlah sesuatu yang baik.
Waktu pertemuan itu berlangsung, Wu Yifan duduk di sampingku. Dia datang terlambat dan Baba menawarinya untuk duduk berhadapan dengannya tapi dia menolak. Baba sebagai kepala keluarga memilih berada di tengah, sedangkan Mama dan Luhan-gege disamping kanan kirinya. Tempat pertemuannya berada di restoran keluarga mewah nan berkelas. Tidak heran aku merasa tidak nyaman dan lebih baik pulang lalu memeluk Zizi, boneka panda besar kesayanganku.
Selain karena masalah itu, berada di sekitar Wu Yifan membuatku gelisah tanpa sebab. Tanganku berkeringat dingin dan detak jantungku meningkat drastis. Dengan kata lain, Aku berubah takut berada dekat pria itu.
"Zitao, Apa kau tidak enak badan? Wajahmu pucat." sederet kalimat yang terlontar dari Baba dengan nada khawatir. Aku yang waktu itu sibuk menenangkan diri langsung tersentak kaget dan menggeleng refleks. Tidak mau membuat keluargaku cemas dengan masalahku.
"A-aku baik-baik saja, Baba. Hanya... Tidak terbiasa."
Senyumku terkembang paksa. Dan semakin merasa bibirku ngilu saat melihat Wu Yifan menoleh ke arahku lalu tersenyum. Senyum yang menurutku tidak sekalipun mencapai mata dan terkesan palsu. Tuhan, aku takut dengannya.
Nafasku mulai tersendat saat menyadari ada sebuah tangan besar meremas pahaku kuat. Aku tahu siapa pemiliknya. Aku yakin pria itulah dalangnya. Tapi dia seolah tidak melakukan apapun dan tetap beramah tamah dengan keluargaku. Meninggalkanku seorang diri penuh ketakutan dan semakin merasa sesak saat menyadari tangannya berpindah ke arah selangkanganku.
Gila!
Pria itu sudah gila! Dia berani melecehkanku di hadapan keluarga besarku tanpa diketahui siapapun. Seseorang, tolong jauhkan jelmaan iblis itu dari jangkauan mataku. Dia sudah kelewatan. Jujur, Aku ingin sekali menangis melihat ketidakberdayaanku dalam menghadapinya.
"Jadi tuan Huang, saya baru tahu jika anda memiliki putra yang manis."
Dheg!
Tubuhku sebisa mungkin bertahan untuk tidak gemetar. Sudut mata pria itu seolah memerangkapku kuat dalam kungkungan. Lalu terang-terangan dia kembali menoleh padaku dan tersenyum miring.
Senyum itu...
"Benarkah? Ah terima kasih tuan Wu. Luhan dan Zitao memang anak-anak yang manis dan penurut. Saya merasa terkesan anda memberi perhatian pada mereka."
Perutku mual. Aku berusaha untuk tidak mengernyit aneh mendapati pria itu mengelus sisi pinggulku sebelah kanan. Tuhan, aku tidak memiliki kuasa untuk mengusik kesenangannya. Aku terlalu takut.
"Anda sangat beruntung bisa memiliki sesuatu yang murni. Aku juga ingin mendapatkannya."
Mereka (keluargaku) tersenyum simpul. Merespon baik perkataannya. Tapi aku tidak. Aku merasa itu bukan kalimat pujian yang normal. Ada makna lain berada di baliknya dan diam-diam pria itu menyembunyikannya dengan baik.
Sekali lagi, hanya aku yang menyadari ketidakberesannya. Dan sampai saat ini sepertinya hanya akulah yang sedikit merasakan. Wu Yifan menutupinya dengan rapi. Tapi aku seseorang yang perasa juga sensitif.
Sejak saat itulah aku mulai menyadari sesuatu yang menakutkan. Wu Yifan adalah pria berbahaya dan mengerikan. Dia punya sisi lain yang hidup dalam dirinya. Dan sesuatu itulah yang membuatku menyesal telah bertemu dengannya. Aku menyesal mengenal dia di hidupku.
Wu Yifan-
"Aku menginginkanmu, Huang."
-Dia terobesi pada siapa?
Pada diriku kah? Atau kakakku?
.
.
.
Aku tersentak bangun dan mendapati diriku berada di sebuah ruangan asing yang tidak kukenali. Tubuhku mulai gemetar dan baru kusadari aku hanya memakai kemeja putih kebesaran tanpa bawahan apapun. Dinginnya angin malam yang berembus dari arah balkon kamar yang terbuka lebar mengirimkan hawa dingin menusuk ke seluruh bagian tubuh. Keadaan kamar yang remang-remang menyulitkanku untuk melihat dengan benar, tapi aku sangat tahu ini bukanlah kamarku yang biasanya. Tidak ada apapun di kamar ini, tidak seperti kamarku yang penuh dengan boneka panda dan pernak pernik yang serupa. Tatapanku jatuh pada kegelapan di sudut ruangan. Di sana berdiri sesosok bayangan hitam yang terlihat mengerikan di gelapan kamar. Tubuhku meremang karena tidak mengetahui makhluk seperti apa yang berdiam diri di sana. Sosoknya hanya terlihat seperti kumpulan hitam akibat dari pencahayaan yang begitu minim dari cahaya bulan di luar jendela.
"Siapa?" kataku serak. Beringsut mundur saat mendapati bayangan itu mulai bergerak pelan berniat mendekat.
"Siapa kau? Berhenti menggangguku." sentakku gemetar. Kepalaku berdenyut sakit dan tubuhku semakin meringkut ketakutan di sudut ranjang. Seperti sosok yang tidak seharusnya ada, bayangan itu bergerak tanpa celah. Tanpa suara dan tanpa apapun. Pelan namun begitu mematikan mangsanya.
Dan kabar buruknya, aku adalah mangsa yang empuk.
"Baby Tao..." suara berat akhirnya terdengar. Mataku terbelalak syok saat mulai menyadari itu adalah sebuah suara yang tidak asing. Terasa familiar karena aku pernah mendengarnya beberapa kali. Terutama dalam mimpiku belakangan ini.
Tunggu. Apa semua ini juga mimpi? Siapapun, bangunkan aku.
Seseorang, tolong...
Denyutan di kepalaku bertambah kuat dengan pandangan mata yang mulai mengabur. Samar-samar kulihat penampakan seorang manusia bertubuh tinggi berdiri diam di ujung ranjang, sangat dekat dengan posisi kedua kakiku.
"Bangunlah... Kumohon..." bisikku gelisah. Makin ketakutan mendapati tangan pucat nan dingin menarik kedua kakiku kasar. Tubuhku tertarik kebawah dengan cepat dan berhenti saat tangan pucat itu menekannya kuat di atas ranjang.
"Ukhhh.. Sakit, berhenti..."
Tangan itu menjalar di kaki telanjangku dengan pelan, seperti seekor laba-laba yang merayap di atas jaring. Bergerak naik dengan usapan lembut yang membuat bulu kudukku meremang.
"Tidak! Kumohon... Hentikan!"
Ini mengerikan. Tubuhku kaku dan tangan bagai laba-laba itu seolah menjeratku kuat untuk tidak bergerak. Tanpa bisa kucegah air mata mulai jatuh membasahi kedua pipiku. Tuhan, aku sangat ketakutan setengah mati.
"Aarrrggghhhhhhh"
Lalu secara tiba-tiba sesosok tubuh kokoh menerjang dan menimpa tubuhku.
.
.
.
"HEY baby panda! Bangun didi... "
Lagi, Aku tersentak bangun dengan nafas memburu. Keringat dingin menetes deras dari dahiku hingga piyama yang kukenakan lepek dan basah. Tubuhmu gemetar hebat dan berangsur tenang saat menyadari aku berada di kamar pribadiku. Aku menoleh ke samping, disisi ranjangku berdiri Luhan-gege yang berekspresi khawatir melihat keadaanku.
"Mimpi buruk lagi? Sudah berapa lama kau mengalami hal ini? Demi tuhan, taozi. Kau membuat gege hampir serangan jantung mendengar teriakanmu yang ketakutan tadi. Jujur pada gege, apa yang kau impikan sebenarnya?"
Kakakku menceramahiku lagi. Ini bukan yang pertama kalinya terjadi saat melihat dia marah-marah dan cemas setengah mati mendapati kondisiku seperti sekarang. Dia bahkan sering mengancamku jika aku tidak berkata yang sejujurnya. Tapi hal apa yang mesti aku ceritakan?
Aku sering ketakutan saat ingin memberitahunya kebenaran. Seolah ada seseorang dibalik kegelapan yang setiap waktu selalu mengawasi pergerakanku. Memintaku untuk tidak berbagi kisah dengan siapapun. Karena aku tahu, hal buruk akan terjadi jika aku melakukannya.
"Gege... Kumohon, selamatkan aku... " kedua tanganku gemetar memeluk pinggangnya erat. Air mataku mengalir turun saat merasakan sesak yang begitu menghimpit dadaku. Aku tertekan. Ketakutan dan tidak punya daya untuk melarikan diri.
Siapa sebenarnya orang itu? Makhluk macam apa dia?
"Sssttt baby. Ceritakan pelan-pelan pada gege. Aku tidak bisa membantumu jika kau selalu tertutup seperti ini. Gege mohon... Kondisimu semakin menurun belakangan ini dan itu membuat kami khawatir. Mama bahkan sering menangis melihat kau tidak seceria seperti dulu. Kau berubah banyak, baby panda... " Kurasakan tangan Luhan-gege mengelus belakang kepalaku lembut, memberi ketenangan. Tapi semakin aku merasakannya, ada banyak kekalutan menggelayuti hatiku.
"Gege, batalkan kerjasama perusahaan kita dengan Wu Yifan."
Kakakku melepas pelukannya dan memandangiku seolah aku memiliki dua kepala.
"Jangan melucu disaat seperti ini, Huang Zitao. Kau tidak tahu seberapa penting proyek kerjasama ini kedepannya. Ada apa denganmu? Kau membenci pria itu atau bagaimana? Kau sering mengatakan hal ini padaku."
Aku sudah tahu apa jawaban darinya. Tapi dia tidak tahu bahaya macam apa yang mengincar kami sekeluarga jika semua kerjasama itu diteruskan. Aku bukannya berburuk sangka pada pria pirang itu, hanya saja semua kekacauan yang kualami belakangan ini tepat terjadi setelah dia memasuki hidupku.
Aku sadar Wu Yifan terobsesi pada salah satu di antara kami. Dan aku tidak ingin semua masalah bertambah rumit jika tidak dihentikan. Otakku selalu menolak jika pria itu sebenarnya mengincar diriku. Aku sudah pernah mengatakan sebelumnya, aku tidaklah sesempurna kakakku. Huang Luhan, dia pemuda tercantik yang pernah aku lihat. Semua orang terpesona dan bertekut lutut pada pesonanya. Bahkan kekasihnya (Oh Sehun) cinta mati padanya. Sedangkan aku hanyalah pemuda cengeng yang memiliki peran untuk harus disayangi semua orang. Bukankah kami tidak sebanding?
Jadi tidak mungkin jika Wu Yifan menginginkan diriku. Dia meneror dan menggangguku selama ini hanya untuk mengingatkan atau sebenarnya untuk menyingkirkanku dari sisi kakakku. Karena dia tahu, aku adalah orang terdekat Luhan-gege.
"Ku mohon, dengarkan sekali ini saja permintaanku, gege. Wu Yifan, dia bukanlah orang baik seperti tampilannya. Dia jahat, gege. Dia memiliki tujuan terselubung melakukan kerja sama dengan perusahaan kita."
"Cukup! Kau terlalu mengada-ada, Taozi. Untuk Hari ini kau dilarang masuk sekolah dan tenangkan dirimu di rumah. Sehun akan menjagamu nanti. Aku ada kelas pagi ini dan kedua orang tua kita sudah berangkat pagi-pagi sekali untuk bergegas ke China."
Tubuhku langsung membatu. Baba dan mama ke China? Kenapa tidak ada orang yang memberitahuku sebelumnya?
"Chi-china? Kenapa tiba-tiba?"
Luhan gege melangkah ke arah pintu dan berhenti sejenak. Kudengar dia menghela nafas pelan lalu berbalik ke arahku.
"Perusahaan cabang di sana mengalami masalah serius. Jadi, Baba dan mama diharuskan hadir tepat waktu untuk rapat dan segera mungkin menangani permasalahannya."
Hawa dingin yang datang entah darimana membelai setiap jengkal kulitku hingga tanpa sadar tubuhku menggigil pelan. Perasaan tidak nyaman mulai menyebar lagi. Ada seseorang atau lebih tepatnya sesuatu, saat ini tengah mengawasiku. Mengikuti setiap gerak gerikku dengan sabar seolah menunggu waktu yang tepat untuk menyerang. Dia mencari titik kelemahanku. Aku yakin itu tujuannya karena aku selalu bisa tahu.
Tuhan, apa Baba dan Mama baik-baik saja di China?
Kuharap begitu.
.
.
.
Seperti kata kakakku, Oh Sehun benar-benar datang untuk menjagaku. Pemuda berusia 20 tahun berwajar datar dan seorang junior Gegeku di kampus. Mereka sudah menjalin hubungan 6 bulan belakangan ini. Yang kutahu, dia adalah pemuda yang irit bicara. Tidak sekalipun berbicara jika tidak benar-benar dibutuhkan. Tapi kata Luhan-gege, Sehun adalah pemuda yang cukup gantle dan perhatian. Dia bahkan sering membawakanku oleh-oleh jika berkunjung ke rumah.
Walau jarang bertegur sapa sekalipun, dia tetap bersikap sopan pada keluarga kekasihnya.
Jika dilihat, Oh Sehun memang terlihat normal dan tidak mencurigakan. Sampai detik inipun aku masih berpikir dia pemuda yang baik. Tapi pandanganku padanya mulai berubah drastis dalam sekejap saat menyadari dia telah membubuhkan sesuatu pada minuman yang diberikannya padaku.
Oh Sehun mencampur obat tidur pada just strawberry kesukaanku.
Untuk apa dia melakukan hal itu? Dia tidak berniat membunuhku kan? Tuhan, aku baru tahu jika kekasih kakakku bisa sekejam ini padaku. Disela-sela sisa kesadaranku, aku melihatnya tersenyum miring ke arahku. Senyum ganjil yang sekalipun tidak pernah kubayangkan terpatri jelas di bibirnya.
"Kau tahu kenapa aku nekat melakukan ini? Semuanya karena kau, Huang Zitao. Apa kau tidak pernah berkaca? Wajah lugumu ini, menarik setiap orang untuk menyentuhmu. Bahkan pesona Luhan-hyung kalah dengan Kepolosanmu. Jadi jangan salahkan aku jika aku lebih memilih untuk menggagahimu daripada menjadi kekasihnya."
Tidak. Apa yang Sehun katakan? Dia tidak mungkin mengkhianati gegeku kan? Terlebih, dia ingin melakukannya denganku.
"Jangan..."
Kesadaranku mulai menipis. Tubuhku ambruk tak sadarkan diri di atas sofa ruang tamu.
Dan semuanya berubah gelap.
.
.
.
Saat aku membuka kedua mata, hal pertama yang aku lihat adalah langit-langit kamarku. Awalnya aku sedikit bingung, tapi setelah sadar situasi sebelumnya Tubuhku langsung menegang dan bergerak bangun secepat yang aku bisa. Bersiap melakukan pertahanan jika Sehun mendekat dan menyerangku. Meneliti ke sekeliling kamar tidak ada tanda kehidupan selain diriku, perasaanku mendadak gelisah lagi.
Ada sesuatu hal yang tidak beres.
Mataku berakhir jatuh ke arah jam nakas kecil di samping ranjangku. Mengernyit bingung mendapati jam sudah menunjukkan waktu pukul 3 sore. Sudah berapa lama aku tertidur? Kenapa Sehun tidak ada disini? Bukankah pemuda itu tadi pagi berniat untuk melecehkanku diam-diam? Sungguh, aku mulai menyesal untuk kakakku. Luhan gege seharusnya pantas mendapat pasangan yang lebih baik dari Sehun. Kakakku berhak mendapatkan kekasih yang lebih menghargai perasaannya daripada pemuda gelap mata yang mementingkan ego.
Lebih daripada diriku yang selalu merasa di sayangi semua orang terdekatku, Huang Luhan pantas untuk bahagia, untuk dirinya sendiri.
"Maafkan aku, gege... "
Tangisanku pecah saat syaraf otakku mengulang kembali perkataan Sehun sebelumnya. Tuhan, apa aku seburuk itu hingga mendorong Sehun berbuat kejahatan padaku? Aku bahkan tidak pernah secuilpun memiliki maksud Kotor seperti itu. Lalu kenapa dia berniat melakukannya?
Brakk!
Aku terlonjak kaget mendengar pintu kamarku seperti dibanting keras. Mataku terbelalak syok mendapati kakakku berdiri kaku diambang pintu. Wajahnya memerah dengan Ekspresi mengeras seolah menahan sesuatu. Dia melangkah lebar-lebar ke arahku lalu-
Plakk!
-dia menamparku kuat. Nafasnya memburu dengan tatapan penuh kebencian tercetak jelas di matanya. Semasa aku hidup, sekalipun aku tidak pernah melihat kakakku kelewat batas seperti ini.
"Aku tidak tahu ternyata kau sebejad ini, Zitao."
Dheg!
Hatiku ngilu mendengar nada penuh permusuhan yang dilontarkan Luhan gege. Mataku mulai berembun dan sebelah tanganku terangkat untuk memegangi bekas tamparan yang terasa perih di pipiku. Tapi jujur, hatiku lebih terluka melihat orang yang kusayangi memandang jijik ke arahku seperti sekarang ini.
"Aku hanya meninggalkanmu beberapa jam dengan Sehun dan kau sudah menggoda kekasihku? Apa yang kau pikirkan, hah? Kau mencoba untuk menikam gegemu ini dari belakang?" mataku membulat sempurna mendengar tuduhannya yang tidak benar sama sekali. Dia seharusnya tahu, aku tidak pernah mungkin melakukan hal serendah itu. Sebagai orang yang sudah mengenalku sedari bayi, Luhan-gege seharusnya sadar, aku tidaklah sejahat seperti apa yang dia pikirkan.
"Gege, kumohon... Gege salah paham. A-aku tidak menggodanya. Dia yan-"
"CUKUP! Aku tidak butuh pembelaanmu, Zitao. Sehun sudah menceritakan semuanya padaku. Bagaimana kau merayunya untuk menciummu, memaksanya untuk menyentuhmu. Kau menjijikkan, Huang Zitao. Aku menyesal menganggap dirimu seorang adik."
Luhan-gege marah. Benar-benar murka akan perbuatan yang sejujurnya tidak pernah kulakukan. Aku tidak tahu bagaimana mungkin Sehun tega mengatakan Fakta palsu seperti itu. Dia menjebakku dengan mengarang sebuah cerita yang bukan-bukan.
Tapi dari semua tuduhan palsu yang kakakku lontarkan, hal yang paling menyakitiku adalah anggota keluarga terdekatku tidak sekalipun percaya padaku. Luhan-gege menyalahkan semuanya padaku dan menghakimiku tanpa pikir panjang.
"Gege..." tangisku pecah. Merasa ulu hatiku perih melihatnya menatapku dengan pandangan penuh kebencian. Tuhan, apa yang harus aku lakukan untuk menyadarkannya? Aku tidak ingin membuatnya larut dalam kesakitan seperti itu. Kugerakkan kakiku untuk menghampirinya tapi dia malah melangkah mundur dan berbalik meninggalkanku.
Sekilas, kulihat lelehan air mata turun membasahi pipinya. Dan itu semakin membuatku merasa bersalah. Gege, kumohon... Dengarkan penjelasanku terlebih dahulu.
.
.
.
Keesokan harinya, aku berangkat sekolah seperti biasa. Semalaman aku tidak sekalipun bertemu pandang dengan kakakku. Dia lebih memilih mengurung diri di kamar seorang diri sedangkan aku mencoba untuk terjaga sepanjang malam karena aku takut jika kupejamkan mata, mimpi buruk itu datang lagi. Pagi ini dengan kondisi lesu dan pucat, aku berangkat naik bus kota, biasanya jika aku dan Luhan-gege tidak bertengkar seperti kemarin maka dia akan mengantarkan aku ke sekolah menggunakan mobilnya. Tapi untuk sekarang, hubungan kami sedang tidak baik. Jadi hal itu jelas tidak mungkin.
Rutinitas harianku di sekolah berjalan seperti sebelum-sebelumnya. Tidak ada perbedaan yang berarti karena kegiatan waktu luang anak-anak di sekolahku tetap sama, yaitu menggodaku. Mereka tetap sering melakukannya walaupun sahabatku yang lain, Yixing-ge sudah mengancam mereka dengan berbagai cara. Tapi ada yang sedikit berbeda hari ini, Ketika aku sudah sampai di kantin untuk beristirahat siang, aku baru menyadari sesuatu hal, Kyungsoo-hyung salah satu sahabatku hari ini tidak masuk sekolah. Aku baru tahu hal itu karena aku memang tidak sekelas dengannya.
Baekhyun yang saat ini duduk di depanku mengatakan jika Kyungsoo-hyung sedang melayat hari ini. Dia mengatakan itu dengan tampang prihatin dan sorot mata akan penguatan padaku. Aku tidak mengerti apa arti tatapannya sampai Yixing-ge yang ada di sebelahku menepuk pundakku pelan.
"Kau tahu Oh Sehun kan? Kekasih Luhan-gege. Pagi ini dia ditemukan tewas mengenaskan di apartementnya. Aku tahu ini sangat mengejutkan tapi Aku harap kakakmu tabah dan baik-baik saja."
Mataku terbelalak kaget mendengarnya. Itu tidak mungkin kan? Kemarin Sehun masih baik-baik saja, bagaimana bisa dia dikabarkan sudah meninggal? Tanganku tiba-tiba membeku sedingin es. Wajahku semakin pucat bersamaan dengan mual yang kurasakan.
"Tao, kau baik-baik saja?" Baekhyun-hyung tampak semakin khawatir melihat keadaanku. Tidak ingin membuatnya panik, Aku tersenyum samar lalu mengangguk pelan.
"Kapan?"
Aku menundukkan kepalaku untuk menghalau rasa pusing yang tiba-tiba datang. Kedua tanganku saling bertautan di bawah meja. Tuhan, semua ini buruk. Aku mulai berpikiran jika Wu Yifan-lah pelakunya. Sudah sedari awal terlihat jika pria itu berbahaya dan semestinya harus dihindari. Kini aku setengah yakin jika dia sebenarnya mengincar kakakku. Pria itu tega menghabisi Sehun karena dia kekasih Luhan-gege.
Ya, benar. Wu Yifan pasti akan menghabisi semua orang yang dekat dengan kakakku. Dia ingin menyingkirkan kami semua agar Luhan-gege bisa bebas dimilikinya seorang diri.
Siapa lagi jika bukan dia? Hanya dia yang kutahu paling mungkin dalam melakukan tindakan keji ini.
Dan itu artinya kami semua dalam bahaya sekarang.
"Dari informasi yang kudengar, jasad Oh Sehun dinyatakan sudah tidak baik saat ditemukan. Perkiraan para polisi, dia sudah tewas di hari sebelumnya. Mungkin saat kemarin pagi atau siang."
Ini semakin membingungkan. Kepalaku semakin berputar mendengar rentetan kalimat dari Yixing-ge. Seingatku Luhan-ge kemarin berkata jika Sehun sempat bertemu dengannya, dan itu pasti terjadi sebelum kakakku pulang dari kampus. Karena aku tahu, Luhan gege tidak mungkin meninggalkan kampus jika urusannya belum selesai. Apalagi saat ini dia mahasiswa sibuk mendekati tingkat akhir.
Kesimpulannya... Kakakku bertemu kekasihnya kemarin sore. Kalau Sehun sudah dinyatakan meninggal kemarin pagi, lantas siapa orang yang ditemui kakakku?
"Zitao, hey..."
Samar-samar aku mendengar mereka memanggil namaku. Kepalaku bertambah sakit lalu tanpa peringatan tubuhku mulai terasa berat dan limbung ke samping.
.
.
.
"Baby Tao... Baby... " aku meringkuk di sudut ruangan tergelap dan merengkuh kedua kakiku erat. Suara itu lagi-lagi mengusik ketenanganku. Tubuhku gemetar hebat dengan mata terpejam kuat. Tuhan, aku takut. Singkirkan makhluk itu dari hadapanku.
"Baby... Buka matamu sayang... " kurasakan jemari sedingin es mengusap tanganku lembut. Bergerak menyusuri lenganku hingga sanggup membuat bulu kudukku berdiri. Tangan itu berakhir sampai di rambutku lalu mengelusnya pelan. Aku tidak mau membuka mata dan mengangkat kepala karena aku tahu, makhluk itu sekarang ada di depanku. Dia menunggu, tapi aku tidak akan pernah memberikan apa yang dia inginkan.
Selain karena aku ketakutan setengah mati, di dasar hatiku yang terdalam aku tahu aku akan merasa sangat menyesal nantinya jika melihat rupa makhluk itu.
"Lepaskan aku, Kumohon..."
Aku semakin meringkuk saat mendengar tawa yang begitu bengis dan jahat. Siapa sebenarnya makhluk itu? Apa tujuannya hingga selalu menerorku seperti sekarang?
Dia... Makhluk di hadapanku, aku yakin ada hubungannya dengan pria itu.
"Melepasmu? Aku tidak akan pernah melakukannya, baby..."
Itu adalah kalimat terakhir yang aku dengar sebelum kurasakan lengan kokoh mengangkat tubuhku dan melemparnya entah kemana.
.
.
.
.
T.B.C.
Note : oke saya tahu, saya memang author yang tidak tahu diri. Bukannya melanjutkan fic yang tertunda tapi malah membuat fic baru. TT tapi ini hanya twoshoot kok. Ciyus... Daripada ide ini melambung di otak saya, lebih baik saya tuangkan ke dalam cerita kan? Oke. Saya tidak tahu jika fic ini pantas di publish atau tidak, karena jujur ini genre misteri dan rate M pertamaku. Tapi author belum tahu bakal ada lemon apa kagak. Jadi, tolong berikan respon kalian ya... :)
Oh btw, ZIZI MAKIN GREGET SEKARANG! #capslockjebol# oh my GOD! Kenapa ada makhluk semempesona dia? :( saya gak kuat, pengen gigit 'anu'nya XD maksudnya pipi, duhh jangan yadong lho.
Sampai bertemu lagi lain waktu... Love u guyz :*
