DISCLAIMER: Ojamajo Doremi © Toei Animation, 1999-2004. Ojamajo Doremi 16 & Ojamajo Doremi 16 Naive (light novel) © Kodansha, 2011-2012. Tidak ada keuntungan komersial sepeserpun yang saya dapatkan dari fic ini.

Catatan Author: Oke, ini dia fic drama multichapter kedua saya! \(^o^)/

Berbeda dari fic drama multichapter pertama saya yang berjudul 'Love?', dimana saya menaruh genre Romance sebagai genre kedua mendampingi Drama, kali ini, saya akan menggunakan genre Hurt/Comfort sebagai genre pendamping (bisa dilihat dari judulnya sendiri kan?)

Yang ditulis di chapter ini baru prolog dari fic ini, dan belum kerasa Hurt/Comfort-nya, tapi mulai chapter selanjutnya, persiapkan tisu sebelum membaca fic ini. *mulai lebai*

Oke, kita mulai sekarang!

Summary: Sequel dari 'Love?'. Rasanya sakit sekali jika kita dituduh mencelakai seseorang yang kita cintai. Setidaknya, itulah yang dialami Doremi saat ini. Apa yang terjadi? Bisakah para ex-ojamajo lainnya menolong Doremi memecahkan masalahnya? Dan... apa yang terjadi pada Kotake sampai-sampai Doremi harus disalahkan?


Hurt?

.

Prologue: Love is Magic


"Tanpa terasa, waktu berjalan dengan sangat cepat ya?"

Kotake menoleh ke arah seorang gadis yang berdiri disebelahnya, menanggapi apa yang gadis itu katakan sebelumnya.

Gadis berambut merah itu melanjutkan, "Sudah dua tahun kita menjalani ini semua bersama-sama, dan... aku senang. Sejak saat itu, hubungan kita jauh lebih baik dari sebelumnya."

"Apa maksudmu bicara begitu? Hubungan kita kan sudah sepantasnya berjalan dengan baik, karena kita bukan hanya berteman ataupun bersahabat. Kita berpacaran."

"Aku tahu, tapi... kauingat kan, kalau dulu... kita sering bertengkar?" ujar Doremi, "Terlebih saat kau membuatku marah dengan..."

"... memanggilmu dengan sebutan 'Dojimi'. Itu kan yang kaumaksud?" sahut Kotake sambil tersenyum, "Yah... tapi jujur saja, saat itu aku menganggap panggilan itu sebagai panggilan sayang dariku untukmu, asal kau tahu saja."

"Apa-apaan kau, Kotake? Aku memang agak bodoh dan ceroboh, tapi bukan berarti kau bisa memanggilku seperti itu. Kata 'Doji'nya itu selalu membuatku seperti ingin meledak."

"Yah... bagaimana ya? Habis namamu unik juga sih. Aku jadi berpikir untuk memberikan 'panggilan sayang' itu untukmu," ujar Kotake sambil menahan tawanya, "Diluar itu semua, apa yang kaupikirkan sampai-sampai kita harus membicarakan hal itu sekarang?"

Doremi menghela napas, kemudian melanjutkan, "Kalau dipikir-pikir... cinta kita itu ajaib ya?"

"Ajaib? Maksudmu?"

"Iya... ajaib. Maksudku... kalau kita membandingkan apa yang terjadi diantara kita dulu dengan sekarang... semuanya jauh berbeda." Doremi tersenyum, "Rasanya sudah lama sekali kita tidak bertengkar."

"Apa aku harus bilang 'Rasanya aku rindu sekali mendengar kau meneriakkan namaku lagi sambil mengejarku.'?" Kotake menyahut, lalu tertawa, "Tentu saja kali ini, aku tidak akan pernah mengusilimu lagi, Doremi. Mana mungkin aku tega mengusili pacarku yang paling kusayangi dan paling kucintai di seluruh dunia ini?"

"Kurasa bicaramu sudah mulai berlebihan, Kotake."

"Tidak. Aku serius. Maksudku, kurasa aku ingin membenarkan apa yang kaukatakan tadi, kalau... cinta kita itu ajaib."

"Aku senang kalau kau juga berpendapat begitu," ujar Doremi, "Keajaiban cinta kita yang mengubah semuanya, seperti kekuatan sihir yang membuat kita tidak pernah bertengkar lagi."

"Yah, mungkin aku masih meragukan kalau kekuatan sihir itu ada, tapi... kurasa dalam hal ini, kau ada benarnya juga. Semua itu terasa nyata."

"Bukan hanya terasa, tapi semua itu benar-benar nyata."

"Eh?"

"Ah, lupakan saja," sahut Doremi cepat. Hampir saja ia membongkar rahasia masa lalunya sebagai majominarai, walau hanya secara tak langsung, "Aku hanya..."

"Kau memikirkan tentang Maho-dou ya?" tebak Kotake, "Kalau tidak salah, sudah setahun lebih setelah toko itu ditutup lagi kan?"

Doremi mengangguk, "Nenek Makihatayama Rika hanya membuka toko itu selama setahun. Sejak kita masuk SMA, beliau menjadikan tokonya sebagai toko jimat, dan di musim gugur di tahun yang sama, toko itu berubah menjadi toko kue lagi."

"Dan saat kenaikan kelas, toko itu ditutup lagi, ya kan?" sahut Kotake yang kemudian dijawab dengan anggukan kepala oleh Doremi.

"Sejak saat itu, aku tidak tahu apa aku harus merasa senang atau tidak. Bukan karena sejak saat itu aku tidak kerja sambilan lagi disana. Aku bahkan... mendapatkan kerja sambilan baru setelah itu, dan..."

"Justru kau menyukai pekerjaan sambilanmu yang baru itu kan? Karena... kau mendapatkannya di steakhouse milik keluarga Iida," sambung Kotake lagi, "Setidaknya... karena itu kita bisa menikmati candle light dinner murah selama beberapa kali."

"Ya... begitulah..." Doremi menggaruk kepalanya, "Tapi diluar itu semua, tutupnya Maho-dou juga membuatku hanya punya sedikit waktu untuk berkumpul bersama sahabat-sahabat terbaikku. Kau tahu... Hazuki-chan, Ai-chan, Onpu-chan dan Momo-chan."

Ia lalu menghela napas, "Justru sekarang, saat kami semua tinggal di Misora lagi, kami malah punya kesibukan masing-masing... Rasanya aku ingin sekali bisa berjalan-jalan lagi bersama mereka di waktu senggang..."

"Bagaimana kalau Sabtu depan, kau berkumpul saja dengan mereka."

"Eh? Tapi kan... kita sudah berencana..."

"Kalau kau ingin sekali bertemu dengan mereka, aku tidak marah kok. Silakan saja. Lagipula... aku tidak ingin hubungan kita menjadi jurang pemisah antara kau dengan mereka." Kotake tersenyum, "Soal kencan kita, kurasa kita masih bisa bertemu di hari Minggu."

"Ah... kau benar juga sih..." sahut Doremi, sedikit ragu. Entah kenapa, perasaannya tidak enak saat mendengar kata 'hari Minggu' yang diucapkan Kotake tadi, "Tapi... benar kan, keesokan harinya setelah aku bertemu mereka, kita..."

"Percayalah padaku. Itu hanyalah sebuah masalah kecil yang masih bisa kita selesaikan."

"Kuharap begitu." Doremi menundukkan kepalanya, "Entah kenapa, tiba-tiba aku merasa kalau... setelah itu kita tidak bisa bertemu lagi."

Kotake menghela napas, "Kurasa aku masih harus menggunakan 'panggilan sayang'ku yang dulu itu untuk memanggilmu sekarang."

"Apa?" Doremi menoleh, sedikit marah, "Apa harus kuperingatkan sekali lagi, jangan panggil aku 'Dojimi' lagi atau aku akan menghajarmu sampai babak belur?"

"Habisnya, kau terlalu berlebihan." Kotake memegang kedua bahu Doremi dan menatap wajah gadis yang dicintainya itu, "Sampai kapanpun, tidak akan ada apapun atau siapapun yang bisa memisahkan kita, dan kita akan terus bisa saling bertemu, seperti ini. Seperti apa yang sedang kita lakukan sekarang."

"Kau janji?"

"Eh?"

"Kau... benar-benar yakin kalau... hatimu tidak akan berpaling untuk orang lain?"

"Tentu saja, Doremi. Kalau tidak begitu, mana mungkin aku memberikan ciuman pertamaku untukmu? Aku melakukannya karena aku benar-benar mencintaimu."

"Kotake... kau serius?" tanya Doremi. Ia teringat akan ciuman pertamanya dengan Kotake saat kencan pertama mereka dua tahun yang lalu.*

"Tentu saja," jawab Kotake dengan sungguh-sungguh, "Baiklah, sudah hampir malam. Saatnya bagiku untuk mengantarmu pulang."

Kotake berjalan menjauhi pantai tempat ia berada bersama Doremi sekarang, dan selama beberapa detik, tidak ada tanggapan sedikitpun dari Doremi, sampai akhirnya gadis bermata magenta itu meraih tangan Kotake, "Chotto matte, Kotake."

Kotake menghentikan langkahnya dan menoleh, "Ada apa lagi?"

Pipi Doremi memerah. Ia sempat terdiam selama beberapa saat sampai akhirnya ia memberanikan diri untuk berkata, "Aku ingin kau menciumku lagi."

.

Sementara itu, di dalam sebuah kamar di sebuah rumah yang cukup besar...

Seorang gadis berambut hitam panjang tak henti-hentinya membidik selembar foto gadis lain yang ditempelkan di dinding kamarnya dengan menggunakan anak panah kecil.

'Aku tidak rela kalau kau yang menjadi pacar dari pujaanku, walaupun kalian sama-sama berada di kelas 12 dan aku di kelas 11...' pikir gadis itu, yang kemudian berteriak, "Aku akan membunuhmu, gadis bodoh!"

.

To Be Continued

.


*: selengkapnya baca di 'Our First Date'.

Catatan Author: Whew, nggak nyangka. Ternyata saya bisa menyelesaikan chapter pertama lebih awal dari rencana! (tadinya sih, maunya fic ini dipublish besok malam, tapi karena hari ini udah selesai, yah...)

Seperti di 'Love?', nantinya fic ini juga akan saya bikin semi AR (ada beberapa hal yang akan saya sesuaikan dengan yang ada di Ojamajo Doremi 16 dan Ojamajo Doremi 16 Naive, walaupun mungkin akan jadi nggak terlalu sinkron karena nyatanya, kelihatannya akan ada beberapa volume selanjutnya dari serial Light Novel Ojamajo Doremi ini). Pokoknya pantengin aja terus ya? ^^

Now, it's time to RnR!