Espresso Your Feelings ️ ︎ Haruna Yumesaki

The Maze Runner ︎️ James Dashner

Rated T

Coffee Shop!AU, fluff

「Minho x Newt x Thomas」

「based on prompt by origami-teacup」


Hari-hari Minho seolah diterangi oleh banyak bintang semenjak pemuda cute itu berjalan masuk ke dalam kafe. Dia ingat, saat pertama kali melihat si pemuda, dia merasa jantungnya berhenti berdetak untuk sesaat.

Pemuda itu sangat manis dengan surai pirang lembutnya, manik cokelat dan, oh God, dengan aksen British yang kental itu, bisa saja membunuh Minho. Dia juga ingat melihat si pemuda mengerutkan dahi ketika melihat menu, bibirnya tertutup rapat dan ada semburat kemerahan di wajahnya karena cuaca dingin di bulan Desember.

Astaga, mengerutkan dahi saja dia sangat manis. Minho membatin.

Pada akhirnya, dia mendapatkan nama si pemuda manis itu. Newt namanya—jujur, mengingatkannya pada salah satu binatang, tapi, sudahlah. Nama Newt memang cocok untuknya, cocok sekali dengannya yang manis.

"Satu cappuccino hangat." Minho tersadar dari lamunannya ketika suara Newt tertangkap oleh indera pendengarannya, membuat si pemuda berdarah Korea itu tersenyum lebar.

"Bukan caffé mocha?" Tanyanya, yang sudah mengetahui serangkaian minuman favorit Newt.

"Tidak untuk hari ini, Min." Newt mengeluarkan tawa kecil dan Minho berani bersumpah, itu adalah hal terbaik yang dia dengar pada pagi hari seperti ini.

"Apapun untuk pelanggan terbaik di seluruh semesta alam. Mejamu masih kosong, tuh."

Baiklah. Bukan rahasia umum lagi kalau Minho sudah memiliki rasa suka pada si pemuda berdarah Inggris, yang kian membesar tiap kali dia melihat Newt datang ke kafe. Minho tahu betul dimana Newt biasa duduk, mengingat dia selalu mencuri pandang ke arah Newt saat istirahat, bahkan saat dia membuat kopi. Newt pun tahu akan hal itu. Bagaimana tidak, kalau tiap kali Newt memesan sesuatu, Minho pasti akan menunjuk ke arah meja favoritnya.

"Thanks, Min. Padahal aku bisa duduk di tempat lain selain disana."

"Ssh, aku tahu itu tempat favoritmu."

Minho sudah melakukan pekerjaannya sebagai barista (sekaligus kasir untuk pagi ini), membuat kopi pesanan Newt. Sementara Newt bersandar pada meja kasir, menatap pemuda Asia itu menyiapkan pesanannya. Keduanya berbincang untuk beberapa saat, sampai Minho selesai membuat kopi dan Newt, pada akhirnya memilih untuk duduk di tempat favoritnya.

Inilah saat dimana Minho menyebutnya dengan hari 'happy morning, good day'. Dimana harinya akan selalu dimulai dengan Newt yang datang ke kafe pada pagi hari saat kafe masih kosong dari pembeli, dan keduanya berbincang (dengan banyak flirt dari Minho kepada Newt), akan lebih baik lagi jika Newt tertawa. Demi Tuhan, suara tawanya itu adalah yang paling merdu-tapi-manis yang pernah aku dengar, pikirnya, sialan! Aku benar-benar jatuh cinta.

Hari ini pun seharusnya menjadi hari yang menyenangkan...

"Oh, Tommy! Kau datang lebih awal!"

...kalau saja si shank tidak ada disini sepanjang hari. Setidaknya, tidak pada pagi ini.

"Yah. Aku mau memastikan Minho tidak terlambat." Terdengar suara, balasan untuk sapaan Newt.

Sebenarnya itu sedikit konyol, mengingat Minho tidak pernah terlambat pada morning shiftsnya. Dan lagi, Minho-lah seniornya disini. Harusnya dia yang memastikan si kurus itu tidak terlambat.

Namanya Thomas. Si anak bawang di kafe, datang beberapa bulan yang lalu dan Minho lah yang mengajarkannya seputar pekerjaannya sebagai barista. Mereka baik-baik saja, awalnya, bahkan menjadi teman dekat.

Setidaknya sampai Newt hadir dalam kehidupan keduanya.

Sudah sangat jelas terlihat bahwa Minho menyukai Newt. Namun yang mengejutkan (tidak juga, sebenarnya) adalah kenyataan bahwa Thomas pun memiliki perasaan yang sama; dia juga menyukai Newt. Semenjak saat itu, keduanya menjadi sangat kompetitif. Selalu melakukan apapun untuk mendapatkan perhatian Newt. Pemuda pirang itu tidak keberatan, awalnya. Namun, semakin lama, Newt merasa sedikit tidak enak saja. Thomas dan Minho sering membayar kopi dan makanannya, dan itu membuatnya sedikit kesal. Dia merasa seperti berhutang, kau tahu?

"Uh... Sudah sarapan, Newt?"

"Sonya buru-buru tadi, jadi aku hanya makan sandwich."

"Aku buatkan—" Sangat terbaca, Newt tahu betul apa yang akan Thomas katakan selanjutnya.

"Tommy, no. It's fine, I'll have breakfast later." Newt buru-buru menggelengkan kepalanya. Jangan lagi, batinnya.

"Kau yakin? Aku tidak kebera—"

"Nope, Tommy. Tidak hari ini."

Matanya panas, dadanya pun terasa sedikit sesak—cemburu. Dia berusaha untuk fokus dengan pekerjaannya membuat kopi. Beberapa menit berlalu, dan orang-orang mulai datang ke kafe.

Tapi tidak selang beberapa menit kemudian, Minho kembali melirik ke arah Newt. Tidak ada Thomas yang mengganggunya, itu bagus. Newt terlihat santai dan nyaman sambil mengetikkan sesuatu di laptopnya. Bagus, dia lebih suka melihat Newt sendiri daripada harus ditemani si anak bawang.

Satu jam berlalu, Minho sudah bertukar tempat dengan Thomas. Kali ini Thomas yang menjaga kasir, dan Minho yang sibuk dengan kopi.

Saat Minho sedang membuat kopi, dia melirik ke arah Newt. Pemuda manis itu sudah menatap Minho lebih dulu, seolah menanti untuk diketahui eksistensinya. Begitu Minho membalik ke arah Newt, dia melihat Newt yang menunjuk pada cangkir kopinya yang sudah kosong. Dan Minho hanya membalas dengan cengiran khasnya.


"Ini dia, spesial untukmu seorang."

Secangkir cappuccino hangat sudah Minho letakkan di meja Newt, menggantikan cangkir yang sebelumnya.

"Terimakasih, Min. Kau memang yang terbaik."

"Aku tahu, kok. Karena kau juga sama."

Balasan Minho membuat si pemuda bersurai pirang itu terkekeh karena malu, dan senang.

"Sepertinya deadline sebentar lagi, ya?" Kata Minho, mengacak surai lembut Newt dengan jahil. "Aku harap aku bisa bantu. Tapi, si kurus itu pasti sedikit kesusahan karena sudah mulai banyak orang berdatangan."

Gestur yang sangat simpel itu bisa membuat semburat merah menghiasi wajah Newt, membuatnya dua kali lebih manis. "Oh, diamlah. Kembali kerja, sana. Tommy sedang menatap kita dengan tajam, dia membutuhkanmu."

"Oh, tentu saja. Bagus," Seringaian di wajah tampan Minho terlihat seperti seringai kemenangan. Dia tahu tatapan tajam itu hanya diperuntukkan pada Minho. "Aku kembali bekerja, kalau begitu. Good luck, Newt."

Saat Minho berbalik dan pergi, Newt tersenyum lembut, menggelengkan kepala mengingat persaingan antara Minho dan Thomas. Dia mengambil cangkirnya, berhenti sesaat sebelum meminumnya.

Ada sebuah gambar, foam art bunga di cappuccino miliknya.

Tiba-tiba saja Newt merasa energinya sudah kembali, dengan hanya melihat seni foam art yang begitu simpel namun menakjubkan itu.


Ekhem...

Halo—! Haruna Yumesaki disini. Saya pendatang baru dalam fandom TMR, dengan OTP Minewt Newtmas. *nggak nanya*

Sebelumnya saya memposting ff ini di AO3 dengan menggunakan Bahasa Inggris, jangan kaget saat lihat ada ff dengan judul yang sama ditulis oleh aimermania xD

Bersedia memberi sedikit feedback, guys?