Disclaimer: Boboiboy milik Animonsta Studio/Monsta. Tak ada keuntungan materiil yang saya dapat dalam membuat cerita ini.

Dream by nattfrei

Enjoy?^^

.

.

.

.

.

"Bacakan semua jadwalku hari ini, Assistant Yaya,"

"Algeseumnida, Halilintar-isanim,"

Map hitam yang bertengger di lengan kanannya sejak tadi akhirnya dibuka. Asisten muda dengan tinggi 155 cm itu terlihat kewalahan saat kertas-kertas yang belum ia tata semalam karena sakit kepala yang tak tertahankan, keluar dari penjepitnya.

"Ash... jinjja...," ia mendesis pelan, kesal sendiri melihat berbagai kertas berisi kegiatan berbeda itu tidak bisa diatur.

Yaya mengangkat dagunya sedikit hingga kedua hazelnya menyembul dari balik map dan reflek menunduk kembali saat pandangannya bertabrakan dengan atasannya. Eoh, jinjja paboya, sesalnya dalam hati.

Sementara itu, direktur muda H's Enterprise menghembuskan napas kasar. Ia berdiri lantas memijit pelipisnya, "Ahh, apa aku salah sudah merekrutmu? Ck, seharusnya aku tahu,"

"M-mianhamnida isanim, s-saya-"

"Seminggu yang lalu kinerjamu sangat bagus, Assistant Yaya. Ada apa denganmu hari ini? Hmmhh...," kedua lengan Halilintar terlipat, sorot netra ruby-nya sangat tajam dan intens membuat nyali Yaya ciut.

"Kau sakit?"

"Eh?" manik hazel Yaya mengerjap berkali-kali. I-ige mwoya? Halilintar-isanim menanyakan kesehatanku? Ah, kepalaku sakit lagi.

"Apa sebelum pergi kerja kau tidak membersihkan telingamu? Kau tau suaraku ini sangat berharga untuk menanyakan kondisi orang,"

Stab.

Anak panah imajiner menusuk ulu hati gadis surai coklat.

Ahahah, maaf saja jika telingaku agak tuli, isanim. Yaya berusaha tersenyum manis, sekuat tenaga menahan sakit yang mendera, "P-pukul 10.00 AM, ada meeting project "Coffee Shop" lalu pukul 02.00 PM, meeting dengan Tuan Han atas project 'Hotel Kucing' dan terakhir... uhh,"

Srek.

Jeda sejenak. Membalik lagi kertas yang tersisa, Yaya melanjutkan tugasnya, "Pukul 06.00 PM, Ayah anda ingin bertemu dengan anda di Restaurant H's Enterprise,"

Ruby berotasi pelan, "Kau benar-benar tidak mendengar,"

"M-maaf?" asisten mungil itu nervous. Ia berpikir sudah melaksanakan salah satu tugasnya sebagai asisten dengan baik. S-siapa yang dia maksud 'tidak mendengar'?

Grep.

Terkejut, tentu saja. Yaya hampir saja berteriak senang, c-coret, ia hampir saja berteriak ketakutan. Siapa yang tidak akan terkejut saat kau sedang memikirkan masalah yang kau perbuat dan tiba-tiba atasanmu memegang erat kedua bahumu? Apalagi... atasanmu lumayan tampan. Khh.

"I-isanim? Ma-maaf. S-s-saya m-mohon j-ja-jangan pecat saya," walau terbata-bata Yaya mampu mengatakan itu saat perasaan takut dan kalut mendominasi tubuhnya saat ini.

"Aku menanyakan kondisimu, Assistant Yaya. Bukan jadwal," suaranya sangat rendah. Yaya bisa merasakan napas Halilintar dari jarak sedekat itu.

"T-tapi anda tadi bilang 'Bacakan semua jadwalku...,' j-jadi saya- Ah!"

Yaya memekik pelan saat bahunya makin digenggam erat.

"Sakit?"

"...N-ne isanim. Bisakah anda melepasnya? Uhh,"

Atmosfernya sangat jelek. Yaya merasa hari ini benar-benar hari terakhirnya bekerja disini. Rekor terbaru bekerja paling sebentar, 9 hari. Ia menutup kelopak matanya.

Chu.

Dan membukanya lagi setelah merasakan sensasi aneh menerpa bibir pinkish-nya.

APA?

"Isanim?!"

"Tutup matamu lagi dan fokuslah!"

Perintah (yang bagi Yaya gila) itu bagaikan sihir. Perlahan tapi pasti, hazelnya mulai terpejam. Kedua pipinya memanas manakala Halilintar semakin menekan bibirnya. Ugh, tapi sakit kepala ini kenapa tidak hilang-hilang?

...

...

...

..

.

"...Ya,"

"...Yaya bangun!"

"Ck dasar, bisa-bisanya ia tidur di tempat seperti ini?"

"Hei Ying, ciprat saja wajahnya dengan air panas,"

"Are you out of your mind, Fang?!"

Orang yang dipanggil Fang mengangkat bahu tanpa melepas lipatan kedua lengannya. Ia menghembuskan napas dan mengambil langkah untuk duduk di sebelah kanan gadis yang kini tengah tidur di atas kursi taman kampus.

Iya, benar. Kau tidak salah baca, Yaya mahasiswi semester 2 jurusan Management Universitas Seoul tidur di atas kursi taman kampus dengan posisi menghadap ke jalan setapak.

"Jika kau membangunkannya dengan cara lembut seperti itu terus, aku yakin kita akan menginap disini," celetuk Fang mulai kedinginan ketika angin musim gugur menerpa kulit putihnya.

"Geureom eotteohkeyo? Kusuruh kau menggendongnya ke mobil kau tak mau, kau juga tak ada usaha untuk membangunkannya. Yang kau lakukan daritadi hanya nyenyenyenyenyeneye!" gadis kuncir dua yang dipanggil Ying itu menekuk telapak tangannya. Menggerakkan jarinya yang menempel satu sama lain hingga terlihat seperti mulut. (Paham ga?)

"Setidaknya bantu aku,"

"Aku sudah membantumu tadi. Cipratkan saja air panas ke wajahnya,"

Ying berdiri mendekati Fang dan mencekik leher teman satu kampusnya itu dengan ekspresi marah yang ugh...

Lalu Fang? Ia hanya menerima nasibnya. Untungnya cekikan Ying tidak terlalu sakit.

"Hnngg?"

Ying dan Fang berhenti lalu menoleh ke samping, "AKHIRNYA~~!"

"Hah?"

.

..

...

...

...

"Jadi kau berniat mengembalikan buku ke perpustakaan dan karena tiba-tiba kepalamu sakit kau memutuskan untuk duduk sejenak di kursi itu lalu karena tak tahan kau mencoba menutup matamu untuk menetralisir rasa sakitnya dan tanpa sadar kau tertidur?"

"Kereta api Ying Express baru saja melaju,"

"Shut up Fang!"

Ying mendelik tajam kemudian kembali memfokuskan pandangannya ke arah sahabatnya, "Yaya, ya ampun. Untung saja kami sedang ada di kampus hari ini, kalau tidak...,"

"Sudahlah, tapi kau tau? Aku bermimpi aneh saat tidur tadi. Mimpi itu terasa nyata," tangan Yaya terampil menggulung daun selada berisi daging sapi matang dan membawanya masuk ke dalam mulut mungilnya.

"J-jeongmalyo? Ppali malhaebwa!"

"Bisa kecilkan suaramu? Semangat sekali, sih?" Fang mengetuk kening Ying pelan dengan ujung sendok.

"Aw! Ya! Orang yang tak pernah bermimpi lebih baik diam saja!"

"Apa maksudmu ha?"

Yaya tertawa kecil melihat pertengkaran tak penting kedua sahabatnya. Ia menyendokkan kuah sup ke dalam mulutnya.

Tidak terlalu panas.

Sama seperti ciuman itu, tidak terlalu... Eh?

"Hng? Yaya kenapa wajahmu merah? Masih sakit ya?"

"Lihat gara-gara kau, kepala Yaya jadi sakit lagi kan? Bahkan kali ini ditambah demam! Cepat habiskan makananmu dan kita antar dia dengan mobilmu Fang!"

.

.

.

.

.

Algeseumnida= Baiklah/ Saya mengerti.

Isanim= semacam direktur. 'nim' itu setau saya embel belakang buat manggil orang yang punya jabatan lebih tinggi dari kita atau orang yang lebih tua dari kita. Jadi, Halilintar-isanim= Direktur Halilintar.

Jinjja= Benar-benar. Tapi kalo diucapinnya ngeluh kaya Yaya tadi, kita bisa mengartikannya dengan 'Ah, seriously?'

Mianhamnida= Maafkan saya. Pasti udah tau kan? huhu

Ige mwoya= Apa ini?

Geureom eotteohkeyo= Lalu, bagaimana?

Ne= Iya.

Jeongmalyo= Benarkah?

Ppali malhaebwa= Cepat katakan padaku.

Ya!= Hei!

.

.

.

.

.

A/N

Oh astaga, cerita apa yang udah saya tulis ini?

Ugh, fantasi yang aneh. Iya kan? ;;;

Uhm mengenai bahasa Korea dengan artinya yang sudah kalian baca diatas, jika ada yang salah mohon dikoreksi di review ya. Maklum, saya masih tahap belajar jadi ya...

...

Ah, betul juga! Selamat liburan semuanya~ jangan terlena dengan libur yang singkat ini ya huhu. Ingat, berbagai ujian tertulis maupun berbasis komputer udah nunggu. Kahahah!