Dulu, saat hari ulang tahunku yang ke-5, kaa-san pernah bercerita tentang seorang gadis dengan syal merah yang selalu berkeliaran dimalam yang dingin kota Tokyo. Gadis itu adalah seorang wanita disukai Aniki dan masyarakat Tokyo. Aku tidak tahu siapa dia karna aku tidak pernah melihatnya.
Tapi pada suatu waktu, aku tahu siapa wanita bersyal itu.
...
Diclamer : Masashi-chan, Narutonya boleh buat aku gak? Kalau gak dikasih, aku minta Sasuke aja deh. (MSK : gak)
Pairing : SasuSaku. Kali ini gak ada ide buat bikin fic Yaoi. Tpi mungkin dific lainnya *jitaked
Genre : Romance/Humor/Tragedy/Family
Rated : Gak tau, kayanya T
Warning : OC juga boleh, Abal, Miss Typo, gaje, Alay(?), no yaoi dan lain lain yang menyangkut ketidak bisaan Author.
…
No Useful
...
PRANGG
Suara bantingan keras terdengar dari sebuah restorant mewah disisi kota itu. Barang yang berupa gelas mewah tersebut tersungkur begitu saja tanpa ada yang membereskan. Keadaan yang pada awalnya tenang menjadi riuh dengan semua cemohan seseorang. Bagaimana bisa? Padahal hari ini merupakan hari yang cerah. Langit biru tidak menampakkan sedikitpun noda disetiap jengkal Harizontalnya, Matahari menjalankan tugasnya seperti biasa, menerangi bumi dengan semangatnya. Hari hari yang dijalani oleh pemuda yang mendapat cemohan tersebut seharusnya menjadi hari terindah pada hari pertamanya sebagai pelayan. Wajahnya yang tampan menjadi seasam buah Plum yang sehabis dimakan. Wajahnya merah mendidih menahan marah. Ada apa dengan pemuda ini? Meladeni lelaki yang berkisar sudah tua saja tidak bisa. Hari pertamanya kerja menjadi berantakan hanya karna seekor serangga yang berupa semut numpang lewat didekat meja tempatnya makan.
"Hei, kau harus bertanggung jawab! Aku mau kau mengganti makanan sampah ini dengan yang baru" kata pria tua itu sambil terus menunjuk dahi pemuda yang menjadi wadah cemohannya itu.
Lelaki itu terus terusan menunjuk wajah tampan milik pelayan resto dengan sangat kasarnya, tidak peduli dengan semua pengunjung yang tadinya sedang menikmati hidangannya menjadi malas memakannya kembali. Berisik sekali, menggangu saja, kasihan sekali pemuda itu, hanya semut saja kenapa diributkan, itulah kata kata yang lancar terucap dari bibir para pengunjung. Sedangkan pemuda berambut Hitam bergaya rambut –pip- ayam itu hanya menatap nanar lelaki tua didepannya. *taboked
"Maaf Tuan, tapi semut itu hanya melewati gelas Anda. Tidak sampai masuk kedalam makanan maupun minuman Anda"
"Aku tidak peduli! Walau begitu aku tidak akan memakan sampah yang sudah dilewati serangga menjijikan ini!" katanya seraya menunjuk kasar semut yang sudah tersungkur mati di dekat vas bunga.
"Baiklah saya mengerti"
Pemuda itu megambil makanan yang seharusnya sudah dimakan lelaki tua itu semenit yang lalu. Wajahnya yang Stoic menjauh dari lelaki yang masih menyeringai puas. Kaki yang tertutup dengan celana panjang hitam itu berjalan menuju dapur untuk mengambil makanan baru. Sesekali ia mendecih sebal dan mengutuki dirinya sendiri.
'padahal hanya semut'. Lelaki tua itu sudah membuatnya malu sebagai pegawai baru.
Tidak jauh dari tempat lelaki tua itu duduk, gelas yang pecah tadi kini sudah dibersihkan oleh laki laki berambut pirang. Ia terus menyapu tiap jengkal kaca kaca pecahan yang berserakan. Takut takut bila nanti terinjak oleh pengunjung dan akan jadi masalah lagi nanti.
Lelaki pemilik rambut raven itu masih terdiam didapur, menuggu sampai masakan yang akan dibawanya selesai disiapkan. Tapi hal yang ia nanti bukanlah sebuah koki yang membawakan masakan pesanannya, malahan seorang menager resto yang mendatanginya. Manager itu menatap pemuda yang sedang bersender pada dinding dengan tatapan serius.
"Maaf ini terlalu berat untukmu. Tapi kau harus berhenti sekarang juga" kata manager itu yang sejak tadi sudah barada didekatnya.
Pemuda dengan sebuah tag name "Sasuke Uchiha" itu sangat kaget seketika. Kenapa? Padahal baru sehari ini ia bekerja.
"Memangnya ada apa sampai aku dipecat pada hari pertamaku?"
"Kau tidak lihat apa yang kaulakukan barusan?" tanyanya balik.
Barusan? Bukankah keributan itu bukan dia yang memulai? Hanya karna seekor semut yang lewat saja lelaki yang disebut 'Tamu' itu sudah marah dengan Histerisnya. Sampai sampai ia membating gelas mahal milik resto ini. Memalukan. Cara marahnya saja seperti anak kecil.
"Kenapa aku yang disalahkan?"
"Kau merusak reputasi Restoran ini. Kekacauan yang didisebabkan oleh tamu itu sudah merusak ketenangan bahkan para pelanggan kita malah berhamburan keluar"
Berhamburan keluar bukan hal itu berarti menurunkan reputasi bukan?
"Tapi kenapa malah aku yang dipecat?"
"Jawabannya mudah. Karna kau tidak menjaga kedipsiplinan tata kinerja sebelum mengantarkan pesanan pada pelanggan. Kau tidak mempersiapkan terlebih dahulu meja yang akan ditempatkan, tidak memeriksakannya terlebih dahulu apakah meja itu kotor atau tidak dan cara penyambutannmu terasa hampa pada tiap tamu yang datang kesini, apa kau mengerti, Uchiha-san?"
"Cih! Kenapa hanya hal sepele saja malah dibesar besarkan"
"APA KAU BILANG? SEPELE? KAU TELAH MERUSAK REPUTASI RESTORANT INI. CAMKAN ITU! SEKARANG PERGI DARI DAPURKU!"
Laki laki bermarga Uchiha itu kembali berdecih kesal. Pitamnya naik sebelah Manahan emosi. ia menatap sekilas meneger resto dengan tajamnya. Mata Onyxnya tidak henti hentinya mengiris iris mata sang maneger. Semarah ini kah dia? Tentu saja. Ia sudah sangat sulit mencari perkerjaan dikota yang ia tempatkan. Sekarang perkerjaan yang bergaji lumayan tinggi itu harus ia tinggalkan begitu saja. Hanya karna seekor semut malang yang pada akhirnya harus mati ditendang oleh jarinya. Arggggghhh! Dia kesal. Sangat kesal. Baju yang melekat rapi pada badannya yang ramping sudah terlepas dan digantungnya pada gantungan diloker bajunya(Mantan). Ia memakai kaos biru tua dan menyambar tasnya untuk segera pergi pulang. Dari jauh ia mengutuki sang Manager yang merupakan pemilik Resto yang juga Kakak dari temannya.
Tak lama ia mengarah pada pintu keluar. Mata hitam hampanya tidak kembali melirik sedikitpun pada restoran yang menjadi MANTAN tempat kerjanya. Sesekali ia memaki resto itu dengan sebutan 'menyebalkan'. 'resto memalukan'. 'gila tata tertib'. Dan 'menyedihkan'
Sudah setengah jam ia pergi dari resto mantan tempat kerjanya, langkah kakinya begitu jontai mengarah kea rah apartemen di sebrang jalan sana.
DI Apartemen No. 121
Lelaki yang akrab dipanggil Sasuke itu baru saja dari kamar mandi yang bertempat pada kamarnya. Pakaian yang seharusnya melekat pada tubuhnya sudah terlepas begitu saja dan sekarang ia memakai celana levis saja. Ia mengelap kepala berambut hitamnya dengan handuk ukuran kecil. Hmmm, mungkin habis mandi?
Pikiranya masih berkecamuk kesal dengan prilaku manager resto tadi. Gara gara dia, ia harus berhenti pada hari pertamanya kerja sebagai pelayan. Buka hanya itu, umurnya sudah 17 tahun dan sekarang harus menjadi pengangguran lagi. Ia harus mencari kerja lagi untuk menghidupi kebutuhan pokoknya, berhubungan ia tinggal sendiri di apartemennya.
"Apa yang harus aku lakukan?" tanyanya pada diri sendiri.
Ia menghempaskan tubuhnya pada sofa yang ada diluar kamarnya. Handuk yang ia pakai tadi ia gunakan untuk menutupi mata onyxnya. Ia mendesah berat. Satu hal yang ia bingungkan, kenapa ia selalu dipecat dihari pertamanya bekerja?
Tidak mampukah ia menjadi seorang pekerja keras? Apakah bakat yang ia punyai tidak berguna sama sekali? Kesopanan yang ia pelajari ini apakah akan menjadi sia sia? Ia tidak tahu. Semua itu ia yang akan menemukan jawabannya. Tak lama dari itu matanya mulai memejam sebentar, merasakan hembusan angin yang lewat dari jendela yang sengaja ia buka lebar lebar. Tenang, dan sunyi. Keadaan yang ia suka.
Tapi ternyata hal itu tidak berlangsung lama.
Seseorang bermata sebiru langit dan berambut kuning sudah entah sejak kapan sudah berdiri tegak didepannya. Laki laki itu memakai pakaian yang sama dengan pakaian pelayan pada resto yang menjadi Mantan tempat kerjanya itu. Dia, lelaki yang memiliki bet biru dan sebuah tulisan 'Naruto Namikaze' mendesah pelan didepan sang Uchiha bungsu yang tidak tau akan keberadaan. Sontak Sasuke yang mendengar desahan itu langsung menarik handuk yang ada dimukannya dan melihat teman rambut kuningnya yang sudah memajukan bibirnya kesal.
"Sedang apa kau disini, dobe?" tanyanya.
"Melihat temanku yang gagal menjadi seorang pelayan" katanya.
"Dari mana kau masuk? Aku tidak mendengar suara ketukan pintu atau suara bel?"
"Bagaimana kau mau mendengar suara ketukan pintu. Pintunya saja kau tidak tutup. Dasar teme!"
"Oh" jawabnya singkat. Serasa malas meladeninya berbicara.
"Jangan hanya OH saja. Kau harus mencari pekerjaan baru teme! Kau sudah besar dan jangan menjadi pengangguran lajang. Sudah sepantas bagi kita untuk mencoba beberapa perkerjaan sebagai jaminan nanti"
"Aku juga tidak mau mempunyai propesi seperti itu. Dan aku juga sedang berfikir perkerjaan apa yang lebih pantas dari pada menjadi seorang pelayan."
"Kakakmu" Sasuke mengadah kearah lelaki berkulit tan didepannya. Ia menaikan sedikit alisnya seolah meminta penjelasan.
"Kakakmu. Bukankah dia sudah memberimu peluang untuk ikut bersamanya menjadi.."
"Aku tidak mau jadi polisi. Cih! Memuakkan! Kenapa semua selalu menyebutkan namanya didepanku!?" Sasuke berpaling tak suka mendengar pernyataan dari sahabat kecilnya itu. Dari kecil ia memang paling benci dengan kakaknya. Sebab atau alasan, itu karna dikeluarganya hanya Itachi saja yang selalu menjadi pusat perhatian ayahnya.
"Memangnya apa yang kurang? Kau hebat, pintar, jauh lebih baik dariku. Hah teme, kau ini bagaimana" Sasuke memejamkan matanya sebentar. Ia mencoba merasakan kembali angin yang tersisa dalam ruangannya dan melupakan pembicaraan yang menyangkut Itachi.
"Gomen Naruto. Tapi aku tidak bisa" Naruto memandang temannya itu dengan tatapan sendu. Jika Sasuke sudah memanggilnya dengan nama depan, itu artinya Sasuke serius dengan perkataannya.
"Kau beruntung mempunyai sebuah keluarga seperti mereka. Tapi satu hal yang perlu kau ketahui, kau tidak sendirian. Seberapa egoisnya kau, pada akhirnya kau pasti akan membutuhkan orang lain." Naruto berbalik menuju pintu keluar. Kedatangannya keapartemen milik Sasuke hanya untuk meracau temannya. Ditambah lagi, waktu istirahatnya sudah berakhir. Ia harap apa yang baru saja dikatakannya dapat berguna untuk temannya itu.
Sudah sewajarnya ia tahu hubungan Sasuke dengan keluargnya. Keluarga Uchiha adalah keluarga paling ternama di Tokyo. Ia beruntung berteman dengan salah satu anggota Uchiha. Tapi ia tidak dapat menduga bahwa dirinya telah berteman dengan seorang Uchiha yang sangat membenci anggota Uchiha lainnya. Memang tak banyak nama Uchiha yang menyebar diTokyo, tapi ia yakin hanya Uchiha muda yang ini yang sangat membenci keluarganya dan sangat sukar dengan nama marganya sendiri. Dia payah, itulah pendapatnya.
Lelaki dibelakangnya sangat tidak suka dengan keluarganya hanya karna satu orang dan menyebar seterusnya. Sasuke sangat tidak suka dengan kakaknya. Sudah jelas karna kesuksesan sang kakak sebagai polisi. Jika seandainya ia berada diposisi Sasuke, mungkin ia akan memperbaiki hubungan itu yang terus berlanjut saat umur(sasuke) 8 tahun. Itu cukup lama. Lagipula itu juga bukan salah Itachi jika ia memang sangat berbakat dengan memecahkan kasus. Juga bukan salah ayahnya yang sangat bangga dengan kesuksesannya itu. Hanya saja Sasuke sudah terlanjur kesal dengan ayahnya yang selalu memandangnya rendah.
Ah, satu hal yang tidak dapat Sasuke lupakan saat itu. Didepan sang kakak, terlontar ucapan 'takut takdir' dari mulut sang kepala keluarga. Itu cukup menyakitkan dan terdengar meremehkan. Naruto dapat merasakannya. Itu sebabnya Sasuke memisahkan diri dan mencari uang dengan hasil keringatnya. Meskipun ia tidak peduli dengan ibunya yang sangat khawatir diatas sana.
"Dobe" Naruto terhenti seketika.
"Arigato. Kau sangat membantu. Tapi mungkin aku belum bisa hidup tanpa keegoisan" Naruto segera berbalik tiba tiba sambil mengerucutkan bibirnya. Sasuke yang melihatnya cukup jengkel. Ia memang paling benci melihat wajah sidobe itu jika sedang kesal.
"Bukan padaku dan juga teman teman. Kau hanya egois pada keluargamu, teme"
"Yaya, terserah."
"Hah kau ini. Besok, jika kau tidak datang kesekolah, aku akan membakar apartemenmu!" dan ia kembali melangkah menuju keluar kamar.
"Memangnya kau berani?"
"Bukan aku yang akan melakukannya, tapi Kyuu-nii!"
BRAK
Sasuke mendesah berat. "Dobe tetap saja dobe"
...
Suasana di sebuah kamar tampak tenang. Pagipun menyamput dengan senyuman sinar matahari. Namun apa daya jika keadaan pagi yang menyenangkan terasa terabaikan begitu saja. Ya, 1 insan yang masih tergeletak di bed tidurnya hanya mendesah malas..
Mata onyxnya menatap keadaan kamarnya yang sunyi. Dilihatnya kamar berukuran sedang tersebut. Berantakan. Tentu saja berantakan, sudah hampir setiap hari ia jarang pulag kerumah demi mencari pekerjaan maupun sudah bekerja. Satu kata, Sibuk. Kaki jenjangnya mulai menuruni bed kafer berseprei putih biru, dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
" Cih, aku malas mandi" ucapnya bosan.
Awalnya memang tujuannya adalah mandi. Namun, menurutnya hal itu adalah hal yang hanya menghabiskan waktunya saja. Mau tak mau, ia hanya mencuci muka dan menyikat gigi serta mengganti. Benar benar jorok *DUAgh
5 menit ia membersihkan diri di kamar mandi. Muka putih nan bersihnya sudah tampak lebih baik dari sebelumnya. Mata onyxnya tampak tak sayu lagi. Sosok berambut dongker tersebut mulai melangkahkan kakinya lagi kearah pintu, berharap ia dapat keluar dari kamarnya yang berantakan. Pintu telah sukses ia buka dan tertutup, perut yang tertutup oleh kaos putih polosnya sudah tampak menggendang gendang untuk meminta makan.
Arah kakinya mulai akan menapaki kea rak kulkah 2 pintu berwarna putih miliknya. Entah apa yang ia fikirkan, ia mengambil beberapa, banyak, hampir semuanya makanan yang tersimpan di kulkas ia keluarkan. Saking lapernya. Menaruh hasil copetan dari kulkasnya dan menaruhnya di meja makan miliknya. Dengan lahap ia memakan buah Apel yang ia ambil tadi.
Jam menunjukan pukul 06.23 lantas ia kembali melanjutkan mandinya yang hanya setengah. Setelah memberihkan diri, ia memakai seragam sekolah yang tergantung dilemari. Ya, dia akan sekolah hari ini. Bukannya ia malas, hanya saja ia sangat benci jika harus berurusan dengan kakak kandung Naruto yang sangat berisik dan menyeramkan itu. Hah, ia jadi ingat terakhir kali semua boxernya dicuri oleh lelaki itu karna menyembunyikan bola Naruto saat diSMP dulu.
"Benar benar konyol"
Tok tok tok
Tiba tiba saja suara pintu bergeming. Sasuke tidak dapat menyangkal bahwa ada tamu bodoh yang mau bertamu dipagi seperti ini.
"Temeeeeee... hoiiiiii" walaupun pada kenyataannya, tamu bodoh itu adalah sahabatnya sendiri. Hah anak itu. Bisa bisanya dia datang menemuinya. Pagi malah. Walaupun sangat jarang, tapi bocah pirang itu bisa merusak siput telinganya. Bisa bisa, jika ia terus dipecat dan didatangi anak itu untuk melakukan pencerahan, siput yang berada ditelinganya bisa kabur.
Sasuke dengan langkah gontai menuju pintu. Ia sudah memakai seragam lengkap dengan dasi yang agak kendur dan tas sekolahnya yang telah berada didepannya. Ceklek, pintu dibuka.
Entah ada angin topan atau tsunami dijepang *udah kali, sipirang itu tersenyum lima jari andalannya. Apa anak ini sudah jadi gila karena terus menceramahiku? Entahlah. Semoga saja tidak. Ia tidak mau berurusan dengan Kyuu- siwanita ganas yang hampir mirip dengan laki laki itu(makanya Naruto manggilnya nii, bukan nee). Bahkan sangat mirip sampai sampai ia mengira bahwa gender Naruto tertukar dengan kakanya. Yayaya, terang saja, Naruto itu terkadang sangat ciut dengan seorang wanita.
"Kau... pagi ini keracunan ramen kakakmu ya?" Sasuke mulai khawatir dengan temannya itu. Suatu bayangan membuatnya merinding saat wajah Kyuubi mengamuk diapartemennya.
Sementara itu, Naruto meronggoh saku celananya untuk mengambil sesuatu. Secarik kertas? Apa itu?. Si bungsu Uchiha yang melihat itu langsung menaikan sebelah alisnya, untuk apa itu? Apa dia akan memberikannya uang? Kalau dia sih tidak masalah jika diberi uang. Apeng ah.
"Ini!" Naruto menunjukkan sebuah kertas berlogo bunga sakura. Diatasnya terdapat kalimat 'DICARI' .ia mengambil kertas itu dan membacanya secara seksama. Apa ini? Ia menawarkanku perkerjaan. Tulisan pada kertas itu tercetak rapih, tidak ada sedikitpun kalimat yang salah pada tiap katanya. Dan yang membuatnya tercengang adalah perkerjaan yang harus ia lakukan dan GAJINYA!.
DICARI
Seorang Butler untuk Nona Muda Hazuki. Berkerja setiap hari dan menjadi Kepala Pelayan disebuah rumah yang bertempat di Komplek Ast. Marg. Mengawal Nona Muda tanpa istirahat kecuali pada Malam Hari dan hari minggu. Akan digaji perbulannya. Bisa mengatur jadwal untuk Nona Muda serta memenuhi syarat dibawah Ini:
Lulusan SMP tidak akan diterima ,Bisa Menyiapkan Kebutuhan sehari hari seperti Memasak, Mencuci, dan membersihkan rumah, Tampan(?),Menguasai setidaknya 3 Martial Arts, Memiliki kesopanan dan Tata Tertib.
Dan hal hal yang dapat membuat Nona Muda nyaman ketika bersama Anda.
Jika sudah memenuhi Syarat yang diajukan silakan Hubungi Akasuna Sasori pada No. 08xxxxxxxxxx.
Mohon Bantuannya dan Trima Kasih.
"Bagaimana?"
"Apanya?" Naruto menepuk dahinya hingga merah.
"Mau tidak?" Sasuke memandang kertas itu dengan pandangan kosong. Seperti seolah berfikir. Bagaimana ini? Pekerjaan ini memang sangat lumayan. Gajinya pas, persyaratannya juga sudah ia dapat tuntaskan. Lalu kenapa harus bimbang? Naruto mungkin berfikir hal yang sama.
"Dobe... apa aku harus bekerja lagi?" Naruto menaikan sebelah alisnya. "Tentu"
"Tapi.."
"...?"
"Jika aku meninggalkan apartemenku, nanti kakakmu akan membakarnya"
GUBRAK
"Kau... gah! Sudah, kau mau apa tidak? Kau bilang tidak mau jadi polisi, bekerja sambilan saja tidak pernah awet, sekarang mendapat pekerjaan sesuai dengan keahlian kau malah menghawatirkan apartemenmu, sebenarnya.. ah sudahlah!" Sasuke memperhatikan temannya dengan pandangan datar. Dia yang bekerja, kenapa bocah ini yang sewot?
"Yaya, aku akan menerimanya"
"Sungguh?"
"Hn. Bagaimanapun, ini demi diriku dan untuk membuktikan pada ayahku" Naruto yang mendengar itu hanya tersenyum memaklumi teman kecilnya. Ia tahu kalau anak keluarga terpandang Uchiha bukanlah anak yang pantang menyerah. Sasuke walau tidak terlihat mementingkan keluarganya, ternyata masih membutuhkan perhatian. Seorang pemuda yang sudah menekat bulatkan perkatannya seperti saat terakhir si teme itu benar benar marah pada kakaknya. Walau hanya memberikan saran+kotbah panjang pada Sasuke setiap berhenti bekerja, menurutnya cukup untuk mendorongnya untuk maju.
"Oh ya ada satu lagi"
"..?"
"Wanita itu tidak suka dengan laki laki yang membosankan. Jadi, cobalah ubah sikapmu yang dingin itu ya ^-^"
"Ha? -.-" "
…
No Useful
...
Bagi Sasuke menempuh perjalanan tanpa kendaraan bukanlah hal yang sulit. Jarak antara apartemen dan sekolahnya memang hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Sekitar 3 blok dari apartemennya. Begitupun dengan Naruto yang rumahnya berada disisi jalan, namun sedikit masuk kedalam komplek. Jika kau berkunjung kerumah Naru, satu satunya yang akan menyambutmu didepan rumah adalah seorang gadis berambut merah membawa semacam Bazoka. Anggap saja Sasuke tidak pernah mau kembali kesana lagi untuk kedua kalinya.
"Nee teme?"
"Hn?"
"Apa kau sudah punya pacar?" Sasuke memejamkan matanya. Dalam hati ia berfikir, dari pada memiliki pacar, ia lebih mementingkan dirinya sendiri.
"Pertanyaan payah. Kau tahu sikapku pada mereka" Naruto mengangguk mengerti. Sikap siteme ini memang jauh dari kata menghargai. Terutama menghargai wanita. Bila dilihat di kesehariannya saat berangkat sekolah, seringkali mereka disambut beberapa gadis didepan gerbang. Bahkan beberapa dari mereka membawa hadiah atau bento untuk makan siang khusus Sasuke. Tak jauh, Narutopun begitu. Hanya saja terkadang ia selalu mendapat loker sepatunya penuh dengan surat berwarna merah jambu.
"Kalau begitu denganku saja. Bagaimana?"
BLETAK
Ah... sepertinya aura fujoshi author tak bisa ditahan *diamaterasu
...
Mereka sampai disekolah. Beberapa gadis yang melihat duo lelaki tampan itu berteriak K pada awalannya, Y dibagian tengahnya, dan A panjang dibagian akhirnya.
"KYAAAAAA" Sasuke turut dengan sangat senang dengan sambutan ini. Tapi jujur ia sangat benci jika 'sambutan' itu berlangsung tiap hari dan BAHKAN terjadi semenjak ia SMP. Cukup sudah. Ia juga manusia. Butuh ketenangan dan mengharmonikan diri. Jangan tanya bagaimana Naruto merespon kelakuan temannya itu. Terkadang anak dari Minato Namikaze itu selalu mencari kesempatan untuk menerima bento dari Fans Sasuke.
"Cih, dasar dobe" rutuknya. Setelah menempuh ujian neraka dipagi hari, Sasuke memilih untuk tetap diam dikelas. Ia tidak peduli dengan Naruto yang sedang memakan 1 kotak bento dari penggemarnya. Sarapan. Setiap hari Naruto selalu menerima paling sedikit 3 kotak bento yang sengaja dibuat untuk Sasuke. Tapi yah, dari pada tidak dimakan dan membuat kecewa para wanita itu, Sasuke lebih-sangat-berterima kasih pada Naruto. Setidaknya ia tidak membuat mereka terluka kan?
"Teme" panggil Naruto disela sela makannya. Lelaki berambut kuning ini memang duduk disebelahnya. Tepatnya, bangku no 3 dibarisan kedua.
"Hn?"
"Sudah dengar belum?"
"Belum" Naruto berdecak kesal.
"Aku serius!"
"Kau belum memberitahuku dobe" Naruto mengerucutkan bibirnya.
"Sudahlah, aku malas bicara denganmu" dan lanjutlah acar makannya. Sasuke dalam hati ikut berdecak. 'salah siapa, yang marah siapa'
Bel masuk berbunyi. Sasuke tampak amat tidak peduli dengan bel hari ini. Baginya, jam pelajaran pertama hingga ketiga ini tidak ada artinya baginya. Bukan hanya dia, semua bahkan penjuru kelas yang mempunyai mata pelajaran yang sama juga guru pembimbing yang sama pasti akan merasa bosan menunggu. Anggap saja, untuk memulai pelajaran, mereka perlu waktu 1 jam LEBIH untuk menunggu guru pembimbing yang dimaksud. Lebih banyak menunggu dibandingkan belajar.
Hah.. baik baik. Jangan pikirkan guru berambut perak yang mungkin nanti akan datang dengan tampang tidak berdosa. Lebih baik pikirkan dulu pekerjaan yang akan ia lamar. Ngomong ngomong, baru semalam ia menghubungi lelaki yang mencari pekerja itu. Itupun pembicaraan yang sangat tidak berarti saat semalam ia hendak tidur. Jawaban yang selalu ia terima adalah 'ya' dan 'datang kekediamanku' saja. Itu menjengkelkan. Tapi jawbaan yang ia terima sudah cukup untuk membuatnya menjadi mudah untuk melamar pekerjaan. Buktinya, ia hanya cukup datang bukan?
...
14.00
Ruangan bernuasa megah dan terkesan mewah menjadikan suasana yang ia atau lebih tepatnya mereka menjadi merasa nyaman. Wangi wangian pengharum ruang tercium jelas dihidung mereka, juga dinginnya AC pada ruangan itu yang turut serta mendampingi mereka yang sedang bercakap cakap.
Sudah lebih dari kedatangan Sasuke ke rumah kediaman Akasuna untuk mencari pekerjaan. Semua hal hal yang tergolong merepotkan terutama Syarat masuk telah ia lewati dengan mudah. Semua yang ikut serta dalam peyalonan diri menjadi butler juga telah ia lewati. Dan sekarang disinilah dia, berhadapan dengan seorang Bos barunya yang ia bangga banggakan akan gelarnya(ddiam diam dibanggakan dihati), padahal gelar ayahnya lebih tinggi dibandingkan oleh orang itu.
"Langsung saja keinti" kata orang itu yang sedang melipat kaki dikursi belajar seraya mengadah kearah jendela sehingga Uchiha bungsu ini tidak dapat melihat wajahnya secara jelas.
"Nama saya Sasu-"
"Maksudku tujuanmu kesini" selak orang itu yang sepertinya tidak suka banyak berbicara.
"Hanya berkerja, tidak lebih" katanya datar namun terdengar seperti santai. Orang yang belum ia tahu namanya itu berbalik berpandangan kearahnya. Wajahnya yang terkesan dingin sepertinya jadi terlihat sangatlah menakutkan. Rambutnya yang merah bata lemas menjadi daya tariknya untuk ingin segera cepat cepat pergi dari tempat ini sekarang juga. Kenapa? Gayanya sediiit mirip dengan ayahnya. Biarpun lelaki itu lebih mirip anak kecil dibandingkan ayahnya yang sudah hampir menginjak 40 tahun sekalipun, gaya bicara dan duduknya cukup mirip.
"Ceritakan tentang keluargamu" katanya orang itu. Sasuke sedikit memutar otaknya. Ia akan berbohong dengan opini yang bisa dipercaya.
"Saya tinggal terpisah dengan mereka. Jadi sekarang saya tidak begitu tahu tentang bagaimana kehidupan sehari-hari" kata Sasuke datar.
Orang itu, yang merupakan kepala keluarga Akasuna memejamkan matanya untuk berfikir. Ia harus berfikir logis mengenai anak yang ada didepannya, apalagi anak yang sedang mencari pekerjaan itu masih SMA. Sesekali ia mendelik kembali kearah Sasuke yang seperti menginginkan jawaban yang memuaskan. Setelah berfikir dan menyiapkan semuanya matang matang akhirnya ia menatap kembali mata Onyx Sasuke untuk menemukan jawaban yang tepat.
"Baiklah. kau bisa berkerja hari ini juga. Semua keperluanmu akan terpenuhi disini. Sekolah, uang makan juga gaji akan aku coba untuk mencukupinya."
"Ha'I. Arigatou"
"Para maid akan menunjukan kamarmu juga kamar'nya'"
"Ha'i. Sasori-sama"
Setelah kemeja biru dengan lencana emas berbentuk rumah, juga celana bahan hitam. Rasaya sangat cocok untuk Sasuke yang sedang berjalan kearah sebuah kamar yang terletak dikoridor rumah. Dengan bantuan para Maid yang menjadi bawahannya, sekarang ia merasa menjadi Mudah untuk menemukan tujuannya untuk mencari kamar Sang Oujo. Kamar yang ia ketahui berwarna putih dengan beberapa gambar hewan Chibi disekelilingnya menjadi daya tarik untuk mengetahui lebih dalam majikannya itu. Apalagi, Maid yang berkisar terdapat 12 orang dikediaman Akasuna memubuatnya mendesah setres(?) setelah mendengar jumlah para Maid yang akan ia pimpin. Belum lagi para pejerja kebun yang ada 4 orang, koki 5 orang. Tapi, ia harus mensyukuri kenyataan yang menurutnya berat. Sudahlah, ini juga untuk menunjukan kebisaannya pada ayahnya.
Setelah berselang beberapa menit, akhirnya ia menemukan pintu yang menjadi tujuan. Ia kembali mendesah. Para maid yang mengantarnya sedikit memberi Tawaran(tapi ditolak) dan pergi sebelum melakuka Ojigi kepadanya. Entah mengapa setelah kepergian para Maid ia merasa seperti terpurung sendiri. Mengetahui dirinya yang akan ia jaga saja sudah membuatnya sakit kepala. Menjaga Sepupunya saja ia harus rela mengorbankan barang barangnya yang berharga. Apalagi menjaga anak yang sudah besar.
Salah sendiri menerima pekerjaan ini.
Sudahlah, ini bukan waktunya menyalahkan diri. Apapun yang ia lakukan haruslah benar dan jujur akan diri sendiri. Ia harus bisa walau banyak waktu yang harus ia korbankan. Ini juga demi dirinya yang disebut sebut penakut dengan takdir oleh ayahnya.
Tok tok tok
Pelan namun pasti ia mulai mengetuk pintu yang merupakan tujuan awalnya. Tapi hal yang ia lakukan tetaplah tidak mendapat jawaban dari sang empu pintu. Sesekali ia terus mengetuk pintu yang kebangetan cewek itu berurang kali, tapi hasilnya nihil. Akhirnya dengan penuh keberanian yang lancang, ia memasukinya denga sekedar mengucapkan kata 'permisi'. Setibanya didalam, ia dapat ,terlihat jelas keadaan kamar milik Oujo-samanya. Ruangannya gelap karna lampunya yang tidak dinyalaka, suasananya dingin yang sepertiya karna AC yang terlalu menekannkan.
"Oujo-sama?" panggilnya entah pada siapa, mungkin pada kegelapan.
...
TBC
Hehehe *gj. Cefy kembali ^^
Kali ini saya bawain Fic yang romance *kalo bisa. Ini adalah kali pertamanya saya bikin fic SasuSaku. Saya emang nge-fans sama mereka.
Jangan percaya sama bio saya kalau saya suka sama yaoi.
Yap! Saya emang suka, tapi disitu juga ada kata belum akut kan? Oiya sebelumnya saya mau kasih tau, saya udah mengpublish fic nista ini sebelumnya. Tapi karna saya ceroboh dan tidak teliti, saya melewatkan nama pemain, judul yang salah, ending yang gj dan beberapa kesalahan lainnya T^T saya juga sempet setres mikirinnya w0_0w
Ditambah lagi saya juga sempet depresi waktu denger hasil NEM UN saya! HUAAAA! Saya mau nangis rasanya TT^TT padahal saya udah seneng waktu dinyatain LULUS sama sekolah. Senengnya gak kepayangan, tapi eh tapi... NEM SAYA TIDAK BISA DITERIMA! *cabutinbuluayam. Rasanya hasil belajar saya selama 3 tahun percuma~ masa naiknya Cuma 1 koma dari NEM SD. Sebodoh itukah saya!?
Oke.. lupakan curhat gak penting saya. Tanpa banyak ngebaco-
Pain : WOI GIMANA FIC KITA?!
C : Ha? Yang mana? *polos
Itachi : *Cool, yang bakat akatsuki.
Mumpung ingat *padahal gak mau mikirin, silahkan baca fic Bakat akatsuki *promosi. Tapi saya sarankan jangan dibaca -, bisa merusak retina mata, gagal jantung, hilangnya keperjakaan 'n keperawanan(?), dan ayan tiba tiba.
C : *Dipukulin akatsuki
Review please OvO *puppyeyes
