Summary: Di ulang tahunku yang ke tujuh belas, aku kembali memasuki ruangan tua itu. Membuka buku yang sudah lama tidak kulihat, melihat nama "Hinata Hyuuga" yang terukir didalamnya. Kalungku bersinar, memunculkan memori kehidupanku sebelumnya. / "Kenapa kamu melakukan itu hanya untuk seorang gadis?" / "Kalau saat itu kamu tidak mengembalikan kalung ini padanya, aku pasti tidak akan pernah mengingat kehidupanku sebelumnya. Kalau pun kamu ingat, itu akan percuma saja. Ingatanmu akan sia-sia karena tidak bisa bertemu denganku" / Saquel Eternal Dream~
Disclaimer:
Naruto Masashi Kishimoto-sensei
Irrashaimasse Memories Hikaru-Ryuu Hitachiin
Pairing: Naruto Uzumaki & Hinata Hyuuga
Genre: Fantasy & Romance
Rated: T
Ini dia saquel dariEternal Dream. Di fic ini dengan Eternal Dream memiliki porsi(?) waktu yang berbeda. Karena di fic ini, dunia saat Naruto dan Hinata hidup dahulu kala sudah terlewati selama berjuta-juta tahun lamanya.
Selamat membaca~
::
::
::
Berjuta-juta tahun kemudian setelah kejadian itu di dunia mimpi, hiduplah sebuah keluarga kecil yang tinggal di rumah megah. Di rumah yang sebesar itu, bisa dibilang seperti sebuah istana, hanya ditinggali oleh seorang ayah, seorang ibu, dan seorang anak laki-laki.
Tapi ada juga beberapa maid dan butler disana, chef, penugas kebun dan kebersihan juga tinggal disana. Tapi, keluarga inti hanyalah tiga orang.
Dunia mimpi yang dulu dengan yang sekarang sudah jauh sekali berbeda. Dulu dunia mimpi masih terlihat sangat kuno, tapi sekarang sudah mulai berkembang.
Walaupun begitu, rumah megah itu masih saja terkesan kuno. Karena terlalu menyukai sesuatu hal yang berbau kuno, sang tuan rumah jadi tidak mau merubah nuansa kuno yang terdapat di rumah tersebut.
"Naruto~! Kemana kamu? Bersembunyi dimana hah?!" mendengar itu, bocah kecil ini langsung saja menutup mulutnya. Ia meletakkan kedua tangannya di depan mulutnya itu, agar saat terjadi sesuatu tidak akan memunculkan teriakkan yang membuatnya akan ketahuan.
'Ah! Kaa-chan sudah selesai menghitung ya? Naru harus diam agar tidak ketahuan nih.'
Anak ini namanya Naruto Namikaze, umurnya baru tujuh tahun. Saat ini sedang main petak umpet hanya bersama dengan Kaa-chan-nya di dalam rumah mereka. Tidak bisa dengan yang lainnya, karena mereka sedang sibuk dengan pekerjaan mereka yang belum selesai.
Awalnya Naruto bingung mau bersembunyi dimana, karena rumah yang ditinggalinya itu terlalu megah untuk dijadikan tempat persembunyian. Naruto sudah memperingati orang-orang dirumahnya agar tidak ada yang memberitahukannya dimana tempat persembunyiannya, tapi sama saja masih ada yang jail dengan cara memberitahukannya.
Selain itu, Banyak ruang! Itulah yang membuatnya menjadi bingung untuk mencari tempat persembunyian yang tepat.
Saat itu Naruto memang sudah menemukan tempat yang sangat cocok untu bersembunyi sih, tapi ia sepertinya bersembunyi ditempat yang tidak pernah dilihat olehnya sebelumnya. Tempat apa itu?
BRUUUK!
Tiba-tiba ada suara hantaman atau sesuatu yang jatuh, entah yang mana.
'Suara? Kaa-chan menemukan Naru ya?' masih berbicara dalam hatinya, ia melihat pintu yang masih dalam keadaan tertutup. Ternyata bukan suara bantingan pintu dari sang ibu. Jadi, suara apa itu? Suara yang keluar dari mana tadi?
Ia melihat sekelilingnya sekali lagi, semuanya masih sama seperti tadi, diisi dengan benda-benda kuno. Ayahnya Naruto itumemang sangat menyukai sesuatu yang bernuansa kuno. Itulah yang membuatnya jadi heran, padahal ia tidak tertarik sama sekali dengan sesuatu yang sudah tua.
Ia melihat bawahnya, kini matanya tertuju pada sebuah buku yang tergeletak didepannya. Padahal awalnya buku itu tidak ada didepannya, tapi sekarang kenapa ada? Jangan-jangan, buku itu jatuh tanpa diketahui oleh Naruto? Kalau memang iya, untungnya buku itu tidak menimpa Naruto tadi.
Kalau sampai itu kejadian, sudah remuk lah tubuh ini~
Tapi Naruto tidak kepikiran sampai kesana, ia malah jadi berseri-seri karena jadi ada sesuatu yang menarik.
'Wah~ Ada buku yang jatuh? Naru buka ah~' walaupun Naruto seseorang yang tidak suka dengan sesuatu yang berbau kuno, tapi ia menyukai sesuatu hal yang berbau misterius. Itu membuatnya menjadi tertarik untuk melihat buku itu. Karena buku yang dilihatnya sekarang, benar-benar buku yang terlihat sangat misterius.
Dengan perlahan, Naruto membuka lembar demi lembar buku tersebut. Ia melihat satu per satu nama yang terukir disana. Sampai matanya terhenti di satu nama,
"Hinata Hyuuga? Sepertinya Naru pernah mendengarnya, atau mungkin mengenalnya?"
BRAAAK!
Kali ini Naruto dikagetkan lagi oleh suara berisik dari arah pintu. Sekarang benar-benar suara yang berasal dobrakan pintu sang ibu, bukan sesuatu yang jatuh lagi.
"Naruto~! Disini kau rupanya~! Seenaknya saja kamu masuk ke ruangan ini ya?!" dilihatnya sang ibu yang mengamuk bagaikan monster yang marah. Kedua tangannya seperti ingin mencapit siapa saja yang ada didekatnya, rambut-rambut merahnya pada terbang-terbangan ke langit. Seakan-akan ada gravitasi yang menarik rambut itu ke atas, kanan, dan kiri.
"Huaaaa~" langsung saja Naruto melempar buku yang dilihatnya tadi. Melarikan diri dengan cara keluar dari ruangan itu.
Sang ibu menghela napas, meletakkan buku itu ke tempat semulanya. Keluar dari ruangan dan menutup pintu ruangan yang tadi dipijaki olehnya. Menguncinya dan disimpannya kunci itu didalam sakunya.
"Aku lengah, sebaiknya Naruto tidak melihat buku itu lagi sampai waktunya tiba."
Irrashaimasse Memories
"Melihat buku itu?" ia menghindarkan koran yang dibacanya tadi, koran itu sudah diletakkannya di atas meja kerjanya.
"Iya~" ia memainkan kedua jari telunjuknya.
Dunia mimpi sudah seperti dunia manusia, tidak ada yang berbeda. Hanya saja, jenis yang hidup disananya saja yang berbeda. Di dunia mimpi, tinggal sejenis manusia tapi bukan manusia biasa. Bisa dibilang, disana tempat tinggal para manusia mimpi.
Sedangkan di dunia manusia, hanya ditinggali oleh manusia biasa. Manusia mimpi berbeda dengan manusia kebanyakan, karena manusia mimpi mempunyai sebuah kemampuan khusus yang hanya dimiliki oleh manusia mimpi.
Apa kemampuan khususnya? Bisa dikatakan, mereka bisa datang ke dunia mana pun yang mereka inginkan. Lalu, dunia apa saja yang dimaksud? Seperti dunia manusia, dunia lain, bahkan dunia visual dan virtual bisa mereka datangi. Sedangkan, manusia biasa tidak bisa melakukannya, kan? Terkecuali bagi manusia yang merasa dirinya adalah seorang Indigo.
"Aku lupa mengunci ruangan itu kembali setelah mencari benda kuno yang kamu minta." ibu dari Naruto Namikaze yang bernama Kushina ini saat ini sedang menyesali keteledoran yang telah dilakukannya.
Kalau dikatakan secara jujur, di dunia itu hanyalah Minato dan Kushina saja yang mengingat kejadian berjuta-juta tahun lamanya itu. Keduanya mengingat, keduanya saling bertemu, keduanya saling jujur, dan akhirnya kembalilah kedua pasangan ini bersatu. Dikehidupan yang pertama, mereka sudah bersama. Dikehidupan yang kedua pula, mereka hidup bersama. Tidak sengaja juga, anak mereka berdua merupakan anak dari kehidupan pertama mereka. Ini benar-benar sebuah kebetulan, atau lebih tepatnya mungkin sudah takdir.
Mereka, terlahir untuk yang kedua kalinya setelah jutaan tahun terlewatkan~
"Tidak apa, dilain waktu Naruto pasti akan mengingatnya juga. Mungkin dia akan mengingat kehidupan lalunya saat berumur tujuh belas tahun. Jadi untuk sementara ini, biarkan ruangan itu terkunci sampai umurnya tujuh belas tahun." mencoba untuk menghilangkan rasa bersalah Kushina, Minato memberikan pendapat terbaiknya.
Kushina tersenyum, "Iya~" balasnya.
Sepuluh tahun kemudian terlewat setelah kejadian hari itu, Naruto sudah tumbuh menjadi remaja yang gagah, keren, selalu bersemangat, dan pemberani.
Ia sekarang berada di dunia manusia, entah apa yang telah dipikirkannya sehingga datang ke dunia yang berbeda dengan dunia asalnya.
"Ini yang namanya dunia manusia rupanya." dengan gagahnya, ia melihat sekitar dunia itu dari atas bukit.
Matahari baru saja terbit, terlihat sangat indah karena cahaya yang bersinar akan menutupi kegelapan. Mengambil napas dalam-dalam, dan mengeluarkannya kembali. Kembali menunjukkan senyumannya yang menawan, "Aku suka ini," katanya.
Dari sana, terlihat jelas semua liku-liku kota yang disinggahinya itu. Konoha City, kota yang sangat indah. Walau disana merupakan kota yang bisa dibilang modern, tapi mereka masih menjaga keindahan alam yang ada disana. Masih banyak pepohonan rindang yang menghiasi kota kecil itu. Kota yang sejuk~
"Disini, pasti aku bertemu dengan gadis itu. Hinata Hyuuga, kalau dilihat segi wajah manis juga. Sifat yang seperti itu juga lumayan. Aku penasaran, apa alasannya sehingga Naruto meninggalkan pekerjaannya demi gadis itu." bergeming dalam pikirannya sendiri, ia melihat banyak orang yang mulai beraktivitas.
Lalu dilihatnya kalung yang melekat di lehernya itu. Memegang kristal kecilnya, dan diarahkannya sejajar dengan matanya.
"Berkat kalung ini, aku jadi mengingat semuanya. Asal mula bagaimana terbentuknya iblis mimpi, musnahnya Dream Crystal, dan iblis mimpi yang berhenti dari pekerjaannya dan pergi ke dunia manusia. Untuk bertemu dengan gadis itu." ia menglepaskan genggamannya dari kalung itu, dan menghempaskan tubuhnya ke rerumputan yang ada disana.
"Itulah aku dikehidupanku yang sebelumnya. Kembali ke dunianya dulu sebentar, meminta sang ayah untuk memusnahkan benda itu. Alhasil, dunia itu sekarang menjadi lebih baik. Hmm~" masih saja Naruto berpikir, ingatannya jadi terasa banyak karena memiliki dua ingatan sekaligus.
"Aku penasaran, orang seperti apa sih gadis itu." pikirannya kembali beralih pada gadis itu, Hinata Hyuuga membuat dirinya penasaran.
"Sampai-sampai Naruto meninggalkan pekerjaannya." itulah alasan yang membuat ia ingin pergi ke dunia manusia. Ia penasaran, penasaran dengan gadis yang telah membuat ia dikehidupan yang sebelumnya jadi seperti itu.
Flashback~
"Otanjoubi omedettou Naruto~! Tujuh belas tahun nih?" dengan kesenangan yang melimpah dan terpancar pada dirinya, Kushina menyenggol-nyenggol lengan anaknya yang kini sudah berusia tujuh belas tahun.
Sudah bisa disebut remaja tua nih~ #plak.
"Kaa-san, bisakah tenang?" sifatnya yang dulu kini pun berubah. Sifat kekanakkan Naruto sudah mulai berkurang saat ia mulai beranjak diusia empat belas tahun. Walau masih membekas sedikit sifat konyolnya itu.
"Nah~ Usiamu sudah tujuh belas tahun, adakah sebuah ingatan yang muncul dalam otak dan pikiranmu?" Minato bertanya, ia melepas topi pesta yang dikenakannya.
"Ha?" dengan wajah kebingungan, hanya itulah respon yang dapat diberikan oleh Naruto. Seperti tidak mengerti apa yang ditanyakan oleh ayahnya itu.
"Sebuah kejadian yang tiba-tiba mengalir dalam pikiranmu maksudnya." Kushina awalnya bingung, tapi ia mulai mengerti dan membantu suaminya itu.
Naruto melihat heran ke arah kedua orang tuanya itu. Sebenarnya apa yang dibicarakan oleh mereka berdua? Apa maksud mereka? Setidaknya itulah pertanyaan yang muncul dalam otaknya.
"Tidak ada," merasa itulah jawaban yang pas, jadi ia jawab seperti itu saja. Tapi memang itulah jawaban yang tepat, kan? Itu bukanlah sebuah kebohongan, ia berkata jujur.
Mendapat jawaban yang seperti itu, Minato langsung melihat Kushina. Merasa diperhatikan, Kushina pun menoleh ke arah Minato.
Tahu kenapa Minato melihatnya, Kushina langsung menggeleng dua arah sebagai jawabannya.
"Jadi, apa yang diinginkan?" kembali Minato bertanya, tapi kali ini berbeda.
Ia menanyakan sesuatu hal yang diinginkan oleh Naruto. Seharusnya, itu ditanyakan sehari sebelum hari H-nya. Agar bisa menyiapkan sebuah kado yang diinginkan oleh seseorang yang berulang tahun itu. Tapi ini, malah menanyakan pada harinya.
"Iya~! Kami akan memberikan apa yang kamu mau agar di hari ulang tahunmu yang ke tujuh belas ini kamu merasa bahagia." inilah bagian yang ditunggu oleh Kushina sejak tadi, sesi penanyaan hadiah.
Ia ingin tahu, apa sih hadiah yang diinginkan oleh anaknya saat umurnya sudah tujuh belas tahun?
Naruto meletakkan jari jempol dan telunjuknya pada sisi dagunya. Bagaikan Detective dari timur yang sedang berpikir tentang hipotesanya. Hmm~ Saat itu Naruto memikirkan apa yang diinginkan olehnya.
Teringat sebuah ruangan yang selalu terkunci. Ia mau memasuki ruangan itu, tapi tidak bisa karena terkunci dengan ketatnya. Dibuka dengan cara apa pun tidak bisa, hanya bisa dibuka dengan kunci yang disimpan oleh Kushina.
"Ada satu ruangan yang mau kumasuki." tentu saja Minato dan Kushina tahu apa ruangan yang dimaksud Naruto.
Makanya Kushina langsung mengeluarkan kuncinya, "Ini kuncinya, silakan masuk ke ruangan itu." dengan tersenyum, Kushina memberikan kunci yang merupakan asal mulanya Naruto tidak bisa masuk ke dalam ruangan yang sudah lama terkunci itu.
"Hadiahnya sudah diberikan ya." cukup senang juga, karena Minato tidak perlu mengeluarkan uang lagi untuk membelikan hadiah yang diminta oleh anaknya.
Yang dimintanya hanyalah sesuatu yang simple, sudah ada dalam rumahnya.
"Iya~" balas Naruto dan tersenyum dengan lebarnya. Ia langsung menuju ruangan yang ingin ditujunya, ruangan yang selama ini membuatnya penasaran.
"Sudah waktunya ya?" Kushina melihat ke arah Minato, Minato pun membalasnya dengan senyuman.
Sukses sudah kunci itu masuk ke dalam lubang kuncinya. Diputarnya kunci itu, dan terdengar suara pertanda bahwa pintu yang tadinya terkunci sekarang sudah tidak terkunci lagi.
Pintu telah terbuka, dan Naruto pun masuk ke dalamnya. Dilihatnya seisi ruangan itu, tidak ada yang berubah sejak terakhir ia lihat.
"Tidak ada yang berbeda," ia mencoba untuk mengelilingi ruangan yang berisi barang-barang kuno itu, ia melihat satu per satu barang kuno yang ada disana.
"Haha~ Tou-san suka banget sama yang kuno-kuno. Aku saja tidak suka, kecuali kalung ini. Walau pun benda kuno, tapi aku menyukainya." setelah mengucapkan itu, kembali Naruto berkeliling.
"Tongkat dan kipas?" Naruto mendekatkan dirinya pada kedua benda itu, dilihatnya lekat-lekat.
"Kelihatannya mahal," katanya lagi setelah ia menyadari bahwa tongkat yang dilihatnya terbuat dari emas asli. Sedangkan kipasnya banyak dihiasi dengan mutiara-mutiara asli.
Ia tidak peduli dengan benda mahal itu lagi, ia kembali melangkahkan kakinya. Ruangan itu cukup besar, seperti museum yang mengisikan benda-benda berharga.
Dirinya dikagetkan setelah mencapai tengah ruangan.
"Mahkota?" kali ini langkahnya lebih cepat dari biasanya, ia melihat kedua mahkota yang telah terlindungi oleh sebuah kaca.
"Seperti mahkota Raja dan Ratu saja," ia kembali melangkah setelah rasa penasarannya menghilang.
Ia ingat, ia pernah melihat buku didalam ruangan itu. Ia mau melihatnya sekali lagi, tapi dimana ya? Naruto terus-terusan mencarinya.
BRUUUK!
"Deja Vu," Naruto kembali melihat buku yang tiba-tiba jatuh didepannya. Untung saja ia tidak melangkahkan satu langkah, kalau tidak langsung saja buku itu mengenai kepalanya.
"Ini dia buku yang kucari." Naruto mengangkat buku itu dan diletakkannya diatas meja yang ada di ruangan itu.
Dibukanya satu persatu lembar per lembar, kembali ia melihat nama-nama yang terukir didalam bukunya.
"Hinata Hyuuga?" lagi-lagi Naruto melihat nama itu, matanya tertuju pada nama Hinata Hyuuga-tidak dialihkan ke yang lainnya. Hinata Hyuuga~
"Dia~"
SIIING~
Tiba-tiba saja kalung yang dikenakan Naruto bersinar, membuat ia menyipitkan matanya akibat cahaya yang berasal dari kalung itu dan membuat matanya menjadi silau.
'Permohonanmu terkabul'
'Naruto-kun~'
'Daripada disebut iblis, Naruto-kun lebih cocok disebut malaikat'
'Neji-nii'
'Aku, aku benci Naruto-kun!'
'Aku memang tidak pantas disebut malaikat'
'Aku muak! Aku akan berhenti'
Setelah itu, Naruto kembali ke dunianya sementara. Ia meminta Raja yang merupakan ayahnya untuk memusnahkan Dream Crystal.
Awalnya, sang ayah dan ibu tidak menyetujuinya. Tapi, setelah menjelaskan apa nanti dampak yang akan terjadi, Raja dan Ratu mau melakukannya.
'Hancurkan! Hilangkan Dream Crystal dari dunia ini!'
'Musnahkan semuanya! Jangan sampai ada yang tersisa!'
Alhasil yang didapatkan, dunia mimpi jadi lebih berjaya dari yang sebelumnya~
"Ingatan apa itu? Kenapa mengalir dalam begitu saja dalam benakku?" Naruto masih tidak percaya dengan apa yang terjadi dalam pemikirannya.
Kejadian itu, sangat tergambar dengan jelasnya.
"Itu adalah kehidupanmu yang sebelumnya." tiba-tiba saja Minato dan Kushina muncul, menjelaskan apa yang baru saja terjadi.
"Kami pernah bercerita, kan? Bahwa berjuta-juta tahun lamanya dunia mimpi tidak seperti ini, kamu bisa lihat dalam pikiranmu. Lalu, tentang orang yang telah merubahnya. Itulah kamu dikehidupanmu yang sebelumnya." Kushina langsung saja menjelaskan semuanya tanpa pikir panjang.
"Apa kamu mengerti?" Minato sekarang bertanya, percuma kalau sudah dijelaskan tapi tidak mengerti.
"Aku mengerti sih, tapi.. kenapa dia melakukan itu? Berhenti dari pekerjaannya hanya demi seorang gadis?" Ia tidak mempercayainya, dikehidupannya yang sebelumnya, ia melalaikan sebuah pekerjaan hanya demi seorang gadis?
"Yah~ Kamu belum pernah merasakannya sih. Kalau kamu sudah merasakannya, kamu pasti akan mengerti kenapa Naruto Uzumaki melakukannya."
"Kalau begitu, aku akan mencari dia! Akan kucari alasannya," dengan kecepatan kilat, Naruto langsung keluar dari ruangan itu, menyiap-nyiapkan persediaannya selama di dunia mimpi.
"Sepertinya ada porsi ingatan yang hilang ya?" Kushina melihat kembali Minato, Minato juga sadar akan itu.
"Yah~ Ini akan terlihat seru. Mungkin saja, akan muncul pasangan baru yang sama dengan kita. Sudah menjadi pasangan dikehidupan yang sebelumnya, menjadi pasangan pula di dunia sekarang."
"Iya~"
End of Flashback~
"Haa~ Kehidupanmu ribet ya, Naruto." bukannya berbicara pada dirinya sendiri, tapi dia berbicara pada dirinya yang dulu.
"Kenapa kamu melakukan itu hanya untuk seorang gadis?" terus berjalan tanpa arah, ia bingung harus kemana sekarang.
"Apa alasannya?" selama perjalanannya ke dunia manusia, tetap saja ia memikirkan hal itu. Ia tidak habis pikir dengan orang bernama Naruto Uzumaki itu.
"Ini benar-benar merepotkan, membuatku menjadi penasaran saja." Naruto sekarang mulai berjalan mengitari kota, dibawanya ransel besar sebagai persediaan di kota itu nantinya.
"Tapi, apa gadis itu terlahir kembali juga? Kalau iya, apa dia akan seumuran denganku? Bisa saja kan dia sudah jadi tante-tante?! Oh Nooooo~" Naruto bergaje sendiri di jalanan itu, sampai-sampai banyak orang yang mengira bahwa Naruto adalah orang gila.
Tapi itu tidak dipedulikan oleh Naruto. Karena, inilah dirinya. Siapa yang berani merubah sifatnya itu?
Kembali Naruto berjalan, kota itu begitu asing. Ia tidak mengenali sama sekali kota yang dipijakinya sekarang. Kota yang ada dalam ingatannya, benar-benar sudah berbeda dengan yang sekarang. Sangat berbeda! Naruto jadi tidak mengetahui apa pun disana~
"Haa~ Jadi lelah sendiri," ia menghempaskan tubuhnya di bangku yang ada dibelakangnya. Menutup matanya seketika~
"Tunggu dulu! Ini kan... taman itu?" mata Naruto membulat seketika. Dari bagian kota itu, yang tidak berubah hanyalah taman yang dipijakinya sekarang.
Taman yang mempertemukan Naruto Uzumaki dengan gadis yang benama Hinata Hyuuga~
"Wah~ Aku tidak menyangka." Naruto bangkit dari duduknya, ia memutari taman itu. Posisi air mancur tidak ada yang berubah sama sekali, benar-benar tidak ada yang berubah.
"Taman ini tidak berubah rupanya," senyuman keluar dari wajahnya, entah kenapa Naruto saat ini jadi seperti Naruto yang sebelumnya.
"Hei! Kamu jadi sama seperti Naruto saja sih~" ia mengacak-acak rambutnya, rambut yang tadinya rapi sekarang malah jadi berantakan walau tidak terlalu berantakkan.
"Ingat, kamu dengan Naruto yang itu berbeda!" ia berusaha menghilangkan ingatan kalau dirinya adalah Naruto yang itu.
Ia tidak mau menyamakan dirinya dengan Naruto yang itu, karena ia mau menjadi dirinya sendiri. Walau pada kenyataannya Naruto yang sekarang tidak ada bedanya dengan Naruto yang itu.
"Haa~" ia menghela napasnya, sekarang matanya tertuju pada seorang gadis berseragam SMA yang sedang memberikan burung-burung merpati makan.
Wajahnya tidak terlihat, tapi rasanya... "Rambut indigo?" Naruto maju selangkah demi selangkah, entah kenapa ia merasa seperti mengenali rambut itu. Panjang, bewarna indigo, dan terlihat halus.
Setelah dekat, Naruto hanya bisa diam dibelakang gadis itu. Sampai-sampai~
"Nah~ Makan yang banyak ya." gadis itu langsung saja berdiri dengan kecepatan supernya.
Tanpa bisa menghindari, akhirnya dagu Naruto mengenai kepala gadis itu. Rasanya, mantap!
Naruto langsung kejungkang ke belakang, ia terjatuh dengan keadaan yang tidak enak dilihat. Untungnya tidak ada banyak orang disana, hanya dirinya dan gadis itu saja.
Gadis itu langsung menengok ke belakang secara perlahan, melihat sosok yang terbujur kaku didepannya. Apa yang dirasakan gadis itu? Kenapa setelah menghantup dagu Naruto ia tidak kesakitan?
"Ah~ G-gomen," gadis itu meminta maaf sambil membungkukkan badannya.
Ia langsung saja lari dan meninggalkan Naruto yang terjatuh tanpa menolongnya sama sekali.
"Sekali lagi aku minta maaf." Sesaat berhenti, dan kembali berlari entah apa tujuannya saat itu.
Tanpa memikirkan rasa sakitnya, Naruto hanya bisa membulatkan kedua matanya itu. Ia kaget melihat paras gadis yang tadi lewat seketika. Gadis yang tadi itu,
"Hinata Hyuuga, kan?"
To Be Continue
Hohoho~ Aku telah membuat saquelnya berchapter juga. Tapi entah ini akan tamat di chapter berapa, tapi kemungkinan pas lima atau mungkin tiga atau empat.
Bagaimana menurut kalian? Apakah ide saquelnya lumayan? Aku terinspirasi dari manga Niina's First Love Story karya Koyomi Minamori-sensei tentang kehidupan yang kedua.
Jadi seperti inilah hasilnya~
Oh ya, disini Hinata masih muncul sedikit, dan itu diakhir pula. Tapi dichapter yang berikutnya Hinata akan muncul lebih banyak lagi.
Terima kasih atas review kalian dichapter akhir dari fic Eternal Dream, dan inilah saquel yang telah aku kasih tahu sebelumnya.
Arigatou~ Bertemu lagi di chapter berakutnya.
