Fated to Me

YUNJAE

Main Cast :

Jung Yunho

Kim Jaejoong

Kim Soo Hyun

Cast :

Park Yoochun

Kim Junsu

Shim Changmin

Disclaimer :They are belongs to them selves, family, Elite Minority Cassiopeia, and shipper.

Author : Alyse Shanidas

Genre : AU, OOC, BL, Urban-life, Love-Hate, Love Triangle, Crack Pairing, Lemon, Mpreg.

Rating : M

Warning : DON'T LIKE DON'T READ. Author Newbie, Typos, Slash

This is a New Project.

Jaejoong tidak pernah tahu jika orang yang baginya arogan, menjengkelkan dan membuatnya benci setengah mati membalik keadaan menjadi orang yang menempati hatinya, menggeser posisi seseorang yang telah bertahun-tahun menempatinya. Hingga mengikis perasaan cintanya kepada sang tunangan yang dulunya begitu ia cintai. Takdir itu tidak pernah salah. Because, destiny showed the best way.

Kim Soo Hyun tersenyum geli, kepalannya menggeleng pelan, pantas saja tidak ada sahutan sama sekali ternyata tunangannya itu masih tertidur dengan sangat pulas. Bedcover tebal menyelimuti tubuhnya hingga sebatas dada.

"Hey.. ireona pemalas.. Apa ini salah satu sifat buruk calon istriku huh? harusnya kau yang membangunkan calon suamimu..bukan kebalikannya seperti ini."

Lelaki bermata sipit nan tampan yang terlihat dari perawakannya yang semampai dengan short cut hairstyle-nya dipadu dalam balutan pakaian casual sederhana nan rapi berlengan pendek, yang tidak bisa menutupi pancaran pesona dari dalam dirinya. Jemarinya yang terlihat kokoh tersemat cincin silver platinum dengan hiasan berlian membentuk setengah hati, melingkar indah di jari manisnya. Dengan lembut tangan itu menepuk buntalan selimut tebal yang membungkus tubuh seseorang yang berbaring nyaman di hadapannya. Terdengar lenguhan kecil namun tak kunjung membuat pemiliknya terbangun. Menggeliat kecil dan tertidur kembali. Bibirnya tersenyum manis kemudian menjadi seringaian, dan mulai melancarkan aksinya untuk membangunkan sang terkasih.

Lelaki cantik yang sedang terlelap itu mulai bergerak gelisah dalam tidurnya saat merasakan geli di daerah pinggangnya yang sensitif. Kedua mata bulatnya yang dihiasi bulu mata lentik terbuka perlahan. Dan mulai berteriak kesal bercampur tawa kegelian.

"Yahh! Kim Soo Hyun hentikan.. geli... Yaaa! Aahaahaa.."

"Cepat bangun..."

Soo Hyun mulai menghentikan tangannya. Menarik bahu Jaejoong dan menyandarkannya pada headboard. Tersenyum simpul saat mendapati bibir plum Jaejoong mempout imut.

"Aishh.. apa kau tidak tahu semalam aku lembur sampai jam satu huh? Dan di akhir pekan ini aku ingin tidur sepuasnya. Tapi kau malah menggangguku."

"Apa seperti itu tabiat calon istriku? Ohh, sepertinya aku menyesal."

Jaejoong segera membuka lebar kedua matanya, melotot menatap sang tunangan yang hanya tersenyum polos tanpa beban.

"Yahh! Apa kau sudah mendapatkan..."

Ucapan Jaejoong terhenti saat Soo Hyun dengan cepat mengecup bibir plum Jaejoong. Melumatnya sebentar dan mengusap lembut pipinya. Tidak lama, hanya beberapa menit ciuman itu terlepas.

"Tidak ada yang bisa menggantikanmu sayang..."

Pipi Jaejoong mulai dihiasi rona merah. Ia segera mengambil bantal dan menutup seluruh wajahnya yang mulai merona parah. Jantungnya berdetak dengan cepat, tubuhnya panas dingin, kedua kakinya pun bergerak gelisah saat salah tingkah seperti ini.

Soo Hyun tertawa geli melihat tingkah tunangannya, betapa manis dan menggemaskannya lelaki cantik ini. Perasaannya pun membuncah bahagia, kebahagiaan tersendiri saat melihat sang tunangan merona karena dirinya.

"Cepat mandi, aku tunggu dibawah arra?"

Jaejoong menurunkan bantal yang menutupi wajahnya, mata bulatnya mengerjab polos. Menatap Soo Hyun penuh tanya, menunggu penjelasan sang tunangan yang datang membangunkannya sepagi ini, tidak mungkin jika tidak ada sesuatu, karena Soo Hyun tergolong orang yang sedikit pemalas jika harus bangun sepagi ini tanpa sebab.

"Aku ingin mengajakmu kencan sayang. Menghabiskan waktu berdua dari terbitnya matahari hingga tenggelamnya nanti. Bukankah sudah lama kita tidak kencan heum?"

Jaejoong mengerjab cepat, mencerna kata-kata yang baru saja meluncur dari bibir lelaki dihadapannya ini. Ahh kencan yaa? Ia memang sudah beberapa minggu ini tidak kencan dengan Soo Hyun. Padahal lelaki itu selalu mengajaknya kencan disetiap akhir pekan ataupun saat ia sedang senggang. Meskipun tunangannya ini mempunyai segudang pekerjaan mendesain yang harus dikerjakannya, namun prioritas yang akan diutamakan adalah dirinya.

Soo Hyun memang tipe pengertian dan romantis, selalu ada untuknya, tidak pernah membuatnya menangis dan selalu menjaganya. Ahh ia sangat beruntung anniya?. Bibirnya mulai menyunggingkan senyum manis, tidak lama kemudian bibirnya mempout sedih, ia merasa bersalah karena tidak pernah meluangkan waktunya untuk Soo Hyun. Setelah ia bekerja di salah satu perusahaan ternama dengan jabatan yang lumayan penting, dirinya menjadi sangat sibuk, keluar masuk kota untuk menemani atasannya melakukan perjalanan dinas, dan memenuhi panggilan dari sang atasan yang selalu menyuruh dirinya seenaknya, dimanapun dan kapanpun.

Ia jadi jarang punya waktu untuk Soo Hyun, namun meskipun seperti itu lelaki maskulin yang merupakan tunangannya ini selalu pengertian. Menunggu dan menyambutnya dengan senyuman manis saat ia baru pulang dari kantor, membuatkannya susu hangat saat ia mengeluh haus, memijat kakinya saat ia mengeluh pegal dan kram. Rasa lelah dan wajah kusutnya akan hilang saat Soo Hyun mulai memeluknya dan menyemangatinya lagi.

Pernah terbesit dibenaknya untuk keluar dari perusahaan tempatnya bekerja saat ini, namun kata-kata Soo Hyun selalu berhasil membuatnya berfikir ulang lagi. Perusahaan tempatnya bekerja adalah perusahaan terbesar di Seoul, memiliki berbagai anak cabang diseluruh negara, mempunyai pengaruh dan andil besar pada perusahaan lainnya. Kalau ia memutuskan kontraknya dengan alasan yang tidak logis jelas tidak menutup kemungkinan kalau namanya akan di blacklist oleh setiap perusahaan.

Ia yang berasal dari Chungnam merantau ke Seoul demi memperbaiki kehidupannya apakah harus pulang dengan tangan kosong? Aishh, itu akan mengecewakan kedua orang tuannya. Sia-sia saja sekolah tingginya jika berakhir tragis seperti itu.

Jaejoong tersadar dari lamunannya saat tangan hangat Soo Hyun menyentuh pipinya dengan lembut. Mata bulatnya beradu pandang dengan mata tajam Soo Hyun. Lelaki itu tersenyum manis.

"Kenapa malah melamun huh? ... Atau kau mau aku mandikan?"

Jaejoong mengerjab polos menatap kerlingan genit mata Soo Hyun yang mengedip menggodanya, tangan sebelah kirinya yang masih mencengkeram bantal perlahan naik, hendak memukul Soo Hyun

Boughh...

Soo Hyun terjatuh di atas ranjang kingsize milik Jaejoong, kepalanya sedikit pening karena tiba-tiba mendapat hantaman yang tidak bisa dibilang pelan. Saat ia mengerjab Jaejoong sudah berlari menuju kamar mandi sambil berteriak.

"Dalam mimpimu Kim, nikahi aku dulu sebelum kau melakukannya."

Brakk..

Dan pintu kamar mandi itupun tertutup rapat. Menyisakan Soo Hyun yang kemudian tertawa keras mendapati reaksi Jaejoong seperti itu. Matanya melirik cincin yang melingkar di jari manisnya, cincin dengan jenis sama seperti yang melingkar dijari manis Jaejoong. Cincin pengikat antara ia dan Jaejoong. Bibirnya tersenyum simpul. Mereka memutuskan bertunangan setelah dua tahun menjalin kasih.

Jaejoong yang saat itu belajar di Universitas yang sama dengannya mampu mengalihkan dunianya yang selalu tampak membosankan. Bermula dari saling mengobrol hingga membuatnya merasa nyaman bersama Jaejoong, sosok Jaejoong yang dewasa dan berhati lembut membuatnya jatuh hati, meskipun tunangannya itu seorang namja namun sifatnya lebih dominan seperti seorang yeoja. Nilai plus yang membuatnya semakin tertarik.

Tepat dihari wisuda mereka ia yang merupakan siswa genius dan teladan namun pendiam dengan lantang menyatakan cinta kepada Jaejoong. Disambut dengan tepuk tangan meriah seluruh penghuni Universitas dan tangis haru Jaejoong yang menyambut cintanya. Dan ia tidak akan pernah melupakan hari itu, tanggal 16 februari, tepat dihari ulang tahunnya. Yang merupakan salah satu moment berharga dalam hidupnya.

Soo Hyun mengecup cincin pertunangannya dengan sepenuh hati, sambil merapalkan doa agar ia dan Jaejoong selalu bersama hingga akhir hayat mereka nanti. Kakinya segera melangkah keluar kamar, tidak lupa dengan senyum manis karena merasa hatinya begitu ringan. Bersama Jaejoong membuatnya selalu bahagia.

"Sekarang kita akan kemana?"

Jaejoong sedikit mendongak untuk menatap Soo Hyun yang ada disampingnya. Kedua tangan mereka bertautan, berjalan bersama menyusuri trotoar jalan yang mulai ramai karena hari ini adalah akhir pekan. Jaejoong mengayunkan genggaman tangan mereka sambil bersenandung kecil saat angin pagi mulai berhembus menerbangkan beberapa helai rambutnya yang berwarna golden blonde.

Soo Hyun semakin mengeratkan genggamannya tatkala mereka mulai menyeberangi jalan. Kemudian berhenti dan memutar tubuh Jaejoong untuk menghadapnya ketika mereka sudah berada di trotoar seberang jalan. Tersenyum simpul melihat Jaejoong yang semakin mempesona kala angin yang bertiup sepoi-sepoi menerbangkan beberapa helai rambutnya.

"Kau sendiri ingin kemana terlebih dahulu?"

"Ummm,.. Beli ice cream.."

Jaejoong memekik semangat, salah satu makanan kesukaannya adalah ice cream, terutama rasa vanila.

"Khhh... Sudah ku duga." Soo Hyun tersenyum mengejek.

"Yahh!..."

"Ssssttt..."

Soo Hyun segera menempelkan jari telunjuknya di atas bibir plum Jaejoong saat melihat lelaki cantik itu sudah ingin mengomelinya. Soo Hyun tersenyum manis, matanya menoleh tepat ke arah belakang Jaejoong, mengangkat dagunya seolah memberitahukan secara tidak langsung untuk melihat objek yang sedang diamatinya sambil mengerling menatap lelaki cantik didepannya yang masih mengerutkan keningnya bingung.

Dengan perlahan Jaejoong mulai membalikkan tubuhnya, bibir plum itu membulat takjub di iringi binar bahagia yang terpancar dari matanya.

"Ayo kesana,.."

Soo Hyun menggenggam tangan Jaejoong dan membawanya memasuki Hello Kitty Caffe di Hongdae tepatnya terletak di daerah Hongik University yang sudah sangat ramai oleh kalangan anak muda. Soo Hyun mengeratkan rengkuhannya pada pinggang ramping Jaejoong, saat beberapa pasang mata pria mulai menatap intens sang tunangan. Menuntun Jaejoong menempati salah satu meja yang berbentuk hello kitty, interior di kafe ini didominasi oleh warna pink, dari cat dinding, sofa, peralatan makan, bahkan toiletnya sekalipun. Bentuknya pun juga hello kitty, dari tempat duduk, buku menu, semua jenis cake, waffle, waffle ice cream, dan tiramisu.

"Ahh.. Ini keren..."

"Kau menyukainya?.."

"Ummm..."

Jaejoong mengangguk antusias dan mengedarkan pandangannya menjelajahi seluruh isi caffe. Jelas saja kalau ia dibuat terpesona, hello kitty adalah tokoh kartun favoritnya. Meski tidak terlalu fanatik namun ia menyukainya. Dan Soo Hyun selalu sukses memberinya kejutan manis, lelaki itu sangat romantis, membuatnya semakin jatuh dalam pesona seorang Kim Soo Hyun.

Jaejoong sedang menyuapi Soo Hyun dengan waffle miliknya, saat ponsel yang ia letakkan di atas meja bergetar memperlihatkan id penelfon yang sangat tidak di harapkannya. Dia harap panggilan itu segera berakhir, jadi ia tidak perlu repot-repot untuk mengangkatnya. Namun apa mau dikata jika ponselnya tetap berdering, akhirnya dengan mendengus kasar ia mengangkat panggilan itu.

"Yeob..."

["Cepat ke kantor sekarang juga, aku tunggu dalam waktu lima belas menit atau besok kau akan berjumpa dengan surat pemecatanmu."]

Dan sambungan itu terputus, menyisakan Jaejoong yang semakin menatap benci ponselnya. Apa-apaan itu tadi? Bahkan ucapan salamnya dipotong tanpa sopan, dan sekarang telfon itu diputuskan secara sepihak. Jaejoong semakin merutuk kesal. Dengan segera ia melayangkan tatapan menyesal kearah Soo Hyun yang dibalas dengan kernyitan bingung.

"Umm.. Soo Hyun-ah.. Mian, tapi aku harus segera pergi ke kantor. Atasan ku yang arogan itu baru saja menyuruhku kau tahu?."

"Ehh? Ada masalah dikantor?"

"Entahlah... Aku jadi merasa bersalah kepadamu, sungguh. Kencan kita sampai matahari tenggelam gagal karenanya."

"Hey.. Sudahlah, aku tidak apa. Bukankah nanti malam kita masih bisa kencan? Dengan menonton bersama mungkin."

Soo Hyun tersenyum manis, sebelah tangannya menggenggam jemari Jaejoong, mengusapnya lembut kemudian mengecupnya. Jaejoong tersenyum, lelaki tampan dihadapannya ini memang selalu membuat hatinya tenang dan nyaman dengan segala perlakuan lembutnya.

"Kalau sudah selesai segera hubungi aku, aku akan menjemputmu."

"Tidak perlu, bukankah kau harus segera menyelesaikan desainmu? Biar aku memakai jasa taxi saja."

Jaejoong buru-buru melepas seatbeltnya saat melihat arlojinya yang menunjukkan sudah lebih dari lima belas menit, biarlah ia mendapatkan kemarahan atasannya, tempatnya berada tadi cukup jauh dari kantor tempatnya bekerja. Dan itu mutlak bukan kesalahannya.

"Baiklah hati-hati.." Soo Hyun mengecup kening Jaejoong saat lelaki cantik itu berpamitan kepadanya. Menatap Jaejoong hingga memasuki kantornya dan mulai melajukan mobilnya pelan.

"Kau terlambat."

Ucapan datar dan terkesan dingin itu menyambut Jaejoong ketika memasuki ruangan sang CEO. Auranya sangat mengintimidasi, ruangannya sangat sunyi, bahkan suara derap langkahnya terdengar sangat jelas. Jung Yunho menatapnya dengan sangat tajam, duduk dikursi kerjanya sambil bersedekap. Langkahnya semakin berat saat mendekati meja kerja Yunho.

"Mian Sajangnim.."

"Khh.. Apa kau sedang merutukku dalam hati karena acara kencanmu gagal?." Yunho menyeringai dalam senyuman ejekannya.

"Bukankah anda sudah mengetahui jawabannya? Apa masih memerlukan jawaban saya?"

Yunho mengangkat bahunya. "Lagipula aku juga tidak peduli kalaupun kau sedang berkencan. Saat aku membutuhkanmu kau harus sudah ada dihadapanku." Yunho berucap telak, tersenyum menyeringai menatap Jaejoong yang memandangnya dengan ekspresi kesal dan benci.

Yunho segera memutari meja, kemudian berdiri tepat dibelakang Jaejoong. Menatapnya dari ujung rambut hingga ujung kaki, Jaejoong terlihat sangat mempesona jika sedang memakai pakaian santai seperti ini. Kaki jenjangnya yang dibalut skiny jeans memperlihatkan keindahan lekukan paha dan betisnya. Sweaternya yang sedikit kebesaran menenggelamkan tubuh rampingnya, bahkan jemari tangan itu pun hampir tenggelam, bahunya yang terlihat halus dan lembut terekspos karena kerah sweaternya yang lebar.

Sebuah dorongan untuk memeluk tubuh ramping itupun hinggap dibenak Yunho, namun urung dilakukan saat etika kesopanan ikut terlintas. Yunho segera berdehem, mengusir segala pemikiran tidak pantas yang memutar di dalam kepalanya. "Ikut aku."

Jaejoong mendengus kasar, namun tak urung segera mengikuti langkah lebar Yunho yang keluar ruangan. Hatinya merutuk sebal, apa maunya CEO arogan itu? selalu memerintah sesukanya, seenaknya sendiri. Ohh Tuhan bagaimana bisa ia mempunyai seorang CEO seperti itu?. Jaejoong tetap menggerutu dalam hati tanpa menyadari Yunho yang berhenti didepan lift hingga membuat dahinya terantuk punggung kokoh lelaki tampan itu.

"Ouchh... Appo..."

"Pabbo..." Yunho tersenyum sinis, matanya hanya melirik Jaejoong tanpa minat, kemudian berlalu memasuki lift.

Jaejoong mendengus kesal, dalam hati ia mengumpat sikap Yunho yang menjengkelkan. Belum selesai ia merutuk atasannya itu sudah berulah lagi. 'Awas saja kalau aku jadi orang kaya, aku akan membalas semua perbuatanmu Jung Yunho!' Berulang kali Jaejoong mengucapkannya dalam hati.

Lift itu membawa mereka menuju lantai satu, Lobby. Hanya berdua dalam tempat kecil itu membuat keduanya tidak nyaman. Yunho dan Jaejoong saling terdiam tanpa ada suatu obrolan penghilang keheningan. Yunho hanya menatap datar pintu lift, sedangkan Jaejoong menyandarkan tubuhnya dibagian sudut lift. Pikirannya sedang berkecamuk memikirkan cara untuk membuatkan makanan spesial kesukaan tunangannya nanti, sebagai permintaan maafnya karena kencan mereka harus gagal lagi.

Jaejoong menghela nafasnya, entah Yunho akan membawanya kemana ia hanya diam mengikuti. Mungkin orang akan bertanya-tanya kenapa ia begitu menuruti perintah Jung Yunho meskipun bukan dihari kerja sekalipun. Dan yang mengetahui perihal itu hanya ia sendiri dan Jung Yunho. Kedua orangtuanya dan sang tunangan sekalipun bahkan tidak mengetahuinya. Sebuah perjanjian diatas kertas yang telah ia bubuhi tanda tangan dengan kesadaran tanpa sebuah paksaan.

"Sampai kapan kau akan bersandar seperti orang bodoh huh?"

Jaejoong tersentak dari lamunannya ketika mendengar nada mencemooh yang kerap didengarnya. Ia sudah sangat hafal, bahkan mungkin bisa dikatakan ia sangat kebal dengan kata-kata tak berperasaan seperti itu. Dengan langkah berat tak bersemangat Jaejoong segera mengikuti langkah Yunho menuju basemant perusahaan, memasuki mobil mewah yang terparkir rapi ditempat yang dikhususkan untuk mobil sang CEO.

Jaejoong masih terdiam ketika mobil itu mulai melaju pelan dijalan raya yang sangat padat kendaraan. Mata kelamnya memandang keluar jendela mobil, menatap gedung-gedung yang menjulang tinggi jauh lebih baik, daripada harus menatap Yunho yang akan membuat moodnya semakin memburuk.

Lagipula ia juga tidak berminat mengawali pembicaraan. Biarkan saja seperti ini, toh nanti kalau Yunho membutuhkannya lagi lelaki arogan itu juga akan bertanya dengan sendirinya.

"Kenapa diam saja?"

"Memang aku harus mengatakan apa?"

"Apa saja, aku tidak suka ada mayat hidup didalam mobilku." Yunho berucap dengan nada dinginnya tanpa memikirkan perasaan orang yang disindirnya. Dan memang itulah sikap seorang Jung Yunho.

"Kalau begitu turunkan saja aku." Jaejoong menjawab sindiran Yunho dengan tak kalah sengitnya.

"Kau berani melawan atasanmu? Lancang sekali."

Jaejoong mengalihkan tatapannya memandang Yunho yang masih mempertahankan ekspresi datarnya. Lelaki itu tetap fokus mengemudikan mobil seolah tidak pernah mengatakan apapun. Lelaki ini memang tidak punya ekspresi. Jaejoong mengenalnya sudah hampir setengah tahun, dan dalam kurun waktu selama itu ia tidak pernah melihat ekspresi selain wajah datar, dingin dan arogannya. Jaejoong bahkan ingin sekali menempelkan topeng dengan ekspresi tersenyum agar bisa menutup wajah itu.

"Bukankah kau sendiri yang mengatakan aku bebas membantah dan tidak perlu formal di area luar kerja? Apa kau lupa Jung Yunho?." Jaejoong terkekeh sinis. Mata bulatnya melirik Yunho yang masih mempertahankan ekspresinya. Well, dalam perjanjian pun memang seperti itu bukan?.

Yunho menggidikkan bahunya, bibir hatinya tersenyum samar tanpa sepengetahuan Jaejoong. Sebenarnya Yunho lebih menyukai sosok Jaejoong yang pemberontak, agresif dan tidak takut terhadapnya. Karena itu bukanlah suatu bentuk sifat kepura-puraan, daripada sifat kebayakan orang yang selalu berpura-pura baik agar terlihat baik dihadapannya. Jaejoong membawa warna tersendiri dalam kehidupannya.

Mobil Yunho melaju menuju kawasan Cheongdam-dong atau Cheongdam Street.

Cheongdam dikenal dengan daerah yang berisi orang-orang dengan gaya hidup kelas atas, sebuah lokasi yang berada di kawasan elit Gangnam. Disana berdiri butik-butik dengan merek yang branded seperti Armani, Prada, Gucci, Dolce & Gabbana, Cartier, hingga Louis Vuitton. Tak heran jika menjadi pusat perbelanjaan bagi kalangan para jetset.

Yunho segera memarkirkan mobilnya, kemudian berjalan memasuki sebuah butik Armani tanpa menunggu Jaejoong. Membuat Jaejoong dengan sigap segera melepas seatbeltnya dan berlari mengejar Yunho.

Tidak mengherankan jika nama Jung Yunho sudah sangat dikenal di kawasan ini. Setiap memasuki butik, restaurant maupun hotel nama Yunho pengusaha muda yang tampan tidak akan terlewatkan. 'Dasar maniak barang mewah' itulah gerutuan Jaejoong yang mengikuti Yunho memilah beberapa pakaian kerja. Jaejoong mencoba mendekati sebuah jas berwarna hitam yang ada didepannya dan melihat tag pricenya, tak lama matanya membulat horror, bibirnya ikut membulat karena shock, bahkan tanpa sadar tubuhnya tersentak mundur. Ini gila. Harganya bahkan lebih mahal dari pengeluaran satu bulannya.

Yunho yang melihatnya terkekeh pelan, lelaki cantik itu selalu membuat suasana hatinya mencair karena tingkah lucunya. Ia yang memang selalu menampilkan image dingin akan runtuh jika berada di dekat Jaejoong. Yunho berdehem, mengalihkan perhatian Jaejoong untuk menatapnya. Dan berhasil, Jaejoong menatap kearahnya.

"Pilihkan Jas, kemeja dan celana yang menurutmu paling bagus. Lalu tunjukkan padaku." Yunho segera berjalan menuju sofa disudut ruangan tanpa menunggu jawaban Jaejoong, membuka beberapa katalog fashion dan mencuri pandang kearah Jaejoong. Membuat Jaejoong berdecak kesal karenanya.

"Arraseo...arraseo.. Aku akan membuatmu menguras uangmu dengan memilihkan harga selangit. Khhh, memangnya aku tidak bisa mengerjaimu huh? Kim Jaejoong akan melakukan segala cara untuk membuatmu kesal. Salah sendiri sudah menyuruh-nyuruh seenaknya, memang kau fikir aku maidmu?. Shit!" Jaejoong mendesis kesal, dan mulai menumpuk baju dengan harga paling mahal, kemudian mendekapnya erat saat pakaian-pakaian itu menutupi sebagian penglihatannya. Lalu melemparnya diatas pangkuan Yunho. Membuat Yunho tersentak kaget dengan mata musangnya yang memicing karena kesal dengan perbuatan Jaejoong.

"Bawa ini. Aku akan membayar semuanya." Yunho berdiri, kemudian dengan sedikit kasar menyerahkan pakaian-pakaian itu kedalam dekapan Jaejoong. Dan mulai melangkah keluar ruangan dengan seringaian di sudut bibirnya saat mendengar umpatan Jaejoong.

"Yahh! Jung Yunho berhenti kau, dasar manusia menyebalkan, suka seenaknya. Arrghh Shit!"

Jaejoong berjalan dengan sedikit terseok saat menuruni tangga karena membawa paper bag yang memenuhi kedua tangannya. Yunho tidak hanya membeli pakaian, namun juga membeli sepatu, dasi, ikat pinggang dan arloji. Dan kesemuanya adalah barang pilihannya. Entah itu cocok ataupun tidak, lelaki arogan itu tidak memperdulikannya, semuanya dibelinya tanpa terkecuali. 'Dasar manusia aneh' Tak henti Jaejoong mengatai Yunho dalam hatinya.

"Yahh! Kau tidak bisa lebih cepat? Kau itu lama sekali."

"Kau tidak lihat aku kesusahan? Dan itu semua karena barang belanjaanmu." Jaejoong berdecak, lelaki itu hanya melihat dan menunggu didalam mobil mewahnya tanpa ada rasa simpatik untuk membantunya. Jaejoong terengah saat sudah sampai disamping kaca jendela mobil Yunho yang terbuka. Menundukkan tubuhnya untuk meminta Yunho membantunya membuka bagasi agar ia dapat menaruh barang belanjaan lelaki itu, namun segera di urungkan saat melihat senyum mengejek dan meremehkan yang tersungging di bibir Yunho. Ia gengsi tentu saja.

"Barang itu untukmu saja. Baiklah Kim Jaejoong aku pulang dulu, arra?". Yunho mulai melajukan mobilnya dengan sebelah tangannya yang keluar dari jendela dan melambai ke arah Jaejoong. Membuat Jaejoong mengejarnya hingga ke tengah jalan.

Yunho masih terkekeh geli melihat wajah kesal Jaejoong, namun kekehan itu segera memudar saat ia melihat kaca spionnya dan menemukan Jaejoong yang masih berdiri ditengah jalan tanpa menyadari jika ada mobil yang melaju kearahnya. Tidak cepat namun cukup berbahaya. Dan yang membuatnya semakin murka pengemudi itu tidak menatap kearah jalan, ia sibuk berciuman dengan kekasihnya.

Yunho menghentikan laju mobilnya secara mendadak, menimbulkan decitan antara ban mobil dan aspal jalan. Dengan tergesa lelaki itu membuka pintu mobilnya, dan berlari kearah Jaejoong. Jaejoong yang melihat tingkah aneh Yunho mengernyit heran, dan teriakan Yunho menyadarkannya dari bahaya yang mengancamnya.

"Kim Jaejoong... Awas.!"

TBC

Epep baru... bener-bener gak bisa ditahan lagi buat nulis ini. Kalau ada yang bertanya kenapa saya milih Kim Soo Hyun alasannya adalah :

1. Dia pinter nangis euyy.. Pan ntar dsini ada nangisnya dikit.

2. Dia juga ada aura romantis.

3. Okelah kalau bersaing sama Yunpa. Kekeke

Cukup sekian... Berminat menanti kelanjutannya?...

Keep RnR ... And last... Wanna tell me what do you feel about this chapter?...