Takdir bisa berubah kapan saja.

Aku yang semula hidup bermandikan harta dari kedua orang tuaku yang kaya raya, seketika harus merasakan susahnya mencari sebungkus nasi yang layak makan.

Kehidupan nyaman yang semula aku rasakan, mendadak sirna karena takdir.

Ayahku yang seorang pejabat negara, ternyata adalah seorang koruptor kelas kakap, dia bunuh diri dengan menabrakkan dirinya pada kereta api di perlintasannya. Sedangkan ibuku yang tidak tahan lagi mendengar cemoohan tetangga sekitar, ikut menabrakkan diri ke kereta api 4 bulan kemudian.

Kejadian itu terjadi 4 tahun yang lalu, saat aku disibukkan dengan persoalan ujian kelulusan dan ujian masuk universitas. Ah, tidak hanya aku yang mengalami hal ini..

Apa aku lupa mengenalkan kakak kembarku? Satu-satunya saudara yang aku punya setelah ayah dan ibu meninggal, satu-satunya saudara yang aku punya setelah saudara-saudara yang lain menolak mengakui jika kami salah satu saudara mereka.

Bisa masuk universitas negeri saja sudah membuat kami bersyukur, reputasi orang tua tidak membuat pihak universitas menolak kami, kami bahkan menjadi salah satu dari orang yang mendapat beasiswa.

Harta orang tuaku seluruhnya sudah disita oleh negara, kami hanya diberi beberapa lembar uang yang cukup untuk membeli rumah sederhana dengan perabotan tak kalah sederhana di dalamnya, kami harus kuliah di pagi hari dan kerja di sore hari untuk memenuhi kebutuhan hidup, hal yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya.

Aku seorang mahasiswa hukum dan kakak kembarku berkecimpung di dunia seni, kami menjalani kehidupan baru ini dengan sabar dan berusaha untuk gembira, hal itu terus kami lakukan hingga tahun ketiga kami di universitas.

Kenapa sampai tahun ketiga? Karena setelah itu, kehidupan kami benar-benar berubah menjadi lebih kelam.

.

.

.

.

.

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Pairing : NaruSasu, NaruSai.

Rating : T+ nyerempet M

Genre : Angst and Romance

Warning : BL, Typo bertebaran, OOC.

.

.

Happy Reading!

.

.

Lelaki berjaket biru itu berjalan dengan pelan di pinggir jalanan yang sepi, cahaya lampu yang menyorot dari ataslah menjadi penerang perjalanannya, waktu telah menunjukkan pukul 9 malam dan ia baru saja pulang dari restauran keluarga tempatnya bekerja, wajahnya terlihat sangat kelelahan tetapi ia merasa enggan sekali untuk pulang.

Ia menghentikan langkahnya lalu menarik nafas dalam-dalam setelah itu ia pun melanjutkan jalannya kembali.

Rumah bercat crem sederhana itu telah terlihat di depan mata, ia memasuki rumah tersebut dan suara-suara aneh yang sudah biasa ia dengar satu setengah tahun ini telah menjadi musik pengantar tidurnya sehari-hari.

Lelaki itu memandang datar empat orang berbadan besar yang tengah mengerumuni seseorang yang memiliki fisik yang hampir sama dengannya dan sialnya kelima orang itu telah bertelanjang bulat di sofa ruang tamu rumahnya.

"Okaeri Sasuke-chan... Kenapa pulangmu semakin malam saja hmm?"

Ia sama sekali tidak menanggapi sambutan 'hangat' lelaki yang berbadan lebih kecil dari keempat lelaki dewasa lainnya dan lebih memilih untuk masuk ke dalam kamarnya sendiri, bersiap-siap untuk mandi, dengan cepat.

"Cuek sekali adikmu itu, bagaimana jika besok aku mencoba untuk mencicipi tubuhnya?"

Lelaki yang memiliki paras wajah yang hampir menyerupai sosok 'Sasuke-Chan' itu hanya tersenyum menggoda lalu mendekatkan dirinya kepada pria dewasa di hadapannya, "Coba saja kalau kau bisa, aku mengizinkanmu untuk menginvasi adikku asalkan kau memberikan bonus berkali-kali lipat dari biasanya, ahh ini juga berlaku untuk kalian..."

Obrolan seputar 'Sasuke-Chan' pun berlanjut menjadi desahan dan erangan dari kelima orang yang tengah bermain seks itu, lelaki bernama Sasuke yang baru saja keluar dari kamar mandi itu lekas masuk ke dalam kamarnya kembali lalu menguncinya rapat-rapat, tak lupa ia juga memastikan kalau jendela kamarnya telah tertutup dengan rapat, Sasuke yakin masih ada orang lain yang akan datang ke rumahnya dan 'bermain-main' dengan kakak kembarnya, ia tidak mau jika salah satu dari mereka malah menjadikan dirinya sebagai sasaran pemuas nafsu.

Sebelum tidur ia pun menyempatkan diri untuk belajar sejenak, ia adalah seorang mahasiswa yang mendapatkan beasiswa dan ia tidak akan membiarkan beasiswa itu hilang, walaupun ia harus menyumpal telinganya dengan headset agar suara desahan-desahan itu tidak menganggu belajarnya.

Di Tahun ketiga mereka berkuliah, sifat kakak kembarnya mendadak berubah, ia mendadak membawa banyak uang dan membeli barang-barang yang biasa ia lihat saat mereka hidup berkecukupan seperti dahulu. Seorang pegawai kafe biasa tidak akan mungkin mendapatkan uang 2 juta yen dalam waktu satu hari kan?

Jika Sasuke – sang adik – mulai menanyakan asal usul uang sebanyak itu, sang kakak kembar –selalu berkelit jika itu bonus dari bosnya di kafe tempatnya bekerja. Dirinya pun sering mendapatkan bonus dari manajer restaurant tetapi ia yakin bonus yang diberikan tidak sampai melebihi gaji yang sebenarnya. Karena penasaran ia pun mengikuti sang kakak menuju tempat kerjanya dan betapa terkejutnya ia melihat sang kakak tidak berbelok ke kafe tempatnya bekerja, melainkan...

'Hotel? Sai menjadi pegawai di hotel? Apakah dia sedang magang?'

Ia pun berusaha berfikiran positif dan mulai memasuki hotel tersebut tanpa melihat nama hotel yang ia masuki, pertama kali masuk ia langsung saja disambut dengan resepsionis yang langsung saja melayangkan pertanyaan yang membuat dahinya berkerut.

"Anda sudah di pesan oleh Tuan atau Nyonya siapa?atau anda kemari untuk memesan seseorang?"

Hah? Dipesan? Memesan? Apa maksudnya?

"Sebentar, bukankah kau ini Sai? Kenapa kau ada di sini lagi? Jangan bilang jika kau lupa kamar tempat Mewo-sama memesanmu kan?"

Sai... Dipesan oleh seorang laki-laki dewasa? Apa maksudnya?

Sasuke semakin bingung dengan perkataan sang resepsionist, ia pun mengangguk mengiyakan dan membiarkan resepsionis itu memberikan petunjuk dimana kamar yang dia maksud tadi. Setelah mengetahuinya ia pun segera menghampiri pintu kamar bernomer 203 tersebut.

Sai yang dimaksud bukan kakak kembarnya itu kan? Pikiran kotornya ini tidak terbukti benar kan?

Ia harus tetap memastikannya, jika ia salah kali ini ia bersumpah akan menraktir Sai makan di restoran bintang lima dengan tabungannya selama ini. Ia pun membuka pintunya dengan perlahan dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah kedua orang yang sedang memadu kasih di atas ranjang dengan suara-suara aneh yang tidak pernah ia dengar sebelumnya.

Akan tetapi, bukan itu yang membuatnya terkejut hingga tidak sengaja membuka lebar pintu kamar itu dengan keras, tetapi seseorang yang berada di bawah kungkungan lelaki berbadan penuh lemak itulah yang membuatnya membelalak tak percaya.

Kenapa dia harus melakukan hal keji nan menjijikan seperti ini?

Mengetahui jika kakak kembarmu menjadi alat pemuas nafsu para orang kaya di atas sana lebih membuatnya marah hingga tak sanggup berkata apapun lagi, yang biasa ia lakukan hanyalah berjalan cepat menghampiri mereka lalu menarik kakaknya yang telah telanjang bulat itu dan menamparnya dengan keras.

"Apa kau terlalu putus asa mencari uang hingga melakukan hal yang menjijikan seperti ini?! Jika kau lelah bekerja di kafe, biarkan aku saja yang bekerja! Kau tidak harus melakukan ini semua Sai! Pekerjaan ini benar-benar merendahkan harga dirimu!"teriaknya penuh amarah.

Tanpa ia duga Sai pun membalas tamparannya tak kalah keras hingga sudut bibirnya berdarah, ujung kemejanya pun ditarik dengan kasar, "Apapun yang aku lakukan ini bukanlah urusanmu, kau tidak tahu beban yang aku tanggung untuk membayar semua hutang keparat bodoh yang bodohnya pernah aku panggil dengan sebutan 'Ayah'! Kau tidak tahu apa-apa Sasuke! Kita ini kembar tetapi kenapa harus aku saja yang menanggung beban ini! Kenapa?!"

"Hutang apa yang kau maksud?! Pengadilan berkata jika kita tidak perlu membayar denda Ayah kan? Kenapa kau membual seperti ini hah?!"

"KARENA KAU TIDAK TAHU APA-APA!"

Sai melepas cengkramannya lalu mendorong Sasuke hingga jatuh terduduk, "Mana mungkin negara begitu saja melepaskan berjuta-juta dollar yang sudah keparat itu korupsi hah?! Mereka masih menangihnya bodoh! Dan sialnya mereka melimpahkannya kepadaku karena aku adalah anak tertua!"

Sasuke yang baru mengetahui akan hal itu semakin terkejut, semua hal yang ingin lontarkan untuk menyadarkan tindakan Sai menguap begitu saja.

"Jika aku tidak segera melunasi semua uang itu dalam sepuluh tahun, kita berdua akan dipenjara selamanya! Jika kita bekerja itu-itu saja mana mungkin seratus juta dollar bisa kita berikan kepada mereka dalam waktu sepuluh tahun!"

Lelaki tua yang menyewa Sai itu pun mendudukan dirinya di ranjang lalu meminum anggurnya dengan wajah angkuh, menikmati perseteruan antara kedua saudara kembar ini, "Cepat selesaikan masalahmu itu sayang, yang dibawah ini tidak bisa menunggu terlalu lama~"

Sai mengangguk pelan lalu menghampiri Sasuke dan menariknya berdiri, "Lagi pula aku juga sudah muak hidup menderita, aku ingin hidup bermewah-mewah seperti dahulu lagi, pekerjaan ini benar-benar cocok untukku, aku bias melunasi hutang bodoh itu sebelum 10 Tahun dan menikmati kehidupan mewahku kembali, jangan campuri urusanku. Pergilah." Ia memaksa Sasuke untuk keluar dari kamar lalu menutup pintu kamar itu dengan keras, meninggalkan Sasuke yang hanya bisa meratapi pintu bercat putih gading itu dengan pandangan nanar.

Tidak ada yang bisa Sasuke lakukan selain membiarkan Sai melakukan hal itu, kakaknya itu menjelma menjadi orang kaya kembali dan membeli rumah yang lebih baik dari pada sebelumnya, Sai memaksanya untuk tinggal di rumah yang baru karena rumah itu akan dijual untuk menutupi sebagian hutang. Sialnya, rumah baru itu juga sering didatangi pelanggan-pelanggan kakaknya dan sialnya lagi mereka mulai terang-terangan melakukan hal itu tidak hanya di dalam kamar saja tetapi di seluruh ruangan di dalam rumah selain kamar Sasuke.

Ia hanya bisa diam dan terus diam dengan tanpa sadar memendam rasa benci yang semakin besar kepada Ayahnya yang membuat keadaan seperti ini terjadi kepada mereka.

.

.

.

.

.

.

Suasana rumah lebih tenang ketika pagi hari menjelang, Sasuke yang telah bersiap-siap pergi kuliah hanya memandang datar ruang televisi yang berantakan oleh sampah botol dan juga seonggok manusia telanjang, ia melihat jam tangannya lalu menghela nafas, memutuskan untuk membersihkan sedikit kekacauan ini dari pada kedatangan tikus atau pun kecoak di rumah ini.

Rutinitas yang biasa ia lakukan di pagi hari. Setiap hari.

"Aku sudah memasak sarapan untukmu, jika ingin hangat tinggal kau hangatkan saja, aku pergi." Ujarnya lalu dengan cepat keluar dari rumah.

Ia menjalani perkuliahan seperti anak pada umumnya tetapi kini ia sudah mulai mengerjakan skripsi untuk kelulusannya beberapa bulan lagi, ia ingin segera lulus dan mencari pekerjaan, jika bisa ia ingin sekali melepas pekerjaan kakak kembarnya itu dan mulai mencicil utang dewa itu dengan hasil kerja kerasnya, jika memang sampai jatuh tempo dia tidak berhasil melunasinya...

...Maka ia rela harus dipenjara seumur hidup.

"Kau tahu Kimura? Aku dengar dia sedang sakit keras."

"Oh Kimura... Dia tidak bisa kembali kuliah lagi, aku turut kasihan kepadanya."

"Memangnya kenapa?"

"Dia terkena virus HIV, AIDS itu loh! Kau kan tahu sendiri jika dia memang sering kali berganti-ganti pasangan, mungkin salah satu dari pasangannya itu terkena AIDS kali.."

Obrolan teman sekelasnya itu seketika membuka kedua matanya yang mulai mengantuk karena membaca, ia menutup buku bacaannya lalu memalingkan kepalanya ke sumber suara, mendengar obrolan mereka hingga tuntas. Tak lama ia pun menundukan kepala, memikirkan hal yang bodohnya baru saja ia ingat saat ini.

...Sai bahkan sudah berganti pasangan lebih banyak dari Kimura yang dijuluki pelacur lelaki itu...

Hari menjelang sore saat Sasuke berlari membabi buta menuju ke rumahnya, apapun resikonya ia memang harus segera menghentikan perbuatan Sai, ia tidak ingin Sai terkena penyakit mematikan itu, walaupun harus dipenjara sekalipun ia ingin segera membebaskan Sai.

Karena dia adalah satu-satunya keluarga yang ia miliki dan ia tidak ingin kehilangannya secepat mungkin.

Pintu rumah ia buka dengan keras dan dahinya pun berkerut karena suasana rumahnya berbeda dari biasanya. Ia pun melangkahkan kakinya dengan perlahan, memastikan lagi keberadaan Sai dan 'kawan-kawannya' itu.

Blak!

Ia terlonjak kaget mendengar suara benda terjatuh dari arah kamarnya. Seketika ia berfikir jika ini salah satu jebakan Sai dan lelaki-lelaki hidung belang itu untuk memperdayanya. Sudah berulang kali mereka berusaha untuk menjadikannya sama seperti Sai, walaupun kembar sekalipun ia tidak sudi melakukan profesi sama seperti Sai. Menyebalkan sekali.

Dengan cepat ia mengambil gagang sapu dan membuka pintu kamarnya dengan perlahan.

Buku-buku tebalnya terjatuh dengan indahnya ke lantai, tetapi bukan itu yang membuat wajahnya memerah kesal, keberadaan sosok di dekat bukunya yang terjatuh itu sontak membuatnya berlari ke arah sosok misterius itu seraya mengangkat gagang sapunya.

"Brengsek!"

"Gyaaa!"

Sasuke terus memukuli sosok itu dengan penuh amarah, "Aku tidak peduli jika kau ingin memasuki selurung ruangan di rumah ini tetapi jangan sampai kau masuk ke dalam kamarku! Bedebah sialan!"

"Hei! Hei! Dengarkan aku dulu!"

"Pergi kau dari kamarku! Brengsek!"

"Aku bukan komplotan yang menyewa Sai! Dengarkan aku dulu Sasuke!" sosok itu masih berusaha menghalau pukulan gagang sapu yang Sasuke layangkan kepadanya.

"Aku tidak peduli! Cepat pergi dari kamar-ummmmppp!" sosok itu dengan cepat membekap mulut Sasuke dengan tangannya yang besar lalu menutup pintu kamar Sasuke dan tak lupa menguncinya.

"Dengarkan aku atau aku akan terus membekapmu hingga kau kehabisan nafas.." ujar sosok itu pelan tepat di telinga Sasuke, "Aku bukan lelaki hidung belang yang memanfaatkan tubuh orang lain untuk kepuasan pribadi, aku kemari karena ada misi yang sangat penting, kau mau dengarkan penjelasanku lebih banyak? Berjanjilah untuk tidak berteriak dan memukuliku lagi." Lanjutnya lagi dengan nada mengancam.

Sasuke pun memilih untuk menganggukkan kepala dan bekapan pada mulutnya pun terlepas, ia masih menyiagakan gagang sapu di kedua tangannya, mengantisipasi tindakan mencurigakan sosok itu kepadanya dirinya, "Kalau begitu, siapa kau? Bagaimana bisa kau masuk ke dalam kamar yang terkunci?"

Sosok berambut pirang itu tersenyum lalu menunjukan kawat yang biasa Sasuke lihat di film-film action, "Kau pasti sudah mengerti kan? Membobol pintu biasa seperti ini sangat mudah untukku."

Lelaki Uchiha itu masih memilih untuk diam, membiarkan lelaki berambut pirang itu melanjutkan ucapannya.

"Namaku Uzumaki Naruto dan sebenarnya aku tidak boleh memberitahukan identitas asliku kepada masyarakat biasa sepertimu, tetapi atasan sepertinya tidak mempermasalahkan itu jika aku memberitahukannya kepadamu," lelaki bernama Naruto itu mulai mendekatkan dirinya kepada Sasuke, semakin melangkah mendekat hingga sedikit sekali jarak diantara mereka berdua, "Aku adalah anggota Intelejent Negara, aku di sini berada dalam misi gabungan dengan aparat penegak hukum lainnya untuk menguak dan menangkap jaringan peredaran narkoba terbesar di Jepang."

Naruto pun menarik dirinya kembali dan melihat Sasuke tengah melayangkan pandangan bertanya kepadanya, "Lalu apa yang kau lakukan di rumahku? Apa kau mencurigaiku dan saudaraku? Maaf saja, keluarga ini memang sudah kotor dengan korupsi dan pelacuran tetapi aku tidak pernah menggunakan barang haram itu di sini."

"Sayang sekali…" Naruto menghela nafasnya lalu memandang Sasuke penuh prihatin, "Aku ada di sini karena barang itu juga ada di sini-"

"Apa maksud-"

"Biarkan aku menyelesaikan ucapanku!" sela Naruto setelah Sasuke yang menyela ucapannya terlebih dahulu, "Bukan kau yang menggunakan benda haram itu melainkan 'kawan-kawan' kakakmu itu! Salah satu dari mereka adalah Bandar narkoba paling sukses di Jepang, sulit sekali menangkap bosnya! Tapi memang salah satu dari mereka yang menyewa kakakmu itu adalah bosnya."

"..dan ada kemungkinan kalau sang bos bernama Danzo itu telah mencekcoki Sai dengan barang haram itu." Ujar Naruto mulai memelan, tak tega lagi menyeritakan keadaan suram ini kepada Sasuke. Akan tetapi, Sasuke harus tahu segalanya, agar penyelidikan ini tidak terhambat oleh apapun.

Sedangkan Sasuke sendiri, hanya bisa terduduk di atas kasur dengan lemas, tak pernah menyangka jika kehidupannya bisa sehina ini hingga masalah terhina di dunia ini bisa menyerang dirinya dan Sai.

Belum cukupkah Tuhan memberikan seluruh kehinaan ini kepada dirinya?

"Tidak mungkin.."

"Jika kau ingin mengetahui keadaan lebih lanjut, ikutlah denganku, kita cari keberadaan mereka, juga Sai yang sepertinya juga mereka bawa." Ujar Naruto lagi seraya berjalan keluar dari kamar Sasuke, "Tetapi sebelum itu kita akan ke kantorku du-"

"Kenapa aku menolak saat Kaa-san mengajakku bunuh diri?" Sasuke memandang lantai kamarnya nanar, "Setelah ini duniamu akan berbeda dari sebelumnya, kesialan akan selalu menghinggapi keluarga kita… Semua perkataan Kaa-san benar, kenapa aku bodoh sekali menolaknya."

"Sasuke?" Naruto membalikkan badannya, memandang Sasuke tak mengerti.

"Anak koruptor… Bersaudara dengan seorang pelacur… Apakah setelah ini mereka akan mengatai rumah ini sebagai sarang narkoba? Hahahahaha!" pemuda itu mencengkram rambut hitamnya erat seraya tertawa keras.

Bagus sekali hidupnya saat ini, bagus sekali hingga ia ingin tertawa sekeras mungkin hingga tenggorokannya pecah.

Bodoh sekali ia tidak berniat bunuh diri sejak dulu.

Apakah setelah ini ia menabrakkan diri saja pada kereta api?

"Sasuke! Hei! Tenangkan dirimu!" tangannya yang mencengkram rambutnya sendiri itu berusaha dilepaskan oleh seseorang, "Aku tahu ini semua berat untukmu, berat sekali, tetapi tolong hilangkan pemikiran itu dari kepalamu! Kau adalah orang terkuat yang pernah aku temui Sasuke!"

Tubuhnya mendadak terasa hangat, sudah lama ia tidak merasakan kehangatan ini dihitung semenjak ibu yang sangat ia banggakan itu ikut mengakhiri hidupnya bersama dengan ayahnya, kehangatan yang mampu mencairkan hatinya yang luar biasa rapuh dalam menghadapi cobaan berat ini.

"Kalau kau belum tenang, aku akan terus memelukmu hingga kau tenang, kau dan Sai memang kembarnya, bahkan aku harus memeluk kalian berdua agar kalian tenang."

Siapa sebenarnya pria bersurai pirang ini?

Kenapa dia bias tahu nama mereka berdua? Sasuke yakin bahkan dia sendiri belum mengenalkan diri.

To Be Continue

Mohon reviewnya untuk fanfic pertama saya ini :D

Maaf jika masih banyak kesalahan yaaa, thank you for reading!