Uh, deb, maafkan onnie dudulmu ini... Ngebikin rekuesnya lama banget... maklumlah, baru dapat ide dan ngehnya sekarang...
Dan, ini kado spesial buat kamu yang sudah selesai UN. Moga dapat hasil yang terbaik ya... :))
dan, maaf telat.. D:
****New Love For Old Wound****
.
Bleach © Tite Kubo
.
Blue Tomorrow, sang by Super Junior M
Stand By Me, sang by SHINee
Ai Ni Ai Ni, sang by Super Junior M
Standart disclaimer applied, all except plots is not mine.
.
A RenHina fict―slight HitsuHina, KiraHina and RenRuki―requested by my dongsaeng, Debri.
.
Time for reading!
In stories:
Italic: Part of flashback narration.
In lyrics:
Italic: Romaji lyrics.
Bold: Translates into English.
Bold Underlined: The main words―that match with story.
Part One: Hinamori Momo―2nd PoV.
-
Dao le ming tian
shuo hao bu zai jian mian
Zuo zai jie wei de dian
wo yi ge ren
dian le yi bei xiang nian
.
When it's tomorrow, we agree not to meet again
Sitting in the shop at the end of the road, I ordered a cup of missing (you)
-
-
Ai hai liu zai wo fang jian
Hui yi hai hen xin xian
yi shun jian
Gan jue ni jiu zai yan qian
.
Love is still lingering in my room
Before the memory becomes real, in a moment
It felt like you were in front of my eyes
-
Kau masih menghirup aroma khas cappuccino itu. Menyesapnya dalam-dalam sampai ke sudut alveolus paru-parumu. Menikmati aroma hangatnya―beserta kepulan asapnya yang terbang membumbung.
Kau sesekali melemparkan pandangan keluar, sembari menghirup cairan itu. Terkadang raut wajahmu tersenyum―namun secepat kilat berubah murung.
Seolah setiap perubahan raut itu adalah beberapa keping puzzle yang bersusun satu-satu, melayang membentuk memori―yang bahkan kau pun tak tahu itu memori indah, ataukah sebuah balada yang harus kau buang ke bagian terdalam samudra Pasifik.
Kau merefleksikan diri―menatap bayang wajahmu sendiri di larutan dalam mug itu. Kau tersenyum, ketika bayangan wajahmu terpantul di sana. Entah apa yang kau bayangkan, hingga kau tersenyum pada benda mati itu.
Ah, ya, benar. Mungkin benda itu adalah kenanganmu?
Secangkir kenangan, bukan?
Hingga kau tersenyum seorang diri, pasti kau sedang mengenang minuman itu―bersama seseorang yang juga bagian dari puzzle kenangan itu, bukan?
Kau mengangkat pergelangan tangan kirimu―yang sebelumnya tergeletak di meja. 20 Desember, tidak salah. Matamu masih normal. Ingatanmu pun masih bekerja dengan baik.
Kau masih ingat kalau hari ini, adalah ulang tahunnya.
Dimana delapan tahun lalu―saat pertama kau bertemu dengannya. Ketika kau sendirian di lorong sepi, terasingkan dari kehangatan karena kau lupa jalan pulang. Ya, itu ketika kau masih beberapa hari menempati kota ini.
Dia datang mengulurkan tangannya, mengangkatmu dari salju yang hampir menimbun separuh kakimu.
Lantas membawamu ke sini, memesankan secangkir cappuccino untuk menyelaraskan sistem suhu tubuhmu.
Kalian mulai berkenalan. Bertukar nama. Kau pun tahu namanya adalah Toushiro. Hitsugaya Toushiro.
Saat itu pulalah dia bercerita, kalau hari itu adalah hari istimewa-nya―ulang tahun.
Lalu dia membuatmu tertawa, menghilangkan lesumu. Meluluhkan hipotermia yang menyerangmu dengan senyum riangnya.
Setelah merasa cukup, dia mengantarkanmu. Ternyata rumahmu tak jauh dengan rumahnya―hanya beberapa langkah pun kau bisa sampai.
Kalian menjadi teman dekat, dekat sekali. Kemana-mana selalu menyatukan diri, bermain, belajar.
Ternyata persahabatan tak cukup untuk kalian berdua―hati kalian berharap lebih. Hingga cinta kembali mengeratkan ikatan kalian berdua. Erat hingga semakin tak terpisahkan.
Tapi, senyummu berhenti di situ. Sejenak kau hentikan pengulangan memori itu dengan menyeka air matamu yang jatuh. Dan kau pun menopangkan dagumu di pergelangan tangan, menyertakan kembali ingatan dalam pikiran limbungmu.
Dia jatuh sakit.
Terlebih, memaksakan diri untuk menyapamu di hari kepergianmu menuju Eropa untuk berlibur.
Tapi, takdir Tuhan tak membiarkannya hidup lebih panjang lagi. Hingga sebuah mobil berlaju kencang secara tak langsung turut andil dalam kematiannya.
Kau menangis, tapi tangis tak akan bisa mengembalikan nyawa ke raga bekunya.
Kau cuma bisa menerima nasib.
Dan air matamu menderas ketika sampai di akhir kenangan kalian berdua. Kau tertawa miris―menertawakan dirimu sendiri yang terlalu cengeng. Tapi apa boleh buat, itu memang perangaimu untuk tak bisa melepaskan sesuatu begitu saja.
Lama kau pandangi mug yang sudah kehabisan separuh isinya itu. Memutar terus kenangan―seolah jika kau mencapai angka di putaran tertentu, kau akan mendapatkan kembali dirinya.
Hei, itu tak mungkin terjadi!
Melodi terdengar dari ponsel ber-casing hazelnut-mu itu, Mengejutkanmu untuk segera menghentikan balada lamamu.
Sebuah pesan singkat. Ini terhitung yang kelima dari orang yang sama sejak tadi pagi.
Dia menanyakan hal yang terbilang kurang penting. Cuma sebatas tugas sekolah dan sedikit embel-embel tentang dirimu. Tentang apa yang kau kerjakan.
Kau cuma tersenyum.
Orang itu―pemuda yang juga teman kecilmu―Kira Izuru, memang mengaku sejak lama mengagumimu, menyukaimu. Tapi kau sendiri tidak bisa menerimanya karena beberapa hal.
Kau belum bisa melupakan masa lalumu sepenuhnya, kau tidak menyukainya, dan kau anggap ia hanya sebagai kakak laki-lakimu, serta satu alasan lagi.
Memang, dia adalah laki-laki polos nan baik hati yang selalu peduli apapun tentangmu. Menolongmu, membantumu setiap kau memiliki kesusahan. Terkadang kau merasa bersalah karena kau tak bisa membalasnya. Tapi pikiranmu membela dirimu sendiri―bahwa memang kau tak bisa memaksakan diri untuk membalas pengorbanan orang lain, jika pengorbanan itu tidak terlalu bermakna untukmu.
Kata singkatnya―kau tak bisa mencintai orang yang tak kau cintai.
Secara fisik dan sifat, Izuru dan Toushiro memang berbeda jauh. Izuru yang hangat, Toushiro dingin. Secara fisik pun―yah, mereka berdua memang berlawanan. Mereka cuma punya satu kesamaan di depanmu―sama-sama menyayangimu.
Kau semakin larut dalam nostalgia. Apalagi ketika kau memutuskan untuk memesan sekali lagi cappuccino.
Setelah gelas kedua cappuccino itu sampai di depanmu, kau tak langsung menyeruputnya.
xxx
Hingga seorang gadis mengambil tempat di meja yang bersebelahan denganmu. Ia menyapamu dengan senyum simpul―meski kalian tidak saling mengenal. Ia memesan secangkir lemon tea hangat pada waitress yang kemudian datang padanya.
Lemon tea hangat?
Kau tercekat.
Dan kau tersenyum kecil. Menghapus jejak-jejak air mata yang menyusuri lekuk pipi manismu. Hampir bersamaan, di ponselmu kembali terdengar melodi lembut. Nada dering yang khusus kau pakai untuk seseorang saja.
Kau makin mengembangkan senyummu ketika membacanya. Sedikit kau rapikan pakaian dan tata rambutmu setelah selesai membacanya.
Dan kau pun berseru dalam hatimu, "Saatnya untuk menatap masa depan...."
Kau lalu menyingkirkan cangkir cappuccino dari hadapanmu. Sayang sekali café ini tidak menerima kembali apapun yang telah dipesan.
Hatimu berkata betul. Setidaknya, waktumu untuk mengingat masa lalu, bernostalgia sedikit sudah habis. Sekarang waktumu untuk melangkah. Mengobati luka hatimu yang perih. Memberinya sedikit 'obat' dan 'antiseptik' agar tak lagi terbuka dan menyakitimu.
Lalu seorang waitress kau panggil, menyuruhnya menuliskan pesanan berupa dua cangkir lemon tea hangat.
Part Two: Abarai Renji―2nd PoV.
-
Stand by me Na leul ba la bwa jwo
A jig sa lang eul mo leu ji man
Stand by me Na leul ji kyeo bwa jwo
A jig sa lang e seo tun geod gata
.
Stand by me, look towards me
Even though I don't know love yet
Stand by me, guard over me
I feel I am still clumsy at love
-
-
Together make it love
Forever make it your smile
Neo ui hwan han mi so ga deukhi
Together make it love
Forever make it your smile
I je nae soneul nae soneul jaba
.
Together making love
Forever making you smile
Filled with your bright smile
Together making love
Forever making you smile
I will slowly head towards you step by step
-
"Aku baru saja keluar rumah. Tunggu aku beberapa menit lagi... "
Itulah isi pesan yang kau tulis untuknya, untuk yang kau sayangi.
Untuk yang sedang menunggumu di sebuah café.
Kau pun menyusuri trotoar―dengan langkah yang agak cepat―dan berbelok masuk ke toko bunga.
Senyum ramah sang shopkeeper menyambutmu. Kau membalasnya sekilas, dan mengerutkan dahi ketika melihat deretan bunga pada rak-rak tinggi itu.
Hmm... Kau berusaha mengingat bahasa-bahasa bunga, memilih yang mana yang pas untuk kau bawakan pada yang menunggumu.
Kau pun berjalan ke rak berisi bunga-bunga Lily. Di sana ada Calla Lily, Tiger Lily, dan beberapa yang lain―yang kau tak tahu namanya.
Kau ambil yang berwarna oranye. Meyakinkan diri kalau yang inilah yang benar.
Seseorang―shopkeeper―menghampirimu, sembari membersihkan rak.
"Maaf, apa anda sedang membenci seseorang?" dia mengerutkan dahi ketika kau meraihnya.
"Ha? Tidak. Aku ingin memberikannya pada kekasihku."
Shopkeeper itu tampak menahan tawa. "Itu Orange Lily, artinya kebencian. Kalau ingin memberikan pada kekasih, sebaiknya yang ini," pemuda yang kurang lebih berusia sama denganmu menyerahkan White Lily. "Ini bisa berarti 'sangat menyenangkan bisa bersamamu'."
Kau menggaruk belakang kepalamu, malu. Mengembalikan Orange Lily itu dan menyambut uluran White Lily itu untukmu.
xxx
Tak lama kau duduk di halte itu, sebuah bis pun berhenti tepat di depanmu. Tanpa keraguan kau menaikinya.
Sepi―kesanmu ketika memasukinya. Mungkin orang-orang mematuhi ramalan cuaca tadi pagi, bahwa hari ini akan ada badai salju. Tapi kau telanjur membuat janji untuk kencan dengan kekasihmu hari ini.
Tak apa, jika badai terjadi dan kalian terperangkap di café, itu bukan hal yang buruk, bukan?
Kau menoleh, memandang pada bangunan-bangunan yang berlalu. Ada toko buku, rumah-rumah, beberapa kantor, minimarket. Hampir kesemuanya berselimut tebal―putih menghias.
Kau tersenyum pahit ketika sampai pada bangunan toko buku yang lumayan besar itu.
Di situ, hubungan cinta pertamamu diputus.
Kau salah membelikan bunga. Kau tidak mengerti bahasa sederhana untuk cinta sekalipun.
Kau kurang peka akan dia. Sehingga gadis Kuchiki itu harus lebih agresif untuk mendapatkan perhatianmu.
Kau sering malu-malu. Datang ke rumahnya pun kau tidak bisa―tidak berani.
Kau tahu kau sayang padanya, tapi kau tidak bisa mengatakannya―kikuk.
Kau menyukainya, tapi harus selalu dia yang berkata itu terlebih dahulu untuk meminta jawabanmu―hingga kau terlihat kurang meyakinkan untuk urusan cinta dimatanya.
Hingga, tepat di toko buku itu, kalian putus. Ia berkata ia tak lagi tahan karena berhubungan denganmu sama saja dengan mengorbankan hatinya.
Ketika kau sudah menyiapkan segala keberanian, kau kehilangan kesempatan karena ia telah meletakkan hatinya untuk orang lain.
Bagus. Kau gagal.
Kau menerawang. Sedikit mengulang dan dan mengingat bagaimana kebodohan dirimu dahulu.
Kau tertawa miris. Menyesal?
Sudut hatimu mungkin masih merasakan itu.
Tapi... Sekarang kau sudah punya dia, bukan?
Dia yang sudah berpengalaman lebih jauh darimu. Kau mungkin memang masih canggung dan bukan tipikal romantis―terlihat sekali pada saat membeli bunga tadi. Tapi dia adalah gadis penyabar yang tentu bisa mencintaimu lebih daripada masa lalumu itu.
Banyak kelebihan pada dia.
Setidaknya, dengan dia kau bisa melupakan masa lalu dan kebodohanmu itu.
Karena dia pasti bisa menghentikan kecanggunganmu dengan senyum lembutnya―senyum yang selalu membuatmu meleleh dan tunduk padanya.
Kau pun tersenyum―tepat ketika café yang kau tuju tepat berada di depanmu.
Part Three: Abarai Renji & Hinamori Momo: 3rd PoV
-
ai qing de mo li, sui bian ni, shua xin ji, fa pi qi
ai ni ai ni, dui ni yi xin yi yi (dui ni yi xin yi yi wo~)
wo hui bao hu ni, bu guan ni, zai bei ji, yi da li
ai ni ai ni, zhi xiang pei zhe ni
.
Love's magic
will let you think crazy things, pay attention to it, and pout.
Love you Love you, I will only be true to you.
I will protect you
Even if you are in the artics or maybe Italy
Love you Love you, only want to be with you
-
Mereka berdua bertemu pandang. Renji di depan pintu dengan mudah menemukan Momo dengan blazer krem itu.
Renji melambai, lalu berlari kecil pada Momo.
"Aku tidak terlambat, bukan?"
"Tidak," senyum Momo. "Hanya aku yang terlalu cepat ke sini."
"... Hari ini, ulang tahunnya bukan?" Renji dapat menebak Momo.
"Ya, memang. Eh, tapi aku cuma mengingatnya dia hari ini saja kok!" Momo terlihat agak panik―tidak enak pada Renji.
Renji cuma menyimpulkan huruf 'U' pada bibirnya. "Tenang saja. Aku juga tadi malah mengingat masa laluku."
Mereka tertawa kecil bersamaan.
"Mau minum lemon tea hangat dulu, Abarai-kun?" Momo menyodorkan cangkir yang masih berkepul dan beraroma itu.
"Terima kasih," Renji tanpa ragu menyeruputnya. "Ah, minuman ini. Jadi ingat hari itu, Hinamori."
Hinamori tersenyum kecil.
Satu tahun. Terhitung kurang lebih sejumlah itu. Di tempat yang sama.
Momo yang bersedih, Renji yang terpuruk, bertemu secara tak sengaja di café.
Menumpahkan isi hati masing-masing, yang sama-sama terluka dan butuh pelipur.
Renji menawarkan segelas lemon tea, untuk Momo yang begitu bersedih, menggigil dingin―selain karena cuaca, juga hatinya yang membeku sekeras batu. Beku karena air mata yang terlalu banyak membanjirinya, tertiup angin dingin sang takdir yang semakin menjatuhkannya.
Hingga bibir Renji berujar, "Bagaimana kalau kita menjadi sepasang kekasih? Mungkin kita bisa saling melupakan kenangan pahit?"
Momo yang limbung, hanya mengiyakan. Berharap kali ini langkahnya tidak salah―dan bisa membuatnya tersenyum kembali.
Tapi waktu yang terus berjalan membuat mereka sama-sama yakin. Bahwa mereka telah saling mencintai....
"Ini, untukmu," Renji mengulurkan tangannya pada Momo, menyerahkan buket cantik White Lily itu.
"Wah, cantik sekali. Terima kasih, Abarai-kun."
"Ya, sama-sama," Renji menandaskan isi cangkir lemon tea itu.
"Abarai-kun," mulai Momo.
"Ya?"
"Kita tak akan bisa berjalan jika hanya berpijak pada masa lalu, bukan?"
Renji mengangguk. "Kita harus berjalan maju ke depan, untuk sampai pada tempat bernama kebahagiaan," pemuda itu menggenggam jemari Momo.
Mereka berdua tersenyum bersamaan.
Memang, masa lalu adalah waktu berharga untuk dipelajari, bukan? Tapi nasib kita tak akan berjalan jika kita hanya berdiri meratapi masa lalu. Kita harus melangkah, bukan?
Karena dengan langkah baru, cinta baru yang menyembuhkan luka lama pasti akan datang....
.
- compiuto -
March 24th, 8:53 PM
.
Gimana? apa sesuai dengan keinginanmu? kalau tidak, silahkan gantung lappieku... TT^TT
yosh! Mohon pendapatnya! XD
.
.
need some appreciation.. =3=
*plakk*
