Disclaimer : Semua karakter disini milik Tuhan YME, author cuma pinjem nama
Rate : T
Genre : Campur aduk, general, Romance, Humor, hurt, angst
Warning : BL, YAOI, Typos, cerita pasaran, OOC (mungkin ), ga pake EYD! mohon dengan sangat sebelum membaca dibaca dulu bagian warning ini, tidak menerima bash kecuali kritik membangun, so please
DON'T LIKE DON'T READ
CAST : Jung Yunho, Kim Jaejoong
Cast lain menyusul
.
Note : Fanfiction ini murni hasil karya saya selaku author, saya tidak rela dan tidak ikhlas jika hasil karya saya ini di plagiatkan oleh orang - orang yang tak bertanggung jawab, dalam bentuk apapun!
.
.
.
.
SUMMARY
Kim Jaejoong namja cantik yang berstatus sebagai janda dengan 3 anak, terdampar dikota kejam Jakarta harus berusaha sekuat tenaganya, berjuang mati-matian untuk bertahan hidup setelah sang suami meninggal dunia. Dapatkah ia bertahan?
.
.
.
.
MAK JUJUNG, SARANGHAE!
.
.
.
.
"UCHUUUUUUN!"
'...'
"UCHUUUUUUN!"
"Kagak ade mak..."
"UCHUUUUUUN! Ya ampun tuh anak, Uncu, mane hyung kamu haa? pagi-pagi bukannya bantuin orang tua malah ngilang aje ntu anak, ya salam"
"Tauk tuh, tadi keluar aje subuh-subuh kagak bilang-bilang juga, padahal udeh Uncu tanyain deh mak"
Hhhh...
"Ya udeh deh, elu pegang bentar adek lu ye Cu, emak mau masakin kalian nasi goreng kayak biase"
"Nasi goreng lagi ye mak? yang lain nape sih mak?"
"Ya ampun Cu, ini aje kite kudu bersyukur nak, ni ari kite masih bise makan nasi...lu liat aje tetangge kite pagi-pagi malah ada yang cuma bise ngirup aer putih doang, arraso?"
"Arraso mak"
Begitulah kehebohan pagi yang kerap terjadi disebuah rumah sederhana yang terbuat dari kayu namun dengan keadaannya yang rapi dan bersih. Sesosok cantik yang sibuk hilir mudik didalam rumah tersebut sementara bibirnya yang merah ikut sibuk berkomat-kamit entah membicarakan apa saja dengan logat betawinya yang kental
Sosok cantik dengan poni yang dijepit itu kini tengah sibuk memasak nasi goreng untuk sarapan pagi keluarganya, sementara sang anak berpipi gembul berbadan montok yang dipanggilnya dengan panggilan Uncu yang berusia sekitar 9 tahun itu sibuk menjaga sang adik yang masih berusia balita belum genap 2 tahun.
Sesekali sosok cantik yang tak lain adalah ibu mereka itu menoleh mengecek keadaan sang anak balita yang dipercayakan kepada sang kakaknya tadi. Sedikit was-was karena balita yang belum genap berusia 2 tahun itu belum terlalu tegar berjalan, terkadang masih sering terjatuh.
Akhirnya sang ibu yang dipanggil dengan sebutan 'emak' itu selesai memasak dan langsung memindahkan nasi goreng tersebut kedalam 4 buah piring berukuran sedang dan meletakkannya diatas meja makan yang berada tak jauh dari dapur mereka yang tak terlalu besar, maklum saja rumah mereka tidaklah terlalu besar juga, hanya kira-kira berukuran 6x5 meter saja. Keluarga yang cukup prihatin.
"Uncu ayo cepetan lu makan ntar telat lagi, adek lu sini..."
"Ye mak"
Si emak cantik yang berkulit putih halus mulus itupun dengan cepat mengambil sang adik dari gendongan kakaknya agar sang kakak yang sudah berseragam sekolah dapat segera meyantap sarapannya dan pergi sekolah.
"Ummaaa..." serta merta sibalita yang berada digendongan sang emak memanggil emaknya dengan sebutan yang asing, sementara tangan mungilnya sibuk menepuk-nepuk dada sang emak.
"Ne, waeyo chagiya?" sang emak cantikpun menjawab dengan bahasa yang berbeda juga, berbeda dengan bahasa yang digunakannya sewaktu berbincang dengan sang kakak.
"Mimik ummaa...mimik..." ujar sang anak digendongan yang terus menepuk-nepuk dada sang emak, sepertinya ia masih menyusu dan ingin segera menghisap benda yang berada didada sang emak.
"Ne, ne...sabar eoh, Imin makan nasi goreng ne? mimiknya nanti aje ye"
"Aniiii, mimik ummaaa"
"Arraso, anak umma kagak sabaran ye..."
Serta merta sang emak menyingkap kaos tipis yang dipakainya dan mendekatkan sang anak yang sudah tidak sabar lagi kedadanya, dan mulailah bibir bocah itu bergoyang-goyang pertanda ia tengah menyedot benda kenyal yang berada didada sang emak, sementara sang emak masih sibuk dengan pekerjaannya melipat pakaian-pakaian bersih yang sudah dicuci milik langganannya.
Begitulah kehidupan seorang pria bernama Kim Jaejoong sehari-harinya bersama tiga orang malaikat peninggalan sang suami tercinta yang telah meninggalkan mereka untuk selamanya beberapa bulan yang lalu.
Pria? suami?
Yah Kim Jaejoong adalah pria berkebangsaan Korea, bisa dikatakan ia adalah pria dengan segala kelebihan. Lihatlah, ia pria namun memiliki wajah yang luar biasa cantik, mata yang luar biasa indah bulat besar bersinar, bibir yang semerah buah cherry serta kulit yang luar biasa putihnya hingga melebihi putihnya cat tembok rumah Haji Asnawi kepala kampung Bojong, kelurahan Pondok Kelapa, kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur tempat sicantik tersebut tinggal bersama tiga anaknya yang alhamdulillah sehat walafiat.
Masih mengenai pria dengan segala kelebihan, ternyata selain dianugerahi wajah cantik yang melebihi kecantikan seorang wanita ternyata Kim Jaejoong dianugerahi juga sebuah rahim yang tumbuh subur didalam tubuhnya yang dikenal dengan istilah Male Pregnancy meskipun Kim Jaejoong bukan pria Korea pertama yang memiliki kelebihan ini.
Pertemuan Kim Jaejoong dengan Choi Siwon anak pengusaha terkenal Korea pemilik perusahaan raksasa penguasa bisnis di Korea yang berbuntut kisah cinta yang tak direstui oleh kedua orang tua Choi Siwon adalah hal yang mengawali terdamparnya pasangan sesama jenis itu di Jakarta kota metropolitan yang terkenal dengan kekejamannya.
Keadaan Kim Jaejoong yang berasal dari keluarga yang tidak terpandang membuat keluarga Choi mati-matian untuk tidak merestui hubungan kedua pria yang saling mencintai itu.
Akhirnya Kim Jaejoong dan Choi Siwon memilih untuk kawin lari saja dan menetap Di Jakarta hingga mereka dikarunia 3 anak yang sehat dan lucu-lucu, mereka adalah, Kim Yoochun 10 tahun yang kerap dipanggil 'Uchun', Kim Junsu 9 tahun yang biasa dipanggil 'Uncu' dan Kim Changmin 1'8 bulan yang mempunyai nama pangilan 'Imin'.
Mengapa anak mereka semua menyandang marga sang umma, bukan marga sang ayah? hal ini dikarenakan keluarga Choi yang merasa kehilangan anak mereka selalu berupaya mencari keberadaan Choi Siwon, hingga untuk menyamarkan jejak keberadaan mereka maka diputuskanlah oleh Jaejoong dan Siwon untuk memberi marga 'Kim' saja kepada 3 anak tersebut.
Karena tinggal dikampung yang mayoritas penghuninya adalah keturunan asli Betawi maka tidaklah heran jika Kim Jaejoong yang sehari-harinya akrab dipanggil 'mak Jujung' itu menjadikan bahasa Betawi sebagai bahasa sehari-harinya. Maklum, ia sudah menjadi warga kampung tersebut semenjak ia menikah dan menetap dikampung itu bersama mendiang suaminya, Choi Siwon.
Meski ditakdirkan memiliki nasib yang tragis dan menyedihkan tak membuat seorang Kim Jaejoong aka mak Jujung menjadi lemah dan menyerah kepada takdirnya, ia selalu berusaha menghadapi kehidupannya dengan sekuat tenaganya demi ketiga malaikat titipan mendiang suami yang sangat dicintainya.
Kim Jaejoong selalu bersyukur dikaruniai wajah dan tubuh yang memikat meski hal itu seringkali membuatnya mengalami kesulitan, terhitung beberapa kali ia hampir terjebak rayuan beberapa orang untuk menjual tubuhnya, untunglah ia masih bisa mengatasinya. Tak ada sedikitpun dibenaknya untuk menjual tubuhnya, ia lebih baik bekerja banting tulang apa saja mencari rejeki yang halal untuk menghidupi anak-anaknya.
Selama ini yang hanya bisa dilakukan Jaejoong adalah menjadi tukang cuci upahan dengan mengambil pakaian-pakaian kotor kerumah-rumah, kemudian menjadi joki dijalur three in one, bahkan tak segan ia mengamen dilampu-lampu merah dengan menggendong Imin sibungsu anak yang paling disayangnya. Tak sedetikpun ia rela meninggalkan anak bungsunya yang masih menyusu kepadanya itu.
Kepada Changmin juga ia sebisanya untuk berkomunikasi dengan memakai bahasa korea dengan tujuan agar ia tidak melupakan bahasa tanah airnya itu, hingga janganlah heran jika Changmin kerap berbicara bahasa korea kepada Jejoong dengan lidah cadelnya. Dan karena Imin jugalah ia bertekad untuk mencari Suami pengganti Siwon yang benar-benar disukai oleh anak bungsunya itu. Imin biasanya akan bersikap kasar kepada pria yang mencoba mendekati ummanya, panggilan bocah tersebut kepada Jaejoong.
Mengapa Jaejoong sangat menyayangi Imin? itu karena tak lama dari Imin lahir Siwon mengalami kecelakaan dan meninggal dunia, sehingga Imin hanya merasakan kasih sayang sang ayah sebentar saja, berbeda dengan kedua hyung-nya. Hal itu membuat Jaejoong berjanji akan mencurahkan kasih sayang sebesar-besarnya kepada Imin meski ia juga tetap menyayangi kedua hyungnya yang lain. Untunglah kedua hyung Imin, Uchun dan Uncu memahami hal tersebut dan tidak protes atas kasih sayang berlebih sang emak kepada Imin.
"Mak aye pulang"
"Ya ampun Uchun, darimane aje nak? buruan gih ntar lu telat lagi, liat Uncu adek lu udeh siap dari tadi ayo noh..."
"Iye mak..."
Jaejoong tampak menggeleng-gelengkan kepalanya sebal lantaran si Uchun anak sulung yang sedari pagi tadi dicarinya baru manampakkan jidatnya (?) cepat-cepat sisulung itu menghambur kekamar mandi lantaran hari yang sudah semakin siang saja, ia mesti cepat-cepat agar tidak terlambat sekolah.
"Cun, lu kemane sih? kok ngilang pagi-pagi?" Jaejoong mencoba bertanya kepada sang putra dengan lemah lembut saat Yoochun tengah menikmati nasi goreng buatannya.
"Anu mak, hehehe...ogah ah, ntar emak marah lagi"
"Marah nape? lu emangnya nape? lu nyolong lagi ye?" Jaejoong sedikit meninggikan suaranya membuat Yoochun yag tadinya sempat cengengesan menjadi tertunduk takut.
"Kagak mak, aye kagak nyolong kok"
"Jadi ape kalo bukan nyolong? biasenye juge lu suka nyolong kan? kemaren ayam haji subekti, kemarennye lagi lu nyolong mangganya mpok nunuk noh, ini ape lagi yang lu colong?" berondong bibir merah dengan Changmin digendongannya semakin membuat sisulung tertunduk ketakutan.
"Kagak mak, aye kagak nyolong...nih mak" Yoochun yang masih tertunduk serta merta menjulurkan sesuatu digenggaman tangannya kepada sang emak.
Jaejoong sedikit tersentak melihat uluran tangan anak sulungnya itu,"Ape tuh?" tanya Jaejoong penasaran dengan dahi yang berkerut sedangkan genggaman tangan Yoochun masih terulur berharap emaknya menerima benda didalam genggamannya.
Akhirnya dengan ragu-ragu Jaejoong menerima benda yang berbentuk gumpalan. Uang kertas. Dan Jaejoongpun terpana dengan uang kertas yang berbentuk gumpalan yang sudah berada ditangannya.
"Cun, i-ini a-ape Cun? lu ga nyolong kan? Yoochun hanya menggeleng keras.
"Kagak mak, Uchun sumpeh"
"Jadi, lu dapet darimane nih duit?"
'...'
"Cun, lu jangan boongin emak ye" Yoochun masih terdiam, Jaejoong semakin dibuatnya bingung.
"Uncu denger dari nyak Rohaye barusan katenya Uchun hyung dagang koran mak" tiba-tiba suara nyaring Junsu menimpali menjawab pertanyaan sang emak yang sontak membuat wajah cantik sang emak berubah menjadi sendu.
"Ya ampun Uchuuun, sape yang nyuruh lu buat kerja gituan nak? emak lu ini masih mampu ngidupin lu pada, lu belajar aje yang bener, eoh"
"Ne mak, tapi Uchun emang kepingin bantuin emak, Uchun kasian liat emak pontang-panting sana-sini, mana sambil netekin Imin lagi, lagian ini ga ganggu waktu belajar uchun kok mak" akhirnya bibir Yoochun mampu menjawab gerutuan emaknya dengan lancar.
"Ya udeh, ntar deh kite bahas lagi, sekarang lu ajak adek lu berangkat sekolah noh, liat jam udeh ampir jam tujuh ntar lu telat lagi"
"Ye mak, kite berangkat dulu ye..."
"Ye, ati-ati ye"
Hhhhh...
Helaan nafas Jaejoong mengiringi kepergian kedua putranya setelah keduanya mencium telapak tangan emak mereka. Dengan perasaan miris Jaejoong memandangi gumpalan uang kertas digenggamannya pemberian Yoochun barusan. Hati Jaejoong terasa diiris-iris membayangkan putranya yang masih berada dikelas 5 sekolah dasar itu bekerja menjajakan koran dari rumah-kerumah dari fajar menyingsing hingga hari terang benderang. Tak terasa tetesan bening mengaliri kedua sisi wajah cantiknya.
"Ummaa ujimaa" Changmin yang berada digendongannya berusaha menenangkan sang umma yang dirasanya tengah bersedih.
Bang Jali Bang Jali goyangnya bikin hepi
bikin lu ketagihan
semua jadi goyang
Bang Jali Bang Jali goyangnya bikin hepi
bikin lu ketagihan
semua jadi riang
Assek-assek joss...!
daripada nggak olahraga
badan jadi sakit sendiri
goyang mandi tiga kali sehari
penyakit pasti langsung pergi
Serrr...serrr...
"Eh neng, daripada ngamen mending ngikut abang ke Ancol yok...ntar dibayar 500 ribu, hehehe"
"Cantik-cantik kok ngamen sih, mana bawa anak lagi, netekin lagi, ya ampuun kasian banget tuh"
"Tuh cewe cantik ngamen, mane lakinye ye, trus gaya ngamennye kok kayak bencong gitu ye?"
"Gile cantik amat ntu tukang ngamen? mulus lagi kayak orang korea, jangan-jangan itu Song Hye Kyo lagi nyamar?"
Demikianlah sebagian dari sekian banyak bisik-bisik kasak-kusuk orang-orang yang melintas maupun yang berada dilampu merah perempatan sebuah jalan dikeramaian kota Jakarta disiang hari itu.
Kim Jaejoong yang baru saja selesai menyanyikan bait lagu Bang Jali dengan alat musik seadanya yang dibawanya dari rumah bersama Changmin yang setia didalam gendongannya yang sedari tadi belum berhenti menyusu didadanya, pemandangan tersebut tak urung membuat heboh para pemakai jalan yang menyaksikan pemandangan dada mulus Kim Jaejoong tersebut. Ia-pun tak luput dari godaan laki-laki iseng yang terhipnotis akan kecantikan dan kemulusannya.
Para aki-aki, pedagang asongan, abang tukang gorengan, tukang somay, supir bus, supir taksi dan semua yang berkelamin laki-laki hanya dapat meneguk air liurnya saja saat melihat sicantik Jaejoong yang dengan santainya memamerkan dada berisinya yang tengah disedot oleh sang anak didepan khalayak ramai. Bahkan tak sedikit dari mereka yang menyangka jika kemungkinan Jaejoong adalah seorang artis yang tengah melakukan Syuting reality show dijalan itu.
Kim Jaejoong hanya berlalu cuek. Ia-pun segera beranjak dengan berjalan kaki menuju jalur three in one tempat biasa ia mangkal menjajakan dirinya sebagai joki dijalur tersebut.
Lebih dari 30 menit Jaejoong dan Changmin yang sudah tertidur digendongannya menunggu mobil yang berhenti dan membutuhkan jasanya. Keadaan jalan hari itu tumben cukup sepi sehingga Jaejoong sudah berdiri agak lama dan mulai kelelahan, berapa kali ia membenarkan dan mengencangkan kain gendongan Changmin, anak itu sudah lumayan berat. Matahari menyinari kota Jakarta dikawasan Kebayoran sore hari itu lumayan terik.
Hingga sebuah mobil Audi hitam berhenti tepat didepan sicantik mak Jujung kita bermaksud memakai jasanya sebagai joki dijalur Three In One yang mengharuskan penumpang mobil dijalur tersebut minimal 3 orang.
Tampak dua orang yang berada didalam mobil mewah itu, sang supir yang berada dibelakang kemudi dan sang Tuan yang berada dibangku belakang, duduk santai dengan kacamata hitam yang bertengger dihidung mancungnya, bibirnya yang berbentuk hati dan setitik tahi lalat diujung kirinya tampak terkatup rapat dengan pandangan lurus kedepan.
Jaejoong-pun segera masuk dan duduk dengan posisi disebelah sang majikan dibangku belakang.
"S-Sore T-Tuan" ucap Jaejoong canggung dibalas anggukan singkat dari sipemilik bibir hati, ia berada tepat disebelah kanan pria yang diakuinya lumayan tampan, hampir setampan mendiang suaminya, Choi Siwon (menurut mak Jujung loh... .).
Selanjutnya perjalanan Kim Jaejoong diwarnai keheningan dan kecanggungan, tak sedikitpun Tuan tampan tersebut mengajak Jaejoong bicara, ia hanya sibuk mengotak-atik ponselnya saja. Ditengah perjalanan Changmin terbangun, Jaejoong sedikit bersyukur setidaknya ia bisa bercanda bersama Changmin.
"Ummaa, mimik" ternyata Changmin kembali teringat dengan benda kesayangannya. Jaejoong merasa sangat malu jika harus mengeluarkan dadanya dihadapan Tuan tampan tersebut. Entah mengapa ia merasa malu diahadapan orang itu.
"Imin mimiknya tunggu kita turun saja, arraso?" bujuk Jaejoong perlahan, seraya mengusap rambut halus Changmin.
"Anii umma, ciyohhh" Changmin ternyata merasa sangat kehausan. Tuan disebelahnya sedikit menoleh, seperti nya ada yang menyita perhatiannya.
"Gwaenchana baby, tunggu sebentar lagi, ottokhe?"
"Anii, aniii, Ciyoooh, hiks..." Changmin-pun mulai mengamuk.
"Korea?"
"Eh?"
Tiba-tiba pria yang berada disebelah Jaejoong menyebutkan negara asalnya, tentu membuat Jaejoong merasa heran.
"Kudengar kau dan anakmu itu berbicara bahasa korea, apakah benar?" akhirnya pria tampan itu mengulangi pertanyaannya.
"N-Ne tuan, aye berasal dari sono" jawab Jaejoong takut-takut dengan logat betawinya tanpa memandang pria disebelahnya.
"kalau begitu kita berasal dari negara yang sama" ujar pria itu kemudian.
"Jinjja?" ucap Jaejoong antusias hingga ia memakai bahasa korea lagi.
"Ne, perkenalkan...Jung Yunho Imnida"
.
.
.
tbc?/end?/keep?/delete?
Palembang, 25 januari 2014
.
.
Niat awal pingin bikin ff dengan nuansa yang lain, maafkanlah dengan segala keterbatasan saya jika ff ini tidak sesuai dengan keinginan, awalnya ingin bikin ff koplak, kok jadinya malah angst, hahaha...itung-itung buat hadiah ulang tahun emak kite aje yee...^^
Maafkan jika logat betawi dan keadaan kota Jakarta yang saya buat tidak memenuhi standar readers, itu adalah usaha saya yang paling maksimal. Ampuni saya, Juseyo...hehehe
Ada yang masih menginginkan saya malanjutkan ff ngawur ini?
