Warning : Sekuel 'Once Upon a Time'. AoKaga (fem!Kaga). Slight!KiKuro (fem!Kuro) AU. A lot of Genderbend. Typo? OOC! Quick-plot! Lack of Description? Tidak sesuai EyD. Quick-typing. Unbeta.
Disclaimer : Kurobasu milik Fujimaki-san. Tidak ada keuntungan untuk Shaun dari membuat fic ini.
A/N : Maafkan saya malah membuat sekuel bukan epilogue. Karena genre disana 'tragedy' dan menambahkan epilogue happy ending (takutnya) akan merusak genre(?) Jadilah saya buat sekuel-_-" Honto ni sumimasen...
Balasan review dari 'Once Upon a Time'
- JennySmitt : Doumo, Jenny-san :D terima kasih karena sudah menyempatkan diri untuk membaca dan mereview fic abal tersebut. Ini adalah epilogue yang saya rencanakan. Semoga berkenan untuk anda. Ya, unyu banget kan ngelindungin Kagamin ... :')
Dedicated for BakaFujo (penganut harem(?)Uke(?)Fem(?)Kagami), Dee Kyou, Lala Nur Aprilia, Kiseki Arvel, ai selai strawberry, Soraya31Hikari, Borru (bulat) yang selalu mendukung jalannya fic ini(?)
And
You, who already read Once Upon a Time.
Enjoy!
.
O.O.O.O.O.O
.
Happy End : There's No Problem, Right?
Chapter 1-1 : Daiki... Aomine?
.
SMA privat Seirin.
Tempat di mana seorang Taiga Kagami bersekolah. Bersama dengan teman-temannya.
"Kagami-san, kudengar nanti akan ada pertandingan basket hari minggu nanti. Apa kau mau melihatnya?" Tanya Tetsuna Kuroko sambil memegang kue melon yang ia beli tadi.
"Hah?! Sekolah apa melawan sekolah apa?!" Gadis bersurai merah api itu langsung menyerbu teman sekelasnya dengan pertanyaan umum.
"Tenang, Kagami-san. Setahuku, akademi Touou melawan SMA Kaijou dari Kanagawa." Jawabnya kalem.
"Oh?! Kau juga mau menontonnya, Kuroko, Kagami?" Tanya Kouki Furihata, salah satu anggota tim basket Seirin. Kedua gadis itu mengangguk mantap.
"Aku juga mau ikut!" Seru dua orang temannya lagi yang dapat dikenali sebagai Hiroshi Fukuda dan Kouichi Kawahara.
"Yosh! Kalau begitu, hari Minggu nanti kita akan bertemu di depan xxx jam 09.00! Pertandingannya dimulai jam 10.00 pagi bukan, Kuroko?" Gadis berambut biru muda itu mengangguk lagi.
DING DONG DING DONG.
Akhirnya bel tanda berakhirnya jam makan siang pun berakhir.
"Sampai jumpa di klub nanti!" Seru Kouichi dan yang lain melambaikan tangan kepada 2 manager tim basket itu.
"Yo! Kuroko ..."
"Ya ...?"
"Aku lupa memakan bekalku! Ah, sial! Perutku sudah berbunyi!" Taiga mengerang sambil memegangi perutnya membuncit.
Tetsuna melirik temannya, "Mungkin kau harus diet, Kagami-san." Ucap Tetsuna sambil berjalan kembali ke kelasnya.
"Diam kau, Kuroko. Kau seharusnya makan banyak biar tinggi!" Balas Taiga tidak mau kalah sambil menepuk-nepuk kepala si gadis setinggi 158 cm itu.
.
O.O.O.O.O.O
.
"Ya! Latihan hari ini selesai! Terima kasih atas kerja kerasnya *chu*" Riko Aida memberikan senyum termanisnya pada 'anak-anak'nya yang telah menjalani latihan (neraka, menurut mereka.) keras yang ia berikan.
"Terima kasih atas kerja kerasnya..." Tetsuna segera membagikan botol minum isotonik kepada para anggota tim basket Seirin.
"Sankyu, Kuroko-chan!" Jawab Shinji Koganei memberikan senyum kucingnya. Sedang, teman dekatnya, Rinnosuke Mitobe, mengangguk dengan tersenyum.
"Ini, kuharap dapat mengembalikan tenaga kalian yang..." Sebelum menyelesaikan kata-katanya, masakan gadis setinggi 170 cm itu langsung disergap habis oleh para pemuda yang kelelahan lahir batin.
Taiga memang merupakan manager dengan tugas rangkap sebagai koki bagi timnya. Jadi, tak lazim jika ia membawa bekal yang-entah-berapa-tumpuk ke dalam gym sekolah.
"Terima kasih atas makanannya, Kagami!" Seru Teppei Kiyoshi senang.
"Syukurlah kita mendapat manager yang pandai memasak. Mungkin bisa mati kalau memakan-makanan kantoku setiap hari ...!" Seru Junpei Hyuuga lega.
"Oh, jadi kau mengatakan kalau aku tidak pintar memasak?"
"Yah, masakan pelatih itu ... Berbahaya. Tapi, kalau ia ..." Junpei segera menatap ke penanya. Ia langsung memucat.
"Kalau begitu, aku akan dengan senang hati memasakkanmu bekal, Junpei-kun *love*" Riko yang notabene kekasih dari kapten Seirin itu langsung tersenyum manis (yang mematikan.) Teman satu timnya hanya dapat berdoa akan keselamatan sang kapten.
"Apa disini ada yang menonton pertandingan basket untuk hari minggu nanti?" Tanya Teppei yang termasuk up to date tentang pertandingan basket di sekitar Tokyo.
"AKU!" Manager yang merangkap sebagai koki langsung angkat tangan. Gerakannya yang tiba-tiba, membuat rambutnya yang diikat ekor kuda bergerak-gerak.
"Oh, aku, Furi dan Kawahara juga menonton, Kiyoshi-senpai." Seru Hiroshi yang akhirnya hidup kembali setelah selesai makan.
"Aku juga." Tambah manager yang gampang menghilang itu.
"Kalau begitu aku ikut ya!" Seru Teppei girang, "Apa ada lagi yang mau ikut?"
"Ah, maaf. Aku dan Mitobe punya kegiatan di rumah masing-masing pada hari itu ..." Ucap Shinji lemas. Rinnosuke langsung mengangguk.
"Aku ada kencan dengan pacarku." Satoshi Tsuchida menggaruk belakang kepalanya dengan canggung. Rinnosuke langsung menatap Satoshi dengan was-was. (Karena kekasih Satoshi tidak lain adalah salah satu adik perempuannya.)
"Kuroko." Panggil Taiga.
"Nan desu ka?" Jawab Tetsuna sambil menatap teman sekelasnya itu.
"Aku ..." Matanya yang berwarna merah api menerawang, "Aku rasa Minggu nanti akan terjadi sesuatu ... Aku jadi tidak sabar ..."
.
Apa semua kebetulan ini takdir?.
Apakah ini nyata?
.
Hari Minggu.
Pukul 10.00 pagi.
Disinilah Taiga dan Tetsuna. Menonton pertandingan basket. Tentu saja tempat ini penuh dengan lautan manusia.
"Pertandingan ini sangatlah sengit. Kedua pemain andalan mereka sama sekali tidak ada yang mau mengalah!"
"Uwaaah! Entah kenapa aku tetap kagum melihat pertandingan basket! Mana yang bermain adalah 2 orang dari generasi keajaiban!"
Suara-suara para penonton lain itu segera terproses jelas di otak Taiga.
2 orang?
"Bukankah hanya Kise yang bermain hari ini? Kaijou melawan Touou 'kan? Midorima itu ... Shuutoku. Murasakibara ... Yosen, bersama dengan Tatsuya. Akashi di Rakuzan. Memang ada pemain generasi keajaiban di Touou?" Batin gadis berkuncir satu itu.
"Oi, Kuroko. Kenapa mereka bilang 2 orang? Aku tahu Ryouta Kise itu salah satu anggota generasi keajaiban. Tapi, siapa satu lagi?" Tanya Taiga penasaran.
Ia tak pernah merasakan sensasi perasaan ini.
Ia sangat penasaran.
"Ah... Mungkin Kagami-san tidak pernah melihat pemain andalan generasi keajaiban? Sekarang, ia bermain di akademi Touou. Namanya adalah ..." Mulut gadis berambut biru muda itu langsung bergerak seperti video yang diputar lambat.
"Aomine ..."
Mendadak kepala Taiga langsung berkedut. Seperti ada sesuatu dari nama itu.
Sakit. Kepalanya sakit.
Kenapa bisa sesakit itu?
Tetsuna hanya menyebutkan nama salah satu pemain itu bukan?
"Daiki ..." Gerakan mulut slow motion itupun berakhir.
Dadanya sesak.
Kepalanya berputar.
Nama itu terdengar familiar entah kenapa.
"Kagami-san? Apa kau tidak apa?" Tanya Tetsuna dengan wajah agak prihatin.
"Ku-Kuroko. Saat mendengar namanya ... Dadaku terasa sesak. Kepalaku serasa berputar. Ke-kenapa?" Tanya Taiga sambil tetap mencengkram baju kaosnya yang berwarna putih.
Tetsuna terdiam menatap Taiga.
Sambil menyentuh pundak gadis bermarga Kagami itu, Tetsuna berkata, "Kagami-san, aku ingin memastikan sesuatu. Kau ingat tanda lahir di punggungmu itu?" Taiga mengangguk, "Aku pernah mendengar mitos, kalau tanda lahir yang muncul adalah luka bekas sesuatu yang menyebabkanmu meninggal di kehidupan lampau."
Mata berwarna merah api itu terbelalak.
"Ja-jangan bercanda, Kuroko! Aku tidak pernah mengingat kehidupan lampauku ..." Gadis berkelahiran Agustus itu segera memalingkan wajahnya kembali ke lapangan.
Matanya langsung menangkap sosok yang asing sekaligus familiar.
"Daiki Aomine."
Pemuda itu memiliki warna rambut seperti biru samudra. Matanya pun sama gelapnya dengan warna rambutnya. Kulitnya yang tidak seperti orang Jepang pada umumnya.
Gerakannya sangat cepat, lihai, terlihat indah? Seperti menari di atas lapangan. Musuh-musuhnya pun dilaluinya dengan mudah.
Meski ia tidak membunuhnya para orang itu.
Taiga langsung tersentak.
Kenapa kata-kata seperti itu muncul di pikirannya? Tentu saja tidak ada membunuh. Ini basket. Bukan jaman Edo atau zaman apalah itu.
"Aomine itu ... Tidak pernah membunuh orang bukan?"
Tetsuna mengangguk dan menatap Taiga dengan aneh, "Ini basket, bukan perang, Kagami-san."
Tak berapa lama setelah, Tetsuna mengatakan hal itu, kemudian suara peluit pun terdengar dan akademi Touou berhasil mengalahkan SMA Kaijou dengan selisih 8 poin.
"Aku akan menemui Kise-kun. Apa Kagami-san mau ikut?" Tetsuna adalah kekasih dari salah satu pemain Kaijou, Ryouta Kise, yang juga merupakan seorang model dan anggota generasi keajaiban.
Menyemangati dan menghibur sang kekasih itu adalah hal yang wajar bukan? Tetsuna tentu akan tetap datang meski tidak ada yang menemani.
Demi kekasih hatinya.
Dasar pasangan muda-mudi yang dimabuk cinta.
Tanpa sadar, Taiga sudah ikut berjalan dengan Tetsuna menuju ruang ganti tim Kaijou.
"Oi, Kuroko, ruang gantinya di mana- KUROKO?!" Baru saja beberapa menit, gadis yang memiliki sedikit hawa keberadaan itu menghilang.
"Kuroko! Oi! Jangan bercanda!" Taiga yang panik langsung berlari tanpa melihat arah di lorong tersebut. Suara derap kakinya menggema di sepanjang lorong itu.
Entah apa ini yang dinamakan takdir, Taiga berlari melewati barisan anggota tim basket akademi Touou dan menabrak pemain andalan mereka, Daiki Aomine, hingga terjatuh.
"Sakit ..." Erangan kesakitan pun terdengar, "Kau tidak melihat jalan, hah?" Lalu, suara berat itu pun bergema.
"Ah, maaf ya, aku tengah terburu-buru." Seru Taiga sambil mengelus bagian belakangnya yang agak nyeri. Pemuda yang ia tabrak itu segera mengulurkan tangannya, mencoba membantunya berdiri.
"Ah, terima kasih ..." Taiga pun mengangkat kepalanya. Sebelum matanya dapat memproses sosok yang sedang berada di depannya, "Kau ... Daiki Aomine."
Sebuah bayangan segera berkelebat di kepala Taiga.
"Hahaha. Kenapa kau bisa jatuh karena sebuah batu kecil? Ayo berdiri!" Seorang pemuda berambut biru laut itu mengulurkan tangannya.
" ... " Taiga menerima uluran tangannya, matanya yang berwarna api itu meredup.
Pikiran Taiga sendiri masih berkelana entah kemana, ia hanya melihat pemuda berambut biru itu (seperti) berbicara dengannya, "Apa kau sudah menunggu lama?"
Layaknya melihat video yang terus berjalan cepat, sekarang, Taiga menemukan dirinya terguyur hujan dan pemuda yang sangat mirip dengan Daiki Aomine itu segera memegangnya, "Ayo ke tempat biasa, kau harus mengeringkan dirimu terlebih dahulu-"
Tidak bisa bersamamu lagi. Aku harus menyampaikannya.
"Daiki ..." Lirih Taiga tanpa sadar.
"Kau mengenalku? Kau siapa?" Ekspresi Daiki yang awalnya acuh segera berubah menjadi ekspresi kebingungan hingga, "Oi?! Kau kenapa?! Hei! Jangan menangis disini!" Pemuda berkulit tan itu segera sibuk menenangkan sang gadis (yang ia tidak kenal tapi mengetahui namanya.)
Air mata terus mengalir dari sisi mata Taiga. Entah apa yang daritadi ia lihat, yang pasti ... Orang yang berada di depannya ini ...
Sebenanrnya siapa?
"Aomine-kun, kau tidak boleh melecehkan seorang gadis." Muncul sebuah suara lembut dari belakang Daiki.
"Ya, Aominecchi mesum ... Kagamicchi sampai menangis karena Aominecchi!" Seru si kepala kuning itu.
"HEI! Tadi aku tidak sengaja menabraknya dan sekarang dia menangis seperti ini! Aku tidak mengenalnya, tapi, dia memanggilku dengan nama kecilku!" Sergah Daiki.
Taiga yang masih menangis dalam diam, membiarkan aliran dari sudut matanya terus mengalir. Hingga beberapa tetes air matanya jatuh ke lantai mengikuti gravitasi.
Daiki yang sebenarnya tidak tahan dengan tangisan gadis berambut merah api itu, mengepalkan tangannya, lalu,
"Taiga! Berhentilah menangis!" Bentaknya tidak sabar.
Kemudian, suasana di lorong itu langsung hening.
Tadi, Daiki memanggilnya dengan nama kecil, bukan?
"Jadi ... Aomine-kun berbohong tentang tidak mengenal Kagami-san?" Tanya Tetsuna.
Kalau memang benar si mesum itu membuat temannya menangis, Tetsuna tidak akan segan untuk memberikan ignite kepada pemuda itu.
"Ha? Apa maksudmu, Tetsu?!" Geram Daiki.
"Tadi, Aominecchi memanggilnya dengan nama 'Taiga.' Namanya 'Taiga Kagami' ..." Jelas Ryouta dengan ekspresi bingung.
"Darimana aku mengenalnya? Aku yakin sekali belum pernah bertemu dengan gadis ini-" Diliriknya manager Seirin itu dari atas kepala sampai bawah kaki, "-kalau aku bertemu dengan gadis dengan dada sebesar itu ... Mungkin seharusnya aku mengingatnya ..."
IGNITE PASS ... KAI!
Segera pukulan andalan Tetsuna Kuroko pun dikeluarkan. Bisa-bisanya mantan rekannya itu kelewatan mesumnya. Daiki segera duduk, bersandar di dinding lorong itu sambil memegangi perutnya. Erangan dari bibirnya tidak ada henti-hentinya.
"Kagami-san/Kagamicchi, apa kau tidak apa-apa?" Tanya sepasang kekasih itu bersamaan.
"A-aku tidak apa-apa..." Jawabnya di sela-sela isakannya. Tetsuna dengan sigap memberikan sebuah sapu tangan kepada temannya itu.
"Sakit! Tetsu! Kau benar-benar kejam!" Seru ace akademi Touou itu. Tetsuna lebih memilih untuk mengabaikan pemuda itu dan menenangkan Taiga.
"Kuroko ... Aku harus membicarakan suatu hal ..." Ucap Taiga.
.
Tidak bisa mengingatmu lagi
Apa itu sebuah anugrah?
Atau malapetaka?
.
Setelah insiden tersebut, Daiki memilih untuk pulang. Ryouta akan berberes-beres dan entah apa yang akan ia lakukan. Taiga memutuskan untuk menceritakan masalahnya pada Tetsuna.
"Kau tahu," Taiga menatap kosong botol minum yang dibelikan Ryouta untuknya, "Aku melihat seseorang yang mirip sekali dengan Daiki Aomine di ingatanku."
"Apakah Kagami-san pernah bertemu dengan Aomine-kun sebelumnya?" Tanya Tetsuna yang duduk di sampingnya.
Taiga menggeleng.
"Tidak. Aku seperti melihat film, kautahu. Seperti film zaman perang. Dia mengenakan hakama berwarna biru laut. Dengan rambutnya yang diikat seperti samurai. Ng ..." Taiga memegangi kepalanya.
"Aku merasakan suatu perasaan yang tidak wajar, seperti ... Perasaan sedih di saat kau berpisah dengan seseorang."
Angin berhembus sepoi-sepoi, membuat rambut ikat kuda Taiga bergoyang-goyang. Tetsuna menatap temannya itu dengan pandangan mencemaskan meski ekspresinya masih termasuk datar.
"Kalau begitu," Tetsuna kembali menghadap ke depan, "Mungkin dia orang yang berharga di kehidupanmu yang dulu ..." Ujarnya sambil melambaikan tangannya pada sang kekasih yang berada jauh di depannya.
"Berharga?"
Tetsuna mengangguk, "Aku dan Ryou- maksudku, Kise-kun, juga merasakan hal aneh saat kami pertama bertemu." Jemarinya yang mungil mulai memainkan rambut biru langitnya yang terurai, "Mungkin, kami saling mengenal di kehidupan sebelumnya ...?" Tetsuna tersenyum penuh arti.
Taiga hanya menatap gadis berkelahiran Januari itu dengan bingung. Kenapa hidup begitu membingungkan ...?
"Tetsunacchi!" Suara melengking milik kekasih Tetsuna mencairkan suasana. Taiga melihat si model itu berlari menuju arah mereka berdua.
Tetsuna berdiri dari tempat duduknya, "Ryouta-kun sudah selesai? Kalau begitu, mari kita pulang, Kagami-san?" Diulurkannyalah tangannya ke arah gadis yang tadinya murung.
Taiga tersenyum, "Hahaha! AYO!" Taiga menerima uluran tangannya dan berjalan beriringan bersama sepasang kekasih itu.
Mata merah apinya menatap langit senja, biarlah jawaban kejadian hari ini dijawab oleh waktu.
.
Cepat atau lambat
Semua akan terjawab oleh waktu
.
O.O.O.O.O.O
.
A/N : :'3 udah gini aja. Saya gatau lagi mau buat feel gimana. Sisa 2 chaps lagi. 1 untuk lanjutan ending AU. 1nya ending canon. *sob*
Headcanon dari 'Once Upon a Time' tentang KiKuro : Saya... Memang nulis kalo Satsuki suka sama Tetsuya. Tapi, Tetsuya sendiri juga suka sama Ryouta X"3 karena itu dia terlahir sebagai cewe, bersamaan dengan Taiga (cerita cintanya sama tragisnya?)
It's not problem : banyak hal yang terselesaikan di ending AU ini. Mereka straight, cinta mereka terbalaskan, tidak ada perang(?), Taiga itu tipe si Daiki /www, dll.
Sekian a/n gaje saya, terima kasih sudah mau baca dan review :D
P.S : saya ngepublish fic tanpa ngebaca fic org lain... Jd maaf kalo saya gada baca/belum ngereview cerita kalian... :') tapi akan kok! Beneran :') Keep writing aja buat author lain :* (?)
