Disclaimer :
Detektif Conan milik Gosho Aoyama.
Catatan Penulis :
Hai para pembaca sekalian. Senang rasanya penulis bisa kembali menulis cerita multichapter. Kali ini pairing-nya adalah KaitoxShiho dengan sedikit bumbu fantasi di dalamnya. Cerita ini ditulis untuk memenuhi request dari salah satu pembaca yang juga baru meng-update fanfic AiCon-nya.
Selain itu, penulis juga ingin memperkenalkan blog penulis, yang beralamat di dmsclick(titik)blogspot(titik)com. Blog itu berbahasa Inggris dan berisi tentang bagaimana cara penulis mengumpulkan uang receh di internet. Kalau para pembaca ada yang tertarik, silahkan berkunjung. XD
Selamat membaca dan berkomentar!
Di Sini Untukmu
By Enji86
A day that feels like a year is passing
I'm holding back the tears I've barely kept inside
I still can't even feel the pain
I just hoped that this nightmare would pass
In front of me isn't the soft and warm person I used to know
But a stranger is looking at me
The wind is blowing again, a farewell is coming to me
I'm not even ready but it looks like it's going to rain
Goodbye, the last words, goodbye
Now the love that I was just getting to know is leaving me
It hurts, it hurts when I've been holding it in only for a day
It hurts so much that I don't even know where it hurts
Wherever my eyes go, wherever you are
Traces of you still remain
So I can't take my eyes off them
The wind is blowing again, a farewell is coming to me
I'm not even ready but it looks like it's going to rain
Goodbye, the last words, goodbye
Now the love that I was just getting to know is leaving me
Like a fool, it washes over me, this longing comes to me
I still haven't let you go but the tears of memories are washing over me
Goodbye, the last words, goodbye
Now the love that I was just getting to know is leaving me
(Theme Song : Farewell is Coming by Kang Minkyung)
Chapter 1 – Neko-chan
Kaito terbangun dengan badan remuk. Dia tidak bisa bergerak karena badannya terasa sakit semua dan dia juga tidak punya tenaga lagi. Dia melihat sekelilingnya kemudian dia menyadari bahwa dia sedang berada di tepi jalan raya, tergeletak tak berdaya. Hari juga sudah malam. Dia kemudian menatap tangannya. Tangan kucing. Atau kaki kucing? Entahlah, dia tidak tahu dan tidak peduli. Hanya satu hal yang diinginkannya saat ini. Dia ingin mati.
Masih tergambar jelas di benak Kaito kejadian tadi siang. Akako menipunya untuk datang ke rumahnya. Akako ingin Kaito jadi miliknya agar kekuatan sihirnya tidak hilang dan Kaito tidak mau karena dia tidak tertarik pada Akako. Mereka pun bertengkar dan Akako akhirnya berkata kalau Kaito tidak bisa jadi miliknya, maka Kaito juga tidak akan bisa memiliki siapapun karena semua orang akan membencinya. Kutukan Akako pun bekerja dan beginilah keadaannya sekarang, menjadi kucing.
Setelah itu, Akako mencoba menangkap Kaito untuk dimasukkan ke dalam kandang sebagai hewan peliharaan, tapi Kaito berhasil kabur. Setelah berhasil kabur, Kaito segera mendatangi orang-orang terdekatnya untuk minta tolong, tapi semua orang mengusirnya. Mungkin karena sihir Akako. Dia bahkan sempat dipukul dengan sapu ijuk oleh ibunya dan Aoko.
Kaito kemudian berjalan dengan lunglai tanpa tujuan dan badan kesakitan akibat pukulan sapu ijuk. Di suatu jalan dia tidak sengaja bertemu dengan kucing betina yang rupanya menyukainya. Sepertinya sebagai kucing pun, dia masih tetap tampan. Kaito pun segera melarikan diri dari kucing betina yang menatapnya dengan lapar itu dan sialnya dia berlari ke kerumunan anjing yang jelas-jelas tidak menyukai kucing.
Jadi disinilah Kaito sekarang, dengan badan remuk dan terlantar. Mungkin karena sihir Akako juga, tidak seorang pun merasa iba padanya dan mencoba menolongnya. Air mata pun mulai menggenang di pelupuk matanya. Dia sudah berusaha keras untuk menahannya, tapi dia tidak bisa. Dia adalah Kaitou KID yang selalu bisa keluar dari masalah, tapi sekarang dia begitu tidak berdaya dalam tubuh kucingnya. Dia putus asa dan dia ingin mati sekarang juga. Diabaikan semua orang, terutama orang-orang yang dicintainya sungguh menyakitkan.
Tiba-tiba sebuah sosok menutupi lampu jalan raya di atas Kaito. Dia tidak bisa melihat dengan jelas siapa sosok tersebut karena air matanya membuat pandangannya menjadi buram. Sosok tersebut berjongkok di sebelahnya, kemudian dengan hati-hati mengangkatnya dari tanah dan menggendongnya. Dia pun tiba-tiba merasa hangat sehingga dia berpikir bahwa sosok itu mungkin malaikat yang menjemputnya untuk membawanya ke surga.
Kaito pun memejamkan matanya dengan lega karena pikirannya itu dan semuanya langsung menjadi gelap.
XXX
"Apa yang kau bawa itu, Ai-kun?" tanya Profesor Agasa.
"Seekor kucing. Sepertinya dia terluka," jawab Ai sambil menutup pintu mobil.
Tadi saat mereka dalam perjalanan pulang dari konferensi ilmuwan yang dihadiri Profesor Agasa di luar kota, Ai tiba-tiba meminta Profesor Agasa berhenti karena dia melihat sesuatu di tepi jalan. Ai pun keluar dari mobil untuk melihatnya dan menemukan Kaito yang berbentuk kucing.
Profesor Agasa menatap kucing di pangkuan Ai dengan tatapan tidak suka. Dia sebenarnya biasa-biasa saja terhadap binatang apapun, tapi entah kenapa dia merasa tidak suka pada kucing yang ada di pangkuan Ai itu.
"Kucing itu kelihatannya penyakitan dan juga kotor. Apa kau benar-benar harus membawanya pulang, Ai-kun?" tanya Profesor Agasa dengan nada agak jijik sehingga Ai menjadi heran. Baru kali ini dia melihat Profesor Agasa menunjukkan rasa tidak suka pada binatang.
"Tapi aku kasihan padanya, Profesor. Aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja," ucap Ai dengan nada agak sendu karena hal itu mengingatkannya pada dirinya sendiri yang juga pernah terlantar di jalan dan ditolong oleh Profesor Agasa.
Profesor Agasa pun menghela nafas. Dia memang tidak menyukai kucing itu, tapi dia lebih tidak suka melihat Ai sedih dan muram.
"Baiklah, kalau begitu. Kau boleh membawanya pulang dan merawatnya," ucap Profesor Agasa sehingga Ai langsung tersenyum.
"Terima kasih, Profesor," ucap Ai.
Profesor Agasa kemudian kembali menjalankan mobil VW-nya menuju rumahnya.
XXX
"Jadi begini ya rasanya surga itu, begitu hangat dan lembut. Aku jadi heran, kenapa aku bisa masuk surga ya? Aku kan pencuri. Yah, mungkin Tuhan kasihan padaku karena aku begitu menderita di saat-saat terakhirku," pikir Kaito saat dia sadar dari pingsannya sambil tersenyum.
Kaito kemudian membuka matanya dan agak terkejut melihat sekelilingnya. Dia sedang berbaring di sebuah tempat tidur di sebuah kamar. Dia lalu menatap tas yang ada di meja belajar.
"Huh? Bukankah itu tas anak SD?" pikir Kaito dengan bingung.
Namun sebelum Kaito sempat berpikir lebih lanjut, pintu kamar itu terbuka dan seorang anak perempuan masuk melalui pintu itu sambil menguap.
"Huh? Kenapa bidadari di surga berbentuk anak kecil? Seharusnya mereka kan berbentuk wanita cantik? Meskipun anak perempuan ini memang sangat manis," pikir Kaito dengan bingung. Lalu beberapa detik kemudian, seperti ada kabel yang tersambung di otaknya, dia akhirnya sadar kalau dia tidak sedang berada di surga. Dia sedang berada di kamar anak perempuan itu. Anak perempuan itu menutup pintu di belakangnya kemudian melihatnya yang sudah bangun. Anak perempuan itu terlihat familiar, tapi dia tidak bisa mengingat dimana dia melihat anak perempuan itu. Anak perempuan itu langsung tersenyum padanya dan dia merasa hangat karenanya, meskipun dia tidak tahu kenapa.
"Kau sudah bangun?" tanya anak perempuan itu.
Kaito ingin menjawab sekaligus mengucapkan terima kasih karena sepertinya gadis kecil ini sudah menolongnya, tapi yang keluar dari mulutnya malah eongan kucing sehingga akhirnya dia sadar bahwa dia masih menjadi kucing.
XXX
Ai melihat kucing yang sedang berada di tempat tidurnya itu dengan heran. Setelah mengeong padanya, kucing itu kelihatannya langsung membeku di tempat. Kucing itu lalu menatap kakinya sendiri dengan gemetar. Lalu mata Ai membesar ketika kucing itu mulai mencakari perban di tubuhnya dan mencakari dirinya sendiri. Ai pun bergegas ke tempat tidurnya untuk menghalangi kucing itu menyakiti dirinya sendiri.
"Neko-chan, hentikan, jangan begitu," ucap Ai sambil berusaha memegangi kucing yang terus meronta dan mencakar itu.
Ai memeluk kucing itu dengan erat meskipun lengannya terasa perih karena berulang kali terkena cakaran kucing itu sambil terus berusaha menenangkan kucing yang mengamuk itu. Dia juga bertanya-tanya dalam hati apakah ada penyakit kucing gila. Yah, sepertinya dia harus membawa kucing itu ke dokter hewan besok.
Beberapa saat kemudian, kucing itu akhirnya berhenti meronta dan mencakar, mungkin karena kelelahan. Ai masih memeluk kucing itu selama beberapa saat untuk memastikan bahwa kucing itu tidak akan menyakiti dirinya sendiri lagi. Lalu setelah dia yakin, dia mendudukkan dirinya di tempat tidurnya, kemudian meletakkan kucing itu di pangkuannya.
"Kau ini kenapa? Kenapa kau melakukan hal itu? Itu tidak baik, kau tahu?" ucap Ai sambil membelai punggung kucing itu.
Kucing itu hanya mengeong pelan, kemudian melingkarkan tubuhnya sehingga dia terlihat seperti bola bulu di pangkuan Ai.
Ai pun tersenyum dan menepuk-nepuk kepala kucing itu dengan lembut.
"Jangan lakukan itu lagi, ya?" ucap Ai.
Ai kemudian mengangkat kucing itu untuk meletakkannya di tempat tidur, tapi kucing itu memegangi roknya dengan cakarnya, seolah-olah tidak mau lepas dari pangkuan Ai.
"Aku cuma mau mengambilkanmu makanan. Kau pasti lapar kan? Tunggulah di sini sebentar. Aku akan segera kembali," ucap Ai sambil tersenyum.
Kucing itu akhirnya melepaskan rok Ai sehingga Ai menatap kucing itu dengan agak takjub. Sepertinya kucing itu mengerti apa yang dikatakannya.
Ai kemudian meletakkan kucing itu di tempat tidur, lalu bangkit berdiri dan melangkah ke pintu. Beberapa saat kemudian dia kembali dengan semangkuk susu. Dia meletakkan mangkuk susu itu di lantai, lalu mengambil kucing itu dari tempat tidur dan meletakkannya di dekat mangkuk susu tersebut karena dia tidak mau tempat tidurnya kotor terkena susu.
"Ini dia. Minum sampai habis ya?" ucap Ai pada kucing itu.
Kucing itu menatap mangkuk susu di depannya selama beberapa saat sehingga Ai menaikkan alisnya. Kemudian Ai melihat kucing itu mengulurkan kedua kaki depannya ke sekeliling mangkuk susu, seolah ingin memegang mangkuk susu di depannya. Dan beberapa saat kemudian, Ai benar-benar yakin kucing itu memang ingin memegang lalu mengangkat mangkuk susu itu ke mulutnya.
Ai benar-benar bingung dengan tingkah kucing di depannya dan juga merasa geli karena kucing itu tidak bisa memegang mangkuk susu itu dengan benar meskipun sudah berusaha keras. Mungkin kucing itu berasal dari sirkus, begitulah pikir Ai.
Kucing itu berhenti berusaha beberapa saat kemudian, seolah sudah frustasi, dan entah bagaimana, Ai sepertinya bisa membaca pikiran kucing itu sehingga Ai segera menjauhkan mangkuk susu itu dari jangkauan kucing itu, dan sesuai dugaannya, kucing itu memang berniat menendang mangkuk susu itu karena marah dan frustasi.
"Hmm, ternyata kau kucing yang nakal, huh?" ucap Ai dengan geli.
Kucing itu menatap Ai dengan tajam, kemudian berbalik membelakangi Ai dan kembali melingkarkan tubuhnya menjadi bola bulu. Ai pun tertawa kecil, kemudian bangkit dari lantai dan pergi keluar kamar.
Beberapa saat kemudian, Ai kembali ke kamarnya dengan membawa sedotan. Ai juga tidak mengerti kenapa dia berpikir bahwa kucing itu mau minum dengan sedotan karena hal itu pasti aneh sekali. Tapi setelah melihat kejadian barusan, dimana kucing itu ingin minum layaknya manusia, dan kalau manusia tidak bisa minum langsung dari gelas, mereka bisa minum dengan sedotan, maka Ai pun membawakan kucing itu sedotan.
"Ayo, Neko-chan. Aku sudah membawakan sedotan untukmu jadi kau bisa minum," ucap Ai.
Kucing itu hanya diam saja di tempatnya sehingga Ai tersenyum. Ai kemudian mendekati kucing itu dan mengangkatnya dari lantai, lalu meletakkannya di pangkuannya.
"Kau ini, selain nakal ternyata juga manja ya?" ucap Ai sambil menyodorkan sedotan, yang salah satu ujungnya sudah berada di mangkuk susu, ke mulut kucing itu.
Kucing itu mencoba meronta dan menolak sedotan yang disodorkan Ai, tapi Ai memegangi kucing itu dengan erat dan memasukkan sedotan tersebut ke dalam mulut kucing itu dengan paksa.
"Nah, sekarang habiskan susunya. Aku tidak akan melepaskanmu sebelum kau menghabiskan susunya, kau mengerti?" ucap Ai.
Kucing itu akhirnya mengeong pelan dan mulai menghabiskan susunya.
XXX
Kaito benar-benar ingin mati. Dia merasa sangat malu. Dia sudah tidak punya harga diri lagi. Dia, yang terkenal sebagai Kaitou KID yang tak tertandingi, sekarang tidak berdaya di tangan seorang gadis kecil. Sekarang dia hanyalah mainan seorang gadis kecil.
Kaito pun tidak punya pilihan lain selain menghabiskan susunya karena dia tidak bisa mengeluarkan sedotan itu dari mulutnya dan gadis kecil itu tidak akan mengeluarkan sedotan itu dari mulutnya sampai dia menghabiskan susunya.
Setelah susu itu mulai memasuki sistem pencernaan Kaito, semua rasa frustasi, marah dan malu yang dirasakannya pun langsung menghilang dalam sekejap. Dia meminum susu itu dengan lahap karena dia memang benar-benar lapar. Dia merasa kenyang setelah susunya habis dan itu mengubah moodnya secara drastis. Sekarang dia merasa sangat senang.
Setelah gadis kecil itu mengeluarkan sedotan dari mulutnya dan melonggarkan pegangannya, Kaito menggesek-gesekkan wajahnya ke perut gadis kecil itu karena dia sangat berterima kasih sudah diberi makan. Gadis itu kemudian membelai punggungnya.
"Hmm, ternyata setelah diberi makan, tingkah lakumu jadi manis ya?" ucap gadis kecil itu dengan geli sehingga Kaito langsung merasa kesal karena gadis itu sudah meledeknya.
Kaito pun turun dari pangkuan gadis kecil itu, lalu naik ke tempat tidur dan membentuk bola bulu di sana. Dia mendengar gadis kecil itu tertawa geli dan itu membuatnya semakin kesal.
"Kucing yang aneh," Kaito mendengar gadis kecil itu berkata sebelum gadis kecil itu pergi keluar kamar.
Gadis kecil itu kembali ke kamar beberapa saat kemudian. Kaito pun mengintip gadis kecil itu dari balik bola bulunya. Dia melihat gadis kecil itu membuka lemari pakaiannya, mengambil piyama dari dalamnya, lalu menutupnya kembali. Setelah itu, gadis kecil itu mulai melepas pakaiannya dan Kaito baru mengalihkan pandangannya setelah melihat gadis kecil itu dalam pakaian dalamnya. Dia pun menjadi agak bingung karena wajahnya memanas. Dia jadi bertanya-tanya apakah dia juga menjadi lollicon setelah menjadi kucing.
XXX
Ai naik ke tempat tidur setelah memakai piyamanya. Lalu dia mengangkat Kaito dan meletakkan Kaito di atas tubuhnya. Dia membelai punggung Kaito dan tak lama kemudian Kaito yang merasa kesal padanya sebelumnya menjadi tidak tahan untuk tidak menikmati sentuhannya.
Kaito pun mengeluarkan suara dengkuran yang menandakan bahwa dia sangat menikmati sentuhan Ai sehingga Ai tersenyum. Kaito kemudian menggesek-gesekkan wajahnya yang berada di dada Ai, tapi tak lama kemudian dia langsung berhenti melakukannya dengan wajah memerah. Entah kenapa dia merasa seharusnya ada payudara di situ.
Kaito segera mengendalikan dirinya dari pikiran mesumnya dan mengomeli dirinya sendiri.
"Tentu saja suatu saat nanti akan ada payudara di situ, saat gadis kecil itu sudah tumbuh dewasa," omel Kaito pada dirinya sendiri.
"Karena aku tidak tahu siapa namamu sebelumnya, maka mulai sekarang kau akan kupanggil Neko-chan," ucap Ai sehingga Kaito sweatdrop.
"Kau menamai kucing dengan kucing?" ucap Kaito dalam hati dengan nada tidak percaya. Tapi kemudian dia sadar bahwa Ai masih SD. "Yah, apa boleh buat. Gadis kecil ini kan memang masih SD," pikir Kaito, merasa agak bodoh karena berpikir bahwa Ai benar-benar bodoh karena menamainya seperti itu.
"Aku tahu itu terdengar bodoh," ucap Ai sehingga Kaito merasa kaget karena sepertinya Ai bisa membaca pikirannya. "Tapi aku bisa mati kapan saja, jadi aku tidak bisa menamaimu dengan nama yang khusus," lanjut Ai sehingga Kaito langsung menegakkan kepalanya dan menatap Ai dengan terpana.
Ai pun tersenyum kepada Kaito.
"Jangan khawatir. Aku pasti akan segera mencarikan majikan yang baik untukmu sehingga kau tidak akan terlantar lagi. Nanti majikanmu itulah yang akan memberimu nama yang bagus," ucap Ai sambil menepuk-menepuk kepala kucing itu dengan lembut.
"Nah, sekarang waktunya tidur," ucap Ai setelah dia berhenti menepuk kepala Kaito. Dia menaruh Kaito di sebelahnya, lalu menarik selimutnya. "Selamat tidur, Neko-chan," ucapnya pada Kaito sebelum menutup matanya.
Ai membelai punggung Kaito sambil mulai terlelap, sementara Kaito menatap wajah Ai dengan ekspresi kasihan.
"Apa gadis kecil ini sedang sakit parah sehingga dia berkata kalau dia bisa mati kapan saja?" Kaito bertanya-tanya dalam hati.
Kaito kemudian menyadari di lengan Ai terdapat beberapa bekas cakaran, yang tentu saja merupakan hasil perbuatannya. Dia pun merasa sangat bersalah karena sudah melukai Ai.
"Gadis kecil ini sangat malang... tunggu dulu... mungkinkah Tuhan mengirimku kepada gadis kecil ini untuk menghiburnya sebagai kucingnya? Tapi aku tidak bisa hidup sebagai kucing. Aku harus kembali menjadi manusia lagi," pikir Kaito. Kemudian dia kembali menatap wajah Ai. "Maafkan aku, Ojou-chan. Aku pasti akan menghiburmu setelah aku menjadi manusia lagi," ucap Kaito dalam hati.
Bersambung...
