Title : Music Box
Pairing : HimLo (Himchan Zelo) B.A.P Fanfiction!
Rated : T
Genre : Romance,Angst,Hurt/comfort.
Warning : Yaoi, BL, Sho-Ai, Typo, abal, dll~
Don't Like, Don't Read!
Hyung,..? Hyung akan selalu bersamaku, kan?
Hyung juga akan selalu menemaniku dan memberiku semangat, kan?
Hyung yang akan menguatkanku dan meyakinkanku disetiap langkah-langkahku ne, hyung?
Hyungie,..
Selama ini,.. Aku sudah benar-benar merepotkanmu...
Kau terus menyemangatiku, walaupun yang ada nanti hanya penyesalan,..
Apa yang kau perbuat selama ini untukku..
Tak akan terbalas...
Maafkan aku, hyung...
Andaikan saja aku diberi lebih banyak waktu lagi,...
Aku akan membalas semua kebaikan hatimu, ketulusanmu, dan semua cintamu..
Dengan cinta yang aku miliki ini...
Tepatnya disini...
Dihatiku, hyung...
Dan satu lagi, hyung,..
Sebelum terlambat mengucapkannya, dan lebih cepat itu lebih baik, ne?
Hehe,..~
Himchan, hyungie...
'Terima kasih..'
-MUSIC BOX-
Himchan POV
Menelusuri lautan manusia seperti ini sudah menjadi makanan sehari-hari untukku. Demi mencapai tempat itu, aku memang harus melakukan ini. Untuk membuatnya terus bersemangat.
Tanpa kusadari, tempat yang kutuju telah berdiri tegak dihadapanku. Sebuah kedai kue dango tua yang kokoh dan sangat bersih. Kedai kue khas negeri sakura ini cukup terkenal di Seoul.
Kumasuki kedai yang terlihat antik ini dengan terburu-buru. Biasanya, saat jam pulang kantor seperti ini, kue-nya sudah habis terjual. Bagaimana mungkin aku bisa ingkar janji kepada-'nya'?
Dengan sigap kumasuki antrian yang sudah hampir menjorok kepintu masukku tadi.
Perlahan-lahan dengan penuh kesabaran aku menunggu, giliranku tiba untuk memesan kue khas negeri sakura itu. Dango. Nama yang unik dan... Lucu.
Menurutku, itu terkesan sama dengan kepribadian-'nya',.. 'unik dan lucu'.
"Selamat datang dikedai kami..." dengan sopannya seorang nenek tua membungkukkan tubuhnya dan tersenyum hangat.
"Ah, selamat sore, nek.." sapaku dengan nada akrab seperti biasanya.
"Ah, Himchan... Aku sudah menunggumu dari tadi.. Ini ada yang sengaja kusisakan khusus untukmu.." ucap nenek pemilik kedai itu sambil mengeluarkan sebuah kotak dengan ukuran yang kira-kira cukup berisi 15 butir kue dango berukuran sedang.
"Terima kasih, nek! Aku sungguh berterima kasih! Tadi antriannya benar-benar panjang.. Aku kira aku akan kehabisan..." balasku sambil menyunggingkan senyuman khasku dan menggaruk kepalaku yang tak gatal.
"Haha, kau memang sudah kehabisan, anak muda... Hanya ini yang bisa aku sisakan untukmu,. Karena aku tau, kau pasti datang setiap hari untuk membeli 15 butir kue dango dengan ukuran sedang.." ucap nenek pemilik kedai itu dengan pasti.
Aku hanya bisa tersenyum menanggapinya. Aku tak bisa mengelak lagi, semua itu benar...
"Ngomong-ngomong, kenapa membelinya harus selalu 15 butir, nak?" nenek pemilik kedai ini pun menumpuk pembicaraan kami dengan pertanyaan yang tiba-tiba.
"... Itu,.." aku terdiam sejenak dan tersenyum kembali.
"Karena 'dia' menginginkannya seperti itu.. 15.. Seperti tanggal ulang tahunnya.." jawabku.
"Hm... Begitu,... Dia? Ah,.. Pasti si anak tinggi yang polos dan lucu itu, ya? Siapa namanya? Yang terdengar seperti permainan petak umpet itu, ya? Hong,.. siapa?" ucap nenek itu dengan polosnya. Ini sungguh membuatku ingin tertawa. Pada akhirnya aku hanya bisa terkekeh kecil.
Anak-anak yang sedang bermain petak umpet, saat sudah menggapai tempat dimana temannya menghitung dari awal tanpa ketahuan, harus mengatakan 'Hong!' agar berada pada posisi aman untuk tidak menjadi 'sang penghitung dan pencari'.
"Haha,.. Bukan 'Hong' yang untuk permainan petak umpet, nek.. Tapi Choi Jun Hong..." ucapku sambil menutup mulutku agar kekehanku tak terlalu terdengar.
"Ah! Itu dia,.. Maksudku itu,.. Jun Hong, kan? Hahaha, aku tau kalau aku belum pikun.." ucap sang nenek dengan pasti dan penuh rasa percaya diri.
"Iya-iya, nenek belum pikun.. Haha.." balasku seadanya bersamaan dengan keluarnya kekehan yang selama ini kutahan.
Kami tertawa sebentar, dan kembali dalam keadaan hening sesaat.
"Dan,.. Kenapa kau yang selalu datang kemari, Himchan? Jun Hong tidak pernah ikut dengamu lagi?"
"Ah,.. Nenek... Sebenarnya,.. Jun Hong sedang kurang sehat,.. Jadi,.. Tidak bisa ikut kemari..." setelah mendengar perkataannya itu, menundukkan kepalaku sedikit sambil merogoh dompet disaku celanaku. Mengeluarkan sejumlah uang, dan memberikannya kepada nenek pemilik kedai ini.
"Wah, ternyata dia sedang sakit,.. Besok akan kusiapkan kue dango spesial untuknya,. Dan kau selalu menjadi pelanggan spesial kedai ini,.. Kuberi diskon untuk anak muda tampan ini.. Haha.." lalu tangan sang nenek memberiku sejumlah kembalian dari uang pas yang kuberikan tadi.
"Ah, nenek,.. Tidak usah,... Nanti malah akan merugikan nenek.." kulipat tangan nenek ini perlahan dan menyodorkannya kembali.
"Tak apa anak muda... Kau tidak merugikan nenek sama sekali.. Ambil lah.. Ini ucapan terima kasihku karena sudah mau berkunjung ke kedai sederhana milikku ini setiap hari,.." dan nenek pun tersenyum hangat kearahku sambil menaruh sejumlah uang itu disaku kemejaku.
Aku tak bisa berbuat apa-apa lagi,.. Dari senyumannya, ia benar-benar tulus.
Sekali lagi, sebuah senyuman terkembang diwajahku, lalu kubungkukkan badan dengan cepat sambil mengambil bungkusan berisi kotak kue dango yang sudah menunggu diatas meja kasir sejak tadi.
"Terima kasih, nek!" ucapku sambil membuka pintu yang terbuat dari kaca yang ber-frame kan kayu tua namun kokoh.
"Sama-sama, anak muda,.. Sampaikan salamku kepada Jun Hong, ya.." ucapnya sambil melambaikan tangan kearahku.
Aku hanya bisa mengangguk setuju dan akan menyampaikan salamnya.
Kueratkan cengkraman tanganku didalam saku celanaku. Dinginnya kota Seoul dimalam hari memang membuatku tak sanggup menahannya hanya dengan sehelai kemeja dihiasi sebuah dasi yang masih setia terikat dengan rapi dikerah kemejaku dan celana bahan hitam yang kukenakan.
Daun-daun yang mulai memerah dengan indah pun terus berjatuhan menghujani kota Seoul. Indahnya.
Andaikan kau ada disini, Jun Hong... Kau pasti akan sangat menyukainya.
Kutatap langit gelap yang dihiasi taburan bintang. Dan berkata didalam hatiku,
'Jun Hong? Apa kau bisa merasakan indahnya hari ini, hm? Tunggu aku disana, ya..'
Zelo POV
Kutatap jendela yang terbuka dari dalam kamarku ini. Hembusan angin lembut memanjakan kulitku yang sedang terbalut piyama tebal berlengan panjang.
Entah darimana, sebuah daun berwarna kuning yang sudah mulai memerah terbang dan mendarat dipangukanku.
Tiba-tiba aku menatap kearah langit bertabur bintang. 'Hyungie,.. Kau dimana?'
Meletakkan tangan kananku didada, merasakan kencangnya detakan-demi detakan akan kekhawatiran.
Namun, saat aku menatap langit bertabr bintang ini,.. Aku merasa, Himchanie-hyung sedang berbicara kepadaku,...
'Jun Hong? Apa kau bisa merasakan indahnya hari ini, hm? Tunggu aku disana, ya..'
Terlukis sebuah senyuman diwajahku.
Ku ambil daun kuning yang mulai memerah itu dengan perlahan dan membelai permukaannya dengan lembut.
"Jadi kau ya, yang menyampaikan pesan Himchanie-hyungku?"
"..." tentu saja tak ada jawaban.
Namun, tak lama kemudian sebuah hembusan lembut membelai tubuhku kembali.
Kuulurkan tanganku kearah jendela yang terbuka, kubiarkan daun itu terbang bebas dan mendarat dimana pun yang dia suka di Kota Seoul yang indah ini bersama kawanannya.
"Terima kasih..." setelah mengucapkan kata ini, daun kuning yang memerah dengan indah itu menghilang dari hadapanku karena telah bergabung dengan kawanannya diluar sana.
'Perjalananmu masih jauh,.. Temukan daratan yang layak untukmu dan kawananmu nanti,..' ucapku didalam hati.
Tak lama kemudian, pintu kamarku terbuka dan menampakkan sosok yang sangat aku sayangi dan kurindukan.
"Hyungie!" seruku dengan semangat.
"Jun Hongie... Goodnight,.. Miahnae, hyung pulang terlambat.. Tadi mengantri panjang sekali.." jelasnya panjang lebar sambil merenggangkan dasi biru tua bergaris putih yang menghiasi lehernya.
"Nah, ini pesananmu,.. Dan ada tambahannya, salam dari nenek kedai kue dango.." diletakkannya tas kantor dan jas hitamnya diatas sofa empuk dihadapan kasurku. Ehem, maksudnya kasur kami.
Dan meletakkan kotak berisi 15 butir dango dipangkuanku.
"Sebenarnya, hyung sudah kehabisan tadi..." ucapnya seraya membelai lembut rambutku.
"Tapi hyung kok bisa dapat kalau sudah kehabisan?"
Dia tersenyum. Hanya tersenyum dan kembali membelai rambut dan turun kepipiku.
"Nenek itu yang sengaja menyisakannya untukmu, karena tau kalau aku akan datang.."
Entah kenapa, aku pun ikut tersenyum. Tersenyum sambil memandangi kotak yang berada dipangkuanku ini.
"Lalu,.. Jun Hongie, apa yang akan kau katakan jika sudah mendapatkan yang kau inginkan dari seseorang?" tanyanya masih dengan senyumannya yang khas.
Sebuah lengkungan manis yang telah terlukis dibibirku semakin terpampang jelas. Aku melebarkan senyumanku dan mengangguk riang.
"... Terima kasih hyung, dan nenek..~"
-TBC-
Ah, anu,.. Ini saya lagi gak ada ide, tapi baru dapet inspirasi dari sebuah lagu.. ._. jadi, maaf kalau kualitasnya kurang bagus.. ^^"
Silakan Review~
