.
.
.
Musim gugur, musim semi, musim dingin.
Tawa, air mata dan suka duka.
Ketidak tahuan, ketakutan ...
Apa aku bisa menghentikan semua itu?
Apakah kau dapat mendengar isi hati seseorang?
Jawabannya adalah TIDAK!
.
.
.
"Lalu Semuanya Lenyap"
Disclaimer: Naruto dan tokoh yang ada di dalamnyaadalah milik Masashi Kishimoto, saya tidak mengabil keuntungan dalam bentuk apapun dan saya hanya meminjamnya untuk berjalannya cerita. Fanfiction dengan judul"Lalu Semuanya Lenyap"hanyalah sebuah kisah fiktif belaka.
Story © Hyuugadevit-Cherry
[Uchiha Sasuke & Haruno Sakura]
.
Warning: AU, Typo (s), OOC, Plot Rush, etc.
Genre: Romance, Drama, Hurt/Comfort, Family.
.
.
.
Pernahkah Anda merasakan cinta? Cinta yang sejati? Cinta yang kau pikir tidak akan pernah ada yang bisa menggantikan jika bukan dia orangnya. Yah, itu mungkin hanya sekedar bualan belaka. Karena bagi gadis merah muda yang satu ini, kata Cinta sejati hanyalah sebuah isapan jempol.
"Aku tak percaya," bisiknya pada semilir angin, "tidak sama sekali," lagi, Ia mengatakannya dengan nada mencibir. Namun ia meragu.
Bibirnya yang mungil mengerucut lucu ketika lagi-lagi ia mendengar teman satu kelasnya dengan hebohnya menceritakan kisah cintanya. Tentang cinta sejati.
"Kau tak boleh berkata seperti itu," Temari─sahabat abadinya itu berkata dengan nada bosan. Sudah berkali-kali, setiap ada yang membicarakan tentang cinta, Haruno Sakura putri satu-satunya dari Haruno Jiraya dan Haruno Tsunade itu selalu menyangkal dan menolak mentah-mentah pendapat orang tentang cinta sejati.
"Memang benar," serunya dengan nada mengejek. Senyum sinis nampak diwajahnya yang ayu, "jika sudah sakit hati, baru tahu rasa."
"Hey," Temari terlihat tak terima, "kau mengatakan itu karena kau belum merasakan cinta yang benar-benar sejati!"
Gadis merah muda itu menggelengkan kepalanya, lalu memandang sahabatnya tak percaya, "kau! Aku tidak akan!" sangkalnya dengan lantang, ia melanjutkan, "semoga saja,"
"Ya, semoga saja kau segera merasakannya," ketus Temari. Sementara Sakura melotot, "bukan kah indah jika hidup memiliki banyak rasa? Bahkan ketika kau merasakan sakit hati karena seseorang yang kau anggap cinta sejati, kau akan tahu makna hidup yang sesungguhnya,"
.
.
.
Kata-kata Temari mungkin ada benarnya. Temari selalu mengatakan bahwa ia adalah seorang gadis yang tidak peka. Betul sekali! Selama ini Ia memang kurang peka terhadap sekitarnya. Ia menganggap semuanya selalu sesuai keinginannya. Karena Sakura lahir di keluarga terpandang. Ibunya, Haruno Tsunade adalah seorang kepala dokter di rumah sakit Haruno, sedang ayahnya adalah seorang jaksa dan semua itu membuatnya selalu menjadi pusat perhatian.
Tanpa Sakura sadari, Ia mengabaikan banyak orang.
Karena kedudukan kedua orang tuanya pula, gadis merah muda ini selalu mendapatkan apa yang ia inginkan dan dia lebih banyak menghabiskan waktu berada di rumah dengan berbagai macam buku, film, dan games kesukaannya. Tak heran jika ia tidak begitu mengenal kisah cinta yang sesungguh nya itu seperti apa. Ia hanya tahu dari orang-orang dan dari buku beserta film.
Yang paling membuatnya muak adalah ketika drama-drama yang Ia lihat bahwa cinta sejati itu selalu diawali dengan menyakitkan dan Ia tak mau merasakan hal itu.
Kemudian jika ada yang menyatakan cinta padanya, seperti saat ini; ia akan berkata─"Maaf, saja, aku tidak bisa jatuh cinta," dan dengan teganya Sakura langsung pergi meninggalkan sang pemuda yang terlihat shok. Padahal, saat Sakura menyayangi ayah dan ibunya ... itu merupakan salah satu cinta. Cinta pada orang tua.
.
.
.
Karena tidak tahu, Sakura menganggap bahwa di kamusnya cinta itu tak pernah benar-benar ada. Sakura adalah gadis yang normal. Tentu saja! Salah satu kisahnya tentang cinta mungkin ketika ia berusia sembilan tahun. Kisah cinta monyetnya di usia yang masih sangat muda.
Ketika itu, Sakura melihat seorang pemuda yang usianya mungkin sekitar sekolah menengah pertama. Sakura hapal betul.
"Namanya Kimmimaro," ucap Sakura antusias pada ibunya. Namun, ketika ia melihat pemuda itu menggandeng seorang gadis yang cantik─untuk pertama kalinya ia patah hati dan menangis tersedu-sedu di pangkuan ayahnya.
"Aku tak suka laki-laki!" jeritnya. Gadis itu marah dan menangis, "dia jahat!" sambungnya. Mendengar pendapat putrinya, Haruno Jiraya hanya terkekeh dan membelai lembut helaian putrinya.
Yah, itu hanya kisah masa lalu. Mungkin juga awal dari perasaan Sakura yang membenci cinta. Dan Kimimaro mungkin adalah cinta pertamanya. Pemuda yang Ia cintai dan terakhir Ia cintai. Tapi perasaan seseorang lambat laun akan berubah. Rasa penasarannya pun tumbuh dan Sakura memulai kisah-kisah cintanya yang selalu Ia katakan membosankan. karena Ia tak pernah bisa mencintai seseorang dengan sungguh-sungguh. Cinta yang tulus.
.
.
.
Kali ini ceritanya akan berbeda. Ketika Sakura di hadapkan dengan sebuah dilema besar. Ini tentang Keputusan! Sebuah keputusan yang akan ia emban. Seperti orang-orang berkelas yang lainnya, kedua orang tuanya ini mengatakan bahwa mereka ingin menjodohkannya dengan anak seorang teman dekat, kerabat dekat, atau apalah itu namanya.
Yang pasti, ini adalah sebuah perjodohan.
Baiklah baiklah.
Sakura pernah membaca beberapa cerita tentang kisah cinta yang diawali oleh perjodohan. Dan hasilnya pun tidak buruk juga. Mereka akhirnya saling mencintai , menyayangi, bahkan menikah dan bahkan (lagi) dikaruniai bayi.
─GLEK
Demi Tuhan!
Perjodohan, pernikahan dan bayi adalah hal yang sangat mustahil bagi gadis merah muda ini. Ia sendiri bahkan tidak bisa benar-benar merasakan cinta. Bagaimana Ia akan memulai semuanya? Bahkan sebelum memulai, semuanya telah lenyap.
.
.
.
"Perkenalkan, Uchiha Fugaku," Ia memperkenalkan dirinya ke hadapan keluarga Haruno. Tangan kanannya mengarah ke arah sampingnya, "dia istriku─ Uchiha Mikoto, disampingnya adalah Uchiha Itachi dengan istrinya Uchiha Izumi bersama putri mereka Uchiha Naori dan yang terakhir adalah Uchiha Sasuke," tambahnya.
Semua orang yang bermarga Uchiha yang kini berhadapan dengannya adalah keluarga Uchiha yang terkenal akan perusahaannya yang bergerak di bidang pembangunan dan kependidikan.
Faktanya, Uchiha Fugaku dan putranya adalah seorang pemilik perusahaan pembangunan terbesar di ASIA. Mereka bekerja dibidang pembangunan. Keluarga besar Uchiha dipelopori oleh seorang Uchiha Indra. Anggota mereka sangat kuat akan informasi dan keamanannya.
Kekeluargaan diantara para Uchiha ketat dan kental akan istilah menghormati para tetua atau leluhur. Bagi mereka, mandat seorang tetua atau leluhur adalah kehendak Tuhan.
Mengenyampingkan fakta tentang keluarga Uchiha, Jiraya dan Tsunade mengangguk menanggapi kepala keluarga Uchiha itu. Jiraya pun melakukan hal yang sama. Kepala keluarga Haruno itu memperkenalkan anggota keluarganya. Setelah perkenalan, selanjutnya adalah mereka menyantap hidangan makan malam yang dihidangkan oleh para bulter.
Suasananya sangat hidmat. Namun, Sakura tak dapat fokus. Ya Tuhan, di hadapannya ini adalah pemuda yang sangat tampan. Pemuda yang memiliki seringai yang anehnya mampu Sakura merasa hampir meleleh, pemuda yang memiliki onyx yang tak mampu untuk ditolak ini adalah sosok pemuda yang benar-benar idaman para gadis.
Setelah acara makan selesai, kedua keluarga pulang lebih awal dan meninggalkan putra putri mereka untuk lebih dekat.
Sakura mendengus melihat tingkah ayahnya yang menyeringai dan mengatakan kata-kata tentang kencan pertama atau apalah itu. Sialan! Ini bukan kencan pertamanya! Jangan hanya karena Sakura tak pernah membawa teman laki-lakinya ke rumah atau memperkenalkan pada kedua orang tuanya mereka menganggap ini kencan pertamanya? Oh yang benar saja!
Ia memang tidak secantik kakak ipar dari pemuda di hadapannya ini. Ia memang tidak seanggun ibu dari pemuda di hadapannya ini dan Ia memang─
Oke cukup Haruno!
"H-hai," Sakura mencoba memulai pembicaraan. Ia jengah dengan semua kesunyian ini. Yang benar saja, sudah lima belas menit mereka bersama dan si pemuda berwajah tembok ini kuat tidak membuka suara. Pemuda bernama Sasuke itu hanya diam, duduk, sesekali menyesap tehnya dengan onyx yang tak pernah meninggalkannya, "namaku─ "
"Aku tahu!" potongnya dengan nada datar─sedatar tembok bangunan yang pernah di desain oleh paman Fugaku─ayah Uchiha Sasuke ini.
Kembali Sakura mendengus. Benar-benar pemuda ini tidak ada manis-manisnya pada seorang gadis. Tidak bisakah orang tuanya menjodohkannya dengan orang yang sedikit manis bahkan romantis─bukan pemuda datar nan dingin seperti ini!
Bagaimana hidupnya nanti jika harus berdampingan seumur hidup dengan pemuda beronyx tajam ini? Bisa-bisa Sakura mati kebosanan!
"Haruno Sakura," nada bicara pemuda itu tiba-tiba membuat Sakura mengedipkan kelopak matanya berkali-kali. Karena apa? Karena nada yang terdengar adalah nada yang sangat lembut. Lembut sekali, hingga Sakura tak dapat mempercayainya. Lalu suaranya berubah menjadi tegas, "ada yang harus aku bicarakan denganmu, sekarang! Atau tidak sama sekali!"
Sakura tak pernah merasakan jantungnya lebih berdebar dari pada ini.
.
.
.
Dalam kehidupan, setiap orang memiliki rencana dan pemikiran yang mereka coba susun agar sesuai dengan keinginannya. Entah itu bagaimana, Sakura pun mencoba membuat semuanya seperti itu. Tapi tidak, Ia yakin sekali pemuda di hadapannya ini memiliki rencana yang sungguh luar biasa.
Maka ia akan membiarkan Uchiha yang terkenal irit bicara ini memimpin jalannya pembicaraan diantara mereka. Kita lihat apa yang akan Ia katakan selanjutnya.
"Kau sudah tahu alasan kenapa kita dijodohkan?" tanyanya dengan nada acuh tak acuh.
Sakura menatap pemuda Uchiha itu dengan ragu, "hmmm ... aku rasa karena kedua orang tua kita bersahabat atau rekan kerja yang ingin terus keluarganya berjaya. Apa aku salah?" tanyanya.
Pemuda itu menyeringai. Sekali lagi, seringai sexy itu membuat Sakura merona hebat.
"Hn. Itu tidak sepenuhnya benar!"
"Lalu?" sahutnya. Wajah gadis itu menyiratkan penasaran.
Lagi-lagi ia menyeringai. Sial!
"Semua itu karena─perjanjian bodoh antara Uchiha Indra dan Haruno Ashura!" sambungnya, "Uchiha dan Haruno memiliki suatu ikatan persahabatan, di mana Uchiha Indra dan Haruno Ashuralah si pencetus itu. Mereka adalah kakekku dan kakekmu. Perjanjian konyol yang diikrarkan kedua kakek kita membuat aku dan kau terlibat!" paparnya panjang lebar.
Sakura menundukkan kepalanya. Jadi ini adalah keinginan kakek nya. Dan kakek Sasuke yang katanya bernama Uchiha Indra itu masih hidup. Sehingga dengan ingatan dan keinginannya yang kuat kakek tua itu menginginkan pernikahan antara Sasuke dan dirinya sebagai wakil dari Uchiha dan Haruno? Untuk menepati ikrar mereka?
Oh Tuhan!
Takdir apalagi ini?
Kenapa Sakura merasa kesulitan untuk menanggapi cerita pemuda Uchiha yang memang menyebalkan akibat janji para leluhurnya!
Lalu, Ia berdehem guna mengembalikan suaranya yang entah kenapa seperti menghilang, "aku mengerti," tanggap Sakura kalem, "kau menceritakan semua ini─tentunya memiliki tujuan bukan?"
Lagi dan lagi! Uchiha muda itu menyeringai. Namun kali ini seringai yang puas, "aku tahu kau cerdas!" pujinya, "aku telah mendengarnya dan melihat prestasimu! Aku dengar kau juga akan bekerjasama dengan kakak iparku untuk suatu proyek hobi menulismu itu."
"Kau? Berbicara hal tak penting sepanjang itu?" Celetuk Sakura, ia sedikit kaget. Sementara Sasuke hanya menjawabnya dengan mengedikkan bahunya.
"Kau─sungguh sulit ditebak," komentar gadis merah muda itu pada Sasuke.
"Aku tak memintamu mengomentari sikapku atau apapun tentangku," balasnya santai, "tapi─ "
Menggantungnya kalimat itu entah mengapa membuat Sakura waspada.
"─aku meminta kerjasama mu!"
"Kerjasama?"
Pemuda itu menganggukkan kepalanya pasti, "Haruno Sakura!" panggilnya, "Mari kita berpura-pura saling mencintai hanya hingga kakek ku menghembuskan nafas terakhirnya!"
.
.
.
"Kakek, perkenalkan. Ia─Haruno Sakura." Sasuke menghampiri kakek yang kini terbaring lemah di rumah sakit. Jari-jemari keduanya saling menggenggam. Wajah bahagia ditampilakan pasangan Uchiha dan Haruno, "calon istriku."
Haruno Sakura yang mungkin beberapa bulan lagi akan mengganti marganya dengan nama Uchiha ini ternyata menyetujui ide dari Uchiha Sasuke untuk berpura-pura sebagai pasangan kekasih yang sedang dimabuk asmara. Tentunya ini semua mereka lakukan di depan kedua keluarga, terutama Uchiha Indra.
Kembali pada sang kakek. Dengan perlahan, Uchiha tua itu membuka kedua kelopak matanya. Ditatapnya seorang gadis asing berhelaian merah muda dengan paras manis. Di samping gadis itu adalah pemuda yang Ia kenal betul. Lalu Ia tersenyum ketika menyadari sebuah nama yang tertangkap indera pendengarannya. "Haruno─kah?"
Sakura berjalan menghampiri ranjang tempat pasien di rawat. Ia menyentuh tangan besar yang kini telah berkeriput. Tangan milik Uchiha Indra─sahabat kakeknya Haruno Ashura yang telah tiada.
"Aku─Haruno Sakura, cucu dari Haruno Ashura," Sakura memperkenalkan dirinya dengan nada lembut.
"Haruno─Sakura," panggilnya, "calon menantu keluarga Uchiha telah menyapaku," senyum tipis ditampilkannya.
Dua minggu selanjutnya Uchiha super senior itu kembali mendaptkan tamu. Uchiha Indra tersenyum penuh arti melihat Sakura dan Sasuke kembali datang sambil bergandengan tangan. Ia menutup matanya.
Kemudian, diraihnya tangan Sasuke juga Sakura. Dan ketika kedua bibirnya bergerak mengucapkan kalimat yang sangat panjang, kalimat itulah kalimat terakhir kalinya yang diucapkan seorang Uchiha Indra sebelum ajal menjemputnya dengan menggenggam, menyatukan antara tangan Sakura dengan Sasuke.
.
.
.
Sasuke menatap gundukan makam itu dengan wajah datar. Pakaian hitam-hitamnya menandakan bahwa ia tengah berkabung. Kembali terdengar kalimat panjang yang diucapkan kakeknya itu untuk yang terakhir kali.
"Akhirnya, akhirnya aku bisa tenang jika kau akan menikah dengan keluargaku. Aku─akan menyampaikan kabar gembira ini pada Ashura, bahwa impian kami menikahkan anak atau cucu kami untuk mengikat kekeluargaan dan takdir yang Maha Kuasa telah kami laksanakan."
Uchiha bungsu itu mendecih.
Kedua bola matanya kini memerah.
Ia menangis.
Sasuke adalah pemuda yang sangat dekat dengan kakeknya itu. Dibandingkan dengan ayah dan ibunya Ia memang cenderung lebih dekat dengan Uchiha Indra juga Itachi─kakanya. Ia sudah merelakan jika kakek tuanya itu meninggal.
Ia juga sempat kesal akibat permintaan kakeknya yang memintanya menikahi seorang gadis yang bahkan tidak pernah terpikirkan dalam hidupnya bahwa Ia akan menikah di usia semuda ini. Ia dengan tega mengatakan bahwa lebih baik Uchiha Indra mati saja sesegera mungkin dan Ia tak akan menikahi si gadis itu.
Namun, ternyata Sasuke tak bisa menyangka jika kematian Uchiha Indra begitu berpengaruh padanya. Kata Ikhlas dan merelakannya hanya di mulut saja.
Sasuke menjadi cengeng untuk hari ini dan Haruno Sakura kini menggenggam tangannya. Gadis yang Ia manfaatkan demi kebahagiaan kakeknya dan keuntungannya sendiri terus mendampinginya, menggenggam tangannya ketika ia merasakan dunianya berubah.
.
.
.
"Bagaimana jika pernikahan antara Sasuke dan putri Haruno dipercepat," usul Uchiha Fugaku dengan suara beratnya, "aku rasa─ayah benar-benar menginginkan mereka bersatu."
Mikoto mengangguk, "aku rasa itu bukan ide yang buruk," tanggapnya, "Sasu-kun ... bukan kah kau setuju? Kau bahkan sudah mencintainya kan? "
Benarkah? Benarkah mereka saling mencintai? Tidak-tidak! Sasuke sudah menipu kakek yang sangat Ia sayangi. Sasuke telah memanfaatkan kebaikan gadis merah muda itu. Sasuke telah menyakiti hati semua orang.
Dirinya melakukan tipu muslihat dan membuat gadis Haruno itu terlibat di dalamnya. Ia tak pantas mendapatkan gadis itu! Lagi pula Ia sangat mencintai dirinya dan kebebasannya. Ia masih terlalu muda kan untuk menikah?
Ditatapnya datar keluarganya. Ia berdiri dan berkata dengan suara beratnya , "aku─menolak!"
"Tapi─Sasuke-kun? Kenapa?" sergah Izumi. Ia adalah wanita kedua yang mendukung pernikahan Sasuke dan Sakura setelah Uchiha Mikoto. Selain Ia mengetahui Sakura dari kalangan orang terhormat, Uchiha Izumi juga mengetahui betul sifat gadis merah muda itu.
Terutama ketika gadis merah muda itu bergabung bersama perusahaannya dalam menuangkan ide-ide, gagasan yang dimilikinya dalam sebuah tulisan,"Sakura adalah gadis terhormat, Ia cantik, Ia kini menempuh pendidikan di salah satu Universitas yang sama denganmu."
"Aku─masih terlalu muda untuk memulai semuanya."
"Sasuke!" Fugaku berseru garang.
Namun dengan cepat Itachi menyela. "Sasuke dengar ... Kau sedang menyusun skripsimu. Sebentar lagi kau akan lulus. Usiamu telah menginjak 23 tahun dan itu sudah cukup untuk memulai semuan—"
Sasuke menggelengkan kepalanya, "tidak, nii-san!" selanya dengan nada lelah, "aku tetap menolak!"
Fugaku menggeram. Ia segera menghampiri putranya.
Ditamparnya Uchiha Sasuke.
"Anata!" Mikoto menjerit melihat putranya ditampar suaminya.
"Ayah!" Itachi mencoba menenangkan Fugaku.
Tapi Fugaku menepis tangan putra sulungnya itu dan membawa Sasuke ke kamarnya, "Anak bodoh! Kau pikir putri dari keluarga Haruno adalah permainanmu untuk membahagiakan ayahku saja didetik-detik terakhirnya?"
Mulai hari itu di tempatkannya penjaga di berbagai sudut. Mulai dari gerbang kediaman Uchiha hingga tiap pintu di kediaman itu. Tidak satupun akan luput dari pengawasannya. Ia adalah Uchiha Fugaku, jika putranya keras kepala─maka Ia pun akan lebih keras kepala. Kita lihat, siapa yang akan menang kali ini!
.
.
.
"Me-menikah?" tanya Tsunade ketika keluarga Uchiha mendatangi kediaman Haruno. Sakura yang baru saja pulang dari kampus mendengar niatan baik keluarga Uchiha mengangakan mulutnya, tanda Ia tidak bisa mempercayai semua ini.
Jiraya nampak berpikir, "tapi─ Sakura masih sangat muda," ucapnya mencoba memberi pengertian, "Ia juga masih sangat kekanakan. Kalian tahu kan Ia putri kami satu-satunya."
"Ayah sangat mencintai putrimu. Ia menginginkan pernikahan ini segera diselenggarakan. Jika tidak, berikan Sasuke dan Sakura waktu untuk tinggal bersama dan melihat apakah cinta antara keduanya berkembang lebih baik atau tidak." Fugaku tetap dengan pendiriannya.
Mikoto pun ikut ambil bagian. Ia berkata, "namun bagaimanapun, Sakura dan Sasuke akan tetap menikah! Berkembang atau tidaknya hubungan mereka itu tidak akan mempengaruhi niatan kita sejak awal!"
"Kalau begitu, kami tidak bisa berkata apa-apa," tanggap Tsunade, "aku menyetujuinya. Tidak ada pemuda yang lebih baik dari Sasuke untuk mendampingi putri kami."
"Bagaimana dengan mu Sakura-chan?" tanya Izumi dengan nada menggoda, "kau bahagia bukan?" mendengar pertanyaan calon kakak iparnya ini sukses membuat wajah Sakura merona hebat.
"Aku akan menerima apa yang telah ditakdirkan untukku. "
.
.
.
"Kau akan tinggal di sini?" tanya Sasuke dingin.
Sakura menganggukkan kepalanya. Ia menatap sekeliling ruangan. Ini adalah kamar yang berukuran luas, nuansanya sangat dingin dengan cat dinding berwarna abu-abu. Tidak ada yang spesial, segala benda yang tertata umumnya berwarna abu dan putih.
"Tapi kenapa kau harus ke kamarku?" tanya Sasuke, lagi.
Gadis merah muda itu duduk di salah satu sofa. Ia menghela nafasnya dan menjawab, "Ayah dan Ibu mu yang memaksa. Aku tidak tahu bahwa aku akan ditempatkan di kamarmu!"
Pemuda berumur 23 tahun itu mendengus , ia tersenyum sinis, "bagaimana dengan tidur? Memang kau mau tidur dengan ku?" kembali Sasuke bertanya, kali ini Ia bertanya dengan nada menggoda juga seringai yang membuat Sakura merona lagi, lagi dan lagi.
Dianggukannya kepala merah mudanya itu. Enak saja kalau dia harus tidur di bawah atau di sofa. Bisa-bisa seluruh badannya sakit. Lagi pula Ia tak mau membiarkan Sasuke menang hanya dengan kalimat menggodanya itu.
"Oyy Oyy ... harusnya kau bilang bahwa kau tidak mau tidur denganku kan? Kau akan memilih sofa atau apalah itu!"
"Itu memang inginmu kan? Tapi aku bukan orang seperti itu! Aku tidak akan kalah darimu! Wleee!"
"Heh Haruno, menyerah sajalah! Aku benar-benar muak dengan perjodohan ini! Aku─selalu merasa bersalah pada kakek." bujuk Sasuke dengan nada rendah diakhir kalimatnya.
Dieratkannya kedua kepalan tangannya dan mencoba kembali memasang wajah sombongnya, "aku tidak peduli dengan perasaanmu itu! Memang siapa juga yang mau menikah dengan pemuda tembok sepertimu!" sergah Sakura tajam.
"A-Apa?"
"Ya! Kau si muka tembok, si pangeran dari kutub utara yang menyebalkan dan tukang memanfaatkan!" Sasuke mengangkat bantal dan melemparkannya ke arah Sakura.
─BUK
"Uchiha Sasuke!" pekiknya.
Karena tak mau kalah, Sakura pun ikut melemparkan bantalan sofa ke arah Sasuke yang berhasil di hindarinya.
"Uchiha!" bentak Sakura. Dikejarnya Sasuke dan diraihnya tangan pemuda itu serta digigitnya.
"Haruno kau mau ap─ WAAA ... Sakit baka!" teriaknya.
"HAH! Rasakan!" pada akhrinya mereka pun saling membuang muka dan duduk di ranjang dengan poisis saling membelakangi. Detik demi detik mereka terus berdiam. Tangan mereka saling bersidekap di depan dada. Keduanya mempertahankan harga diri.
Tapi, Sakura adalah seorang gadis bermarga Haruno! Bukan Uchiha!
Ia adalah gadis yang dibesarkan dengan penuh kecriaan dan tidak bisa berdiam diri terlalu lama seperti para Uchiha. Sedikit demi sedikit Ia berbalik dan betapa dirinya dibuat kaget ketika di hadapannya Uchiha Sasuke tengah menatapnya dengan senyum, ahh bukan..melainkan seringai.
"Ayo kita berdamai," katanya yang langsung diamini Sakura.
.
.
.
"Ehh, ini kaset-kaset Kenny G? Kau suka Kenny G?" tanya Sakura dengan wajah berbinar.
"Hn," Sasuke mengambil kaset tersebut, dirapihkannya kembali benta tersebut. Membuat Sakura sebal, "padahal cuma minjem bentaran, masa cuma gitu aja ga boleh," dengusnya.
Sasuke mengedikkan bahunya acuh, "jadi kau adalah adik kelasku?" tanyanya datar. Sakura menganggukkan kepalanya antusias.
"Aku berada di jurusan Antropologi. Tapi aku suka membuat novel, kau boleh membaca salah satu karyaku," seru Sakura ceria. Diambilnya salah satu buku. Diserahkan Sakura buku itu pada Sasuke.
"Tidak!" tolaknya, "aku tidak membaca yang seperti itu," sambungnya acuh.
"Huh, dasar menyebalkan."
"Kau tahu sendiri aku seperti apa!"
"Memang! Tapi kau juga cerewetttt sekali!"
Sasuke sedikit terkekeh mendengar penuturan gadis Haruno itu. Ia menggelengkan kepalanya menyadari bahwa benar sekali Ia menjadi sangat cerewet ketika bersama si gadis. Lagipula dia yang memulai.
"Hei Sakura,"
"Ya?"
"Aku ingin bebas dari sini," lirih Sasuke. Matanya mentapa ke luar, seolah menerawang sesuatu yang tidak bisa Sakura raih. Wajah Sakura yang awalnya tersenyum mulai menyendu. Emerladnya yang bersinar, kini melayu.
"Aku─ingin bebas seperti apa yang ku inginkan, dengan jalanku sendiri," jelasnya.
Bagi Sakura, rasanya sulit sekali mengendalikan diri di dekat Uchiha Sasuke. Dengan gerakan refleks tubuhnya bergerak. Digenggamnya tangan Uchiha Sasuke dan diarahkannya wajah pemuda itu agar menatapnya. Emerlad dan onyx itu saling beradu. Memancarkan perasaan masing-masing.
"Sasuke," bisik Sakura, "aku akan membantumu menggapai kebebasanmu."
.
.
.
Waktu makan malam pun tiba. Keluarga Uchiha kini berkumpul semua di ruang makan. Semua onyx itu menatap dua orang yang kini berjalan ke arah mereka. Tidak ada yang salah dengan pakaian yang dikenakan Sasuke.
Hanya celana jeans hitam sebatas lutut dengan kaos biru dongkernya, tidak ada pula yang salah pada hot pants hitam Sakura dan ribbon checkered top si gadis. Namun yang membuat mereka specles adalah tangan Sasuke yang kini merengkuh bahu gadis merah muda dan wajah si gadis yang terus bersemu merah. Juga sedikit semburat merah di wajah Uchiha bungsu kita.
"Sasu ... semuanya baik-baik saja bukan?" tanya Itachi dengan nada menggoda, "apa kalian tadi habis melakukan 'Itu'' hingga membuat kalian sangat menempel?"
"Ita-kun! Apa yang kau katakan? Suttt ..." seru Izumi memperingatkan suaminya, diikuti Uchiha Naori yang meletakkan satu jarinya di bibir tanda diam dengan gayanya yang menggemaskan.
Mikoto tersenyum sumeringah, "Sasuke-kun, Sakura-chan, duduklah. Kalian pasti sudah lapar."
Sasuke dan Sakura pun menduduki bangku mereka dengan canggung. Terutama ketika onyx Sasuke bersinggungan dengan onyx ayahnya, mata itu menatapnya dengan tajam. Dan jantung Sasuke seolah akan melompat. Berharap semuanya tidak akan terbongkar.
.
.
.
Hampir satu bulan Sakura tinggal dikediaman Uchiha. Kemanapun ia akan pergi para pengawal Uchiha akan mengikuti Sasuke dan Sakura. Seperti ke kampus, kantor Izumi.
Dan setiap di rumah keluarga Uchiha mereka akan memulai drama romance. Utamanya di hadapan Uchiha Fugaku. Seperti saat ini, ketika Sakura duduk bersama Nyonya dan Tuan Uchiha─ menonton sebuah acara televisi, dari arah lain Sasuke datang dan duduk di samping Sakura.
Tangan-tangannya yang besar itu menelusup ke leher, lalu bahu dan merengkuh gadisnya lembut. Dikecupnya helaian merah muda si gadis dengan mesra. Membuat Haruno Sakura merasa jantungnya kini berdetak tak karuan, belum lagi wajahnya yang pasti bersemu merah, dan ... Astaaggaaaaaa kenapa Sasuke terlalu berlebihan di hadapan kedua orang tuanya ini.
Kedua onyx Mikoto berbinar-binar, sementara Fugaku hanya tersenyum tipis menyaksikan keromantisan pasangan muda itu.
Dan keesokan harinya baik Sasuke atau pun Sakura ─ dikejutkan dengan kabar yang dibawa oleh keluarga Haruno.
"Pernikahan kalian akan segera dilaksanakan besok pagi!" tutur Tsunade dengan wajah yang bahagia, "Keluarga Uchiha bilang kalian semakin romantis. Aku tahu, kalian sudah melakukan ''itu'' kan?"
Sakura berdiri dan menatap ibunya bingung. "Ibu, apa yang ibu katakan? Aku tidak mungkin menikah dengannya!"
"Itu benar, kami tidak mungkin menikah apalagi melakukan hubungan suami istri!" timpal Sasuke.
Tsunade memasang wajah bingung, "apa maksud kalian? Jadi keromantisan kalian selama ini hanya pura-pura?"
"Bu-bukan seperti itu ibu, aku hanya masih menikmati keromantisan kami. Benarkan Sasuke-kun?" Sakura mencoba menjelaskan. Sasuke sendiri langsung mengangguk-anggukan kepalanya.
"O-oh ... begitu. Tapi bagaimana yaa? Kami sudah mentapkannya. Pokoknya kalian harus bersyukur untuk semua kebahagiaan ini," setelah mengatakan itu Mikoto datang bersama beberapa orang untuk membantu Sakura dan Sasuke mencoba pakaian pernikahan mereka.
.
.
.
"Ini pakaian yang akan kalian gunakan besok. Pokoknya malam ini kalian jangan dulu melakukan hubungan intim, karena bisa-bisa kalian besok kelelahan," goda Mikoto brutal.
Astaga! Sakura tak menyangka jika calon ibu mertuanya ini benar-benar bermulut nakal.
Sasuke dan Sakura berganti pakaian di kamar yang berbeda. Mereka tidak bisa melihat calon pasangan mereka. Karena Uchiha Mikoto dan Haruno Tsunade kukuh akan mempertemukan mereka berdua besok pagi. Dengan itu, mereka akan merasa surprise dengan penampilan pasangan masing-masing.
.
.
.
[Malam Sebelum Pernikahan]
"Sasuke," panggil Sakura. Ia yang mulanya tidur membelakangi Sasuke kini membalikkan badannya. Sasuke yang mendengar panggilan Sakura pun ikut membalikkan badannya. Mereka kini saling berhadapan.
"Hn?" tanggap Sasuke datar.
"Apa─rencanaku membantumu bebas─ akan gagal?" tanya Sakura mencicit. Emerladnya berkaca-kaca mencoba menahan air matanya agar tidak meleleh "aku pikir ini akan berhasil membuat mu bebas dengan mengelabui mereka dengan saling bermesraan."
Sasuke tersenyum lembut.
Ia mengusap helaian merah muda di sampingnya. Disingkirkannya bantalan dan guling yang menjadi pembatas tidur mereka.
"Ini bukan salahmu," sahut Sasuke lembut, "kita hanya belum memiliki kesempatan untuk melancarkan aksi terakhir kita."
Bungsu Uchiha itu menarik Sakura ke dalam pelukannya, membiarkan Sakura menumpahkan air mata di dadanya.
"Aku akan tetap mencari cara untuk menghentikan pernikahan ini," tegas Sasuke. Dan semakin deras air mata yang Sakura keluarkan malam itu. Bukan karena mereka gagal menghindari pernikahan, tapi lebih kepada perasaan. Perasaan yang entah sejak kapan bersarang dihati Haruno Sakura.
.
.
.
[HARI PERNIKAHAN─ Mansion Uchiha]
"Ya dobe, aku minta bantuanmu. Jika semuanya tidak berjalan sesuai keinginanku.. maka aku tidak akan pernah bisa hidup lagi. Aku benar-benar tercekik," kata Sasuke asal.
Seorang yang dipanggil dobe alias Uzumaki Naruto itu merengut, "memang apa sih salahnya menikah? Lagipula Sakura-chan kan cantik, Ia juga gadis terhormat, kenapa─"
"Lalu kenapa kau sampai saat ini belum menikah?" Naruto yang mendapat pertanyaan seperti itu hanya nyengir lima jari.
"Aku mencintai kebebasanku."
"Begitupula aku! Aku ingin belajar, aku ingin menyelesaikan pendidikanku. Aku ingin berkarir, aku ingin mengembangkan perusahaan dan mencapai semua ambisiku. Barulah aku akan memikirkan pernikahan. Bukan pernikahan seperti ini tentunya. Pernikahan yang benar-benar gadisnya aku cintai dobe!"
Naruto langsung mengeluarkan suara nyaringnya, "jadi kau tidak pernah mencinati Sakura-chan, teme? " tanyanya buru-buru, "jahat sekali! Padahal kalian sudah sama-sama satu bulan ini─"
"Tidak ada yang bisa menolaknya Dobe. Tapi aku harus! ada yang lebih aku cintai dibandingkan dia dan dia juga tidak mencintaiku ... Ia hanya mencintai karya-karyanya!"
"Haaahh~ kalau sudah seperti ini mau bagaimana lagi!"
"Naruto," Naruto berbalik dan memandang sahabatnya bingung, "Arigatou."
Pemuda berambut blonde itu mendecih.. "Douita," balasnyasambil menyeringai.
Naruto pun meninggalkan Sasuke dan mulai mengerjakan taktiknya untuk membantu Sasuke dan Sakura melancarkan aksi mereka.
Beberapa menit sepeninggalan Naruto, Sasuke lekas berjalan ke arah ruangan Sakura. Ia yakin sahabat pirangnya itu telah melakukan tugasnya dengan baik. Memberikan minuman yang membuat para pengawal mengantuk berat.
Dibukanya pintu berukuran besar itu.
Ketika pintu terbuka, Sasuke dapat melihat seorang gadis merah muda mengenakan gaun putih gading satin selutut dengan tambahan kain Tipis dari dada hingga memanjang seperti bunga terompet ... tembus pandang berwarna senada yang membuatnya sangat terlihat cantik nan memesona.
Ini adalah pertama kalinya Sasuke merasakan jantungnya berdebar tak karuan. Ia terus melangkah menghampiri gadis itu. Sakura yang di hampiri Sasuke tersenyum lembut. Namun jika dilihat lebih detail, senyum itu hanyalah palsu. Meski pemuda di hadapannya ini sangat tampan dengan setelan jas hitamnya, tak dapat membuatnya benar-benar ingin tersenyum.
"Haruno Sakura, kau sangat cantik hari ini," pujinya tulus. Ia melanjutkan, "tapi─ kita tak memiliki banyak waktu! Ayo kita pergi sebelum mereka datang."
Namun Sakura merasakan tubuhnya beku. Dan Sakura hanya diam ketika Sasuke mengangkat tubunya. Di pangkuan Sasuke ia hanya diam dan menikamti setiap sentuhan antara dirinya dan pemuda ini. Sentuhan yang terakhir kali.
.
.
.
Orang-orang di Mansion Uchiha terlihat panik ketika mendapati ruangan Sasuke dan Sakura kosong. Ini adalah hari yang sangat mereka nanti-nantikan. Pernikahan antara Uchiha dan Haruno. Namun, keduanya menghilang. Bodohnya kedua keluarga ini justru memilih sibuk melayani para tamu undangan dibandingkan menjaga anak-anak mereka.
"Ya Tuhan! Di mana Sakura!" Tsunade menangis. Di sampingnya Mikoto pun ikut menangis sementara Izumi berusaha menenangkan Ibu mertuanya. Jiraya pun melakukan hal yang sama seperti Izumi ─ menenangkan Tsunade.
Uchiha Itachi sendiri bertugas memberikan pengertian pada para tamu undangan. Sementara Uchiha Fugaku segera mengerahkan seluruh bodyguardnya yang masih dalam keadaan sadar. Juga mengintruksikan orang-orangnya agar bergerak cepat.
"Anak bodoh itu!" geramnya tertahan.
.
.
.
.
.
Mereka telah sampai di sebuah jalan yang sangat jauh dari jangkauan keluarga Uchiha. Rencana mereka untuk kabur pun berhasil. Sasuke telah merobekkan gaun pengantin yang sangat indah di kenakan Sakura. Hingga kini, Sakura seperti hanya memakai sebuah handuk.
Rencananya bersama Naruto berhasil melumpuhkan pertahanan dari Uchiha. Menyadari rencananya berhasil dan telah bebas dari pernikahan─membuat Sasuke menyeringai. Ia menghadap ke arah gadis yang kini berwajah kosong.
Di hampirinya si gadis. Pemuda Uchiha ini berjalan dengan seringainya seraya berkata, "Mungkin hanya sampai di sini Sakura .. cerita kita," pemuda itu melepaskan jas hitamnya dan mengenakannya pada si gadis. Ia menyeringai. Seringai yang selalu disukainya dan akan selalu seperti itu.
Emerlad Sakura tak pernah mau melepaskan pemuda itu. Ya Tuhan! Jantungnya selalu seperti ini. Berdetak lebih cepat dari pada biasanya ketika bersama Sasuke.
"Aku rasa, jika aku terus bersamamu, mungkin aku akan jatuh cinta." Sasuke tertawa dengan tangan kanan yang mengacak rambut ravennya. Tanpa pemuda itu sadari kedua emerlad itu membelalak, lalu menyendu.
Ketika tatapan Sasuke kembali pada Sakura dilihatnya ekspresi si gadis yang menyendu, "hey hey ... ayolah, jangan memasang wajah seperti itu," katanya sambil menangkupkan kedua tangannya di pipi tembem Sakura.
Si pemuda memandang gadis merah muda di hadapannya bingung. Wajah gadis itu seperti ingin menangis. Wajahnya sangat terluka, tapi apakah itu? Apa karena ia telah mengecewakan keluarganya dan gadis itu kecewa akan semua yang telah mereka rencanakan?
"Sakura," gadis bernama sama dengan bunga kebanggan Jepang itu mengangkat wajahnya dan menatap Sasuke dengan pandangan terluka. Namun Ia tetap diam dan menunggu Sasuke kembali membuka suara, "kita harus berpisah sekarang juga."
Seperti orang bodoh, Sasuke meletakkan tangannya di pipi Sakura, setelah itu Uchiha Sasuke menarik bahunya si gadis, lalu mendekapnya, "arigatou."
.
.
.
.
.
─TBC─
