Disclaimer Masashi Kishimoto

Teme, tanggung jawab!

Naruto benci ini.

Benci ketika merasakan kepalanya sakit, benci ketika merasa badannya lemas, dan benci ketika merasakan sekililingnya berputar-putar.

Ugh, salahkan saja Sasuke yang dengan tidak bertanggung jawab membuat tubuhnya terguncang-guncang lalu mendesah-desah tidak karuan. Arghhh, dia ingin sekali melempar kepala berpantat bebek-atau bebek berpantat kepala?-itu dengan dengan ramen yang kini rasanya tak begitu menggiurkan di lidahnya. Padahal ini adalah makanan kesukaannya, tapi tetap saja Naruto merasa mual melihat dan mencium aromanya. I-ish dasar lelaki yang tak gentleman, masa pacar dibuat sengsara begini?

Lagi-lagi dia menghela nafas, memijit pinggulnya yang terasa sakit akibat aktifitasnya tadi dan mulai kembali mencari posisi nyaman. Dia merebahkan kepalanya pelan, lalu merasakan mual yang tak tertahankan dan segera memiliki hajat untuk ke kamar mandi. Pemuda itu meletakkan tangan di depan mulut, mencoba menahan lagi rasa mual yang serasa kian mencekam. Air mata pelahan mengaliri wajahnya, keringat dingin bercucuran dan dia yakin akan kenyataan yang ia hadapi sekarang.

Tangannya masih mendekap mulut, berkali-kali ia mencoba mencari posisi nyaman agar tak menumpahkan isi perutnya. Namun akhirnya gagal juga.

"Hoekkkkkk,hooeekkk."

Untungnya ia telah beralih ke kamar mandi dan dengan segenap hati perutnya kini kosong melompong. Sementara orang yang membuatnya begini hanya bersidekap dengan punggung yang menyender pada palang pintu.

"Ini semua salahmu Teme," seru Naruto kesal. Ia mengirimkan tatapan sinis yang sama sekali tak mempan.

"Salahmu sendiri ketiduran." Dan sahutan santai yang menjawab. Sungguh sama sekali tak berperasaan.

"Tapi aku ini pacarmu Teme."

"Lalu apa peduliku?"

Lagi-lagi seolah acuh, ugh dasar Sasuke habis manis sepah di buang, air mata sama ingus Naruto jadi meler kan. Hatinya rasa tertusuk ribuan jarum.

"Ugh, dasar tak bertanggung jawab. Gara-gara kau aku jadi mual terus."

"Ini semua tidak ada hubungannya denganku."

"Ada, gara-gara kau meninggalkanku. Aku harus naik bus yang jalannya kebut-kebutan. Jadinya kan aku mual-mual begini, Teme," ucap Naruto murka. Dia melewati Sasuke begitu saja lalu mendumel pelan. " Kalau seperti ini saja kau tidak peduli, kalau aku hamil bagaimana? Paling juga kau membiarkan dirimu berselimut dan aku sibuk bercinta dengan wastafel."

"Hm, Kalau kau hamil tentu aku akan memperlakukanmu sebaik-baiknya Naru-chan."

Naruto berjengit, sementara Sasuke malah memberikan senyum aneh. Tak disangka gumamannya masih dapat terdengar. Ah dia lupa, Uchiha itu pendengarannya tajam.

"Nah, karena kau ingin diperlakukan dengan baik, ayo kita bikin anak," bisik pemuda berambut itu seduktif. Dia memeluk pinggang ramping di depannya erat.

Naruto merinding sebentar dengan hembusan nafas kekasihnya di leher berkulit tan-nya. Ia mulai menikmati pelukan itu dan menyandarkan tubuhnya pada dada bidang di belakangnnya. Sayangnya ia lupa satu hal. Satu hal berisi kalimat nan penuh makna.

Ayo kita bikin anak.

Loading-loading-loading.

"Ehhhhhhhhhhhhh, tidak mauuuuuuuuuuu,"teriaknya ngenes, sayangnya Sasuke sudah menggendongnya cepat menuju kamar.

FIN

Huehehehe, gaje sumpahhh. Alamakadabak. Author mulai stress. Tulisan di atas bukan tulisan saya tapi tulisan tangan saya. Ahahha, pelampiasan gegara naik angkot nan jalannya kebut-kebutan. Mual-mual kaya orang ngidam, alhasil jadilah fanfic nan absurdnya luar binasa. Udah gitu sempat-sempatnya pula naburin ke mesuman Uchiha di akhir percakapan. Baiklah mari kita lempari author bernama di ini dengan sedotan. Ehhh?

See ya nex fic.

Review?