Pairing : Park Woojin/Park Jihoon; Kim Jonghyun/Park Jihoon
Genre : Romance, Hurt
Rate : T
You're just like an angel, your skin makes me cry..
Pernahkah kau merasakan sesuatu yang aneh setiap bertatapan dengan seseorang? Perasaan yang tiba-tiba membuatmu merasa tercekik sampai kau tidak bisa bernafas. Kau bahkan bisa merasakan detak jantungmu bergerak melambat seakan-akan mau berhenti. Perasaan yang sangat menyiksa, namun juga begitu adiktif. Meskipun otakmu berteriak untuk berhenti, tubuhmu berontak dan semua inderamu malah semakin berfokus padanya.
Itulah yang selalu Woojin rasakan setiap kali ia bertatapan dengan Park Jihoon.
Apakah Woojin menyukai Jihoon? Mungkin iya, namun Woojin tidak pernah melisankannya. Jangankan memberitahukannya pada orang lain, Ia bahkan tidak pernah sekalipun berbicara tentang Jihoon di hadapan teman-temannya. Ia tidak mau ada orang lain menyadari perasaannya pada remaja berparas manis itu. Woojin takut ia bisa saja kelepasan, karena hanya dengan menyebut namanya saja jantungnya akan berdebar begitu cepat. Sangat sulit baginya untuk bersikap biasa saja. Oleh karena itu sebisa mungkin Woojin mencoba menahan dirinya untuk tidak ikut serta dalam pembicaraan tentang Jihoon—yang memang dilakukan oleh teman-temannya di hampir setiap waktu.
Jihoon adalah salah satu dari sedikit orang yang selalu menjadi topik yang menarik untuk diperbincangkan semua orang di sekolahnya. Apa saja yang ia lakukan, segala pergerakannya akan menjadi berita. Jihoon sendiri tidak bisa mengelak, karena semua adalah salahnya.
Salahnya sendiri mengapa ia begitu indah.
Jihoon bisa disebut sebagai No.1 Sweetheart di sekolah Woojin. Ia adalah orang nomor satu yang paling diincar oleh murid-murid di sekolahnya. Mengapa?
1. Visualnya. Park Jihoon, memiliki wajah yang tampan, manis, cantik, imut, entah bagaimana kau mau menggambarkan parasnya itu. Yang pasti ia begitu indah. Seperti seorang malaikat, yang senyumannya saja membuatmu ingin menangis.
2. Sifatnya. Park Jihoon memang orang yang sangat baik. Dia ramah, tulus dan bisa dibilang terlalu polos. Ia selalu berpikiran baik pada semua orang, termasuk orang-orang yang bersikap baik di depan tapi selalu membicarakannya dari belakang.
3. Ini menurut Woojin. Dia sangat adorable.
Meskipun Woojin begitu mengagumi Jihoon, ia tidak pernah berani masuk dalam jejeran orang-orang yang terang-terangan mengincar Jihoon. Sederhana saja, karena ia merasa tidak pantas.
Ia bukan apa-apa di sekolahnya.
Mereka yang berani mendekati Jihoon adalah orang-orang dengan strata sosial yang tinggi. Dari penglihatannya selama ini, yang berhasil menjadi pacar Jihoon adalah mereka yang populer karena sangat tampan, kaya, atletis ataupun sangat pintar.
Woojin sendiri tidak masuk dalam semua kategori itu. Ia hanya siswa biasa, tanpa sesuatu yang bisa dibanggakan dari dirinya. Maka dari itu sejak awal saja ia memang sudah kalah.
"Hey hey.. kau tau tidak, Park Jihoon sudah ada pacar baru lagi loh.."
Daehwi, adik tingkat yang merupakan teman satu klubnya baru saja masuk ruangan mereka, dan ia langsung mengeluarkan bahan gosipnya mengenai Park Jihoon.
Woojin bersumpah ia sengaja masuk ekskul yang sebagian besar seluruhnya laki-laki seperti klub robot ini karena ia malas mendengarkan gosip. Tapi sepertinya ia salah perhitungan. Karena ternyata ada juga laki-laki yang suka menggosip, contohnya seperti Daehwi dan Seonho. Mereka berdua adalah biang gosip di klub robot yang anggotanya termasuk cupu dan tidak peduli dengan sekitarnya kecuali yang berhubungan dengan mesin. Meskipun kadang annoying, sepertinya Woojin juga harus berterima kasih pada mereka, karena keduanya lah ia jadi tahu perkembangan dari murid-murid di sekolahnya, tanpa harus bersusah payah mencari tahu. Khususnya yang berhubungan dengan Park Jihoon.
"Bukannya ia baru saja putus dengan yang sebelumnya.."
"Hmm.. siapa tuh ya.. adik tingkat yang sangat tampan itu, hmm..Bae Jinyoung?"
Daehwi mengangguk, ia jadi semakin bersemangat, ketika Donghyun, ketua klub mereka menanggapi gosip darinya. Woojin yang biasanya malas jadi ikut tertarik, karena topik kali ini menyangkut kehidupan percintaan Park Jihoon, makanya ia jadi penasaran juga.
"Ya, memang cepet banget sih, tapi Jihoon gak selingkuh kok. Aku yakin.."
"Soalnya kan dia yang diputusin duluan sama Bae Jinyoung. Aku ingat banget, waktu itu si Jihoon patah hati banget tuh pas habis diputusinnya.. "
"Emang parah tuh Bae Jinyoung, bisa-bisanya malaikat kaya Jihoon disia-siakan."
"kalau aku sih, maklum aja kalau Jihoon cepat dapat pacar lagi. Orang pas masih sama Bae Jinyoung aja udah banyak yang ngantri. Pas kosong ya, langsung gerak cepet lah mereka."
"Bukan hanya itu juga.." Seonho melanjutkan.
"Park Jihoon itu orangnya terlalu baik, dan juga dia sepertinya gampang jatuh cinta. Jadi kalau ada yang suka sama dia, ngedeketin, terus nembak, pasti bakal ia terima.."
"Makanya gak aneh kalau banyak orang yang masih penasaran sama dia, berharap bisa jadi pacarnya..walaupun saingannya banyak."
Sama seperti orang-orang itu, Woojin sebenarnya juga ingin sekali bisa jadi pacar Jihoon. Namun ia tidak punya keberanian sama sekali untuk bergerak dan mulai mendekatinya.
"Jadi siapa pacarnya sekarang?"
Daehwi langsung menyeringai, ekpresi wajahnya benar-benar berubah menjadi seperti pembawa acara gosip di TV. "Kalian jangan kaget ya.."
"Pacarnya bukan anak sekolah kita.."
"Lebih tepatnya alumni sini..
..The Greatest Kim Jonghyun.."
Semua orang di ruangan itu memekik bersamaan.
"Kim Jonghyun yang itu? The legend?"
Daehwi mengangguk, ia tertawa, sepertinya ia begitu puas melihat semua orang di klubnya sekarang mulai sudah terbawa dengan gosipnya. "Iya, Kim Jonghyun, lulusan terbaik sekolah ini, mantan ketua osis yang bawa sekolah kita ke masa kejayaan karena kepemimpinannya itu.. dan satu-satunya orang disekolah yang mendapat beasiswa langsung dari Presiden Korea Selatan karena berprestasi di semua bidang."
Dan yang paling penting ia adalah seorang Chaebol. Ayahnya adalah CEO Perusahan perangkat lunak dan Game terbesar di Korea.
"Kim Jonghyun yang itu.."
Donghyun bertepuk tangan mendengar cerita Daehwi. "Mantap banget ya dia.. keren juga Jihoon kok bisa pacaran sama orang kaya gitu. Oh iya Kim Jonghyun itu kan satu angkatan sama Youngmin hyung loh, kok bisa kenal ya?"
"Ya bisa-bisa aja lah. Hyung aja bisa pacaran sama Youngmin hyung gimana? kan kalian juga gak pernah ketemu di sekolah." Woojin ikut berbicara. Ia sebenarnya jadi semakin ciut mendengar seberapa hebat saingannya itu.
"Aku kan tetanggaan sama Youngmin hyung.. Selain itu karena kita ini memang berjodoh.."
Semua orang diruangan langsung membuat suara seperti mau muntah. Dan Donghyun pun langsung memukul kepala mereka satu-satu dengan gulungan kertas yang ia pegang. Dasar junior kurang ajar, disini dialah yang paling tua, tapi anak-anak itu tidak ada yang menghormatinya sama sekali.
"Benar juga sih, mungkin memang Jihoon dan Jonghyun itu berjodoh makanya bisa ketemu. Positif aja.."
Mereka mengangguk-angguk mendengar pernyataan Euiwoong—bocah paling lurus di klub robot, yang kalau ngomong suka paling benar diantara anggota lainnya yang kelakuannya memang suka aneh-aneh. Woojin menghela nafasnya, Jihoon akhirnya tidak single lagi, padahal tadinya Woojin sempat lega saat mendengar Jihoon putus dengan pacarnya yang sebelumnya.
Ya, walaupun Woojin tidak punya kesempatan, setidaknya ia lega karena tidak ada seorang pun yang memiliki orang yang ia sukai itu.
Istilahnya seperti if you can't be mine, then no one can have you.
Terkesan posesif? Memang iya.
Woojin memang punya prinsip seperti itu, tapi sampai sekarang ia tidak pernah bertindak apapun.
Woojin memang seorang pecundang terbesar. Seorang pengecut yang hanya bisa mengagumi orang yang disukainya dari jauh, dan hanya bisa berkhayal tentangnya.
Tentu saja Woojin sering membayangkan bagaimana jika Jihoon adalah miliknya seorang. Ia adalah seorang remaja dengan hormon yang menggebu, tentu saja imajinasinya beragam, mulai dari yang polos dan manis, hingga yang paling kotor dan liar mengenai Park Jihoon.
Namun sekali lagi, ia hanya berani membayangkannya.
Woojin memang hanyalah seorang pecundang.
-0-
I wish I was special
You're so fucking special..
Woojin tidak pernah bisa berlama-lama di kantin. Biasanya ia akan memakan makanannya dengan cepat dan segera pergi tanpa berbincang-bincang dengan yang lain.
Dia bukannya anti sosial—tentu saja tidak.
Ia cuma tidak suka melihat orang-orang mengerubuti Jihoon.
Jihoon memang selalu menjadi pusat perhatian. Ia adalah incaran semua orang. Keberadaannya ibarat bunga terindah yang mekar di padang rumput yang menarik perhatian kumbang dan lebah untuk datang padanya.
Dulu ketika ia masih dengan Bae Jinyoung, orang-orang mungkin hanya bisa menatapnya dari jauh. Karena pacarnya itu adalah seorang yang mengerikan, yang selalu melemparkan tatapan seperti akan membunuh pada orang-orang yang terang-terangan mengincar Jihoon. Saat Jihoon tidak punya pacar, orang-orang itu bebas duduk disekitarnya, mencoba peruntungan mereka masing-masing. Sekarang, ketika Jihoon sudah punya pacar lagi—yang sayangnya tidak bersekolah disini, orang-orang yang tidak tahu malu itu malah semakin giat mendekatinya, mencoba mencari celah untuk merebut Jihoon dari kekasihnya.
Karena Woojin tidak berani melakukan hal seperti itu, ia memilih untuk tidak menyaksikannya. Ia benar-benar iri dengan mereka yang punya nyali besar untuk mendekati Jihoon, walau peluang mereka saja sangat kecil, bahkan hampir tidak ada.
"Woojin, bisakah kau tidak makan cepat-cepat? Waktu istirahat masih panjang, kenapa kau terburu-buru sekali?"
Sial memang hari ini, Woojin tidak bisa kabur dari kantin selesai ia makan. Karena Donghyun ketua klub robotnya tiba-tiba duduk di mejanya dan memutuskan untuk melakukan rapat dadakan untuk membahas konsep yang akan mereka tampilkan di stand pada festival sekolahnya.
Ia sudah mengelak, tapi walaupun kadang bersikap imut, gentle, atau kadang keibuan, Donghyun bisa juga berubah jadi menyeramkan jika ada anggota klubnya yang suka membangkang. Seperti Woojin ini.
"Sudah kebiasaan hyung, lagipula ngapain rapat disini mending di ruangan klub saja."
"Ya supaya efisien, kan gak semua orang makannya cepet kaya kamu. Kita udah gak ada waktu lagi nih, harus cepat-cepat dapat keputusan. Jadi sepulang sekolah projectnya udah langsung bisa kita eksekusi."
Donghyun bicara dengan tidak begitu jelas karena ia melakukannya sambil mengunyah makanannya, benar-benar memanfaatkan waktu.
Woojin memutuskan untuk sudah berhenti berdebat. Ia tanpa sengaja melirik ke arah meja tempat Jihoon duduk. Disitu ada Mark Lee, Ketua osis yang sekarang sedang duduk disebelahnya dan mengajaknya berbicara. Dari matanya terlihat sekali kalau Mark juga sangat menyukai Jihoon. Woojin benci dengan cara Mark yang terang-terangan melancarkan modusnya pada pujaan hatinya itu. Ia duduk agak terlalu dekat dengan Jihoon, padahal masih ada cukup space di bangku mereka.
"Anak-anak fokus dikit deh. Liatin apa sih?"
Donghyun mengalihkan perhatian anggota klubnya yang memang kemana-mana, sepertinya malah jadi tidak efektif rapat di kantin.
Sama seperti Woojin, ternyata seluruh pandangan anggota klubnya juga mengarah pada Park Jihoon. Sudah dibilang, apapun yang anak itu lakukan memang sangat menarik perhatian. Dan sepertinya bukan hanya anggota klub robot saja yang fokus pada Jihoon, seluruh murid di kantin ini pun sibuk mencuri-curi pandang ke arahnya.
Kecuali Donghyun. Yang sibuk berbicara pada anggotanya. Tapi tak diacuhkan tentu saja.
"Gila itu Mark Lee, dia keliatan banget modusnya." Daehwi mulai mengomentari.
"Kirain Mark itu anak baik-baik, bisa-bisanya dia mau nikung Jonghyun yang masih kerabatan sama dia.."
Mereka semua mengangguk. Woojin jadi ikut kesal. Mark Lee itu benar-benar tidak tahu malu. Setahu Woojin, Mark itu kenal baik atau mungkin malah berteman dekat dengan Jonghyun karena keduanya sama-sama anak pengusaha besar di Korea.
Dan yang Woojin dengar, kedua orang tua mereka bersahabat dan perusahaan mereka sudah lama menjalin kerjasama.
"Namanya juga urusan percintaan. Jangankan teman, sahabat aja bisa ditikung.."
Donghyun menimpali, ia sepertinya malah ikut terbawa dalam pembicaraan yang benar-benar keluar dari topik awal rapat ini. Memang dasar gampang teralihkan.
"Hey, katanya rapat.."
Donghyun menepak dahinya setelah sadar ia ikut terjebak dalam godaan setan penggosip. "Ya ampun, Kalian siih.."
"Yaudah cepet abisin makanannya. Masih ada 20 menit lagi kita ke ruang klub aja.."
"Beneran gak efektif nih.."
Orang-orang di meja mereka termasuk Donghyun langsung memulai makan tanpa berbicara lagi. Woojin yang memang sudah selesai makan sekarang tanpa sengaja melihat ke arah Jihoon lagi.
Sepertinya Jihoon sudah mulai risih dengan Mark yang terus mengajaknya berbicara slash flirting dengannya. Woojin jadi kasihan, rasanya mau ia bawa saja Jihoon dari situ.
Woojin hampir tersedak air liurnya sendiri saat tiba-tiba Jihoon melihat ke arahnya. Ia langsung terbatuk-batuk, dan semua orang di mejanya langsung memberikan pandangan aneh padanya.
Akhirnya batuknya berhenti saat Seonho dengan penuh drama memukul-mukul kencang tengkuk Woojin. Woojin jadi benar-benar malu bukan hanya karena ia telah menjadi pusat perhatian orang satu kantin sekarang, tapi juga karena Jihoon yang ikut menertawainya. Remaja itu pun sekarang tersenyum begitu manis pada Woojin.
Woojin tidak tahu harus bagaimana. Ia jadi salah tingkah, dan ia yakin sekali kalau wajahnya memerah padam sekarang. Woojin akhirnya mengalihkan wajahnya dari Jihoon berdeham untuk menghilangkan rasa canggung.
"Aku duluan ya ke ruangan.."
Woojin memilih untuk pergi dari tempat itu sebelum semua orang bisa mendengar suara detak jantungnya yang berdegub sangat kencang sekarang ini.
-0-
The Strands in your eyes that color them wonderful, stop me and steal my breath,
Woojin sedang merutuk dalam hatinya. Ingin rasanya ia berkata kasar, tapi nanti ia bisa dibunuh oleh Donghyun. Bagaimana ia tidak kesal. Ia menjaga stand klub robotnya sendiri, sebenarnya berdua sih, tapi sama saja ia sendirian kalau yang bersama dengannya—Donghyun asik berpacaran dengan Youngmin, kekasihnya yang memang datang berkunjung ke festival. Semenjak tadi pagi mahasiswa itu sama sekali tidak beranjak dari stand mereka. Jadi sebenarnya Youngmin datang kesini mau lihat festival atau cuma mau ketemu Donghyun sih? Kalau cuma mau pacaran kan bisa nanti-nanti. Kadang Woojin memang tidak bisa mengerti jalan pikiran orang yang sedang kasmaran.
Sekarang ini seharusnya shift-nya sudah berakhir, tapi karena bocah-bocah kurang ajar lainnya yang tidak menampakkan dirinya sejak tadi, alias mangkir dari tugasnya, akhirnya Woojin terpaksa menggantikan. Awas saja kalau anak-anak itu datang. Akan ia tendangi satu-satu.
Karena kesal, Woojin akhirnya hanya duduk. Aura menyeramkan menguar darinya. Itulah sebabnya mengapa semenjak tadi tidak ada satu pun pengunjung yang datang ke stand mereka. Tentu saja mereka tidak berani, kalau yang jaga standnya saja begitu menyeramkan.
Woojin sekarang dengan penuh emosi sedang mengetik pesan di grup chat klubnya. Ia meluapkan semua kekesalannya disana.
"Waaah.. ini beneran bisa dance ya robotnya?"
Tiba-tiba Woojin mendengar suara yang familiar. Suara yang selalu membuat dadanya berdesir setiap kali ia mendengarnya. Woojin mendongak, dan benar seperti dugaannya.
Park Jihoon berhenti di stand mereka dan dengan begitu menggemaskannya sedang melihat-lihat robot hasil karya klub mereka dengan mata yang berbinar-binar penuh kekaguman.
Woojin biasanya langsung kabur setiap kali ia bertemu dengan Jihoon, namun sekarang ia tidak bisa tentu saja. Woojin kan sedang menjaga stand ini, terlebih lagi ia juga harus melayani pengunjung. Akhirnya Woojin menarik nafasnya dalam-dalam dan mencoba bersikap biasa saja, walaupun jantungnya sekarang sedang berdebar tak beraturan.
"Selamat datang.."
"Perkenalkan robot ini namanya Bobby, dia memang bisa dance.. dan kita pun bisa mengendalikan pergerakannya, robot ini sudah disinkronkan dengan aplikasi di ponsel, disini kita bisa memilih gerakan apa yang mau dilakukan.."
Woojin membuka ponselnya dan mendemonstrasikan cara menggerakan robot itu. Jihoon mengangguk-angguk, wajahnya benar-benar sumringah.
"Waah keren banget, kalian benar-benar jenius ya.."
Woojin kehilangan kata-katanya, ia salah tingkah karena pujian Jihoon yang sebenarnya bukan hanya diarahkan untuknya. Selain itu, ia juga masih mengalami suatu mental shock akibat berada terlalu dekat dengan Jihoon. Bahkan dengan jarak yang kurang dari satu meter dan hanya dipisahkan oleh meja, Woojin bisa mencium wangi lembut dari shampo yang dipakai Jihoon.
Dan yang pasti, Jihoon terlihat lebih bersinar ketika dilihat dari dekat.
Woojin akhirnya hanya bisa tersenyum canggung. Dan yang pasti, senyumnya itu membuatnya terlihat lebih menyeramkan dari sebelumnya. Ia yakin, karena ekspresi Jihoon berubah menjadi agak aneh setelah melihatnya.
"Hmm.. Namamu.."
Jihoon membaca nametag di dada Woojin, ia kembali tersenyum dengan begitu manis. "Park Woo-Jin.."
Woojin bersumpah ia sungguh menyukai cara Jihoon mengeja namanya.
"Kita seangkatan kan?"
Woojin mengangguk. "Kita sekelas waktu kelas satu.."
Jihoon terlihat kaget. "Masa? Kok aku gak tau?"
Woojin, sewaktu kelas satu memang sengaja tidak mau terlalu terlihat. Selain itu Jihoon juga selalu dikelilingi oleh banyak orang—walaupun mau, Woojin tidak pernah bisa mendekatinya. Oleh karena itu Jihoon tidak pernah sadar dengan keberadaannya di kelas. Lagipula Woojin tidak ada istimewanya sama sekali kok, pantas saja kalau ia gampang terlupakan.
"Parah banget ya aku.."
Woojin tertawa. Jihoon terlihat tidak enak padanya, ia mengerucutkan bibirnya yang membuatnya semakin imut. "Akunya kok yang gak begitu bergaul. Gak aneh kalau kau gak sadar.."
"Tapi kita sekelas loh.. itu emang akunya aja yang parah. Maaf ya.."
Woojin menggeleng. "Gak apa-apa, santai aja.."
Jihoon tersenyum mendengar jawaban Woojin. Karenanya, Woojin merasa jantungnya berhenti sesaat. Berdekatan dengan Park Jihoon memang berbahaya. Salah-salah ia bisa mati berdiri saat ini.
"Kalian bisa bikin robot transformer gak? Yang mini aja, misalnya dari mobil-mobilan jadi robot gitu. Bikin dong, kan keren.."
"Iya, masih direncanakan sih, cuma belum nemu desain yang tepat.."
Jihoon mengangguk. "Semoga cepet ketemu deh, semangat ya!"
Lagi-lagi Woojin hanya terdiam dan tidak tahu harus merespon apa. Jihoon ini selalu bersikap manis pada semua orang—siapa saja tanpa pandang bulu, makanya banyak yang menyukainya.
"Ngomong-ngomong, boleh kan aku coba aplikasinya?"
Woojin mengangguk, ia menyodorkan ponsel android yang berisi aplikasi pengendali robot tersebut. Saat mengambil ponsel dari tangan Woojin, jari mereka tanpa sengaja bersentuhan.
Sial. Woojin merasakan seluruh wajahnya memanas, pasti wajahnya merah sekarang. Woojin memalingkan wajahnya dari Jihoon, berharap orang yang disukainya itu tidak menyadari betapa ia salah tingkah hanya karena sedikit sentuhan darinya.
Woojin sebenarnya ingin lari dan bersembunyi, tapi ia merasa rugi. Saat ini Jihoon di depannya, dan dengan begitu menggemaskannya, sedang bermain dengan Robot hasil karya timnya. Melihat Jihoon dari jarak sedekat ini hanya pernah ada dalam khayalannya saja dan secara refleks tubuh Woojin tidak mau melewatkannya. Ia sekarang memandangi Jihoon yang masih sama sekali tidak sadar sedang diperhatikan olehnya.
"Sayang, lagi ngapain?"
Tiba-tiba momen indah itu terpotong. Woojin merutuk dalam hatinya saat Kim Jonghyun, kekasih Jihoon tiba-tiba datang dan merangkul bahunya. Seolah-olah menunjukkan kepemilikkannya kepada orang-orang yang memandangi Jihoon saat ini, termasuk Woojin.
"Hyung! Kau kemana saja sih dari tadi?" Jihoon memukul dada Jonghyun sambil mencebikkan bibirnya, yang membuat Woojin dan Jonghyun langsung tertawa saat melihatnya. Jihoon memang menggemaskan, apapun yang ia lakukan akan membawa senyuman bagi siapapun yang melihatnya.
"Hyung, hyung lihat deh lucu banget robotnya..ini namanya bobby, terus dia bisa dance. Lihat deh.."
Jihoon tertawa melihat robot yang ia kendalikan itu menarikan lagu Boombayah.
Woojin melihat ke arah Jonghyun, mantan ketua Osis itu bukannya melihat ke arah robot, ia malah memandangi kekasihnya dengan tatapan yang begitu memuja. Woojin tertawa dalam hatinya. Sepertinya pacarnya Jihoon yang sekarang benar-benar mencintainya—tidak seperti Bae Jinyoung. Woojin membencinya karena anak itu seperti memacari Jihoon hanya untuk dipameri, hanya untuk menunjukkan pada orang-orang bahwa ia bisa memiliki orang yang menjadi incaran nomor satu di sekolah.
Jonghyun ini berbeda, Woojin bisa melihat dari perlakuannya pada Jihoon.
"Aku dari dulu suka sekali ke stand klub ini, dari jaman aku sekolah sampai sekarang, mereka selalu bisa membuat robot yang begitu menarik." Jonghyun mengajak Woojin berbicara.
"Dulu founder klub ini angkatanku loh, Im Youngmin.. sekarang ketuanya siapa? Kau kah?"
Woojin menggeleng, "ketua klub kami yang itu.. " ia menunjuk ke arah Donghyun yang masih asik mengobrol entah apa yang dibicarakannya, hanya dia, Youngmin dan Tuhan yang tahu, karena mereka mengobrol berbisik-bisik dengan jarak yang terlalu dekat. Dasar pasangan kasmaran, di stand saja bisa-bisanya mereka mojok.
"Eh itu Youngmin kan?"
"Hey Youngmin!"
Youngmin menoleh dan tersenyum saat melihat Jonghyun. Ia membisikkan sesuatu pada Donghyun sebelum menggandengnya dan menghampiri mereka.
"Hai bung, sudah lama sekali kita gak ketemu ya? Apa kabar?"
"Baik, kau bagaimana? "
"Ya masih begini aja, skripsi belum kelar-kelar. Kau sudah lulus kan?"
"Ya, aku sudah wisuda bulan lalu.. Jadi kau ketua klub robot yang sekarang ya?" Jonghyun bicara pada Donghyun.
"Ya, dia pacarku.. Donghyun ini Jonghyun, kita seangkatan waktu disini.." Donghyun tersenyum dan menjabat tangan Jonghyun.
"Kalau begitu perkenalkan kekasihku yang manis ini, Park Jihoon.." Jihoon tersenyum malu-malu pada Youngmin.
Lucu sekali.
Dan Woojin benar-benar gemas melihatnya.
Mereka berempat akhirnya mengobrol dengan Woojin yang berada ditengah-tengah mereka. Woojin sepertinya memang salah tempat. Ia bagaikan obat nyamuk diantara dua pasangan itu. Apa boleh buat, walaupun mau ia tetap tidak bisa kabur dari situ karena ia sedang menjaga stand. Lagipula sayang jika ia melewatkan keberadaan Jihoon yang begitu dekat dengannya seperti sekarang ini.
Akhirnya mereka selesai mengobrol, Jonghyun dan Jihoon sepertinya sudah mau pergi dari stand mereka. Woojin hanya bisa memandangi kedua pasangan yang saling bergandengan tangan itu beranjak dari tempat mereka.
"Woojinie kami pergi lagi ya, semangat jaga standnya!"
Woojin terkejut saat Jihoon berbalik lagi ke arahnya hanya untuk menyemangatinya. Sampai akhirnya remaja manis itu pergi saja Woojin hanya bisa berdiri terpaku karena masih belum kembali ke dunianya. Ia tidak menyangka kalau akhirnya ia bisa di notice oleh Jihoon. Mimpi apa Woojin tadi malam sampai-sampai bisa dapat kesempatan seperti ini. Walaupun mengesalkan, sepertinya tidak buruk juga anggota klubnya mangkir dari tugas. Karena akhirnya ia jadi bisa punya kesempatan untuk mengobrol dengan Jihoon.
-end of ch 1-
Hi, ini cerita kedua aku dengan couple favorit aku 2park!
karena belakangan ini aku emang agak emo, jadi gak sengaja bikin cerita yang agak-agak bikin baper.
sebenernya dari dulu genre favorit aku emang angst sih, cuma entah yang sering aku tulis malah romance yang bahagia :)
Dan ya, ini multichap juga.
semoga kalian nanti suka sama cerita ini juga ya :)))
