Judul: Kewarasan yang patut dipertanyakan.


Pairing: MultiSaku

SasuSaku/ItaSaku/SasoSaku /NaruSaku

Five-shot.


Persembahan buat my BELOVED reader, durarawr.

Hai, Minna :D Azure hadir dengan fanfict baru. Maaf g bisa fokus ma fanfict yang masih harus lanjut tapi Azure greget pengen numpahin ide baru. Trus ini permintaan dari durarawr, semoga suka fanfict baru ini. Tenang ja, Azure akan lanjut Sequel BM dan Prince Charming, tapi kalo Team Seven kya y bakal Hiatus dulu. Soalnya g da ide. Oke, enjoy.


Summary: Empat orang ini terlihat normal seperti kebanyakan orang, mereka bisa mengontrol tubuhnya dengan baik, mereka mengerti rasa sakit, mereka bisa tertawa jika bahagia, tidak ada catatan penyakit baik raga maupun jiwa. Mereka baik-baik saja. Tapi kenapa mereka menjadi pembunuh tersadis didunia padahal umur mereka masih menginjak usia remaja? Disaat mereka membantai habis rumah keluarga kaya mereka menemukan seorang gadis yang terkurung diruang bawah tanah. Menurut catatan keluarga dia adalah putri pertama dari keluarga Haruno, gadis yang mengidap kelain jiwa, Multiple Personality Disorder.


-Main Character-

Sakura: Sosok sebenarnya dari Sakura Haruno, sifatnya penurut, suka membuat orang bahagia dan paling anti melukai seseorang. Keahliah: Mengobati dan memasak.

Sakura-chan: Kepribadian anak umur 5 tahun, kekanakan, manja dan pemaksa jika menginginkan sesuatu. Suka melakukan kekerasan jika keinginan tidak dipenuhi dan tidak merasa ia salah karena memiliki jiwa yang polos. Keahlian: Kekuatan super.

Sakura-sama: Kepribadian wanita berumur 20 tahun, seorang pengusaha yangkutubuku dan workaholic. Keahlian: Kecerdasan dan ahli dalam bernegoisasi.

Sakura-kun: Keperibadian laki-laki remaja, gamer dan hacker. Womanizer. Keahlian: Hacking.

Sakura-nee: Keribadian seorang kakak perempuan, tenang dan dewasa. Mengetahui semua kepribadian Sakura dan sering menjadi penjelas atau pelerai jiwa kepribadian lain berbuat ulah. Keahlian: Babysitter.

Sakura-nii: Kepribadian lelaki dewasa, angkuh, dingin, suka berkelahi(tidak sungkan membunuh) dan membenci orang-orang. Kepribadian yang paling berbahaya. Jarang muncul kecuali Sakura mengalami emosi yang benar-benar besar. Keahlian: Martial art dan weapon master.

Sakura-san: Keribadian yang sangat pesimis, masochist, dan menyukai hal-hal yang menyangkut mencabut nyawanya. Hikkikomori. Keahlian: Tahan akan rasa sakit baik mental dan raga.

-Akatsuki –-

Itachi Uchiha: Leader dari Akatsuki, para kriminal kelas dunia. Sifatnya tenang, murah senyum dan berwibawa, tapi dingin dan tak berperasaan pada korbannya. Lebih suka memerintah dan memakai metode alat-alat penyiksaan daripada turun tangan langsung.

Sasuke Uchiha: Adik dari Itachi, getlemen dan cerdas. Sebenarnya ketus dan dingin. Suka turun tangan langsung untuk menyiksa musuh. Kegemarannya adalah memutilasi dengan pedang kusanagi miliknya.

Sasori Akasuna: Penggemar boneka. Sikapnya polos dan perhatian. Tapi sebenarnya pendiam, gemar mengotak-atik tubuh manusia dan menjadikan mereka cyborg. Dia juga ahli membuat robot atau android.

Naruto Namikaze: Sahabat dan teman sejak kecil Sasuke dan Itachi. Periang dan ramah. Womanizer dan suka memperkosa. Menyukai senjata sejenis pistol. Tipe sniper serangan jarak jauh tapi bisa juga jarak dekat, tergantung keadaan dan kondisi.


Chapter 1: Siapa yang sakit jiwa?


Sakit jiwa itu.. siapa?

Aku yang dikurung karena berbahaya..

...atau mereka yang berkeliaran bebas tapi membahayakan?

Empat orang berjenis kelamin sama berkumpul disebuah ruangan, ruangan itu sangat luas sehingga muat akan lima belas orang dan entah kenapa sangat gelap, hanya pencahayaan dari televisi layar lebar didinding dan laptop mahal diatas meja ditengah ruangan. Diapit oleh beberapa kursi dan sofa empuk nan mewah dengan corak yang unik dan elegan. Empat orang itu duduk memandangi televisi yang menampilkan sebuah berita, satu dari mereka sibuk mengutak-atik laptop akan urusannya sendiri.

"Kita jumpa lagi di Konoha News, pemirsa! "reporter wanita di Televisi membuka acara beritanya, dimulai dari sapaan, memperkenalkan diri dan kemudian menuju keinti acara ini yaitu berita. "Selang beberapa hari ini kriminalitas semakin marak terjadi, apalagi akan kasus dari organisasi Akatsuki yang selalu meresahkan negeri Konoha ini. Organisasi itu semakin gencar menyebarkan kriminalitas mereka, baru-baru ini mereka membunuh dua dari pengusaha kaya dan sukses di konoha dan seorang duta dari negeri Iwa. Selesai membunuh mereka, kami selalu menemukan pesan dari Organisasi Akatsuki berupa kartu berlambang awan merah. Sampai saat ini belum diketahui identitas mereka ataupun jumlah dari organisasi itu. "

Selesai mendengar berita itu, ke-empat penghuni ruangan ini tersenyum meremehkan atas kalimat terakhir dari sang reporter.

'Tentu saja, tidak akan ada yang tahu indentitas kami.' Serentak mereka berpikir bersamaan.

Salah seorang pria yang terlihat riang dan bersemangat mematikan televisi itu dengan remote yang diambil dari atas meja. Ia menciptakan suasana hening untuk berbicara agar perkataannya diterdengar jelas.

"Kalian tahu, akhir-akhir ini kita sangat sibuk tapi apa yang kita lakukan sangat menyenangkan. Aku tidak keberatan dengan ini semua." Seringainya senang.

"Hn, tentu saja. Aku ketagihan, apalagi yang akan kita lakukan selanjutnya, aniki?" salah satu dari tiga orang mendengar perkataan orang pertama tadi setuju. Ia kemudian bertanya kepada orang disebelahnya.

"Hn. Kita akan mengunjungi kediaman Haruno, mereka mengkhianati kita dengan bekerja sama bersama agen FBI untuk menangkap kita." Orang yang disebelah itu, satu-satunya orang tertua diantara mereka mengusulkan. Walaupun dibilang usul tapi sebenarnya mereka semua tahu bahwa itu perintah karena ia akan menghukum siapapun yang membantah ucapannya.

"Cih! Tua bangka dan jalang itu benar-benar tolol! Cari mati mereka! Padahal kita sudah membantu dengan membunuhi para saingan bisnis mereka, ternyata mereka musuh dalam selimut!" Orang yang pertama bicara tadi membentak marah.

"Aku sudah menduga hal ini akan terjadi, dua orang itu terlalu gila harta sehingga tidak mau membayar kita sepeserpun. Begitu kita selesai menjalankan permohonan mereka kita pasti tidak dibutuhkan lagi dan akan mereka habisi. Sekaligus dengan penghargaan dan kehormatan membantu menangkap para kriminal kelas besar mereka dapatkan. Sekali lempar dua burung mati." Jelas seorang yang daritadi diam, ia asyik mengutak-atik laptopnya.

Mendengar penjelasan dari salah satu teman mereka, semua saling bertatapan penuh arti, berdikusi tanpa berbicara. Mereka tersenyum kala sesuatu yang didiskusikan telah mencapai hasilnya, sebuah persetujuan. Mereka tersenyum dengan berbagai makna, senyuman riang nan bersemangat, senyuman kelam, senyuman dingin dan senyuman sadis.

Seorang yang lebih tua tadi dan yang pertama mebawa-bawa nama Haruto membuka mulutnya, berkata:

"Let's pay them visit."

Semua mengangguk cepat dengan perasaan tidak sabaran.


Sakit jiwa itu.. apa?

Aku yang berusaha berbuat baik walaupun tidak semuaskan..

...atau mereka yang selalu puas akan perbuatan buruknya?

"Hentikan! Maafkan kami, Akatsuki!"

"Tolonglah, ampuni kami. Kami janji tidak akan mengkhianati kalian lagi!"

"Ya, akan kami berikan apapun yang kalian minta. Uang, pertama, emas, semuanya kami berikan!"

"Hee~ apapun yang kami mau?"

Didalam sebuah kamar luas nan mewah, lima orang berkumpul. Lima pria dan satu wanita. Tiga orang yang berpakaian misterius dan dua orang bersuami istri. Ruangan itu terlihat berantakan, pecahan kaca, selimut, barang-barang berserakan dilantai. Seorang pria yang berdiri paling depan dari dua pria dibelakangnya mengacungkan pistol pada pasangan suami istri.

"Ya, ambil semua yang kalian mau dari kami tapi tolong bebaskan nyawa kami!" sang istri berusaha memohon dengan wajah yang dibuat memelas. Mencoba meminta belas kasihan.

Tapi sayang.

Percuma.

DOR!

Peluru keluar dari moncong pistol, terbang menuju tubuh sang suami tepat dibagian jantung. Darah menyembur keluar, tubuh itu kehilangan kontrolnya dan jatuh dengan keras menimpa lantai. Mati seketika.

Pria yang menembak tadi meniup ujung pistol dan memasukan pistolnya kesaku celana.

"Baiklah, aku beri kau kesempatan. Aku beri kau masa hidup selama sepuluh detik, jika kau bisa berlari keluar dari pintu dalam hitungan sepuluh maka akan aku bebaskan nyawamu."

"Be-benarkah?!" sang istri terlihat lega, ada sedikit harapan mengingat jaraknya dan pintu keluar tidak begitu jauh.

"Satu.." pria itu tidak menghiraukan pertanyaan sang wanita, ia mulai menghitung.

Tidak mau menyia-nyiakan kemurahan sang pembunuh suaminya ia langsung berdiri dan berlari tergesa-gesa menuju pintu.

"Dua…"

Sedikit lagi.

"Tiga.."

Lagi.

"Empat.."

Ia mencoba menambah kecepatan.

"Lima.."

Ia tersandung dan jatuh tapi cepat berdiri.

"Enam.."

Kakinya terasa sakit tapi ia tetap berlari.

"Tujuh.."

Hampir sampai,

"Delapan.."

Ia mengulurkan tangannya sepanjang mungkin untuk menggapai kenop pintu.

"Sembilan.."

Ia memegang kenop pintu dan..

"Sepuluh."

CRASH!

Wanita itu terpaku berdiri, tubuhnya masih memegang gagang pintu. Tiba-tiba darah keluar dari mulutnya, jatuh keleher, baju dan dibagian perutnya terlihat sebuah benda tajam yang menembus tubuhnya. Sebuah pedang panjang menikam perutnya, tembus sampai pedang itu berdiri tinggi, terdiam didepan matanya. Tidak lama ditariknya lagi pedang itu, keluar dari tubuh sang wanita. Sang wanita terjatuh dilantai dan mati seketika, sedangkan orang yang menusuknya yang menatap wanita itu datar.

Sakit jiwa itu.. kenapa?

Aku yang karena diperlakukan tidak semena-mena..

..atau mereka yang suka berbuat seenaknya.

"AHHHH! Teme! Kau curang, main rebut sendirian! Wanita itu mangsaku!"pria bersenjata pistol tadi berteriak tidak terima.

"Hn, diam!" sedangkan pria yang bersenjata pedang hanya membalas sekenanya.

"Kau-"

Mencium ada pertengkaran, satu orang yang tadi hanya mengawasi melerai mereka. Ada sedikit kejanggalan dengan orang ini, ia mempunyai wajah dan kulit manusia tapi beberapa mesin terekat ditubuhnya. Entah dia bisa disebut manusia atau bukan.

"Hentikan, Fox-san! Kita masih mempunyai banyak kerjaan setelah ini, kita harus melanjutkan menggeledah kamar ini dan menemukan petunjuk tentang hubungan keluarga konglomerat Haruno dengan FBI. Tidak ada waktu yang boleh terbuang percuma, master memperintahkan hal itu pada saya." Sikapnya sangat berwibawa dan patuh menjalankan perintah atasannya bagaikan seorang prajurit, tapi matanya kosong tanpa tanda-tanda kehidupan dan suaranya terdengar robotic.

"Ck, dasar Cyborg!" pria yang mempunyai nama samaran Fox itu mengeluh tapi ia menuruti karena itu memang tujuan mereka kesini setelah membunuh dua pengkhianat yang kita tergeletak tanpa nyawa dilantai. Ia berdiri tenang menunggu hasil pekerjaan Cyborg dalam memeriksa ruangan dengan laser mata pemeriksanya yang canggih. Pria lainpun hanya pergi berdiri menunggu.


Beberapa menit kemudian seorang yang bersenjata pedang bosan, iapun menggeledah dengan insiatif sendiri. Ia menemukan sesuatu dan menyuruh dua rekan lain mendekatinya. Merekapun berkumpul membentuk segitiga.

"Ada apa, Teme? Kau menemukan petunjuk tentang sesuatu?"

"….." sang Cyborg hanya diam menunggu penjelasan.

"Ya, aku menemukannya. Tapi aku tidak tahu apakah ini petunjuk yang kita cari atau bukan." ia memperlihatkan mereka sebuah kertas yang lusuh, bernoda dan penuh titik-titik disana.

Hening.

"APA! Cuma kertas sampah itu kau ambil pusing! Kau gila!"

"…."

Merasa dilecehkan, ia bukannya marah tapi justru kasihan akan kebodohan rekannya itu. Sementara cyborg yang pendiam menatap kertas itu dengan serius, ia mengerti.

"Dasar bodoh, apa kau tidak mengadari arti kertas ini?"

"Arti apa? Cuma kertas lecek dan kumuh."

"Hahh.. bodoh. Baiklah aku beri petunjuk, menurutmu apa yang menonjol dan mengherankan ketika kita masuk ke mansion ini?"

"Para penjaga yang banyak? Tapi mereka lemah, kita sudah menghabisi mereka semua dengan mudah."

"Bodoh, bukah itu! Sesuatu yang ada disetiap ruangan tapi acak dan tidak berurutan."

"?"

"IDIOT!" seorang dengan nama ledekan Teme menepuk wajahnya frustasi.

Sang Cyborg prihatin dengan usaha salah satu rekannya dan memberi Fox petunjuk nyata. Ia menepuk pundaknya dan menunjuk dinding didekat tempat tidur, dinding itu tergambar sebuah angka yang menunjukan angka 50.

"OHHHHH!" akhirnya orang yang bingung tadi mengerti. "Angka menurutmu? Benar juga, disetiap rumah ini selalu ada angka walaupun dalam bentuk sembunyi-sembunyi ataupun terlihat."

"Ada 99 angka dirumah ini, Master sudah menyelidikinya dengan mengintau semua ruangan dirumah ini ketika meng-hack kamera CCTV."

"Ya, dan kalian bisa lihat titik-titik ini bukan iseng belaka. Ia menyentuh darah dipedangnya dan menggambar sesuatu dikertas itu. "Titik-titik ini adalah sebuah password yang jika kita sambungkan dari titik pertama sampai akhir akan menjadi beberapa angka." Selesai menyambungkan titik terlihatlah beberapa nomor dikertas itu.

14-36-66-71-93

"Aku tidak tahu kenapa tapi nomor-nomor ini mencurigakan dan menarik perhatianku."

"Well, apa yang kita tunggu! Ayo kita berpencar!"

Merekapun berpencar menuju ruangan yang tertuju pada nomor itu.


Beberapa menit kemudian mereka menunjukan apa yang berhasil mereka temui dari ruang yang berisi lima nomor dikertas.

Sesuatu yang pipih dan berbentuk segi empat. Sang Cyborg menyambungkannya dan terbentuklah sebuah rubik yang lengkap tapi tidak beraturan. Dimainkannya rubik itu dan terbentuklah sebuah angka. Angka 38.

Mereka saling melirik satu sama lain dan bergegas menuju ruangan nomor 38. Perpustakaan.

Mereka menggeledah ruangan itu disegala penjuru dan menemukan hasilnya ketika karpet dibawah sofa lunak diangkat. Sebuah pintu bawah tanah. Seperti ruangan bawah tanah umumnya, ada tangga yang menurun, ruangannya gelap dan sempit tapi ada udara sehingga obor-obor didinding sebagai penerangan menyala. Semakin berjalan mereka menemukan koridor dan tiga kamar. Kamar dibagian kiri, kamar dan lurus.

Dengan katana dipinggangnya, pria itu melangkah maju menuju ruangan yang lurus didepan. Ia membuka pintunya dan menemukan sebuah ruangan dengan sel-sel berpintu jeruji besi. Bau darah menyengatnya tetapi menyandang profesinya ia sudah terbiasa dengan itu. Ia terus melangkah mendekati salah satu sel, sesuatu menarik perhatiannya, berbeda dengan sel lain yang bersih, sel diujung ruangan sangat berantakan dan kotor akan darah. Kertas-kertas dan buku berserakan, darah menodai buku dan lantai dari semen. Pria itu memperhatikan judul dari buku-buku itu, semuanya buku pelajaran yang menyangkut urusan wirausahaan seperti, ekonomi, leadership, presentasi dan sebagainya. Jumlahnya sangat banyak sehingga menggunung.

Sesuatu berwarna merah muda membuatnya bingung, itu terlihat bukan seperti ketas ataupun kover buku. Ia membuka jerugi sel yang untungnya tidak terkunci dan masuk. Tangannya terulur menyentuh sesuatu berwarna merah muda itu, sebuah rambut, ia menariknya yang keluarlah seorang gadis remaja muda yang berambut merah mudah yang terlihat putih pucat dengan darah menodai pipinya.

"Okaa-san.. Otou-san.."

Gadis itu menggumamkan dua kata dengan lemah, ibu dan ayah. Ia membuka matanya yang hijau jambrud, terlihat pudar dan datar. Sesaat. Iapun menutup lagi matanya dan tubuhnya melemas tanpa tenaga.

Sakit jiwa itu..

Sebenarnya aku atau mereka?


BERSAMBUNG….

Gimana? suka? kurang bagus?

KIra-kira fic ini lanjut g? mohon pendapat readers semua.

Jangan lupa Review! ;D

SALAM, AZURE