Kuroko no Basuke (c) Fujimaki Tadatoshi
Dream or Reality by atsuki aichann
Warning : keberadaan OC nista, typo(s), bahasa amburadul, gaje dan garing yang tak pernah tertinggal, mungkin ada benih-benih shounen-ai
Author's note : OC disini dibuat berdasarkan makhluk nyata alias teman-teman seperguruan author
Enjoy reading minna!
.
.
.
Di sebuah kamar yang bisa dibilang sederhana—mendekati bobrok, terlihatlah lima orang gadis sedang nongkrong dengan nistanya. Ada yang memelototi laptopnya dengan tampang seram dengan backsound kikikan, ada yang menatap layar ponselnya sambil menyedot ingus dramatis, ada yang menggesek-gesek layar handpone-nya dengan beringas, ada yang sibuk menginspeksi isi tas teman-temannya, ada juga yang sibuk menggunting kertas.
"Woy," panggil orang yang tadi asyik tertawa nista di depan laptopnya. "Liat apa yang gue temukan."
Si penggunting kertas, tukang razia tas, dan penyiksa handphone mengangkat kepala dari kegiatan masing-masing dan melemparkan tatapan tanya pada si pemanggil.
Dengan gerakan sok misterius ia membalik laptopnya agar menghadap teman-temannya. "Hehehe."
Di layar laptop itu, terlihatlah sebuah gambar laknat. Gambar tak senonoh yang menampilkan adegan pria tindih pria.
"Najis, mesum kamu Ai."
"MATA PYUA GUE."
"Itu MidoTaka bukan?"
Ai senyum nista. "Yoi, gue baru aja nemu doujin MidoTaka yang bagus."
"MidoTaka sih kesukaannya si Siya." Que menunjuk Siya yang masih sibuk dengan handphone-nya.
Orang yang ditunjuk terus asyik dalam dunianya sendiri sampai ia mengangkat kepalanya saat merasa diperhatikan. "Anjir, Chanyeol bangsat banget." Sedot ingus sambil sesenggukan.
"Pasti lo baca fanfic ChanBaek angst lagi kan? Dasar maso." Ai berkomentar sambil menjulurkan lidahnya menghina.
"Honey, lo harus baca fanfic ini. Ini keren banget." Siya menyodorkan handphone-nya kepada orang yang tadi menjerit histeris.
"Males, aku gak suka yaoi, dan juga gak suka baca." Honey menolak sambil kembali menggesek layar ponselnya sadis.
"Padahal gue yakin lo bakal suka ini." Siya menghela napas pasrah. "Kenapa tadi kalian manggil gue?" tanyanya pada dua orang yang kini sedang asyik di hadapan laptop.
"Mau nunjukin doujin MidoTaka, nih." Que menyodorkan laptop hitam yang tadi dimainkannya, tanpa mengindahkan teriakan protes sang pemilik.
"Kamu main apa sih? Kok kayaknya asik banget?" Ran mendekati Honey yang masih bermain ponselnya.
"Lagi main game masukin burung nih, susah banget. Burungnya kegedean." Sahut Honey malas tanpa mengalihkan pandangannya.
Hening.
Merasa ada yang aneh, Honey melirik teman-temannya—yang kini menatap horror ke arahnya.
"H-Honey aku gak nyangka kamu begitu." Que berkomentar dramatis.
"Ngakunya gak suka homo, tapi mainannya gitu." Ai melontarkan kalimat nista sambil nyengir.
"Jadi lo udah masuk dunia kita?" Siya merangkul Honey sambil bersiap menodai pikiran teman seperjuangannya.
Honey dengan sigap menepis rangkulan Siya. "Kalian jangan mikir macam-macam dulu. Aku gak tau nama mainannya." Ucapnya datar mencoba untuk menjernihkan kesalah pahaman yang ada.
Ai tertawa sinis. "Udah deh lo gak usah sok suci gitu."
"Tapi game ini beneran ambigu deh." Ran menunjuk ponsel sang tertuduh fujo.
"Yah kirain Honey matanya udah terbuka akan keindahan yaoi." Siya menghela napas meninggalkan yang bersangkutan.
"Indah—"
Pintu menjeblak terbuka, memperlihatkan seorang gadis dengan rambut yang berantakan sedang menghirup udara dengan rakusnya.
"Viar lo mau gue mati kena hajar si gorila?!" Ai menjerit histeris melihat keadaan pintunya yang baru saja dibanting tanpa perasaan.
Yang disebut mengabaikan jeritan pilu itu dan berdiri menghadap teman-temannya. "Di dekat kampus, ada cafe baru."
"Terus apa hubungannya sama kita?" Siya mengangkat alis heran.
Viar menghela napas dalam. "Katanya, isinya cowok ganteng semua."
Que menyahut cepat dengan mata berbinar. "Ayo kita ke sana!"
"Males ah, gue masih pengen download anime baru." Ai mengalihkan pandangannya pada laptopnya.
"Que kamu gak kasian apa sama Honey yang udah mulai gatel-gatel?" Ran menunjuk Honey yang sedang memeluk badannya sendiri sambil menggeliat heboh.
"Kalian gitu banget deh. Ai, siapa tau di sana ada yang cocok buat dihomoin." Siya mencoba menggoda teman satu keyakinannya.
Mendengar kata keramat itu, Ai terlonjak dari tempatnya. "Kalo gitu gue ikut kalian."
"Sip deh. Honey kamu mau ikut gak?" Viar mencolek Honey yang masih sibuk dengan gatalnya.
Menoleh dengan wajah suram, Honey mengangguk pasrah.
"Ayo kita pergi sekarang."
.
.
.
"Lo yakin ini tempatnya?" Ai menyikut Viar yang berdiri di sebelahnya.
Yang ditanya meneguk ludah. "Iya, udah pasti ini kok."
"Tapi kenapa gak keliatan kayak cafe?" Ran bertanya penasaran sambil terus memperhatikan bangunan yang ada di hadapannya.
Tak ada yang menjawab. Masing-masing sibuk dengan pikiran sendiri. Di hadapan keenam gadis absurd tersebut, terlihat sebuah bangunan setinggi 3 lantai. Tanpa hiasan, tanpa tanda pengenal yang jelas mengenai bangunan tersebut.
"Kita masuk aja kali ya?" Que memecah keheningan yang ada.
"Tapi kalo ternyata ini rumah orang gimana?" Honey balas bertanya.
"Ya kita tinggal kabur." Jawab Ai dengan asalnya.
"Kok perasaan gue gak enak ya." Siya berkomentar singkat.
"Ya udah gue masuk duluan deh." Ai melangkah dengan ringan menuju sebuah pintu kayu di hadapannya.
Lima orang sisanya hanya menunggu di luar, menatap pintu kayu itu tertutup perlahan menelan sosok teman mereka. Saling tatap, dan mengangguk bersama. Mereka memutuskan untuk menunggu sesuatu terjadi sebelum ikut masuk ke dalam gedung misterius tersebut.
30 detik
1 menit
1 menit 30 detik
"Si Ai lama banget dah." Siya berucap bosan sambil mengibaskan tangannya.
Ran menatap horror teman-temannya. "Jangan-jangan ini ternyata markas kelompok kriminal."
Viar menggeplak Ran. "Kebanyakan nonton film sih."
"Tapi kenapa—"
"ASDFGHJKL"
.
Hening.
.
"Itu...suara Ai bukan?" Que berucap ragu.
"Jelas banget." Honey menimpali.
"Ya udah ayo kita masuk!" Siya berjalan maju layaknya seorang pahlawan yang akan meyelamatkan warga tak berdosa.
Dengan gagah berani, pintu kayu itu dibuka. Terlihat seorang gadis tengah menggelepar di lantai dengan mulut berbusa.
"Astaga Ai kenapa?!" Ran segera menghampiri Ai yang kejang-kejang, diikuti dengan Honey dan Que.
"Ayo kita angkat dia pergi! Siya ayo bantu angkat!" Viar berteriak heboh sambil menarik ujung baju orang yang dipanggil.
Merasa tak ada respon, Viar melirik Siya yang terpaku di tempatnya. Matanya menatap lurus dengan raut wajah seolah baru saja melihat setan.
"Buruan—"
"—Kuroko" bisikan pelan Siya hampir tertelan teriakan heboh teman-temannya.
Mendengar nama itu, Que tersentak dan menatap Siya. Matanya ikut melihat arah pandang sang gadis yang masih terdiam.
Dan suara jeritan tertahan terdengar.
Honey yang melihat kedua temannya tak bergerak, ikut menatap ke arah yang sama. Dengan wajah ternganga dengan tak elitnya, ia mencolek lengan Ran yang ada di sampingnya.
Viar yang merasakan adanya reaksi tak wajar, segera melihat sekeliling. Dan wajahnya memucat.
Keheningan sesaat sempat melanda tempat itu, dengan wajah yang memiliki keunikan masing-masing.
Terlihat sesosok pemuda berambut biru langit tengah menatap datar lima gadis yang sedang menatapnya tak percaya. Kepalanya miring sedikit ke kiri, menandakan kebingungan.
Darah segar keluar dari hidung seorang tersangka yang diketahui bernama Que, dan tubuhnya terjatuh lemas. Wajahnya menggambarkan raut yang sangat bahagia dengan senyum nista.
"KENAPA ADA KUROKO DI SINI?!"
.
TBC
.
Ketemu lagi sama saya hehehe
Kali ini saya bikin ff yang berisikan teman teman saya sendiri
Dan di chap ini, makhluk kurobasu belom ada yang muncul, cuma kuroko doang yang narsis di akhir
sekian untuk chap ini. the last, review please?
The Garingest Author,
atsuki aichann
