Title : I Love The Human
Summary : Perjuangan cinta seorang bidadari yang sedang menyamar sabagai manusia biasa untuk menggapai cintanya yang sudah hampir 4 tahun tak terbalas kepada seorang lelaki yang menganggapnya sebagai sahabat dan mencintai wanita lain yang baru ia kenal.
Note : Fic gaje, jelek, abal-abalan, kacau balau, setting dalam imajinasi author, gak menarik? Cukup maklumi saja XD #maksa
I Love The Human
.
.
.
.
.
"Kau kenapa? Tampak ceria dari biasanya?" Tanya seorang gadis kepada seorang lelaki berjalan beriringan menuju sebuah gedung sekolah yang cukup terkenal.
"Hn, sepertinya aku jatuh cinta, Sakura" jawab lelaki berambut raven itu sembari mengangkat kepala agak tinggi hingga helaian rambutnya bebas menari-nari mengudara.
"P-pa-pada siapa, Sa-sasuke-kun?" Tanya gadis bersurai pirang itu sedikit gugup dengan rona wajah yang sempurna menghiasi wajahnya.
"Pada wanita bersurai merah muda disana" sahut lelaki itu sembari menunjukan seorang gadis di depan gerbang bersama teman-temannya. "Meskipun dia buta, sedikitpun ia tak pernah terlihat sedih"
Kini rona wajah gadis bersurai kuning menyala itu hilang dan tertunduk lesu mengetahui siapa yang telah di perlihatkan oleh lelaki disampingnya itu. Mata Onyx yang dimiliki itu cukup berbinar-binar menatap gadis yang membuatnya jatuh cinta. Kali ini, Sakura –gadis bersurai kuning menyala itu mulai menghela nafas dan menguatkan dirinya agar tetap tegar.
"Hm, kenapa kau tak berkenalan saja?" anjur Sakura mendorong tubuh jangkung Sasuke menuju gadis buta itu.
"Eh? Ta-tapi, aku malu" ucap Sasuke mencoba menghentikan dorongan dari sahabatnya dari SMA itu. "Aku belum siap"
Memang, Sasuke terbilang lelaki pendiam dan pemalu. Daripada dikatakan cuek dan dingin, dia lebih tepat dikatakan lebih suka berbicara dengan orang-orang yang dianggapnya mengerti dirinya, seperti Sakura. Mereka sudah berteman semenjak SMA, dan Sakura lah yang datang menawarkan diri menjadi teman Sasuke. Awalnya Sasuke ragu, lama kelamaan dia terbiasa dengan keberadaan Sakura. Untuk kali pertamanya, setelah berteman hampir 4 tahun, Sasuke bercerita tentang perasaannya kepada seorang gadis. Tanpa diketahui Sasuke, sebenarnya Sakura sudah cukup lama memendam perasaan sukanya. Namun, Sasuke tak kunjung mengerti dan mengetahui perasaannya tersebut. Bahkan mungkin, Sakura hanyalah dianggap sebagai sebatas teman biasa.
"Sasuke-kun, kapan kau siapnya?" gerutu Sakura menghentikan tindakannya untuk mendukung Sasuke berkenalan dengan gadis bersurai merah muda itu. "Kau sudah dewasa, sudah kuliah, kau perlu mengenal namanya wanita"
"Ta-tapi, aku benar-benar belum siap" sahut Sasuke agak terlihat malu-malu kemudian menatap manik Ocean milik sahabatnya itu. "Kau baik-baik saja, Sakura? Kau tampak ingin menangis"
Sakura tak menyadari matanya hampir saja menumpahkan butiran-butiran air yang bernama airmata dipipinya. Namun, Sasuke lebih menyadari genangan air mata Sakura mencoba memperhatikan sahabatnya yang bersikap agak aneh hari ini.
"Ah, tidak apa-apa. Ini karena mataku kelilipan sama debu" Sakura mencoba menghilangkan genangan air matanya. "Sudahlah, aku baik-baik saja. Sekarang pergilah untuk mengenalnya"
Tanpa pikir panjang, Sakura mendorong tubuh Sasuke cukup kuat. Sehingga membuat Sasuke hampir saja menabrak gadis bersurai merah muda di depannya.
"Ah, go-gomen. A-aku tak sengaja" ujar Sasuke mencoba membantu gadis bersurai merah muda itu mengambil kembali buku yang telah berserakan di tanah.
'Sebaiknya kita pergi saja, ayo, ayo!' bisik seorang gadis berambut pirang berkucir ekor kuda itu mengajak beberapa teman yang awalnya mengapit gadis buta itu kemudian berlalu pergi begitu saja.
"Ah, Ino? Hinata? Ten-ten? Temari? Ka-kalian masih disinikan?" ucap gadis itu sembari mencoba menggapai-gapai yang tak ada.
"Mereka sudah pergi, mari saya bantu" tawar Sasuke membantu gadis didepannya untuk berdiri.
"Hm? A-arigato" ucap gadis itu. "Ano, tuan. Boleh tolong antar saya ke ruang kelas? Sepertinya tongkat saya dibawa Ino"
"Sasuke, panggil saja aku Sasuke" sahut Sasuke kemudian menuntun gadis itu berjalan menuju gedung sekolah. "Nama kamu siapa?"
"Eto~ namaku Karin" ujar Karin berjalan dituntun oleh Sasuke.
.
.
.
"Argh! Kenapa airmata ini keluar terus sih?" gerutu Sakura berkali-kali menghampus genangan airmata yang sudah membasahi kedua pipinya.
Sakura yang melihat dengan kepala matanya sendiri, bahwa Sasuke yang dikenalnya hanya seorang lelaki yang hanya berbicara dengannya setiap hari. Jika pun berbicara dengan yang lain pasti hanya hal-hal yang penting saja. Cukup terpukul rasanya, melihat lelaki yang ia cintai sedang berduaan dengan wanita lain yang baru dikenal.
"Seperti kata pepatah mereka, 'Cinta tak harus memiliki'. Tapi, apa rasanya sesakit ini?" ucap Sakura dengan lirih.
Gadis berambut pirang itu hanya menghela nafasnya terus-menerus sampai menuju ruang belajar. Mencoba menghilangkan rasa sakit yang sangat menyiksa dadanya. Sakura tak begitu mengerti mengapa hatinya begitu sakit melihat Sasuke bersama dengan wanita lain. Padahal jika melihat Sasuke bahagia, biasanya perasaanya menjadi bahagia. Kenapa kali ini berbeda? Seperti tertusuk seribu pisau di hatinya itu.
"Lihat-lihat! Karin-chan dan Sasuke-kun sangat serasi ya" ucap gadis A.
"Iya, Karin-chan cantik, pintar dan baik hati pula" jawab gadis B.
"Sasuke-kun juga tampan, baik hati dan tak banyak bicara. So cool!" tambah gadis A.
"Mereka benar-benar serasi, mungkin kah mereka menjalin sebuah hubungan?" timpal gadis C.
"Tidak tau, mungkin saja. Lihat saja, Sasuke-kun yang jarang tersenyum begitu bahagia membimbing Karin-chan menuju kelasnya" jelas gadis D.
Pembicaraan gadis-gadis yang terngiang ditelinganya saat melewati lorong yang telah dilewati oleh Sasuke dan Karin –gadis yang membuat Sasuke jatuh cinta. Semakin ia mendekati ruang kelasnya, semakin terasa sakit dibagian hatinya. Sakura tak tahan lagi dengan rasa sakit yang dideranya dan memutuskan kembali ke pulang tanpa bisa memasuki kelas yang ternyata ada Sasuke dan Karin yang masih tampak nyaman dengan keakraban mereka.
.
.
.
Sakura POV
"Moshi-moshi?" Suara itu seperti seorang yang sangat dikenalku kenal "Sakura, apa kau baik-baik saja?"
Ah, tentu saja. Ini adalah suara Sasuke-kun, dia baru menelponku setelah beberapa hari? "Aku hanya tak enak badan saja, Sasuke-kun"
"Tapi, tak mungkin sampai seminggu kau tak masuk kuliah, kan?" suaranya berubah sedikit dari terakhir yang kudengar. "Kau juga tak memberitauku kalau kau sakit"
Dia mengkhawatirkanku? Ah! Aku tau pasti sebagai sahabat yang mengkhawatirkan sahabatnya yang sedang sakit. Tak mungkin aku mendapatkan perhatian yang istimewa darinya. "Sebenarnya apa yang terjadi Sakura? Ceritalah padaku, aku sahabatmu bukan?"
Sudah kuduga, ia hanya menganggapku sebagai sahabatnya saja. Hiks! Yang benar saja? Kenapa aku harus menangis karena masalah kecil ini. Harusnya aku sadar, dia tak mungkin membalas cintaku yang sudah bertepuk sebelah tangan hingga 4 tahun lamanya. "Aku tak apa-apa, sungguh!"
Aku menghela nafasku sejenak sembari menyapu linangan air mata yang tak mampu dibendung oleh kantung mataku. "Oh ya, bagaimana dengan gadis itu? Karin kan namanya?"
"Ah, eto.." sangat jelas sekali, Sasuke kedengaran agak malu-malu mencerita gadis yang ia sukai itu. "Liburan besok kami berencana pergi bersama"
Pergi bersama? Bahkan aku tak pernah diajaknya keluar kemanapun. Hanya berbicara di sekolah, atau bertemu dijalan saja. Jika tak aku yang menyapa duluan, itupun ia akan mengacuhkanku.
"Benarkah? Itu perkembangan yang sangat bagus, ajaklah dia ketempat yang ia sukai" Aku berkata seperti itu, seakan aku yang akan diajaknya. Menyedihkan sekali aku. "Jangan buat dia kecewa, oh ya, sudah ya? Aku mau makan obat dulu, Konbanwa"
Ah! Aku menutup telponnya sebelum ia membalas ucapanku tadi. Sudahlah, aku harus merelakannya. Ini memang sia-sia saja. Harusnya aku mendengarkan kata-kata Tou-san dan Kaa-san, apa aku harus kembali ke khayangan sekarang juga? Ah, tidak! Aku harus tetap disini sampai tahun depan, aku harus memastikan Sasuke.. memilih.. gadis yang tepat.. un.. heeh.. untuk hatinya agar dia bahagia.
Sakura POV End
Sakura kembali berjalan menghampiri kasur bermotif bunga Sakura, dan merebahkan badannya yang sedikit lelah karena sudah seminggu ia tak keluar rumah. Sakura tampak menghela nafasnya begitu panjang sehingga ia tak bisa tidur nyenyak, bahkan beberapa kali terbangun lalu tertidur lagi.
.
.
.
.
.
Keesokan harinya, Sakura memutuskan datang ke universitas seperti biasa. Memasang wajah ceria dengan hati direndu derita. Dia memaksakan dirinya yang masih belum bisa merelakan Sasuke bersama gadis lain.
"Ohayo, Sakura!" sapa seseorang dari belakang.
"Ohayo, eh..?" Sakura tampak begitu terkejut melihat siapa yang menyapanya. "Kau? Kenapa kesini dan lagi kau menyamar jadi siapa?"
"Heheh.. aku menyamar sebagai Kyuu-chan, dia kan tak akan kesini" sahut lelaki berambut orange agak kehitaman itu. "Lalu, kenapa kau menyamar jadi diriku?"
"Ah, ini karena wanita itu menyamar jadi diriku. Jadi, aku tak punya pilihan lain" jawab Sakura berjalan beriringan dengan lelaki beriris merah bagaikan darah itu.
"Dia curang sekali, aku yakin ada alasan mengapa dia menyamar menjadi dirimu" pikir lelaki itu menyimpulkan sesuatu.
"Entahlah, Naruto. Aku juga tak begitu mengerti mengapa, tapi setidaknya ia mendapatkan yang ia inginkan"
"Maksudmu?"
Sakura hanya terdiam lalu melirik ke kanan dan ke kiri seperti mencari sesuatu. "Ah, itu dia! Lihatlah, bukankah yang kukatakan benar?"
Naruto mempertajam pandangannya menuju sesuatu yang ingin ditunjukan Sakura padanya. "Cih! Benar-benar, dia mendapatkan lelaki itu. Apa kau baik-baik saja jika begini?"
"Aku harap begitu" Sakura mulai lesu kembali, karena menyadari lelaki yang dimaksud Naruto adalah Sasuke. "Aku akan menunggu setahun lagi, jika tidak ada perubahan.."
Sakura menggantungkan kata-katanya cukup lama, dan beberapa kali menghela nafasnya yang sebenarny sudah sangat teratur. Naruto tampak mengkhawatirkan Sakura, semenjak meninggalkan khayangan 4 tahun yang lalu. Sakura tampak sedikit sekali tersenyum, padahal selama tinggal dikhayangan tak ada hari tanpa keceriaan Sakura.
"Tak usah memaksakan dirimu" Naruto mulai membelai rambut pirang gadis disampingnya itu. "Kau tau, aku tak pernah memaksa permintaan Tou-san kepadamu, bukan?"
Sakura hanya mengangguk pelan dan berjalan beriringan dengan Naruto masuk ke gedung Universitas menuju ruang kelas yang cukup jauh karena luasnya universitas tempat ia menuntut ilmu. Dan tak akan lama lagi, Sakura akan meninggalkan Universitas ini, Sasuke beserta kenangan mereka. Bahkan bumi yang di injaknya sekarang, tak akan menjadi patokannya untuk berjalan bersama Sasuke lagi.
.
.
.
"Ah, siapa lelaki itu"
"Siapa, Sasuke-kun?" tanya Karin yang membuyarkan pikiran Sasuke terhadap sesuatu yang dilihat olehnya.
"Ah, bukan apa-apa" Sasuke mencoba mengelak dari pertanyaan Karin. "Sebaiknya kita ke kelas saja, Karin"
Sembari dituntun menuju kelas oleh Sasuke, Karin seperti sedang berfikir tentang keanehan Sasuke padanya hari ini. 'Ada apa dengan Sasuke-kun? Tak biasanya ia tak memanggilku dengan akhiran '-chan' pada namaku. Apa yang dilihatnya tadi? Argh! Sial, inilah mengapa aku benci menjadi wanita buta' gerutu Karin bertengkar dengan dirinya sendiri dilubuk hatinya paling dalam.
Tadaa..! fic gaje ku nambah lagi XD *ditendang Ah! Aku sedang berusaha keras dan mati-matian mengembalikan hobby menggambarku dulu, #Lebaylu-_-*plak namun sedang bad mood, bad moodnya itu terlintas cerita fic ini. Tak menyangka, rumit juga cerita cinta yang aku buat kali ini! XD Gomen, sedikit pendek. Soalnya pengen gantungin ceritanya sampai pemikiran si tante Karin XD *dijambakKarin
Dan.. arigato gozaimasu, minna-san! sudah membaca fic aku yang gaje satu ini, jangan lupa reviewnya yaa?
Lanjut atau gantungin aja, Hayoo? XD #dasarPHP *plak
