.
The Pain Of Love
Disclamer : Naruto © Masashi Kishimoto
Story by : Ruby Fair
Pair : Sasuke X Hinata
Rating : T+
Genre : Action, Romance (?), Friendship.
Warning !
Canon, Typo(s) bertebaran kayak kulit kacang goreng, OCC, alur kecepetan, EYD hancur dan masih banyak kekurangan lainnya.
.
.
Salam kenal guys :)
Sebelumnya, saya juga mau mengucapkan terimakasih buat :
Gina Atreya, Novi Triani, Yagachihyu Hikane (Cintya), Hikari No Aoi, Celine Virginia Stephani, Mahyani, Maulidiah Dwi Ningtias, Nurul Maulidia, Kakak Betty, Kakak Mey Loney, Saka, Mbak Rasha Rara dan semua yang sudah mendukung serta setia membaca fict buatan saya. ^-^
Saya update Fict modal nekad ajah sih, bagus tidaknya yah itu urusan nanti, yang penting saya sudah cukup membuktikan kalau saya berani update fict abal abal ini *.* #lirikHikariNoAoi
DON'T LIKE DON'T READ !
HAPPY READING ^_^
.
.
.
The Pain Of Love
.
.
.
Semilir angin mengayunkan surai indigo gadis Hyuuga yang tengah duduk termenung ditepian sungai Konoha. Sayup mata gadis itu, kepalanya mendongkak kelangit. Melayangkan ekspektasi tentang nasibnya sendiri. Manik lavendernya menyaksikan sekumpulan burung yang sedang mengepakkan sayap di udara. Menari dan memiliki kebebasan dalam hidup tanpa terikat dengan apapun. Sangat beruntung. Tidak sepertinya..
Senja senyap ditempatnya berada. Hinata butuh menenangkan diri. Cukup mendengar nasehat memuakkan dari Hiashi, rasanya gadis itu sudah bosan dengan kehidupanya. Bertanggung jawab atas kebangkitan suatu klan membuatnya sangat terbebani bahkan tertekan.
Jika dewa kematian datang dan menginginkan nyawanya saat itu juga, ia tak akan mengelak sedikitpun. Mati dan meninggalkan beban yang sangat membuatnya sakit adalah hal yang paling di inginkannya selama ini.
Mereka menyebutnya titipan paling berharga. Bagi Hinata itu tidak lebih dari budak yang dipaksa untuk mentaati peraturan atas masalah orang lain. Gadis Hyuuga itu tidak mempunyai pilihan. Segel yang tercipta disepanjang punggungnya memaksa agar gadis itu mau bahkan harus mendapat peranan didalamnya. Tentu ia akan menjadi peran utama.
Sebuah keharusan agar gadis itu mau terlibat dalam kehidupan penuh tanggung jawab. Hinata menganggap dirinya sebagai korban. Ibunya sendirilah yang menciptakan perkara itu sebelum akhirnya meninggal.
Hinata. Adalah Hyuuga yang berasal dari kalangan souke. Hidup dengan status bangsawan sebagai anak tertua. Secara langsung, ia merupakan pewaris utama bagi klan Hyuuga. Namun disisi lain, ia juga mempunyai suatu tanggung jawab yang serius. Menyelamatkan kebangkitan suatu klan yang sudah diramalkan akan dibantai jauh sebelum kelahiran dari gadis itu bahkan orang tuanya.
Sang ibu berasal dari kalangan Uchiha yang dulunya terlibat segel penyatuan (Kagusai). Fakta menyebutkan bahwa ibunya harus diasingkan karena menikahi kekkei genkai lain yang bukan dari kalangan Uchiha itu sendiri.
Hyuuga dan Uchiha adalah klan yang dianugerahi kekuatan mata. Kedudukan mereka sama, bahkan kekuatannya pun hampir mirip. Tapi, cara pandang hidup keduanya berbeda.
Hyuuga lebih mengutamakan logika. Dalam sejarahnya pun terbagi atas kalangan tertinggi dan kalangan terendah. Sementara Uchiha lebih mengutamakan kekuatan dan ambisi. Tidak mengenal istilah tinggi rendahnya suatu kaum. Yang jelas, mereka mengklaim diri sebagai kaum yang terkuat.
Pernikahan silang antar kedua klan bukan menjadi masalah. Tapi, seseorang yang terlibat Kagusai tidak seharusnya mengambil langkah sembrono dengan menikahi kaum yang bukan dari kaumnya. Itu dianggap sebagai aksi pengkhianatan karena telah mengacaukan silsilah.
Kagusai adalah segel yang tercipta disepanjang tubuh pemiliknya. Merupakan segel yang sangat dilindungi oleh klan Uchiha. Mereka bahkan memiliki kode rahasia lisan untuk dapat mengendalikan segel tersebut. Segel yang hanya dimiliki oleh orang-orang terpilih yang memiliki tampungan cakra diatas rata-rata. Dipersiapkan untuk menyambut kelahiran dari Uchiha yang terkuat (kebangkitan yang sesungguhnya). Mereka mengenal kebangkitan tersebut dengan istilah tiga.
Dan, untuk itu jugalah Hinata harus menerima beban seumur hidup ketika segel penyatuan ibunya harus diwariskan kepadanya sebagai anak tertua. Itu terlalu berat. Ada dua beban yang kini hinggap dipundak gadis itu.
Yang pertama, ia bertanggung jawab atas klannya sendiri, dan yang kedua harus meneruskan perjuangan untuk klan kekkai gekkai lain.
Ingin sekali berontak untuk menentang perlakuan yang dianggapnya paksaan. Gadis itu berasumsi, ia tidak mewarisi sharingan. Darah Hyuuga lebih kental mengalir di dalam tubuhnya. Jadi, ia tidak harus terlibat dalam hal yang hanya akan menguntungkan pihak lain.
Tanpa disadari, sesuatu yang lain telah memenuhi emosinya. Ya, Hinata menangis dalam diam. Membayangkan nasibnya yang sangat buruk. Dikelilingi oleh tanggung jawab dari dua klan yang berbeda. Ia tidak sekuat yang oranglain bayangkan.
Dan.. Untuk itu, Hinata juga harus mengorbankan perasaannya selama ini. Sudah lama gadis itu memendam rasa pada seorang jinchuriki kyuubi yang hidup dan menetap dikonoha sama sepertinya. Boleh dikatakan, pemuda itu adalah cinta pertamanya.
Meski tahu cintanya tak berbalas, Hinata terus saja mengagumi bahkan terus mengejar pemuda yang juga merupakan putra dari hokage keempat tersebut.
'Kami-sama.. ini terlalu berat. Aku harus mengorbankan diriku untuk orang yang aku sendiri tidak tahu dimana keberadaannya..' Lirih sang Hyuuga.
TAP
Hinata merasakan sentuhan dipundak kanannya. Sedikit tersentak, lantas dengan cepat gadis itu menyeka kasar airmata yang sempat mengalir.
"Hinata-sama.. ini sudah sore."
Gadis dengan surai indigonya itu mendongkak untuk memastikan sesuatu.
"N-nii-san?"
"Apa yang anda lakukan disini sendirian? Hiashi-sama mencemaskan anda."
Neji. Seorang Hyuuga yang berasal dari kalangan Bunke. Mempunyai tanggung jawab untuk menjaga dan melindungi Hyuuga kalangan Souke yang tidak lain adalah Hinata dan adik sepupunya Hanabi.
"Masing-masing dari kita mempunyai tanggung jawab. Hinata-sama, saya mengerti ini pasti berat untuk anda." Neji berujar setelah memantapkan diri mengisi tempat kosong disebelah Hinata.
Hening sejenak. Hinata tidak merespon, membuat wajahnya tenggelam dalam ketertundukkan dengan sorot mata layu. Sang Bunke memahami situasi. Souke disebelahnya memang tidak dalam keadaan yang baik. Sorot mata kosong itu seolah mencerminkan rasa putus asa dan gelisah.
"Hari ini ku tegaskan. Putrimu terlibat segel Kagusai Uchiha. Fuin Jutsu telah menyatu dengan tubuhnya, jadi dia tidak akan menikahi Hyuuga."
"Hinata mempunyai tanggung jawab atas Hyuuga. Dia adalah anak tertua dari Souke. Sekalipun perempuan tetap saja-"
"Tanggung jawabnya atas Hyuuga kurang dari lima puluh persen. Putrimu terlibat segel penyatuan. Kau tahu, mereka memiliki kode rahasia lisan agar dapat mengendalikan Kagusai. Menjadikan seseorang sebagai wadah atas kebangkitan dari klannya."
"..." tidak bersuara
"Semua tergantung padamu. Kau adalah pemimpin klan Hyuuga. Perlu kau ketahui, segel miliknya tidak akan pernah terhapus, kecuali-"
"Kecuali apa?!"
"Kecuali, sang pemilik segel berhasil melahirkan pewaris utama bagi klan Uchiha. Kelak, segel miliknya juga akan diwariskan pada bayi yang dilahirkannya. Klan Uchiha juga mempunyai kode rahasia agar segel dapat diwariskan pada orang lain."
"Tidak adakah cara lain?"
"Tidak!"
"Putriku..." lesu tatapan Hiashi.
"Itachi, apakah dia?"
"Bagaimana mungkin aku akan membiarkan putriku dengan seorang nukenin?!"
"Jangan pura-pura tidak tahu, Hiashi. Semua beralasan. Hokage bahkan melindunginya, Itachi hanya menjalankan misi rahasia saat itu, sudah menjadi tugasnya yang merupakan bagian dari anbu. Kita tahu saat itu mereka akan melancarkan kudeta. Kehancuran dari klan Uchiha bahkan sudah diramalkan oleh Kaguya. Lagi pula sebagai anak tertua Fugaku, Itachi mungkin sudah mempelajari kode rahasia lisan Kagusai. Apa kau pikir adiknya yang masih bocah akan sanggup?"
"Aku juga tak akan membiarkan mereka! Sasuke bekas murid dari Orochimaru!"
"Kau tidak bisa menghindari kenyataan. Putrimu terlibat Kagusai, ingat itu!"
"Tapi-"
"Itu akan lebih baik daripada harus membiarkannya dengan bocah Uchiha yang sekarang sedang berusaha menemukan jati diri."
"..." Tidak bersuara.
"Tidak ada yang memberimu pilihan. Tinggal dua Uchiha yang tersisa saat ini. Juga, penerus dari klan tersebut akan saling terhubung satu sama lain. Kelak, kau akan mengerti, Hiashi."
Teringiang-ngiang ditelinga Neji. Seperti layar dengan gambar yang masih terekam jelas diotaknya, meski tak sepenuhnya ia mengerti. Percakapan Hiashi dengan Wataru penasehat kaum Souke Hyuuga. Saat itu, sebagai salah satu tangan kanan Hiashi, ia harus mengikuti kemanapun Hiashi pergi. Lagi pula, sudah menjadi tanggung jawabnya selaku Bunke untuk melindungi kaum yang tertinggi.
"Hinata-sama.."
"Aku ingin mati!"
Tes.. tes.. tes...
Luapan air mata sang Souke tak mampu terbendung, membuat Bunke disebelahnya seperti tersayat. Itu pemandangan yang buruk. Neji merasakan sakit didada, tentu saja itu tidak sebanding dengan penderitaan yang dialami adik sepupunya.
Meraih kepala Hinata kedalam dekapannya, Neji ingin meyakinkan bahwa masih ada orang yang peduli. Bajunya harus basah karena menerima cairan menyesakkan itu, ia sama sekali tak keberatan. Baginya, kebahagiaan Hinata harus menjadi prioritas utama.
"Hinata-sama, saya selalu disini bersama anda."
'Jika kau bersedia, kau boleh berbagi rasa sakitmu denganku...'
Neji tahu, Hinata mungkin tak akan merespon dengan kalimat. Tangannya kemudian bergerak mengelus lembut surai panjang Hyuuga wanita tersebut. Sementara gadis yang berada dalam dekapannya hanya bisa meluapkan emosi dengan tangisan memilukan.
"Kagusai adalah segel yang bodoh!" kembali Hinata bersuara. Lirih.
'Hinata-sama.. jika saja saya dapat menggantikan posisi anda, maka saya akan lakukan. Saya rela ikut menanggung beban itu bersama anda..'
.
.
.
The Pain Of Love
.
.
.
Mengepalkan tangan sekuat mungkin, matanya dibuat terpejam. Rasa dendam, benci dan muak yang bahkan sudah tertanam sejak lama membuatnya harus tumbuh menjadi priabadi yang kejam.
Sebentar lagi akan diadakan pertemuan dengan sasaran yang sangat ingin ia habisi. Sasuke melangkah dengan sejuta kekesalan yang memuncah dalam benaknya. Berguru dengan cara yang gelap bahkan rela ia lakukan demi melampiaskan dendam pada saudaranya sendiri.
Dan, langkahnya kemudian terhenti tepat didepan seseorang pria berupa aneh dengan pedang samehada dibelakangnya. Kisame.
Sasuke sama sekali tak mengenal siapa pria yang kini berhadapan dengannya itu. Ia bahkan tak ingin tahu sedikitpun.
"Itachi sudah menunggumu." Kisame berujar sambil menatap pemuda dihadapannya lekat-lekat. Dingin tatapan Sasuke. Kisame sama sekali bukan tujuan utamanya, tapi sorot mata onyx itu sarat akan rasa dendam. Marah.
"Kau menatap seolah ingin menghabisiku juga. Aku sangat ingin melawanmu, tapi.. aku tak ingin membuat Itachi menunggu. Ambisimu untuk menghabisi pria itu sepertinya sangat kuat. Perlu aku ingatkan, kau harus berhati-hati."
"Jangan meremehkan kekuatanku! Setelah Itachi, kau yang berikutnya!" Sasuke membalas datar.
Tatapan onyx yang ditujukan pada kisame tidak dalam keadaan yang baik. Itu terlihat menikam. Namun, sedikitpun Kisame tak gentar. Ditarik sebelah garis bibirnya membentuk senyum sinis.
"Aku tidak tahu siapa diantara kalian yang akan bernasib baik. Uchiha? Sepintas kalian memang terlihat berwibawa. Menerima anugerah dari langit dengan memiliki kekuatan mata. Hebat. Tapi, kurasa perubahan atas beban hidup telah mengubah segalanya! Menyedihkan!" Seringai mengembang di bibir Kisame.
"Kau tahu bahwa dirimu pun seorang ninja pelarian yang mencari tempat berlindung. Kau bahkan menjijikkan!"
"Fu.. Fu.. Fu.. Akatsuki adalah rumah bagiku! Setidaknya, keluargaku tidak mengalami aksi pembantaian yang hanya menyisahkan dua orang turunannya!"
"Ck..." Menautkan alisnya, sorot mata sang Uchiha bungsu belum juga berubah. Merasa di remehkan oleh Kisame-
SRET!
Saringan milik Sasuke kemudian aktif memunculkan tiga tomoe. Itu merupakan tanda kebencian yang serius. Sasuke tahu, itu hanya akan membuang-buang cakra. Tapi penuturan kisame yang dianggap melecehkan cukup membuat darahnya mendidih.
"Sebaiknya jangan membuat Itachi menunggu." Kisame memberi peringatan terakhir.
Sekali lagi, sasuke tidak mengatakan apapun. Hanya menatap seolah ingin menghabisi pria yang tergabung dalam organisasi buronan itu dengan satu pukulan. Lantas, pemuda bermata onyx tersebut melangkah masuk melewati gerbang dimana Kisame saat itu berdiri.
"Terlunta-lunta dengan takdir kalian sendiri, itu bukan rahasia lagi." Kisame bergumam. Matanya lekat menatap punggung Sasuke yang sudah semakin menjauh.
Tanpa disadari oleh keduanya, sesosok pria bertopeng mengamati mereka dari jarak yang tidak terlalu jauh.
"Ini akan semakin menarik!"
.
.
.
The Pain Of Love
.
.
.
"Misi dalam penangkapan Itachi akan dilakukan dua hari lagi.." Tsunade berujar. Ditatapnya tim kakashi satu per satu.
"Itachi?" Naruto menampakkan siku-siku pada jidatnya. Kurang paham kah?
"Bukankah kau ingin agar Sasuke kembali?" Tsunade mengangkat sebelah alisnya menatap pemuda itu.
"E-eh?" Tersentak, pemuda yang merupakan putra dari Hokage keempat tersebut akhirnya mengerti. "B-berarti.."
"Hm." Melipat tangan dada, Tsunade memejamkan matanya kemudian. Berusaha bijak dengan tidak merugikan siapa-siapa. Misi dalam penangkapan Itachi memiliki tujuan khusus.
Masih terekam jelas di kepala Naruto, penuturan yang disampaikan oleh wanita setengah abad dengan wajah mudanya itu. Merebahkan tubuh sambil menatap langit-langit kamar, ada banyak penyesalan yang kini dirasakannya. Sakit yang ditinggalkan oleh seseorang yang sudah ia anggap sebagai saudara. Berat dan sangat sulit untuk ia terima.
Pemuda itu mungkin lupa, hari ini ia ditugas untuk menemui Hokage diruangannya.
'Sasuke... aku akan menyeretmu kembali...'
.
.
.
The Pain Of Love
.
.
.
TAP
Pemuda berambut raven disana menghentikan langkah didepan seorang pria yang memiliki mata serupa dengannya. Pria berjubah hitam bermotifkan awan merah, diperkuat dengan ikat kepala berlambang namun telah dicoret horizontal menandakan pria itu adalah seorang ninja pelarian. Sasuke menatap penuh rasa dendam. Tidak salah lagi. Dialah sasaran yang di carinya selama ini.
Adalah Uchiha Itachi. Mantan Shinobi Konohagakure yang juga terkenal atas aksinya dalam pembantaian seluruh klan Uchiha. Sasuke adalah pengecualian. Aksinya yang dianggap sebagai pengkhianatan membuatnya dicatat dalam buku anbu sebagai borunan yang paling dicari. Sasuke masih menatap serius. Matanya sarat akan kebencian.
"Sudah lama sekali.." Itachi berucap, "Akhirnya kau datang juga. Kuharap kau tidak membuatku kecewa."
Muak atas setiap kalimat yang diucapkan pria bersurai panjang itu, Sasuke enggan bersuara. Dikepalkan tangannya sekuat mungkin. Rasa benci terlanjur menjalar memenuhi jiwa sang Uchiha bungsu tatkala pria yang berdiri dihadapannya menatap dengan tatapan meremehkan.
"Sudah sejauh mana kekuatanmu?" Kembali Itachi bersuara.
SRET
Saringan miliknya kemudian aktif menampakkan tomoe yang telah disempurnakan kedalam mangekyo.
"Sudah sejauh mana kekuatanku?" sasuke mengambil langkah mendekat, "Itukah yang kau katakan?"
Menggebu-gebu jiwa Sasuke. Melihat Itachi kembali mengingatkannya atas peristiwa paling menyesakkan beberapa tahun yang lalu. Itachi tidak bersuara sama sekali. Menganalisa lewat kekuatan mata sejauh mana kemampuan lawan.
"Yang terlihat oleh mataku ini... adalah KEMATIANMU ITACHI..." Sasuke membentak dikalimat terakhir. Tangan kanannya mengeluarkan aliran cakra petir yang siap dilayangkan pada sasaran. Onyx Itachi membulat sempurna.
"CHIDORI NAGASHI!"
BRUKK!
Dengan cepat Sasuke melayangkan jurusnya pada pria berjubah tersebut. Bak kilat, Itachi tak sempat menghindar. Bukan pasrah menerima perlakuan dari pemuda berambut raven di hadapannya, namun entahlah saat itu Itachi seperti tak dapat melakukan perlawanan apa-apa. Mungkinkah sasuke...
"J-jadi.. k-ka-u.. k-kuat..." Itachi berujar susah payah setelah terkena dampak dari jurus adiknya sendiri. Dirinya harus ambruk ketanah sementara sasuke duduk menindih tubuh pria tersebut.
"Untuk yang terakhir, Itachi. Ada yang ingin ku tanyakan padamu!" kata sasuke setelah merasa sukses dengan aksinya. Pemuda itu berasumsi, Itachi sudah kalah. Jadi ia ingin mendengar kebenaran tentang kehidupan klannya sebelum akhirnya Itachi benar-benar wafat.
Sekarat. Itachi tak dapat mengatakan apapun lagi. Kedua jarinya diangkat seperti akan menjentik dahi Sasuke saat kecil dulu. Sedikit tersentak atas perlakuannya, namun ternyata.. Itu adalah sebuah petunjuk. Sasuke mengkuti arah jari itu dan...
"ITACHI...!" Manik pemuda berambut raven itu membulat. Bukanlah suatu kebohongan kala onyx miliknya menangkap sosok pria yang duduk angkuh bak raja di sebuah kursih besar disana adalah Uchiha Itachi. Jadi, yang saat itu ditindihnya adalah bunshin ?
Seketika sosok Itachi yang ditindahnya berubah menjadi sekumpulan gagak dan berterbangan kesegala arah. Mulut pemuda berambut raven itu menganga tidak percaya. ia telah diperbodohi oleh lawan.
"Apa yang ingin kau ketahui? Memang bukan yang terakhir, tapi akan aku dengarkan."
.
.
.
The Pain Of Love
.
.
.
Menjelajahi hutan belantara. Berlari melayang sembari mananjakkan kaki pada pepohonan, kesembilan shinobi yang dibentuk khusus oleh Tsunade akhirnya bergerak.
Difisi depan, Naruto, Kakashi dan Shikamaru mempimpin. Difisi tengah ada Sakura, Yamato dan Neji, sementara difisi paling belakang Kiba, Sai dan Lee juga bersiap.
"Syuuuuut... Syuuuut... Syuuuuut.."
"Sedikit lagi Sasuke..." Pemuda dengan moster rubah yang bersarang ditubunya itu membathin. Naruto. Jika Sasuke membara dengan ambisi untuk membunuh saudaranya, maka Naruto juga dikuasai ambisinya untuk membawa pulang bungsu Uchiha tersebut.
Dua sisi yang berbeda. Kebenaran yang ada, bahwa Naruto memang tidak rela Sasuke harus terjerumus dalam kegelapan, ingin agar hidup mereka damai tanpa ada rasa benci yang tersirat.
Sementara Sasuke masih betah dengan tujuan ingin menghabisi sang nukenin Uchiha yang tergabung dalam organisasi pelaku kriminal, Akatsuki. Bahkan setelahnya, Konoha juga sudah menjadi target yang ingin di hancurkannya.
Pembantaian habis-habisan atas klan Uchiha beberapa tahun lalulah yang memaksa Sasuke menjadi pribadi yang setara dengan iblis. Menyelamatkanya! Ya, Naruto ingin menyelamatkannya dengan cara apapun.
'Aku ingin balas dendam dan membunuh Itachi!'
Tes.. Tes.. Tes..
Airmata yang akhirnya harus tumpah tanpa dikehendaki. Sepenggal pesan yang masih terekam jelas di memori Sakura. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain terlibat dalam misi. Mempunyai tujuan yang sama dengan rekan setimnya, ia juga ingin menyelamatkan dan membawa pulang Sasuke.
Adalah sebuah perhatian yang besar darinya. Juga bentuk pengorbanan untuk pemuda itu. Ia bahkan tak bisa tidur nyenyak. Sasuke yang selalu mengganggu pikirannya.
'Kapan kau akan kembali, Sasuke?' Tidak lain adalah cinta. Cintanya yang begitu besar juga mampu mendorongnya untuk terlibat lebih jauh dengan kekuatan para legenda sannin.
Berguru pada sang legenda dan mendapatkan kekuatan adalah cara terbaik agar dapat mensejajarkan dirinya dengan Naruto maupun Sasuke. Dengan begitu, ia tidak akan selemah dulu dan hanya bisa merepotkan rekan setim. Ia juga akan berusaha menyeret pulang Sasuke dengan kekuatan yang ia punya.
"Neji.." Kakashi bersuara. Sesuatu dapat dirasakan laki-laki berusia tiga puluh tahun tersebut. Mengerti, Neji merespon dengan anggukan. Itu merupakan sebuah perintah baginya.
"Byakugan!"
Kekkai gekkai kemudian aktif. Menampilkan urat-urat saraf menenuhi hampir sebagian wajah sang bunke. "Aaah..."
Respon dengan mata membelalak cukup membuat rekan-rekannya yang lain menautkan alis dengan berbagai pertanyaan yang tersirat.
"Ada apa, Neji?" Masih Kakashi yang bersuara.
"Aku melihat cakra yang besar.. terlihat-" kalimat Neji menggantung, matanya dibuat memicing, "Api? I-tu terlalu besar!"
"Dimana?" Yamato akhirnya penasaran oleh kalimat Neji.
"Dua puluh kilometer dari tempat kita sekarang."
"Ada berapa orang disana? Neji, apa kau melihat Itachi?" Antusias dalam pertanyaannya, sudah pasti itu Naruto.
"Tidak.. aku tidak bisa menemukan siapa-siapa selain cakranya.. mungkin itu mereka."
"Maksudmu Akatsuki?" Kembali Yamato bersuara.
"Ya. Tapi, tidak bisa ku pastikan dengan jelas."
"Yosha! Kerja bagus Neji!"
'Syuuuuuuuuuttt...'
Mengambil langkah lebar, Naruto bahkan mendahului teman-temannya dengan maju seorang diri di barisan depan.
"Cih.. anak itu!" Shikamaru menggumam sinis. Pemuda dihadapannya terlalu bersemangat dan ceroboh, bahkan bisa saja menyusahkan dengan melakukan tindakan sembarangan. Sudah cukup dewasa tapi kelakuan Naruto belum juga berubah. "Hei Naruto.. Jangan terlalu jauh, kita tidak tahu letak persis posisi mereka selain Neji."
Dibelakangnya, Sakura menggeram. "Dasar Naruto!" Rupanya Sakura juga dibuat kesal, urat-urat didahinya sampai timbul.
Naruto tidak merespon. Semangatnya terus saja terpacu. Sudah jelas, misi dalam penangkapan Itachi mempunyai tujuan khusus. Itachi akan dijadikan sebagai umpan demi kembalinya Sasuke ke Konoha. Sasuke harus mengetahui kebenarannya atas klannya. Fakta menyebutkan bahwa keturunan langsung Uchiha tinggallah tersisa dua orang, Uchiha Itachi dan Uchiha Sasuke.
"Berhenti!" Neji memberi perintah secara tiba-tiba.
TAP..
TAP..
"E-hh?" Naruto menoleh kebelakang. Semua berhenti sesuai intruksi.
"Kau merasakan sesuatu?" Tanya Kakashi, seolah mewakili pertanyaan dari rekan-rekannya yang lain.
"Cakranya menghilang."
"APA?!" Tercengang dalam ucapan mereka. Sakura, Lee, Kiba, Shikamaru bahkan Naruto seperti tidak percaya.
"Mana bisa begitu?" Dengan kesal Naruto merespon, pemuda itu tidak dapat menyembunyikan rasa kecewanya.
"Bagaimana ini, Kakashi?" Yamato menoleh pada seniornya. Pria pengguna masker tersebut berhembus lesu sambil memejamkan mata.
"Kau bilang cakranya menghilang, lalu kenapa kita harus berhenti disini?" Kembali Kakashi melontarkan pertanyaan pada pemuda bermata amethys itu.
"Aku merasakan cakra lain selain cakra yang pertama kali kulihat. Tidak hanya satu atau dua, itu berarti kita sedang diintai saat ini. Ku harap kalian dapat berjaga-jaga, mereka mungkin sudah tahu keberadaan kita."
Hening. Kakasih tak dapat menyahut. Sudah sedemikian rapi mereka mengatur strategi. Rupanya, musuh lebih pintar dari yang mereka bayangkan.
Perlahan byakugan milik Neji menghilang, salah satu bentuk penghematan cakra. Kiba pempertajam penciumannya, merasakan sesuatu, ada yang tidak beres.
"Akamaru.."
"Guk.. guk..."
Kiba mengangguk ringan. Dugaannya tidak salah, Akamaru bahkan merasakan cakra lain didekat mereka.
Sementara yang lain berpikir untuk mengubah ulang strategi, tiba-tiba saja muncul sosok lain dari balik pohon. "Shinobi dari Kohoha. Ah.. sudah lama sekali."
Serempak, tim bentukkan Tsunade menoleh. Membulatkan mata. Menganga. Kakashi menautkan alis dengan mata memicing. "Kau!"
"J-jubahnya.." Sakura mengepalkan tangan. Tahu akan sosok yang hadir dihadapan mereka.
"Fu.. fu.. fu..." Sosok pria bertopeng tersebut mengembangkan tawa. Itu terdengar mengejek. Naruto menggeram dengan sejuta kekesalan yang berkecamuk.
"HEY KAU ANGGOTA AKATSUKI! DIMANA ITACHI! KATAKAN PADA KAMI!" Naruto berteriak seperti orang bodoh. Telunjuknya mengarah tajam pada sosok pria bertopeng dengan jubah hitam bermotifkan awan merah tersebut.
Situasi sedang genting, semua terlihat serius. Jika saja tidak dalam keadaan darurat seperti sekarang, jitakan dahsyat Sakura mungkin sudah mendarat tepat dikepala pemuda dengan garis diwajahnya itu.
'Seenaknya saja kalau berteriak!'
Rekan setimnya sudah siap memasang kuda-kuda. Shikamaru bahkan berusaha menangkapnya dengan Kagemane namun gagal. Ia kemudian berdecih, sasarannya menghilang begitu saja. Sampai akhirnya,pria bertopeng tersebut kembali menampakkan diri. Dari balik topengnya, ia membentuk senyuman sinis.
"Sekumpulan orang-orang bodoh."
.
.
.
The Pain Of Love
.
.
.
Duduk berhadapan dengan putrinya, berkali-kali Hiashi berdecih. Kalimat awal apa yang akan dikeluarkannya. Tepatnya, dimulai dari mana?
"Ayah, adakah yang ingin ayah bicarakan?" Hinata akhirnya bersuara, "Kagusai?"
"Hinata." Dengan cepat Hiashi menyelip sebelum putrinya akan melanjutkan. Tebakan putrinya sama sekali tidak salah. Pembahasan yang ingin ia bicarakan dengan Hinata memang menyangkut segel penyatuan.
"Aku sudah kenyang dengan pembahasan itu."
"Maafkan ayah Hinata, tapi ayah tidak punya pilihan. Bagaimana dengan Itachi?"
Hinata mengangkat wajah untuk lebih jelas menatap wajah Hiashi, "Itachi?"
"Kau terlibat Kagusai. Mungkin akan lebih baik kalau kau dengan Itachi. Tidak buruk Hinata, Itachi sama sekali bukan orang jahat."
Tidak bersuara. Hinata menundukkan pandangan, menatap tangannya yang saat itu ia letakkan diatas paha.
'Tidak bisakah Naruto, ayah?'
"Hokage sudah membentuk tim untuk menemukan dan membawanya kembali ke Desa. Ia mungkin akan dipenjara untuk menebus dosa-dosanya dengan jangka waktu tertentu. Setelah itu-"
"Bagaimana kalau misalnya aku mati saja?!"
DEG
Mata Hiashi membulat sempurna mendengar penuturan putri sulungnya.
"Untuk apa aku harus terlibat dengan klan berjiwa iblis seperti mereka?!"
"Hinata-"
"Aku keberatan! Kenapa kau tidak pernah mengerti Ayah?! Apa aku dilahirkan hanya untuk ini? Ayah tahu bahwa menjadi pewaris utama bagi klan Hyuuga itu tidak mudah! Cara hidupku harus diatur sepenuhnya. Lalu, kalian kembali menambahkan bebanku dengan mewariskan segel terkutuk ini?"
"Hinata-sama.." Terdengar suara berat dari balik pintu.
'Sret'
Pintu yang digeser menampakkan sosok orangtua berambut panjang.
"Wataru-sama?"
Pria tua itu kemudian mendekat dan duduk mengisi tempat yang masih kosong tepat disebelah Hiashi.
"Anda bertanggung jawab atas Uchiha. Apa anda pikir Agami tidak menderita? Ia bahkan menerima hukuman mati karena menikah dengan Hiashi."
DEG !
Giliran Hinata yang membulatkan mata. Hiashi menoleh kearah sang penasehat seolah berisyarat, 'Ku serahkan padamu'.
"Itachi akan cocok untukmu. Jangan sia-siakan pengorbanan Agami yang sudah mewariskan Kagusai. Ia berkorban untuk itu. Agami percaya, anda mampu melakukannya Hinata-sama."
Berkaca-kaca manik lavender gadis itu. Tidak mampu menatap kedua orang dihadapannya. Jika menyangkut ibunya, Hinata tidak bisa menahan perasaan sakit yang sudah disembunyikannya sejak lama. Ia terlalu menyayangi Ibunya.
"Nukenin. Itu terdengar buruk bukan? Tapi tidak dengan Itachi. Anda sendiri tahu penerus klan uchiha jumlahnya sangat memprihatinkan. Kalau anda mati tanpa membawa Kagusai pada yang seharusnya, kelak anda juga tidak akan dibangkitkan dalam reinkarnasi yang akan datang."
"Tapi, bagaimana dengan Hyuuga?" bergertar suara Hinata, gadis itu menangis dengan wajahnya yang menunduk.
"Saya rasa Hanabi-sama sudah harus mempersiapkan diri."
Hinata mengangkat wajahnya mendengar jawaban dari Wataru. Apakah itu berarti, ia telah lepas tanggung jawab atas Hyuuga? Matanya sarat akan berjuta tanda tanya.
"Hinata-sama, kita akan menunggu kepulangan Itachi."
.
.
.
The Pain Of Love
.
.
.
Itachi berjalan gontai dengan sisa-sisa tenaganya. Kedua pelaku Uchiha tersebut sudah seperti orang yang kehilangan setengah nyawa. Masing-masing sudah diambang batas. Terlalu banyak jurus yang mereka keluarkan untuk bertarung.
"Sasuke.. matamu adalah milikku." Melangkah dengan tangan yang sedikit diangkat, tubuh Itachi benar-benar sempoyongan saat itu.
"TIDAK!" Menjauh, Sasuke mengambil langkah mundur. Pelan-pelan karena memang sudah hampir kehabisan tenaga. Dilihatnya sang kakak yang semakin mendekat kearahnya. Takut. Kakinya gemetar. Pemuda itu tidak pernah membayangkan kematiannya yang begitu cepat.
Sampai akhirnya, kaki Sasuke sudah tak dapat mengambil langkah mundur. menemui jalan buntu, punggungnya bersandar pada dinding yang sudah tak utuh lagi.
Itachi masih disana, semakin mendekat kearahnya dengan jalan yang tidak lurus. Membulat mata Sasuke. Membulat sejadi-jadinya.
"J-jangan bunuh aku.." Sasuke memohon dengan genangan airmata. Terlihat pemuda yang saat itu menuju kearahnya menyeringai sinis seperti tak mau peduli.
Pasrah. Sang Uchiha bungsu tidak dapat melakukan perlawanan apa-apa lagi.
'Sret'
Dua jari Itachi di jentikkan ke dahi Sasuke yang saat itu terlihat sangat shock, "Milikilah mata yang sama sepertiku."
DEG
Belum berubah sorot mata Sasuke, haruskah ia memercayainya?
Sempat beberapa kalimat terucap oleh sang Sulung Uchiha tersebut. Seperti patung, Sasuke hanya dapat mendengarkanya. Terukir sebuah senyuman dibibir pemuda dengan dua garis diwajahnya itu.
"Pada akhirnya, kau harus mengetahui kebenaran ini. Maafkan aku yang selalu menghindarimu dan menutupi semua kebenaran dengan kebohonganku. Kau selalu mengejarku, kau ingin melampauiku, bukan? Aku sangat bersyukur, inilah harapanku. Kau kuat. Kau mampu mengalahkanku."
Susah payah Itachi mengangkat kepalanya dan menatap wajah Sasuke untuk yang terakhir kali. Darah segar yang mengucur dari mulutnya sama sekali bukan penghalang untuk mengukir sebuah senyuman tulus, "Pulanglah.. kembalilah ke Konoha.."
BRUK!
Setelahnya Itachi ambruk ketanah, mengikhlaskan diri ketika roh dan raganya tak bisa lagi menyatu. Sasuke masih pada posisinya, tahu sang kakak telah wafat. Penglihatannya pun sudah berbayang. Menyesal? Tidakkah itu terlambat baginya?
BRUKK!
Setelahnya Sasuke juga harus ambruk karena tak lagi dapat menahan tumpuan. Hujan membasahi raga keduanya. Perlahan matanya mengatup. Namun, tidak dengan Susano'o yang diciptakan Itachi. Api hitam tersebut terus membara seolah dapat melahap habis apa saja.
'Wadah-Uchiha...?'
.
.
.
TBC
A/N : Oke, bersambung dulu..
Ini adalah FF pertama saya yang setting cannon. Awalnya cukup ribet sih buat yang setting beginian.
Saya sampai bela-belain beli komik CARAKTER OFFICIAL DATA BOOK yang THE SECRET SCROLL OF CONFROTATION NARUTO biar bisa mempelajari jurus yang miliki oleh setiap charanya dan memahami karakter, meskipun ada beberapa yang saya buat OCC disini.
Setidaknya, setting cannon juga harus mempunyai sedikit kemiripan dengan manga asli kalau mau ceritanya masuk akal.
Dan untuk segel penyatuan Uchiha (Kagusai), itu merupakan bagian dari karangan author. Aneh ya?
Oh.. juga, Pairingnya belum di pertemukan dalam chapter ini. Authornya mau memperjelas ceritanya dulu, biar nanti pembaca tidak dibuat bingung. Tapi, kalau masih bingung juga, berarti espektasinya Author gagal total T.T
Kalau sampai bosan dan mengecewakan authornya mohon maaf :(
Bagi para readers yang sudah menyempatkan membaca, saya ucapkan terimakasih :)
Mau review? Silahkan jika ini memang pantas untuk di review. Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Saya juga author newbie, jadi masih butuh bimibingan dan banyak belajar ^-^
Sekian dari saya ^^ salam persahabatan ^^
*Ruby Fair*
