Looking For You
Summary :
Hinata tak pernah menduga bahwa Itachi, orang yang dia sayangi, dalam sekejab berubah menjadi begitu membenci dan ingin membunuhnya. Hinata bahkan tidak mengetahui apa sebenarnya alasan Itachi tiba-tiba ingin membunuhnya. Demi mencari alasan tersebut, Hinata akhirnya berlatih keras untuk mencari dimana keberadaan Itachi tanpa memperdulikan hal terburuk yang akan terjadi nantinya.
Created by :
Kazehaya Akemi
Genre :
Hurt/Comfurt, Romance
Rating : T
Desclaimer :
Naruto, punya nya k' Kishi *digetok masashi karna ngaku-ngaku adeknya* kalau cerita ini, murni ide Akemi. Hehehe.
Warning :
OOC, Typos(s), alur cerita gak karuan.
Happy Reding ….
Chapter 1
*L.F.Y*
Suasana yang sunyi kini tengah menyelimuti sebuah hutan yang terlihat sepi. Jauh di dalam hutan, tampak terlihat dua insan yang berbeda gender sedang berdiri membisu. Seorang laki – laki dan seorang perempuan. Mereka berdiri saling membelakangi satu sama lain. Ah bukan, tapi hanya sang laki – laki lah yang berdiri membelakangi sang perempuan yang tengah berdiri menghadap ke laki – laki tersebut. Laki – laki yang memiliki bola mata sehitam malam itu berdiri mematung dengan tatapan kosong. Sedangkan perempuan bermata lavender itu tampak terdiam dan memberikan pandangan kawatir sekaligus tak mengerti dengan apa yang terjadi pada pemuda dihadapannya. Dengan sedikit keberanian yang dia miliki. Hinata, nama gadis itu perlahan melangkahkan kakinya kedepan.
"I-Itachi-Nii …." ucapnya pelan, Ragu sekaligus takut dengan aura dingin yang dipancarkan oleh pemuda didepannya.
Pemuda yang namanya di panggil tersebut, Sedikit pun tak bergerak ataupun menoleh saat mendengar ada sebuah suara memanggilnya. Pancaran matanya yang pada awalnya tampak terlihat kosong tiba-tiba menajam memancarkan kebencian yang teramat sangat dalam dan menggenggam dengan erat sebuah pedang yang dia bawa sedari tadi.
Pelan.
Gadis bernama Hinata tersebut menjulurkan tangannya untuk menggapai bahu sang pemuda yang masih berjarak sekitar 5 langkah didepannya. Namun, sebelum tangan mungil gadis itu sampai kepada tujuannya, pemuda yang sedari tadi berdiri membelakanginya tiba – tiba berbalik dan dengan cepat mengangkat lengan tangannya, kemudian menguhunuskan salah satu sisi pedang yang dia bawa pada leher sang gadis.
Hinata gadis bersurai indigo itu melebarkan matanya tak percaya dengan apa yang dilakukan oleh pemuda yang dia panggil Itachi-Nii itu. Reflek Hinata memundurkan kakinya, namun sisi pedang tersebut tak mau memperlebar jaraknya dengan leher Hinata. Semakin Hinata mundur, semakin Itachi memper pendek jarak mereka. Hingga akhirnya Hinata tak bisa lagi mundur karena punggung mungilnya menabrak pohon yang berdiri kokoh di belakangnya, dan tak lama sisi pedang tersebut berhasil menggores sedikit leher putih Hinata dan membuat luka sayat disana. Tidak begitu lebar namun tetap saja darah segar keluar mengalir membasahi baju gadis tersebut. Kening Hinata berkerut merasakan sesuatu tengah mengalir di lehernya, dan ada sedikit rasa perih yang tiba - tiba muncul disana. Namun dia tetap tidak berani bergerak, bukan, dia memang tidak bisa bergerak, dia terlalu terkejut dengan apa yang terjadi. Pandangan matanya yang tak berdaya kini tengah menatap tak percaya pada sebuah mata sehitam malam yang kini balik menatapnya dengan sebuah tatapan kebencian yang teramat kental. Hinata tak mengerti dengan apa yang terjadi, melihat tatapan tersebut, hati Hinata serasa disayat – sayat oleh sebuah pedang yang teramat tajam dan rasanya begitu menyakitkan. Perlahan hinata tiba – tiba merasakan matanya panas, dan air merembes dari kedua kelopak mata berwarna lavender miliknya.
"ke-kenapa …. ?" tanyanya kemudian dengan suara parau dan pelan pada pemuda yang tengah menguhunuskan pedang kearahnya. Namun tetap dapat didengar dengan jelas oleh pemuda tersebut.
"Ke-na-pa... begini … ?" pertanyaan yang maknanya hampir sama kembali terlontar dari bibir gadis itu.
Itachi yang melihat tatapan tak berdaya Hinata, tiba – tiba memejamkan matanya dan mulai melebarkan jarak antara pedangnya dan leher Hinata. Kemudian dia membuka matanya, sekarang bukan tatapan kebencianlah yang terlihat, namun sebuah tatapan yang tak dapat diartikan dan sedetik kemudian berubah menjadi tatapan kosong.
"Kau … pergilah selamanya dari hadapanku, aku tak ingin melihatmu lagi. Atau aku akan membunuhmu jika kau berani muncul di hadapanku. Cam kan itu ! "
Setelah mengucapkan kata-kata itu. Itachi segera menurunkan pedangnya dan berbalik pergi meninggalkan Hinata yang kini jatuh terduduk tak dapat berbuat apa – apa. Ia menangis dan terisak, tubuhnya bergetar, rasa takut yang sedari tadi dia bendung akhirnya tumpah menjadi tetesan air mata yang kini mengalir di pipi putihnya. Ia lantas memegang dada kirinya dan meremas bajunya tak peduli jika bajunya akan kusut jika dia terus meremasnya dengan kuat, yang dia pedulikan sekarang adalah rasa sakit yang juga menghujam jauh kedalam hatinya. Matanya terpejam erat merasakan rasa sakit dihatinya, dia tak tau apa yang sedang terjadi, dan kenapa ini semua bisa terjadi. Yang jelas, kini dia telah ditinggalkan oleh sosok yang begitu dia sayangi. Itachi-Nii. Begitulah caranya untuk memanggil pemuda yang begitu berarti baginya itu. Namun sekarang pemuda itu pergi dan takkan kembali lagi.
*L.F.Y*
5 Tahun kemudian …...
seorang gadis yang tengah memakai topi jerami berjalan memasuki sebuah kedai yang tengah ramai dengan pengunjung. Gadis yang mengenakan hakama dengan paduan warna ungu tua dibagian bawah dan ungu muda dibagian atas itu lantas duduk di salah satu meja yang berada di paling pojok dalam kedai. Tak lupa terselip sebuah pedang pada pakainnya, sehingga dia tampak seperti seorang samurai. Tak lama kemudian seorang pelayan datang menghampirinya, dan menanyakan pesananannya. Setelah mencatat beberapa makanan yang dirasa cukup untuk memenuhi rasa lapar pengunjungnya, pelayan itupun segera pergi untuk mengambilkan pesanan tersebut.
Tanpa melepaskan topi jerami yang tengah ia pakai, gadis tersebut menunggu dengan meletakkan pedang yang tengah dia bawa diatas meja. Dia memandang ke sekeliling kedai untuk sekedar melihat orang – orang yang sedang malakukan aktivitasnya disana. Dia melihat banyak dari pengunjung kedai tersebut tengah menikmati hidangan yang telah tersaji di hadapnnya. Hingga dia mendengar beberapa pria yang duduk tidak jauh darinya sedang asik membicarakan hal yang mampu membuatnya menajamkan indra pendengarannya.
"Kau pernah dengar nama Itachi?" kata salah satu pria yang duduk tak jauh dari tempat gadis itu berada.
"Hmmm ….. ah ya ! Dia Rounin yang sekarang banyak ditakuti orang itu kan?" ujar pria satunya.
" iya kau benar. Ku dengar kemarin dia berhasil membunuh seorang perdana mentri yang diduga korup di daerah Suna. Dia memang benar – benar hebat." ucap salah satu pria itu dengan antusias.
"Ahh masalah itu, aku juga mendengarnya. Tapi setauku, dia tidak akan mungkin melakukan pembunuhan tanpa ada yang memerintah kan? dia itu termasuk kategori pembunuh bayaran. Kau tau?"
"Iya, kau benar. Dan informasi yang terakhir ku dengar, dia sekarang berada disekitar daerah konoha. Kabarnya dia memiliki target didaerah itu."
"Aku tak heran. Rounin seperti dia memang tidak akan pernah berdiam disatu tempat bukan? itu terlalu beresiko, karena nyawanya sendiri juga pasti terancam. "
" kau benar. Pasti dia juga memiliki banyak musuh karena pekerjaannya itu."
Hinata, nama gadis yang tengah memakai Hakama dan topi jerami itu terus mendengarkan percakapan dua orang yang duduk tidak jauh dari tempat duduknya. Hatinya bergejolak mendengar nama orang yang selama ini dia cari kini tengah berada tak tauh dari tempatnya berada. Dia terus memandangi makanan yang sedari tadi telah terhidang dihapannya tanpa berminat untuk menyentuhnya. Dia terlalu fokus pada pemikirannya sendiri, memikirkan pemuda yang selama ini menjadi tujuannya. Hingga bayangan – bayangan masa lalunya yang pahit bersama pemuda tersebut kembali memenuhi fikirannya. Bayangan ketika pemuda itu menghunuskan pedang kearahnya, bayangan ketika dia melihat punggung pemuda itu terus menjauh hingga tak tampak lagi, hingga dia akhirnya bangkit dan meneguhkan hatinya untuk mencari pemuda yang pernah mengisi hari – harinya dan menanyakan penyebab sebenarnya, penyebab kenapa pemuda yang awalnya terlihat sangat menyayanginya berubah menjadi sosok yang teramat sangat membencinya. Lima tahun sejak kejadian itu berlalu, tak sekalipun Hinata bisa melupakan sosok itu. Dengan bekal ilmu bela diri yang dia pelajari selama dua tahun, dia berkelana untuk mencari informasi mengenai pemuda yang menjadi tujuannya. Itachi. Dia akan menemukannya, menemukan orang yang hingga kini masih menjadi orang yang begitu berarti baginya.
*L.F.Y*
Seorang pria berdiri dengan tegak menghunuskan pedangnya kepada seorang gadis yang kini tengah terduduk dihadapannya. Gadis bersurai indigo itu, terlihat begitu berantakan dengan luka memar disana – sini dan baju yang di beberapa bagian sobek tak beraturan. Peluh membasahi sekujur tubuhnya yang kotor karena beberapa kali terjatuh saat latihan tadi. Dia menengadah keatas memandang gurunya yang kini tengah menyeringai kearahnya dengan nafas yang terputus – putus efek dari pelajaran ilmu beladiri yang dia praktekkan hari ini.
"Kenapa Hinata, Kau lelah? " tanya pria yang tengah menghunuskan pedangnya kearah hinata.
"I-Iya sensei." jawab hinata yang kini sedang mengusap peluh dikeningnya.
"Ayo bangun Hinata, latihanmu masih panjang. Kemampuanmu yang sekarang masih jauh dari kata baik." kata pria itu menurunkan pedangnya dan mengulurkan tangannya kepada muridnya. Hinata yang mendapat uluran tangan dengan segera meraih uluran tangan tersebut, dan segera bangun dari acara duduknya.
"Iya sensei, aku mengerti. Terimakasih." setelah mengucapkan kata tersebut, hinata segera berdiri dan berjalan mengambil pedangnya yang tadi terpental jauh saat latian. Dia segera memasang kuda – kudanya kembali dan menatap lurus kearah senseinya siap untuk melanjutkan latihannya kembali. Namun pandangan matanya tiba-tiba berubah sendu.
" Ano-ne sensei, apa sensei yakin aku bisa mengejarnya?" tanya Hinata tiba-tiba dengan nada sedih.
Pria yang dipanggil sensei itupun perlahan berjalan mendekati Hinata dan menepuk pelan ujung kepala Hinata.
"Tenanglah Hinata, kau harus yakin kalau kau mampu. Kau tidak boleh menyerah setelah semua yang kau lakukan selama ini. Tidak ada yang tidak mungkin jika kau mau berusaha. Kau harus tetap berjuang untuk maju, jangan pernah menyerah karena pada dasarnya kau adalah orang yang kuat." ucap pria itu kepada Hinata seraya tersenyum menyemangati muridnya yang terlihat tampak risau.
Hinata yang melihat senyum senseinya pun ikut tersenyum dan menguatkan tekatnya kembali, dan berikutnya suara dentingan pedanglah yang terdengar.
*L.F.Y*
Seorang gadis yang memakai Hakama, berdiri menghadap hamparan padang rumput yang hijau didepannya. Dengan perlahan dia membuka topi jerami yang dia kenakan dan membiarkan helaian surai indigonya yang digerai terbang tertiup angin. Dia memandang kosong hamparan padang rumput didepannya. Dia sibuk dengan pemikirannya sendiri. Membayangkan masa – masa sulit yang telah dia lalui hingga sekarang. Dia bersyukur dapat melalui itu semua dengan baik hingga dia menjadi sosok Hinata yang sekarang.
" Aku akan menemukanmu, Itachi-Nii" lirihnya kemudian berbalik berjalan menuju ketangah hutan dengan kembali memakai topi jerami yang tadinya dia lepas. Hinata terus berjalan menuju arah diamana Desa Konoha berada, menuju tempat dimana 'dia' yang dia cari berada. Dan itu tak jauh dari tempatnya berada.
Beberapa saat kemudian, Hinata yang tengah berjalan, sayup – sayup mendengar suara seseorang yang tengah berteriak meminta tolong. Seketika itu juga Hinata langsung menajamkan indra pendengarannya, dan tanpa dia sadari, Hinata berjalan pelan menuju tempat dimana suara itu berasal. Tak jauh dari tempatnya berada, ia melihat ada seorang gadis yang berlari menuju kearahnya dengan tiga orang pria yang tengah mengejarnya. Hinata yang melihat gelagat aneh dari sekerumunan orang tersebut, segera bersembunyi di balik pohon yang berada didekatnya.
"Tolong ….. siapa saja tolong aku !" Suara teriakan gadis itu tertangkap oleh indra pendengaran Hinata diringi dengan Suara derap langkah yang semakin mendekat hingga akhirnya Hinata melihat seorang gadis berambut pirang berlari melewati pohon dimana Hinata bersembunyi.
Tak menunggu waktu terlalu lama, Hinata segera keluar dari persembunyiannya, dia berdiri merentangkan satu tangannya yang sedang membawa sebuah pedang untuk menghentikan orang – orang yang mengejar gadis pirang yang tadi berteriak untuk meminta tolong.
" Berhenti ! " Teriak Hinata Lantang membuat ketiga pria yang mengejar gadis pirang tadi terkejut dan langsung menghentikan langkahnya karena jarak mereka hanya tinggal 10 langkah.
Mendengar ada suara yang tiba-tiba saja muncul, gadis pirang yang tadinya berlari ketakutan, kini tiba-tiba berhenti dan menoleh kebelakang untuk melihat siapakah gerangan orang yang mau menolongnya.
Gadis pirang itu melihat seseorang yang memakai Hakama berdiri menghadang ketiga perampok yang tadi mengejarnya. Perlahan dengan rasa takut yang masih menyelimutinya, gadis itu pun berjalan mendekati salah satu pohon yang berada didekatnya, dan segera bersembunyi dibalik pohon tersebut untuk mengamati seseorang yang sekarang tengah menolongnya.
Pada jarak sekitar 50meter dari tempat gadis pirang itu bersembunyi, tampak tiga orang laki – laki tengah dihadang oleh seseorang yang memakai sebuah Hakama dan memakai topi jerami dikepalanya. Laki – laki pertama memakai ikat kepala di keningnya, berambut pendek, dan memiliki tato dilengannya. Laki – laki kedua, berambut sebahu dengan postur tubuh lebih kurus dari laki – laki sebelumnya, sedangkan laki – laki terakhir memiliki bekas luka sayat yang telah mengering di pipi sebelah kirinya dengan postur tubuh agak gemuk.
"Ho Ho … siapa kau berani-beraninya mengganggu kesenangan kami hah?" pria dengan ikat kepala dikeningnya yang terlebih dahulu sadar dari keterkejutannya angkat bicara.
"Ah .. apa kau seorang wanita?" seru pria dengan rambut sebahu yang sudah sembuh dari rasa terkejutnya dan balik mengamati Hinata.
"Pergi dan berhentilah mengganggu gadis itu." Hinata menjawab perkataan kedua pria itu dengan suara tegas.
"Hee? ternyata benar kau seorang wanita." pria lainnya yang memiliki luka di wajahnya memperjelas dugaan pria yang tadi mengira Hinata adalah seorang perempuan, dan kemudian suara gelak tawalah yang terdengar.
"Dari pada kau menyuruh kami pergi, bagaimana jika kau juga ikut dengan kami bersama gadis pirang itu hmm? dan aku janji, kita akan bersenang – senang." kata-kata yang keluar dari mulut pria dengan bekas luka diwajah itu sukses membuat rekannya yang lain tertawa dan menyeringai mesum kearah Hinata.
Hinata yang melihat gelak tawa terdengar dari ketiga pria tersebut sama sekali tak gentar dan takut. Dengan wajah datarnya, Hinata langsung menghunuskan pedangnya pada ketiga pria itu.
"Dasar manusia bejat. Kalian manusia, tapi berkelakuan seperti binatang." seru Hinata membalas tatapan mesum ketiga pria di hadapannya dengan tatapan tajam menusuk.
"Berani juga kau perempuan jalang. Lihat saja, kau akan bertekuk lutut dihadapan kami nanti." jawab pria dengan ikat kepala dikeningnya itu disertai dengan seringai yang tampak begitu menjijikkan di mata Hinata. " Urus Dia ! " seru pria itu lagi yang ternyata adalah ketua dari kelompok tersebut pada kedua anak buahnya.
Sedetik kemudian, kedua orang yang tadi mendapatkan perintah langsung berlari kearah Hinata dengan menghunuskan pedangnya bersiap untuk menyerang Hinata.
Hinata yang melihat hal itu tidak tinggal diam, dia langsung memasang kuda-kudanya bersiap untuk bertarung melawan dua pria yang berlari kearahnya.
' Aku … pasti bisa.' seru Hinata didalam hati dan mengeratkan pegangannya pada pedang yang tengah ia genggam sedari tadi.
Salah satu pria tersebut lebih dulu mencapai Hinata dan segera mengacungkan pedangnya kepada Hinata. melihat hal itu, Hinata tidak tinggal diam, dia segera menghalau pedang yang terarah kepadanya dengan pedang yang sedang dia bawa. Suara dentingan pedang pun terdengar sebagai awal dari pertempuran antara Hinata dan pria – pria yang Hinata anggap menjijikkan.
Sementara Hinata menahan pedang pria yang ada dihadapannya, pria yang memiliki luka diwajahnya tiba-tiba muncul dari samping dengan pedang yang siap menebas lengan Hinata, hal itu tak luput dari pengawasan Hinata, dengan sigap ia langsung menendang perut pria yang berada didepannya hingga terjatuh kebelakang, dan secepat kilat, Hinata kembali mengarahkan pedangnya untuk menghalau pedang yang akan menebas lengannya.
"Kurang Ajar ! " seru pria yang tadi Hinata tendang hingga terjatuh. Dia pun segera bangkit dan kembali berlari kearah Hinata dengan pedang yang siap menebas kepala Hinata. Gerakan pria tersebut juga tak luput dari indra penglihatan Hinata, dengan sekali hentakan, pedang pria dengan luka wajah didepannya pun terpental dan Hinata tidak melewatkan kesempatan tersebut untuk menendang perut pria itu hingga mundur beberapa langkah kebelakang. Tepat setelah itu Hinata langsung menundukkan kepalanya untuk menghindari tebasan pria yang tadi berlari menyerangnya dari samping. Tidak terima serangannya dapat dihindari dengan mudah, pria tersebut kembali mengarahkan pedangnya kepada Hinata, namun dia kalah cepat, Hinata sudah terlebih dahulu mengarahkan pedangnya ke dada pria tersebut dan menusuknya. Ketika Hinata menarik pedangnya, Darah langsung merembes dari dada pria berambut sebahu tersebut, disusul dengan jatuhnya dia diatas tanah dengan tatapan terkejut atas serangan Hinata barusan. Pria berambut sebahu itu langsung tewas dengan luka menganga penuh darah di dadanya akibat serangan Hinata.
Tak menghiraukan pria yang telah ia tusuk barusan, Hinata langsung mengarahkan tatapannya kepada Pria yang tengah berlari kearahnya lengkap dengan pedang yang sedang dia bawa.
"Hyaaahhh" teriaknya sambil berlari menuju Hinata dengan menghunuskan pedangnya.
Pria berambut sebahu itu langsung menebaskan pedangnya kearah lengan Hinata, dengan sigap Hinata mundur beberapa langkah kebelakang dan langsung menebas dada pria tersebut hingga dia jatuh tersungkur dan tak bangun lagi.
"Hebat. Kau melumpuhkan kedua anak buahku dengan mudah." suara dari laki-laki yang Hinata duga adalah ketua dari kelompok tersebut akhirnya terdengar. "Tapi, kau tidak akan bisa mengalahkanku gadis manis." seru pria itu yang langsung berlari kearah Hinata dengan membawa dua pedang di kedua tangannya. Hinata yang melihat hal itu, langsung memfokuskan indra penglihatannya kepada pria tersebut.
"Kau, dasar wanita jalang." setelah mengatakan hal itu, pria dengan ikat kepala itu langsung menebaskan pedangnya kearah Hinata yang lagsung di tahan oleh Hinata dengan pedang yang dia bawa.
Kuat.
Hinata merasakan kekuatan laki – laki ini jauh diatas dua orang yang tadi dengan mudah dia hadapi. Setelah menghunuskan salah satu pedangnya yang dapat di tahan oleh Hinata, pria tersebut dengan cepat mengarahkan pedangnya yang lain untuk menebas bagian perut Hinata dari samping. Hinata yang mengetahui hal tersebut dengan cepat menghentakkan pedang yang sedang ia tahan kemudian segera mundur beberapa langkah kebelakang. Dia berhasil menghindari serangan pria itu. Mengetahui serangannya dapat dihinadari, pria itupun marah, dia dengan segera kembali mengarahkan pedangnya pada Hinata. Serangan demi serangan dia lancarkan dengan tujuan untuk mengambil nyawa gadis yang sebelumnya telah merenggut nyawa anak buahnya. Namun Hinata tetap dapat menghindari setiap serangan yang dilancarkan oleh pria tersebut walau agak kewalahan karena harus menghadapi dua pedang sekaligus, beberapa kali Hinata hampir tertebas. Bulir – bulir keringat mulai terlihat dikening Hinata, menandakan bahwa ia tengah kelelahan menghadapi serangan demi serangan yang dilancarkan oleh pria dengan ikat kepala didepannya. Seorang pria yang tampak bernafsu untuk membunuh Hinata. Hingga Akhirnya ...
Hinata terdesak.
Walaupun dia berhasil membuat pria itu kehilangan salah satu pedangnya, namun pedang yang dia miliki juga telah terpental entah kemana, sekarang Hinata hanya bisa menghindar dari serangan – serangan yang di lontarkan oleh pria tersebut. Dalam satu kesempatan, Pria itu berhasil menjegal kaki Hinata, dan membuat Hinata terjatuh di tanah, topi jerami yang sedari tadi ia kenakan-pun ikut terjatuh ketanah menampakkan sebuah mata berwarna lavender yang indah. Pria itu pun lantas menyeringai melihat Hinata akhirnya terjatuh dan posisinya tepat berada dibawah pria itu. Tak menyia – nyiakan kesempatannya, pria itu langsung menghunuskan pedangnya pada dada Hinata,
hingga...
Jleb!
Tepat sepersekian detik sebelum pedang itu menancap di dada Hinata, pria itu tumbang dengan sebuah pedang yang menembus punggunggunya. Gadis berambut pirang itu, dia menolong Hinata tepat pada waktunya. Hinata yang tau bahwa nyawanya telah terselamatkan, hanya bisa menghela nafas lega dan kemudian segera bangkit dari acara berbaringnya sembari mengusap bulir-bulir keringat dikeningnya.
"Terimakasih " ucap Hinata kemudian pada gadis berambut pirang itu dengan perasaan lega.
"Tidak, aku yang harusnya berterimakasih padamu nona, maaf sudah merepotkanmu." balas gadis berambut pirang itu dengan sebuah senyuman yang ia tunjukkan kepada Hinata. Namun senyuman itu langsung Sirna ketika ia melihat pria yang tadi ia lukai bergerak dan melepaskan sebuah pisau kecil kearah Hinata.
" Nona Awas ! "
dengan cepat, hinata langsung menoleh kearah pandang gadis berambut pirang tersebut dan matanya melebar ketika dia melihat sebuah pisau kecil meluncur kearahnya. Dengan kecepatan yang dia punya, Hianata berusaha menghindar namun tak sempat, walaupun tak berhasil mengenai dadanya, pisau kecil itu tetap berhasil menusuk lengan kirinya hingga mengeluarkan darah segar.
"ugh … " Hinata mundur beberapa langkah reflek dia memegangi lengannya yang tengah tertususk pisau. Tak membuang waktu, dengan cepat Hinata menarik pisau yang menancap dilengannya hingga terlepas, dan mengembalikan pisau tersebut kepada pemiliknya, tepat di kening hingga pemilinya tak lagi bernyawa. Tak lama tiba – tiba Hinata jatuh terduduk sambil memegangi Lengannya yang tadi tertusuk pisau. Hinata memejamkan matanya menahan rasa sakit yang kini menjalar keseluruh tubuhnya.
"No-nona, k-kau tidak apa?" seru gadis berambut pirang itu merasa cemas dengan keadaan Hinata.
" Tidak, aku tidak apa – apa." jawab Hinata masih dengan menutup matanya. Bulir – bulir keringat kembali keluar dari pelipisnya pertanda bahwa dia sedang menahan rasa sakit yang teramat sangat di lengan kirinya.
Gadis berambut pirang itu, segera tahu bahwa Hinata sedang merasakan kesakitan, ia lantas mengeluarkan saputangan miliknya, dan perlahan melepaskan pegangan hinata pada lengannya, kemudian segera membalut lengan Hinata dengan saputangannya untuk mencegah pendarahan yang lebih parah. Hinata yang telah membuka matanya hanya bisa membiarkan gadis tersebut membalutkan saputangan pada lengannya.
"Terimakasih." ucap Hinata lirih
"Tidak. belum selesai. aku akan mengobati lukamu. Ikutlah denganku. Luka ini tidak boleh dibiarkan seperti ini terlalu lama."
Hinata yang mendengar ucapan gadis tersebut hanya bisa mengangguk, karena dia sendiri tau bahwa lukanya bukan luka yang bisa dianggap remeh, dia tahu bahwa pisau yang tadi menancap di lengannya, selain dalam, pisau itu juga mengandung racun dan harus segera disembuhkan.
" Nona, apa kau bisa berdiri?" tanya gadis berambut pirang itu kepada Hinata.
Hinata yang mendengar pertanyaan tersebut lantas menganggukan kepalanya. Melihat anggukan Hinata, gadis itu langsung membantu Hinata untuk segera berdiri dan memapahnya berjalan menjauh dari tempat pertarungan itu.
Tak jauh dari tempat pertarungan antara Hinata dengan tiga orang perampok tadi, terdapat aliran sungai yang sangat jernih. Dan disanalah kini Hinata beserta gadis pirang yang tadi ia tolong berhenti.
Gadis itu tengah sibuk merawat luka Hinata yang kini tampak Pucat karena telah kehilangan banyak darah dan terkena racun yang mulai menyebar. Gadis pirang itu dengan perlahan membuka balutan pada lengan kiri Hinata, kemudian ia segera menggulung lengan baju Hinata, karena ia tak mau merusak baju Hinata dengan merobeknya. Setelah digulung dia segera membersihkan luka tersebut dengan saputangan yang terlebih dahulu telah ia bersihkan disungai. Kemudian dia pergi dan kembali dengan membawa beberapa tanaman obat ditangannya. Hinata yang melihat hal tersebut hanya bisa diam dan tersenyum.
Lama – kelamaan pandangannya menerawang jauh mengingat satu wajah yang sangat dia rindukan, Itachi. Sesosok pria dengan mata segelap malam, dengan rambut panjang yang ia ikat kebelakang, dengan garis tipis di wajahnya menambah kesan dewasa pada dirinya. Seperti apakah gerangan sosoknya sekarang? berubahkah? atau samakah? sudah hampir 5 tahun Hinata tak melihatnya. Rindu. Satu kata itulah yang dapat menggambarkan perasaan Hinata saat ini.
'Akankah aku bisa bertemu denganmu lagi Itachi-Nii? Bolehkah aku mengatakan bahwa saat ini aku begitu merindukan mu? Dimanakah kau sekarang? Aku takut, aku takut apabila aku ternyata tak akan pernah sampai kepadamu. Aku ingin bertemu denganmu sekali saja. Setelah itu kau boleh membunuhku seperti kata-katamu waktu itu. Aku … merindukanmu …..'
Hinata menatap sendu pada aliran sungai didepannya. Seolah aliran sungai itu menggambarkan aliran waktu yang selama ini dia lewati. melalui jernihnya air itu, Hinata seolah dapat melihat bayangan – bayangan masa lalunya yang teramat sulit, perjuangan yang telah dia lakukan, semua usahanya, perasaan yang selama ini ia tahan, dia tengah memikirkan semua itu Hingga perlahan semuanya menggelap, Hinata akhirnya tak sadarkan diri.
TBC
Mau nyapa Readers Dulu …
Halo Minna-san, salam kenal aku Akemi, Author baru, awalnya sih suka baca-baca Fanfiction, trus gak tau kenapa akhirnya jadi tertarik buat bikin cerita Fanfiction juga. Setelah mikir ide lamaaaaaa, baru ketemu cerita dengan ide diatas, gimana menurut Readers? Apa ada yang kurang atau sesuatu yang musti di tambahin? Kritik saran akan akemi terima dengan senang hati.
Jangan lupa Review-nya yaa. Maaf cerita-nya masih berantakan, soalnya autor baru sih. Hehehe
Thanks For Read and see you next chapters.
^.^v
