Unstoppable Trouble

Main Cast: Namikaze Naruto

Namikaze Shion

Uchiha Sasuke

Namikaze Hana

Spesial Cast: Sabaku No Gaara

Warning: Mengandung adegan kekerasan, kata-kata kasar, Don't Like Don't Read !

Out Of Character, Non Canon.


Naruto memaksakan kakinya untuk tetap berlari, meski seluruh tenaganya telah terserap habis. Nafasnya putus-putus, dadanya serasa akan meledak. Ia sudah lelah, haus, dan kelaparan. Berhari-hari ia bersembunyi tanpa pasokan makanan, dan air minum yang memadai. Pakaian yang ia kenakan pun, tak bisa dikenali lagi apa warnanya saking kusamnya. Kadang ia ingin menyerah, dan kembali. Tapi bayangan kematian sang adik membuat tekadnya untuk terus melarikan diri tetap berkobar setiap kali ia sudah mencapai titik kulminasi terendah dalam hidupnya. Seorang Naruto tidak boleh menyerah! Apapun yang terjadi, ia harus pergi sejauh-jauhnya dari tempat terkutuk itu!

Hujan yang mulai turun rintik-rintik mengaburkan pandangannya. Meski mengumpat kesal, setidaknya ia masih menyelipkan rasa syukur karena orang-orang suruhan itu tak lagi terdengar derap kakinya. Mungkin mereka menyerah, atau kehilangan jejak, lebih bagus lagi kalau mereka mati dimakan binatang buas yang kelaparan, batinnya sinis dalam hati.

Hutan yang selama ini jadi tempat tinggalnya sementara waktu ini memang terkenal liar. Belum pernah ada seorangpun yang bisa selamat, dan keluar dalam kondisi hidup-hidup. Ada banyak hewan liar disana, jebakan kabut, ataupun lumpur hisap-yang siap memangsa siapapun yang nekat memasuki kawasan hutan tersebut.

Gadis itu patut bersyukur. Pengalamannya sejak balita tinggal di desa yang dikelilingi hutan lebat dan bukit yang curam membuat ia berhasil bertahan, walau pada akhirnya orang-orang sialan itu berhasil mengendus keberadaannya.

Ini pasti gara-gara nenek tua busuk itu! makinya pelan seraya berlindung di balik sebatang pohon besar yang ia yakini aman dari gangguan binatang liar. Ia tak bisa memanjat dengan kondisi tubuh yang penuh goresan luka dan tenaga yang semakin melemah. Satu-satunya yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah menunggu hujan makin lebat, atau justru reda, dan bisa membuatnya melanjutkan perjalanan.

Ia menggigil. Udara hutan ini, ia merasa semakin tidak bersahabat padanya. Ia memeluk erat ransel besar miliknya. Meski ia kelaparan setengah mati, ia tahu ia harus berhemat-mengingat tidak banyak makanan yang berhasil ia bawa dalam tas ranselnya, selain dua potong baju dan selembar selimut tipis- kalau ia tidak mau mati sia-sia dan membusuk di hutan tak bernama ini.

Naruto harus hidup untuk membalaskan dendam keluarganya!


Namikaze Mansion....pukul 9.30 pagi...

Sosok wanita separuh baya itu menatap kosong pada dua orang lelaki muda yang duduk tegak di hadapannya. Kedua iris mata sekelam malam yang ia miliki tak menunjukkan ekspresi bermakna. Keheningan yang bagaikan seabad lamanya itu akhirnya terpecahkan oleh sebuah ketukan di pintu bercat cokelat mengkilat yang terlihat mahal. Juga berkelas. Khas seorang keluarga bermarga Namikaze.

Seorang pelayan berpakaian hitam-hitam masuk sambil menundukkan kepala. Sesampainya di depan meja berukiran klasik milik Hana, penguasa mansion Namikaze Corp.-yang juga merupakan majikan tunggalnya, ia berhenti dan membungkukkan badan sopan.

"Aku tidak menginginkan kabar selain kabar baik, Paman Lee…" bersuara. Keangkuhan tergambar jelas dari intonasinya. Suatu hal yang wajar, mengingat fakta bahwa ia seorang keturunan jutawan Namikaze Arashi. Kedua bola matanya berkilat tajam, sesaat sebelum iris matanya kembali menekuni layar laptop di depannya.

"Mohon maaf Nyonya.. Sayangnya saya membawa kabar kurang sedap untuk didengar… Orang-orang kita gagal menemukan Nona Muda…" Paman Lee menunduk dalam.

Anehnya, reaksi Ny. Hana justru biasa-biasa saja. Tanpa mengalihkan pandangannya dari balik layar laptopnya, ia berujar,

"Begitu rupanya… Paman boleh keluar sekarang. Ada yang harus kubicarakan dengan dua lelaki ini terlebih dahulu.. Siapkan makan malam untuk lima orang… Katakan pada Shion untuk mewakiliku memimpin makan malam dengan tamu-tamuku malam ini…"

Paman Lee mengangguk sekilas, meski keheranan luar biasa membayang di benaknya. Tidak biasanya Ny. Hana bersikap setenang ini saat mendengar kabar bahwa lagi-lagi orang-orangnya gagal membawa kembali cucu kesayangannya kembali ke mansion Namikaze Corp.. Apa yang sebenarnya sedang direncanakan nyonya itu? Semoga bukan hal yang buruk…

Sepeninggal lelaki yang telah lama melayani keluarganya, Ny. Hana mengubah ekspresi wajahnya yang semula terlihat sangat datar. Kedua pupil matanya menyipit kejam. Kemarahan jelas tengah menguasainya. Dan ia tahu kepada siapa kemarahan itu sepatutnya dilimpahkan!

"Uchiha Sasuke, Sabaku no Gaara, kalian sudah dengar sendiri bukan? Orang-orangku lagi-lagi tak becus melaksanakan tugasnya…"

Ada jeda tak menyenangkan yang dirasakan kedua pemuda tersebut. Mereka merasa, bahwa wanita tua di depannya ini bukanlah lawan yang sepadan untuk mereka. Sejak detik pertama mereka mengumpankan diri masuk ke dalam Namikaze Corp., mereka tahu pada akhirnya mereka tak akan bisa terlepas dengan mudah. Mereka akan selalu terikat, suka tak suka, kepada aturan Namikaze Corp.., jika mereka masih menyayangi keluarga mereka… Dan demi sebuah tujuan…

"Hidup ataupun tidak, bawa dia kembali ke rumahku! Baru kalian akan kuakui sebagai salah satu anggota keluarga... Kau mengerti?"

Nyonya Hana menekankan kata 'kau' pada pemuda bermarga Uchiha, yang sudah lama ia amati tertarik pada sang cucu yang kini entah tak tentu dimana. Mengingatnya saja sudah membuat darahnya kembali mendidih. Benar-benar cucu tak tahu diuntung! Sudah bagus ia menjadikannya sebagai pewaris tunggal Namikaze Corp., dan tidak menendangnya keluar-seperti yang ia lakukan pada menantunya, tak lain dan tak bukan adalah ayah dari cucunya itu-dan membiarkannya hidup di jalanan bersama para kasta rendahan tersebut! Benar-benar cucu sialan!

"Baik, Nyonya Hana… Perintah anda adalah kehormatan bagi kami berdua… Kami permisi dulu…" Uchiha Sasuke menundukkan kepala, diikuti sang rekan, Sabaku no Gaara. Setelah mendapat persetujuan, mereka berdua berjalan berdampingan keluar dari ruang kerja dengan ekspresi wajah sukar dibaca.

Nyonya Hana tersenyum puas. Lebih baik mengumpankan seekor kelinci cerdas, daripada memberi makan anak serigala yang suatu saat akan menerkamnya hidup-hidup. Sasuke Uchiha, ia umpamakan sebagai anak serigala, karena ia tahu bahwa laki-laki muda itu hanyalah mengincar warisan darinya. Kelinci cerdasnya, tentu saja Sabaku no Gaara… Putra tunggal pengacara Sabaku no Temari yang punya hubungan dekat dengan beberapa petinggi Negara. Demi melancarkan bisnisnya, tentu ia membutuhkan pemuda itu sebagai pendamping cucunya kelak.

"But, rules is rules.. Siapapun yang berniat untuk menjadi anggota keluarga Namikaze harus mengikuti aturan main dariku….."bisiknya serak pada layar laptop yang menampilkan profil kedua pemuda itu. Uchiha Sasuke… dan Sabaku no Gaara…

Salah satu dari mereka-akan ia pastikan- tak akan pernah jadi anggota keluarga Namikaze, jika mereka tak bisa mengikuti aturan mainnya!


To Be Continued….