Hey, apa kau percaya kalau Peter Pan itu benar-benar ada?

taintedIris proudly presents

Twisted Neverland

Naruto © Masashi Kishimoto

Peter Pan © James Matthew Barrie

Story © Me

gajeness, typos bermekaran ( ? ), AU, rated T for save

don't like don't read. simple as that

.

.

.

Permen, boneka, pakaian yang cantik dan berenda merupakan hal yang diinginkan setiap anak perempuan, bukan?

.

.

.

Hampshire, 1832

"Selamat malam Cherry, ibu menyayangimu." Seorang wanita berusia 30an mengecup kening gadis bersurai merah muda yang terbaring di ranjangnya, ditemani berbagai macam boneka di sekitar bantal gadis itu. gadis itu tertawa kecil dan mengecup kening ibundanya.

"I love you too, mommy. Selamat malam~" kata anak kecil itu sambil menguap lebar, lalu sang ibu bangkit dari tempat tidur si anak, dan perlahan menutup pintu kamar si anak, membiarkan ia terlelap dalam tidurnya. Dan perlahan, suara samar langkah kaki sang nyonya rumah terdengar, semakin pelan hingga tak terdengar, menandakan bahwa tak ada orang lagi di sana.

Si anak, Cherry, langsung membuka matanya. 'Akhirnya mommy tidur juga!' Batin anak itu. Dengan hati-hati, si anak menginjakkan kakinya ke tanah, lalu dengan langkah pelan ia berjalan menuju jendela satu-satunya yang berada di rumah itu. Kemudian tangan mungil gadis itu membuka jendela kamarnya, merasakan hembusan angin yang menerpa wajahnya.

"Hey Peter Pan, kapan kau akan datang menjemputku?"

.

.

Tak seperti kebanyakan anak-anak perempuan pada umumnya, Cherry Watson, nama anak itu, tidak memiliki ketertarikan pada hal-hal yang manis dan lucu. Ia memang menyukai boneka, namun ia tidak suka bermain dengan bonekanya, seperti tetangganya Lizzie dan kawan-kawan lakukan tiap sore; mengadakan jamuan minum teh dengan boneka! Bahkan Cherry tidak suka mengenakan gaun-gaun cantik dengan renda, manik-manik dan pita-pita yang lucu dan berwarna-warni seperti yang dikenakan oleh kawan-kawan seumurannya. Di saat anak-anak gadis bermain dengan kawan-kawannya, Cherry sibuk dengan kegiatannya sendiri. Apalagi kalau bukan membaca buku? Ya, berkat dijejali oleh sang mommy berbagai buku cerita sejak kecil membuat anak gadis itu mencintai buku. Dan dii saat teman-temannya memiliki koleksi aksesoris rambut dan boneka segudang, Cherry memiliki koleksi buku cerita yang tak kalah banyak! Bahkan di umurnya yang ke-8 tahun ini bukan buku cerita saja yang ia baca, namun juga buku-buku dengan bahasa yang cukup berat yang hanya boleh dikonsumsi oleh anak laki-laki. Ucapkan terima kasih banyak kepada ayahnya yang menginginkan anak perempuannya menjadi wanita yang cerdas dan berwawasan luas, serta mampu menandingi anak lelaki. Ayahnya memang berbeda dari ayah yang lain, mengingat ayah-ayah anak lain yang belum tentu mengijinkan anak perempuannya menjadi lebih pintar dari anak laki-laki.

Dan dari sekian banyak buku cerita dan buku pengetahuan yang Cherry baca, yang ia paling sukai adalah buku cerita mengenai Peter Pan dan 5 Anak yang Hilang. Ia ingin menjadi seperti Wendy, sang tokoh utama wanita. Terbang di atas langit, melihat peri sungguhan, mengalami petualangan yang sesungguhnya. Untuk itulah setiap malam Cherry membuka jendela kamarnya, berharap Peter Pan datang menjemputnya, seperti kisah Wendy yang dijemput oleh Peter Pan, lalu mereka terbang bersama-sama, di antara jutaan taburan bintang di angkasa.

Cherry memandangi langit sambil tersenyum. Sebentar lagi, ya, sebentar lagi Peter Pan pasti akan menjemputnya.

.

.

8 tahun kemudian…

Sesosok gadis dengan rambut berwarna merah jambu yang tidak wajar terbangun dari bunga mimpinya. Gadis itu melirik ke arah jendela yang tidak dikunci, dan untuk kesekian kalinya gadis itu menghela nafas. Tak ada tanda-tanda kedatangan Peter Pan. Si gadis bangkit dari tempat tidurnya, lalu dengan langkah gontai ia berjalan menuju kamar mandi, guna menghilangkan kantuk yang masih melekat di wajahnya.

Ya, hari yang lain telah dimulai.

Malam itu suasana makan malam keluarga kecil Watson berlangsung damai seperti biasanya. Seorang pelayan meletakkan berbagai hidangan makan malam yang menggugah selera di meja makan. Meskipun bukan dari kalangan bangsawan, keluarga Watson hidup lebih dari berkecukupan. Usaha ayah Cherry yang semakin berkembang pesat membuat taraf kehidupan keluarga itu semakin lama semakin menanjak naik. Dan dentingan pelan alat makan mulai terdengar. Makan malam berlangsung dengan tenang hingga sang kepala keluarga mulai angkat bicara.

"Cherry, ada yang ingin ayah bicarakan."

Cherry mengalihkan pandangannya, dari steak dombanya yang begitu lezat beralih ke arah suara.

"Ya daddy. Apa yang ingin daddy bicarakan?"

Sang ayah terdiam sejenak, lalu memulai pembicaraannya kembali.

"Sudah saatnya kau menikah, Cherry."

Terdengar dentingan garpu yang terjatuh dari tangan sang pemilik nama. Sang nyonya rumah pun langsung menghentikan kegiatannya, menatap ke arah sang tuan rumah.

"Me… Menikah? Apa maksud daddy? Daddy, aku bahkan tidak dekat dengan lelaki manapun." kata sang anak dengan agak tergagap. Sang ayah kembali melanjutkan pembicaraannya.

"Justru karena kau tidak memiliki teman lelaki, makanya ayah akan menjodohkanmu."

Mata sang anak terbelalak.

"Tapi ayah, aku baru berusia 15 tahun, dan aku belum siap. Bagaimana bisa ayah…"

"Ayah akan menikahkanmu ketika kau sudah berumur 16 tahun, dan pestanya akan dirayakan secara meriah di Jepang. Di sana, kau dapat melihat bunga sakura yang tak pernah kita lihat di sini. Itu berarti pestanya akan di adakan bulan depan, dan calon suamimu akan tiba di sini esok hari. Bukankah akan lebih baik jika kalian bertemu dulu sebelum menikah?"

Cherry menelan ludah. Jadi selama ini ayahnya sudah merencanakannya selama ini. Dalam kepalanya terus terngiang kata pernikahan, membuat kepala gadis itu serasa mau pecah.

"J… Jadi, ayah sudah merencanakan semuanya selama ini, tanpa menanyakannya terlebih dahulu padaku, begitu? Dan aku akan dijodohkan dengan... orang Jepang?!" tanya Cherry dengan suara tercekat. Sang ayah mengangguk.

"Ayah harap kau tidak akan mengecewakan ayah. Hal ini juga demi mengeratkan bisnis ayah dengan orang Jepang. Karena Jepang memiliki pasar yang besar dalam usaha ayah, sweetheart."

Cherry langsung menggebrak meja, membuat ayah dan ibunya tersentak.

"Cherry.."

"Aku tidak mau menikah! Aku tidak peduli! Aku ingin mendapatkan pendamping dengan usahaku sendiri, bukannya dengan perjodohan bodoh seperti yang daddy lakukan!"

Tanpa ba bi bu, Cherry langsung berlari meninggalkan meja makan, meninggalkan ayah dan ibunya yang tidak sempat menahan anak semata wayangnya untuk tetap tinggal di meja makan. Cherry terus berlari hingga ke lantai teratas rumahnya, membuka pintunya lalu langsung menguncinya dari dalam. Cherry menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Dan tak lama kemudian isakan lemah mulai terdengar dari balik bantal gadis itu.

Setelah kurang lebih dua jam ia habiskan untuk meratapi nasibnya yang akan dijodohkan dengan pria dari negeri antah berantah, Cherry bangkit dari posisinya semula dan terduduk di atas ranjangnya. Rambutnya yang digulung kini berantakan. Matanya dan hidungnya memerah bekas menangis. Ia menatap jendela yang sedikit terbuka di ujung kamarnya.

"Seandainya Peter Pan datang, aku ingin dia membawaku pergi dari sini. Aku tidak mau dijodohkan dengan lelaki yang tidak aku kenal.." Cherry berkata kepada udara di depannya. Gadis itu menghela nafas, lalu berjalan menuju kamar mandi untuk mengganti pakaiannya menjadi pakaian tidur. Setelah selesai, gadis itu melepaskan gulungan rambutnya, membiarkan rambut berwarna merah muda itu tergerai, jatuh hingga ke punggungnya. Gadis itu menyisir rambutnya perlahan, dan setelah selesai, ia meletakkan sisir yang ia gunakan ke meja riasnya. Gadis itu kemudian menghempaskan tubuhnya ke ranjang dan menutupi tubuhnya dengan selimut. Dan kemudian, iris berwarna emeraldnya itu menutup, membiarkan kantuk dan penat menguasai tubuhnya.

Angin malam itu berhembus lebih kencang dari biasanya. Dan sinar bulan pun tidak seindah malam-malam sebelumnya, namun jutaan bintang-bintang tetap berada di sana, membantu sinar bulan menerangi malam yang gelap dan pekat. Kencangnya angin yang berhembus menyebabkan gelas kaca yang berada di meja tidur Cherry bergoyang, hingga gelas itu jatuh menyentuh lantai marmer di bawahnya dan menimbulkan suara gaduh.

PRANG!

Iris emerald Cherry langsung terbuka mendengar bunyi pecahan kaca yang baru saja terjadi. Ia langsung mengedarkan pandangannya dan menemukan gelas kaca kesayangannya dengan keadaan sudah tak terbentuk di atas lantai. Namun bukan itu saja yang ia lihat. Yang berikutnya ia lihat adalah sebuah bayangan. Saat ia mengangkat kepalanya ia melihat kaki yang melayang di atas tanah, celana dan sepatu berwarna hitam yang melekat di kaki sang pemilik, lalu terus ke atas dan melihat sesuatu yang melayang itu melingkarkan kedua tangan didadanya. Lelaki itu mengenakan kaus berwarna putih dengan lengan pendek. Ia terus melihat ke atas dan pada saat itulah onyx dan emerald bertemu. Bola mata makluk di depannya itu sehitam batu onyx, dan rambutnya berwarna biru kehitaman. Tatapan matanya tajam. Dan mungkin ini hanya tipuan mata saja, tapi sepertinya baru saja ia melihat lelaki yang melayang itu menyeringai.

"Sudah menunggu lama, eh, Wendy?"

Dan seketika, mata gadis itu terbelalak lebar. Jangan-jangan..

"K.. Ka.. Kau… Peter Pan?"

.

.

.

To Be Continued


Hai, semua, author kembali membawa cerita baru! *dihajar readers2 kalap gara2 kabur dari fic lain yang masih butuh perhatian dan kasih sayang* *author gali2 tanah menghindari serbuan massa yang beringas*

eitts, jangan salahkan author. salahkan lagunya U-Kiss - Neverland yang membuat saya terinspirasi untuk membuat cerita ini *ngeles asal* di sini ada yang suka k-pop jg? ga mungkin ga ada dong yaaaaa.

dan untuk penjelasannya, Cherry itu diambil dari Sakura = cherry blossom. ga okeh dong ya kalo settingnya di Inggris tp namanya nama Jepang? *goyang2 alis

sebenernya saya mau bikin ini oneshot, tapi kalo dibikin oneshot kepanjangan dan saya males ngetiknya, dan lagi saya masih harus bikin lanjutan fic saya Alive Doll *numpang promosi* *kicked* jadi ya sudah saya bikin jadi multichapter dengan amat sangat terpaksa.

oh ya, jangan lupa review ya? karena review dari kalian menambah semangat saya untuk menulis. terima kasih sudah berkenan membaca fic saya yang nista ini *bungkuk2*