Story By: Razen Bekantan Hijau.
Disclaimer: Eiichiro Oda
Rate: T
Genre: Family/Drama/Humor.
Cast: Ace, Sabo, Luffy.
Warning: Maybe-OOC, some mistakes EYD, AU, Sho-Ai , typo.
A/N: I own nothing from this fic, just for fun.
xXx
Ayo, Mandi!
xXx
.
.
.
Menurut para pakar, usia 17-20 adalah masa-masa kematangan anak remaja menuju dewasa. Tidak lagi pantas disebut anak baru puber, fisiknya.
Menurut pihak psikologi beda lagi, mental seseorang tak dapat diukur dari fisik maupun umur.
Pintar materi pun bisa bloon, tergantung kasus yang ditangani.
Contohnya.
"Ace! Sabo! Ayo mandi bareng!"
OH MY GOSH!
Sepatu basket nyaris jatuh dari timangan. Empunya tak sengaja tergelincir sewaktu hendak mengambil gelas susu.
Setengah lega sempat pegangan, Portgas D. Ace berlaku tidak berbudi menyumpah serapah, langsung dibekap tangan berlapis sarung tangan tebal.
Ogah telinga adik tercemari bahasa tidak senonoh, sang kakak teladan siaga menutup jalur.
"L-L-L-Luffy, apa katamu tadi?" Bibir keriting, nada gagap, Sabo tertawa garing memelintir kepala Ace.
Bermuka secerah mentari, Luffy cuek bugil. Handuk mini tanpa dosa menutupi area vulgar. Mengangkang lebar di ambang pintu. Badan kerempeng agak berisi diekspos murah.
Niatnya beriman, tapi godaan terlalu bangsat mengundang. Makin dilihat, mau tidak mau mata malah makin lebar, ogah merem.
Ini bukan sesi nonton video porno, tulung. Buat apa jantung pakai main jungkat-jungkit segala?
"Mandi! Ayo mandi bareng! Sudah lama kita enggak mandi bareng, 'kan!"
Oh, my god!
Bukannya balas menjawab, Sabo yakin liurnya tersumbat. Penglihatan saudaranya ditutup sebelum berubah jadi serigala, bahaya.
Iya, sih, Luffy itu adik. Tapi tolong, bukannya Luffy sudah mimpi basah?
Masa iya naluri lelaki sehat tidak menembus inosennya? Yakin di antara kakinya betulan ada sesuatu yang menggantung? Atau jambul-jambul mini bergoyang gemulai di sekelilingnya?
Dua laki berkeringat dingin. Kipas angin tidak berfungsi. Gelagat saja diam, yang di bawah mulai gelisah. Hush! Hush! Tahan napsu! Dasar bejat!
Entah mendapat hidayah dari mana, Sabo coba mengulas senyum. "L-Luffy. Bukannya tidak mau, tapi kita, 'kan, sudah besar."
Merengut tidak suka. "Eeeeeh? Lalu kenapa?"
"Malu dong. Sudah besar, masa masih mandi bareng?" Bujuk Sabo.
Ace diam seribu bahasa. Kerasukan ilham, pura-pura sibuk mencari kotak sereal di atas lemari.
Masih ragu-ragu, Luffy memiringkan kepala. "Mmmnn ..."
Oke, sip, anak ini mulai paham. Jangan memaksa, Luffy. Jadilah anak baik dan tidak sombong.
Sabo meraba-raba meja di belakang. Menyambar asal segelas air.
"Tapi di acara Study Tour kemarin, aku mandi bareng Torao, Sanji, Usopp, Zoro, dan Brook. Tidak apa-apa, tuh. Malah aku gantian gosok punggung sama Torao."
Ace terjungkal betulan.
"—OHOK!"
Sabo terbatuk dahsyat, debit air menyembur tanpa aba-aba.
Pamer senyum tak bersalah, Luffy tertawa riang. "Asyik, lho! Air panasnya enak—Ace? Kena—huwaa!"
Adik diangkat bak karung beras. "Oke, baru ingat aku belum keramas. Ayo, mandi."
Sabo mematikan kompor rebusan air. "Tunggu, aku ikut."
xXx
The End
xXx
