Tittle : Baby Minari's Rowdy Lullaby

Author : Choi Hye Ri

Chara : Choi Jonghun, Lee Hongki & Choi Minhwan

Warning : Shonen-ai & Mpreg

First Publish date : August 4, 2012 at 12:10pm

XOXOXOCheerfullSensibillityXOXOXOXO

"Agkgkgk ppa! Ppa! Gkgkgk!"

Min Hwan tertawa geli saat Jong Hun, sang ayah menciumi tiap inci tubuhnya. Begitu manja bergelayut pada pangkuan sang appa yang sebenarnya sedang sibuk dengan tugas kantornya. Tapi namja tampan itu cukup bijaksana. Disamping berkutat dengan laptopnya, sesekali ia menyempatkan diri untuk menanggapi permintaan sang aegya. Sekedar bermain. Atau menanggapi celotehan lucu bayi mungil itu.

Saat Jong Hun kembali fokus pada apa yang sedang dilakukannya, tatapan polos Min Hwan tertuju pada laptop sang appa. Terdiam sesaat. Sesekali melonjak-lonjak dalam pangkuan Jong Hun. Menggerak-gerakkan jemari gempalnya. Mengerucutkan bibirnya seraya menggerutu lucu.

"Ppa-"

"Hmm-"

"U-"

Jong Hun terkekeh. Mencium rambut tipis Min Hwan saat aegyanya itu menunjuk laptopnya dengan jemari mungilnya. Tak tega melihat putranya yang mulai merasa diabaikan, Jong Hun pun mengotak-atik laptopnya. Membuat Min Hwan menatap bingung ke arah layar.

"Hing-ppa-"

Jong Hun tersenyum seraya membuka sebuah aplikasi video. Seketika membuat Min Hwan bersorak senang. Antusias dengan apa yang dilihatnya.

"Nchu ppa! Nchu! Hkhkhk!"

Min Hwan menjulurkan kedua lengannya. Berusaha meraih beberapa pikachu yang berlarian di layar laptop sang appa. Kembali tergelak geli.

"Nchu ppa! Nchu!

Jong Hun ikut terkekeh. Sesekali membenahi posisi Min Hwan dalam pangkuannya. Memperhatikan tingkah lucu sang aegya yang begitu bersemangat dengan tontonan barunya.

"Ppa! Ppa! Nchu!"

"Apa yang kau lakukan hmm? Menangkap pikachunya?"

"Nchu ppa! Nchu!"

Min Hwan mengerucutkan bibirnya frustasi. Kenapa pikachunya tak bisa diam eoh? Menyebalkan. Melelahkan. Min Hwan pun meraih lengan kekar sang appa. Bermaksud meminta untuk mendapatkan pikachunya.

"Ppa! Nchu ppa" gumamnya setengah merengek.

Jong Hun hanya tertawa kecil. Kasihan juga pada aegyanya yang mulai menyerah. Ia pun menekan tombol pause. Menghentikan pergerakan pikachu-pikachu di layar laptopnya.

"Wu-gkgkgk-nchu-nchuuu!"

Tap!

"Eit-apa yang akan kau lakukan hmm? Menghancurkan laptop appa umm?"

Jong Hun menahan

lengan Min Hwan yang hendak menyambar layar laptopnya. Menyedekapkan kedua lengan pendek Min Hwan. Membuat bayi itu tergelak geli. Merasa tak bebas bergerak.

"Nn-ppa-"

"Waeyo? Umm?"

Min Hwan terdiam. Mengerjapkan matanya polos. Menggerak-gerakkan jemarinya, terbuka- terkatup. Hingga tawa menggemaskan meluncur dari bibir mungilnya.

"Pee-"

"Mwo?!"

"Ppa! Gkgkgk!"

Cepat-cepat Jong Hun mengangkat tubuh Min Hwan dari pangkuannya. Yang hanya membuatnya mampu melihat tetesan air yang mengalir dari sela kaki aegyanya itu. Pipis lagi. Jong Hun pun berdecak frustasi. Segera menurunkan Min Hwan ke lantai.

"Aish..kenapa selalu terlambat jika ingin pipis eoh? Harusnya kau mengatakan sesaat sebelumnya chagi-"

"Gkgkgk ppa! Cah ppa!"

"Ne. Basah. Kau harus ganti celana sekarang."

"Nana?"

Jong Hun mengangguk. Memegangi Min Hwan yang tengah mengangkat-angkat jemari kakinya. Merasa tak nyaman. Lengket.

"Sekarang cari umma. Minta umma untuk gantikan celanamu, arra?"

"Mma?"

"Umma ada di dapur. Sekarang, jalan kesana, ne?"

Perlahan, Jong Hun memutar tubuh Min Hwan. Melepas tangan aegyanya bermaksud menyuruhnya untuk berjalan ke dapur. Min Hwan pun berceloteh bingung. Berdiri terhuyung-huyung seraya merentangkan kedua lengannya untuk menyeimbangkan porsi tubuhnya.

"Mma gkgkgk!"

Min Hwan mulai melangkah. Berjalan keluar kamar mencari sang umma yang ada di dapur. Sesekali berceloteh lucu. Membuat Jong Hun yang hendak mengganti celananya karena kebasahan terkekeh.

"Mma!"

Masih dengan langkahnya yang tertatih-tatih, Min Hwan berkelana menuju dapur. Menapakkan kaki-kaki mungilnya. Membuat butt gempalnya yang terbalut celana basahnya bergerak naik turun. Menggemaskan. Hingga saat mata sipitnya mendapati sang umma tengah membereskan perlengkapan makan malam. Membuatnya bersorak senang. Berlari dengan langkah ringkih menuju namja cantik itu. Menubruknya. Kembali menjerit dengan lengkingan suara lucunya yang membuat Hong Ki sedikit tersentak kaget.

"Choi Min Hwan-"

"Nana mma! Cah!"

Hong Ki tersenyum. Berbalik sesaat demi menanggapi ucapan Min Hwan.

"Pipis lagi eoh?"

"Pee mma! Nana cah!"

Hong Ki tersenyum lagi. Ia pun merendahkan tubuhnya. Mengelus lembut wajah Min Hwan.

"Tunggu sebentar ne? Umma selesaikan dulu cuci piringnya."

Min Hwan hanya tertawa kecil. Menggapai-gapai wajah sang umma yang masih tersenyum padanya.

"Mma!"

"Hmm?"

"Ppa nchu!"

"Apa? Apa maksudmu chagi, umma tidak mengerti."

"Nchu-ppa!"

Hong Ki terkekeh mendengar celotehan Min Hwan. Sejujurnya ia bingung. Jong Hun-pikachu? Ah..entahlah. Apapun yang ingin dikatakan oleh aegyanya itu, ia hanya bisa mengiyakan.

"Sekarang kita ganti celananya, arra?"

"Nana!"

Min Hwan mengikuti langkah Hong Ki kembali ke kamar. Hingga mendapati sang appa yang tampak serius berkutat dengan laptopnya.

"Ppa nchu!"

Min Hwan berteriak memanggil Jong Hun. Tapi namja tampan itu tak bersuara. Membuatnya penasaran. Ia pun berjalan berlawanan arah dengan Hong Ki. Sang umma menuju lemari, sementara dirinya mendekati sang appa.

"Ppa! Nchu!"

"Choi Min Hwan, ganti celana dulu. Arra?"

Min Hwan menoleh ke arah Hong Ki. Menggeleng-gelengkan kepalanya lucu.

"Nchu ppa!"

Min Hwan meraih kaki Jong Hun. Menjadikannya untuk pegangan. Membuat Jong Hun mau tak mau harus menanggapi permintaan aegyanya itu.

"Mainnya nanti lagi ne? Appa sedang sibuk chagi. Dan kau harus ganti celana dulu. Atau pikachunya tidak mau main denganmu."

"Umm?"

Min Hwan berjinjit. Mencoba mengintip ke layar laptop Jong Hun. Penasaran. Mengerucutkan bibirnya sebal. Pikachunya tak ada di sana. Kemana eoh? Membuatnya berceloteh protes.

"Ppa! Nchu! Na?"

"Pikachunya bersembunyi karena kau bau, jadi ganti celana dulu, arra?"

Hong Ki yang sedang memilihkan celana panjang untuk Min Hwan pun terkekeh. Menoleh sesaat. Mendapati wajah protes aegyanya yang tampak begitu lucu. Polos sekali. Menurut begitu saja dengan ucapan Jong Hun. Bahkan putranya itu sekarang sedang berjalan ke arahnya. Bersorak minta ganti celana yang baru.

"Mma! Nana!"

Hong Ki pun berjongkok. Menyamai tubuh aegyanya. Melucuti celana Min Hwan. Membawa aegyanya itu ke kamar mandi. Membersihkannya. Lalu memakaikannya celana yang baru.

Min Hwan berjingkat senang. Menjulurkan lengannya ke udara. Mengabaikan sang umma lalu berjalan mendekati appanya. Tak sabar. Ingin menagih janji sang ayah.

"Ppa nchu!"

"Mainnya besok saja chagi. Ini sudah malam. Kau harus tidur."

Suara sahutan sang umma membuat Min Hwan menoleh. Mendadak cemberut.

"Ni mma! Ni!"

Min Hwan lebih memilih bergelayut pada Jong Hun. Kembali berjinjit. Mengintip layar laptop Jong Hun yang penuh dengan deretan tulisan yang tak dimengertinya. Min Hwan pun semakin cemberut. Berharap pikachunya yang tadi muncul kembali.

"Ppa! Nchu!"

"Aigoo, jangan ganggu appa chagi."

Hong Ki mendekati Min Hwan. Berniat menggendong aegyanya dan menjauhkannya dari Jong Hun. Tapi jelas saja, Min Hwan menolak. Walau hari sudah malam, tapi keinginannya untuk bermain dengan sang ayah begitu besar. Sejujurnya ia rindu, mengingat tiap hari harus ditinggal Jong Hun kerja membuatnya ingin menghabiskan waktu lebih lama lagi bersama sang ayah di malam hari seperti ini.

"Nchu mma! Nchu!"

"Main pikachunya dengan umma saja ne?"

Hong Ki mengambil boneka pikachu yang tak terkira ukurannya. Sangat besar. Melebih tubuh Min Hwan malah. Membuat Min Hwan sedikit mengalihkan perhatiannya pada sang umma.

"Nchu mma?"

"Ne. Kita main di sini saja."

Hong Ki mengangkat tubuh Min Hwan. Memindahkannya ke atas ranjang. Bersebelahan dengan Jong Hun yang kembali fokus dengan tugas kantornya. Dan Min Hwan menurut. Begitu anteng memainkan bonekanya. Meninjunya. Tergelak geli. Sesekali berceloteh mengajak Hong Ki untuk bermain dengannya. Dan namja cantik itu, demi mengalihkan perhatian Min Hwan, tentu saja menanggapinya. Bahkan tak segan mengajak Min Hwan berguling-guling. Sengaja, memancing aegyanya agar segera tidur. Menumbuhkan rasa kantuk yang seharusnya sudah datang pada bayi seumuran Min Hwan.

"Gkgkgk! Mma!"

Dungg!

Min Hwan meninju wajah Hong Ki. Tergelak geli saat sang umma menggembungkan pipinya gemas.

"Kenapa meninju umma hmm? Nakal eoh? Umm?"

"Ni mma! Ni!"

Min Hwan kembali terkikik geli. Terlebih saat Hong Ki memeluknya. Mendekap tubuh kecilnya hingga membuatnya tak bisa berkutik. Ingin melawan pun, kedua tangan mungilnya terlanjur terkunci. Tak bisa bergerak sedikit pun.

"Gkgkgk mma! Mma!"

Min Hwan menjerit protes. Menendang-nendang kedua kaki mungilnya ke perut Hong Ki. Minta dilepas.

"Kau harus tidur chagi. Ini sudah malam."

"Ni mma! Ni!"

Tiba-tiba saja Min Hwan menjerit. Marah. Berontak dalam dekapan sang umma.

"Ppa!"

"Sst-appa masih harus menyelesaikan tugasnya. Jadi kau tidur saja, arra?"

"Ni mma! Ni! Ppa! Hikhikhik! Ppa!"

Min Hwan mulai merengek. Ngambek. Tahu jika sang umma hanya mengerjainya. Ia pun menggerak-gerakkan kedua kaki dan tangannya. Berusaha lepas dari Hong Ki.

"Ppa! Ppa!"

Akhirnya, Hong Ki melepas Min Hwan. Tak mungkin juga terus-menerus ia menahan tubuh kecil aegyanya. Sama saja menyiksanya. Yang bisa dilakukannya hanyalah memperhatikan tingkah polos bayinya itu, sedang merangkak ke arah Jong Hun yang duduk tak jauh darinya.

"Ppa!"

Susah payah Min Hwan berdiri. Menyeimbangkan tubuh kecilnya yang terhuyung kesana-kemari

di atas ranjang. Meraih punggung Jong Hun. Menjadikannya pegangan.

"Choi Min Hwan… jangan ganggu appa ne?"

Suara husky Hong Ki menghentikan aksi jahil Min Hwan yang tengah sibuk menaiki punggung Jong Hun yang juga masih sibuk dengan laptopnya. Namja cantik itu mendekati Min Hwan, menghampiri aegyanya yang kekeh merusuh di tengah kesibukan sang ayah.

"Sebaiknya kau minum susu Min Hwannie, lalu tidur, arra?"

"….."

Min Hwan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya asal. Ke kiri dan ke kanan. Mata sipitnya menatap polos. Tangan-tangan pendeknya juga masih setia bertumpu pada bahu Jong Hun yang juga masih anteng dengan tugas kantornya.

"Ini sudah malam, kau ingin ikut lembur bersama appa eoh? Nanti kau bisa punya mata panda chagi…"

"…."

Menggeleng lagi. Kali ini menarik-narik rambut Jong Hun yang masih serius berkonsentrasi dengan tugas-tugasnya.

"Ppa…" bayi mungil itu pun berceloteh ria, memukul pelan bahu sang ayah yang tampak tak peduli padanya.

"Hmm?"

Bibir Min Hwan menyembul, mengerucut dengan bibir bawahnya yang maju beberapa mili saat sang ayah hanya bergumam lirih. "Ndongggg…" rengeknya tiba-tiba seraya menaikkan kakinya pada punggung lebar Jong Hun.

"Aigoo, kau ini, appa sedang sibuk Minari. Main dengan umma saja ne?"

"Umm?"

Bergumam polos mendengar ucapan sang umma. Hingga namja cantik itu meraih tubuhnya yang masih menggapai-gapai ke arah Jong Hun. Menjauhkannya dari namja tampan itu. Dan tentu saja, ia tak rela jika kebersamaannya dengan sang appa harus berakhir. Mulai merengek. Protes saat Hong Ki menggendongnya menjauhi Jong Hun.

"Ppa.. huuu…"

Hiksss….

Ngambek. Meronta dalam gendongan Hong Ki. Salah juga sebenarnya. Hari sudah larut malam, tapi Min Hwan, anak seumuran dia yang biasanya sudah tidur beberapa jam lalu justru masih aktif terjaga. Tak mau tidur meskipun sang umma sudah membujuknya. Kekeh. Tetap ingin bermain dengan appanya yang sebenarnya tak ada waktu untuk menanggapi keinginan sederhananya itu.

"Kau harus segera tidur, nanti kau bisa sakit chagi."

"Ni! Ppa! Ppa!"

Menjerit manja. Memukul-mukul bahu Hong Ki dengan kedua tangan mungilnya. Kedua kakinya juga menjejak-jejak. Minta turun dari gendongan sang umma.

"Ahkhkhk! Ppa! Hum-ppa! Hikhik!"

Jong Hun menoleh sejenak saat tangisan Min Hwan terdengar. Memperhatikan tingkah sang aegya yang begitu manja.

"Mainnya nanti saja ne?"

"Ni ppa! Ni! Ppa!"

Hong Ki menggeleng gemas. Tak kalah kekehnya dengan Min Hwan. Aegyanya harus segera tidur. Mau tidak mau, suka tidak suka, Min Hwan harus tetap segera memejamkan matanya.

"Biar aku yang mengurusnya Jongie. Lanjutkan saja pekerjaanmu."

Jong Hun mengangguk. Kembali berkutat dengan laptopnya. Sementara Hong Ki melenggang keluar kamar. Masih menepuk-nepuk punggung Min Hwan yang tak hentinya menangis. Membawanya ke dapur. Membuatkan susu hangat sebagai pengantar tidur bayi menggemaskan itu.

"Hik hik hik! Ppa! Huhu! Hik! Ppa!"

"Appa masih sibuk Minari. Nanti jika sudah selesai, appa pasti mau bermain denganmu. Kita minum susu dulu ne?"

Masih menangis. Tak mau mendengar penjelasan sang umma. Pasrah saat Hong Ki membawa tubuh kecilnya menuju dapur.

Min Hwan, dalam gendongan Hong Ki, hanya bisa menatap polos kegiatan sang umma dengan mata sipitnya. Masih terisak sesenggukan. Wajahnya sembab, berair karena menangis. Sesekali menolehkan kepalanya mengikuti kemana tangan Hong Ki beraksi. Penasaran. Antara ingin tahu dan tak peduli. Ingin melihat apa yang ummanya akan berikan padanya, tapi di sisi lain ia masih marah pada namja cantik itu.

Setelah menyeduh susu dalam botol, Hong Ki kembali menuju kamarnya. Namun sebelum memasuki kamar, Min Hwan kembali merengek. Melonjak-lonjak dalam gendongannya. Menangis tanpa sebab.

"Mma! Huhu! Hik! Mma!

"Waeyo? Ada apa hmm?"

"Mma! Mma!"

Hong Ki pun mendadak panik. Ia lanjutkan langkahnya memasuki kamar seraya mencoba memenangkan Min Hwan. Tapi bayi itu masih saja menangis. Justru semakin kencang, membuat Jong Hun mau tak mau harus menghentikan kegiatannya sebentar.

"Ada apa?"

"Molla. Mungkin dia masih marah padaku. Gwaenchana. Lanjutkan saja. Aku akan menidurkannya."

Hong Ki membenahi posisi Min Hwan dalam gendongannya. Menimangnya. Sesekali mengusap air mata aegyanya yang tak hentinya mengalir. Menepuk-nepuk punggungnya. Mengajaknya berjalan kesana-kemari. Apapun, yang bisa membuat Min Hwan tenang dari tangisnya. Tapi ternyata tak mudah. Min Hwan masih merajuk tanpa sebab. Menggapai-gapai ke arah Jong Hun. Dan.. Terbaca, keinginan terbesarnya adalah bermain bersama sang ayah.

"Ppa! Hikhik! Hu! Ppa!"

Tak tega, Jong Hun pun mendekati Hong Ki. Mengelus lembut kepala Min Hwan. Membuat aegyanya menjulurkan lengan ke arahnya.

"Ppa! Ndong huhu! Hiks!"

"Berikan padaku. Mungkin dia bisa tidur nanti."

Jong Hun pun mengambil alih Min Hwan dari sang istri. Menggendongnya. Mengajaknya berkeliling sejenak.

"Cengeng umm?"

"Ppa!"

"Rewel eoh?"

"Nchu ppa! Hiks!"

Jong Hun tersenyum. Mengajak Min Hwan mendekati sudut ruangan dimana box bayi milik Min Hwan berada. Membawa aegyanya itu bermain dengan beberapa pikachu kecil yang tergantung di sana. Sementara Hong Ki, hanya bisa duduk di ranjangnya. Menghela nafas berat. Tumben sekali Min Hwan rewel seperti ini. Tak biasanya.

"Coba hitung pikachunya, ada berapa hmm?"

Jong Hun bergumam. Mencoba mengajak Min Hwan berbicara. Tapi tetap saja, aegyanya itu masih sesenggukan.

"Nchu ppa-"

"Ne. Ayo kita hitung, ada berapa pikachu yang kau punya umm?"

Min Hwan menatap beberapa pikachu di depannya dengan mata polosnya. Sesekali menjulurkan lengannya. Mencoba menyentuhnya. Namun sesaat kemudian ia menoleh. Menatap sang umma yang tampak kelelahan.

"Waeyo? Ingin tidur dengan umma hmm?"

Min Hwan kembali menatap sang ayah. Menggeleng. Wajahnya kembali keruh. Bibirnya mulai menyembul. Ingin menangis lagi.

"Hikhikhik ppa! Huhuhuhu ppa! Hikhik!"

"Sst, waeyo? Kenapa menangis lagi umm?"

Tak menjawab. Hanya menyandarkan kepalanya pada bahu sang appa. Merentangkan kedua lengannya. Sesekali meremas lengan Jong Hun dengan jemari mungilnya. Sesenggukan. Mengerjapkan kelopak matanya yang mulai berat. Mengantuk. Lihat? Sepertinya mulai berhasil.

Tak ingin rencananya gagal, Jong Hun mulai melangkah. Mondar-mandir kesana-kemari. Sesekali mengayun-ayunkan Min Hwan dalam gendongannya. Membuat aegyanya merasa nyaman.

"Sepertinya dia sudah tidur Jongie-"

Jong Hun diam sejenak. Memperhatikan deru nafas Min Hwan yang begitu teratur. Ya..telah terlelap. Sempurna memejamkan matanya.

Jong Hun pun mendekati Hong Ki. Bermaksud memindah-tangankan Min Hwan. Tapi baru saja Hong Ki mengulurkan kedua lengannya untuk meraih Min Hwan, bayi mungil itu kembali merengek. Terganggu dengan pergerakan kecil yang Jong Hun lakukan. Tangisan pun kembali pecah. Membuat Jong Hun mengurungkan niatnya.

"Aish..jinjja? Anak ini -"

Hong Ki mengacak rambutnya frustasi. Hanya bisa memperhatikan Jong Hun yang kembali berjalan kesana-kemari demi membuat Min Hwan diam. Dan rengekan pun perlahan tak lagi terdengar. Hanya gumaman lucu dari sang aegya yang terasa mengusik indera.

"Nchu-"

Jong Hun kembali menghampiri pikachu yang tergantung di sudut kamarnya. Meraih satu boneka lalu memberikannya pada Min Hwan yang kini setengah terjaga. Kedua mata Min Hwan benar-benar terlihat berat. Tapi gerakan tangannya masih aktif menggenggam pikachunya.

"Nchu ppa-"

"Ne. Kau ingin tidur dengan pikachunya?"

Min Hwan menjulurkan tangannya. Berniat menggapai boneka lainnya. Jemari mungilnya terbuka-terkatup. Sementara wajahnya yang mulai sembab perlahan bersandar pada bahu Jong Hun. Kembali merasakan kantuk.

"Nchu-"

Bibir mungil Min Hwan kembali berceloteh. Membentuk huruf o ala kadarnya. Jemarinya mulai melemas. Tak lagi menggenggam erat pikachu miliknya.

"Tidurlah."

Jong Hun bergumam lirih. Menepuk-nepuk punggung Min Hwan pelan. Beberapa saat berlalu, hingga Min Hwan benar-benar kembali terlelap. Kali ini berhasil memindahkan Min Hwan pada Hong Ki. Membuat namja cantik itu menidurkan Min Hwan di atas ranjangnya dan juga Jong Hun. Memastikan, Min Hwan takkan menangis lagi nanti.

Hong Ki ikut merebahkan dirinya di samping Min Hwan. Sementara Jong Hun yang merasa pegal, memutar-mutar tubuhnya. Merenggangkan tiap sendi tulangnya yang terasa kaku.

"Apa tugasmu belum selesai?"

Jong Hun menggeleng. Tersenyum lembut. "Masih ada beberapa yang harus kukerjakan. Tidurlah lebih dulu chagi."

Hong Ki menurut. Sebelum memejamkan matanya, ia sempatkan diri untuk mengelus rambut Min Hwan. Merapikannya. Mengusap wajah aegyanya yang sedikit basah. Tanpa sengaja membuat Min Hwan terbangun. Merengek manja. Terkejut dengan belaian lembut sang umma.

"Hikhikhik! Aaa-"

"Sst, gwaenchana. Tidurlah chagi. Ini sudah malam."

Hong Ki menyambar botol susu Min Hwan. Memberikannya pada aegyanya yang masih merajuk manja. Insting, Min Hwan mulai menyedot botol susunya saat sang umma menyodorkannya. Dengan mata sedikit terbuka, jemari mungilnya bergerak-gerak lucu. Demikian pula dengan kakinya, menendang-nendang pelan. Bahkan sesekali lengan Min Hwan terjulur, menggapai wajah sang umma yang berbaring di sampingnya.

Jong Hun yang sempat terkejut karena rengekan Min Hwan pun menghela nafas lega. Kembali melanjutkan pekerjaannya yang tadi sempat tertunda.

Pelan dan hati-hati. Tak ingin mengulangi kecerobohannya tadi. Kali ini begitu antisipatif jika Min Hwan terbangun lagi. Jong Hun, dengan begitu sabar, mencoba menggendong Min Hwan. Berniat memindahkannya ke dalam box. Tugas kantornya sudah selesai. Dan ini saatnya ia untuk beristirahat. Menyusul Hong Ki dan Min Hwan yang telah terlelap lebih dulu.

Dan..berhasil. Min Hwan telah pindah ke box bayi tanpa terbangun sedikit pun. Begitu anteng tidur dengan balutan piyama biru mudanya yang serba panjang. Jong Hun pun menyelimuti Min Hwan. Tak lupa meletakkan sebuah pikachu di samping sang aegya. Manis. Bayi mungil itu terlihat makin menggemaskan dalam keadaan tak sadar seperti ini.

Jong Hun yang benar-benar kelelahan pun beranjak ke kasurnya. Menarik selimut. Membungkus tubuh mungil Hong Ki juga dirinya. Hong Ki yang merasa ada pergerakan pun membuka matanya. Meraba-raba sosok di sampingnya yang diyakininya sebagai Min Hwan.

"Mm- Min Hwan?"

"Dia sudah tidur chagi. Kau beristirahatlah."

Cup-

Hong Ki tersenyum saat Jong Hun mengecup puncak kepalanya. Kembali memejamkan matanya seraya merapat pada Jong Hun yang telah berbaring di sampingnya. Jong Hun pun turut merapat pada Hong Ki. Melingkarkan lengannya pada pinggang ramping istrinya itu. Tersenyum sesaat sebelum mendekatkan wajahnya. Berniat mengecup bibir Hong Ki. Merasa waktu untuk mereka berdua telah tiba.

"Aaaa-hikhikhik-mma-hikhik-"

Sontak Jong Hun menoleh ke arah box Min Hwan saat aegyanya itu merengek manja. Sementara Hong Ki terkekeh ringan.

"Kau lupa memberikan botol susunya Jongie-"

"Aish..jinjja-"

Fin!

FTISLAND FACTS:

FTISLAND debut pada 7 Juni 2007 di acara M!Coundown. Album pertama mereka bertajuk "Cheerful Sensibility" dengan lagu andalan "Love sick".

Sebelum debut pada tahun 2007 FTISLAND sempat mengikuti acara reality show "Wanna be my girlfriend?" pada stasiun TV Mnet channel.

FTISLAND merupakan the best rookie pada tahun 2007 dengan jumlah penjualan debut album 79,000 kopi dan "Love sick" berhasil menjadi "Song of the Year".