Do The A Side; We Are © Do As Infinity
Pandora Hearts © Mochizuki Jun
/AU/a little OOC//BreakSharon/
--
Gadis kecil itu berlari menyusuri halaman yang sudah gelap. Wajahnya terus menengadah, melihat bintang-bintang bertaburan. Senyum tak lepas dari wajahnya. Ia terus berlari sampai di sebuah lapangan yang luas. Napasnya terengah-engah. Namun ia kembali tersenyum saat melihat seorang lelaki sedang tiduran sambil memandang langit.
"Xerk-niisan!" sapa gadis kecil itu setelah ia berjalan menghampiri lelaki yang sedang merebahkan badannya.
"Sharon? Kenapa malam-malam begini ada di luar? Kalau Sherry-sama tahu, bisa gawat," kata orang itu.
Sharon menggeleng, "daijoubu, okaasan sudah tidur, kok. Aku hanya ingin berada di sini bersamamu untuk terakhir kalinya sebelum kau pergi."
Break hanya tersenyum, lalu mengusap kepala Sharon.
"Berjanjilah kau akan cepat kembali! Lalu kita bermain bersama," Sharon menyodorkan kelingkingnya. Break tersenyum sekali lagi sebelum ia menyambut kelingking Sharon. "Kau sudah janji! Dan bintang-bintang itu saksinya. Aku menunggumu," Sharon tersenyum lebar.
Break kemudian bergerak untuk memeluk Sharon dan mengecup keningnya pelan. Sharon tak menarik diri, karena ia selalu senang akan sentuhan lembut dan dekapan hangat dari seorang Break—bukan sebagai Xerk-niisan—.
"Xerk-niisan… daisuki…"
-
Sinar matahari memaksa masuk melalui celah tirai. Sinarnya menerangi sebagian kamar, dan sebagian ada yang mengintip di kelopak mata Sharon. Gadis itu kemudian terbangun dan mengucek matanya.
"Break… ah, hanya mimpi…" gumamnya.
Sharon menoleh ke arah mejanya yang terdapat tumpukan surat—semuanya dari Break. Pandangannya sayu.
"Kapan kau pulang? Aku merindukanmu, Break…"
Saat Sharon turun ke lantai satu, ada sebuah surat yang tergeletak di atas meja. Saat Sharon melihat amplopnya, ia mengetahui kalau surat itu berasal dari Break. Cepat-cepat, ia mengambilnya dan berlari ke atas untuk segeram membacanya.
Dear Sharon,
Bagaimana kabarmu pagi ini? Kuharap kau masih sehat dan tidak stress karena merindukanku yang tidak kunjung pulang, haha.
Maaf sekali lagi, aku tidak bisa berada di sampingmu saat kau ulang tahun—hari ini. Tapi doaku selalu menyertaimu. Sebagai pengganti kue tart dan lilin, nanti malam, kau buka saja jendelamu, dan memohonlah pada bintang jatuh—kalau ada sih.
Sudah, ya. Semoga harimu menyenangkan, Oujosama.
Sign,
Xerxes Break.
Sharon tersenyum, lalu melipat surat dari Break dan menyimpannya. Kalau begitu, malam ini, Sharon akan mengikuti saran Break. Mungkin saja Tuhan berbaik hati memunculkan bintang jatuh dan mengabulkan permohonannya.
-
Sharon membuka jendela kamarnya dan matanya menangkap langit hitam yang berhiaskan jutaan bintang yang menggantung di bawahnya. Sudut bibirnya tertarik dan membentuk sebuah senyum.
Sharon mengatupkan kedua tangannya di depan dada saat matanya menangkap kilauan yang berjalan dengan cepat melintasi langit malam. Matanya terpejam. Berharap doanya terkabul jika ia memanjatkannya dengan sepenuh hati.
Setelah selesai, Sharon mendengar suara gemeletak. Ada seseorang yang melempar jendela kamarnya dengan kerikil. Dan saat Sharon melihat ke bawah, ia mendapati Break berdiri sambil melambaikan tangannya. Mata Sharon berbinar. Ia segera turun dan keluar untuk menyambut kedatangan Break secara tiba-tiba itu.
Sharon berlari dan memeluk Break. Tak menduga kalau salah satu permohonannya akan dikabulkan secepat itu.
"Selamat ulang tahun, Sharon," ucap Break sambil mengusap kepala Sharon.
"Terima kasih. Kau pulang, ini sebuah kejutan. Padahal kau bilang tidak bisa pulang. Untung saja aku belum membalas suratmu."
Dan Break hanya tertawa.
Break kemudian mengajak Sharon untuk melihat bintang di tempat yang sama dengan tempat terakhir kali mereka melihat bintang bersama dan mengikat janji.
"Aku sudah memenuhi janjiku, kan?" kata Break saat mereka berdua duduk di tanah lapang itu. Sharon mengangguk. Kemudian suasana menjadi hening.
Gadis itu meremas gaunnya. Menggigit bibir bawahnya untuk menenangkan batinnya. Ada sesuatu yang harus disampaikan kepada Break, tapi ia belum punya cukup keberanian.
Mengerti Sharon ingin mengucapkan sesuatu, Break menggenggam tangan Sharon yang—sepertinya—gemetaran. Sharon mendongak dan mendapati Break tengah tersenyum padanya.
"Break, mungkin kau pikir ini adalah sesuatu yang aneh dan salah," akhinya Sharon memberanikan diri. "Tapi aku.. aku… benar-benar… aku—"
Belum selesai Sharon berbicara, Break sudah menutup bibir Sharon dengan bibirnya sendiri. Mengecup rasa manis yang selama ini ia inginkan. Ini sebuah paksaan terhadap dirinya sendiri, tapi perilakunya tidak menunjukkan bahwa ini sebuah paksaan.
.
Even if I wake up and discover that it was just a dream,
My heart will surely go on living --
I want to tell you, no matter what...
I want to tell you one more time...
.
Sharon tidak menarik diri. Karena ini juga sesuatu yang diinginkannya. Ciumannya terasa begitu lembut dan hangat. Sharon memejamkan mata. Kembali berharap bahwa ini bukan mimpi.
"Hadiah ulang tahunmu," kata Break setelah ia melepas ciumannya.
Sharon tersenyum malu-malu. Dan akhirnya, ia—sekali lagi— memberanikan diri. Ia melingkarkan kedua tangannya di leher Break, memelukknya, dan membisikkan sesuatu.
"Break… hontou ni daisuki…"
.
Things are still the same as that day,
When we wished
Upon a star
And made promises.
We were
Born amid
The thousands of stars...
The miracle of meeting you
Is something that only the two of us have.
.
We Are — End
