disclaimer : Masashi Kishimoto
tittle : forbiden blood
warning : typo everywhere, fastalur, OOC, etc.
.
.
.
Sakura VOP :
Aku berjalan sendirian melewati lorong sekolah. Suasana nampak begitu lengang dan sepi, angin berhembus menghempaskan dedaunan dari pohon mapple yang mulai berjatuhan. Aku menghirup udara yang terasa segar. Pagi ini, tidak lebih tepatnya suasana masih begitu nampak seperti waktu peralihan.
Alasanku?
Aku datang pagi bukan karena takut terlambat kesekolah. Meskipun itu menjadi salah satu alasanku juga. Aku juga datang pagi bukan karena ingin dipuji sebagai murid teladan, tapi karena aku tak ingin mencolok. Aku Haruno Sakura, hanya seorang gadis biasa yang tak ingin terlihat. Bukan untuk bermaksud sombong atau hal lain semacamnya.
Tapi karena aku punya alasan. Alasan tersendiri yang tak bisa aku ungkapkan dengan jelas..
End off Sakura vop
Gadis bermata emerald itu terlihat begitu sendu saat memasuki kelasnya yang ada diujung lorong Konoha High School (KHS). dia gadis pendiam, dan sulit untuk bersosialisasi. Sakura sangat jarang terlihat keluar kelas, bahkan untuk kekantinpun Sakura jarang sekali. Makanya dia terlihat seperti asing, Sakura hanya menghabiskan waktu istirahatnya didalam kelas. Itu saja, dan Sakura tak lupa selalu membawa bekal makanan. Semua teman satu kelasnya menganggap Sakura adalah gadis yang "aneh". Bagaimana tidak? Sakura sering merasa ketakutan dan berujar dia melihat sosok mahluk hitam ada dikelas. Namun, tak ada satupun yang percaya. Lebih parahnya lagi dia diperolok di bully tidak waras. Sakura hanya bisa menangis dilorong dekat toilet. Dia merasa dunianya begitu suram. Tak punya teman, penyendiri, dan seolah menghindar dari tempat keramaian. Ini bukan kali pertama baginya, tapi lama kelamaan Sakura merasa tersiksa dengan kondisinya itu. Sakura hanya bisa mencurahkan seluruh perasaanya hanya pada diary yang selalu dia bawa kemanapun. Sakura sebisa mungkin tidak terlihat mencolok atau terkenal disekolahanya. Dia memakai jaket dengan hodie yang menutupi rambut berwarna soft pinknya. Berjalan sambil menundukan kepala, menutup diri dengan dunia luar.
.
.
"diaam!"
Semua tatapan menoleh kesumber suara yang dihasilkan oleh gadis bersurai merah muda. Sensei Anko yang tengah menulis dipapan tulis menghentikan aktivitasnya dan melihat tajam kearah Sakura.
"ada masalah Sakura?"
"aku.. aku.."
Sakura melihat sekeliling. Sekarang Sakura menjadi pusat perhatian teman-teman sekelasnya. Bahkan beberapa dari mereka berbisik sambil menatap dengan tatapan ketidaksukaanya pada Sakura.
"aku mendengar suara bising sensei.. itu sangat menggangguku"
Sensei Anko mengernyit seolah tidak mengerti dengan apa yang Sakura maksud
"tapi aku rasa disini tidak ada yang membuat keributan. Apa lagi suara bising seperti yang kau maksud. Bila kau tak menyukai pelajaranku silakan keluar dan jangan mengganggu teman-temanmu yang lain Sakura"
Sakura tercenung. Dia seolah menjadi pengganggu, dan teman-temanya menatap sinis kearah Sakura. Sakura bangkit dari tempat duduknya dan keluar ruangan kelas mengikuti perintah senseinya. Sakura bisa mendengar celetukan dan bisikan teman-temanya yang mengatainya. Gadis aneh, penyihir, abnormal. Setidaknya itulah beberapa komentar teman-teman Sakura tentang dirinya. Sakura hanya bisa tertunduk lesu dikoridor sekolahan. Dia menatap kosong kearah lapangan yang lengang.
.
.
Semua mata tertuju padanya, semua mata memandang dirinya. Sakura menyesali keputusanya untuk kekantin, dia tak punya pilihan lain. Sakura merasa lapar tetapi dia lupa membawa bekal. Salahkan cacing-cacing diperutnya yang perotes minta diisi. Sakura sambil menahan rasa laparnya menuju kantin dan memesan makanan disana. Tatapan itu, tatapan mata yang mengintimidasinya terus saja menyoroti Sakura. Seolah Sakura adalah satu-satunya mahluk yang tidak diinginkan kehadiranya. Sakura melirik kearah sekeliling kantin mencari bangku kosong untuk dia tempati. Hampir semua bangku kantin itu penuh terisi, tak ada tempat kosong baginya. Lalu Sakura melirik kearah kanan ada yang kosong meskipun beberpa siswa ada yang duduk disana
"ano.. bolehkah aku duduk?"
Sakura ragu. Dia mencari bangku kosong tapi tak ada, saat suasana sedang istrirahat seperti ini pastilah kantin ramai oleh siswa. Dan itu adalah kesalahn Sakura. Karena Sakura memang selalu menghindar dari keramaian. Alih-alih mendapat jawaban dari siswa yang duduk. Mereka semua diam, seolah tak menanggapi kehadiran Sakura. Salah seorang diantara siswa itu bangkit, seolah memberi intruksi pada teman-temanya kemudian mereka menyusul bangkit dari tempat duduk dan meninggalkan Sakura sendiri. Yang masih mematung atas tindakan yang dilakukan mereka.
"tidak sudi aku duduk denganya"
"ya. Bisa-bisa nanti kita dibuat sial lagi olehnya!"
"gadis aneh! Penyihir!"
Hati Sakura benar-benar terasa teriris mendengar celetukan teman-temanya yang tidak dijaga. Sakura duduk, dia memandangi makanan yang sudah dipesanya dan kehilangan selera makanya. Pelan-pelan Sakura menyuapi dirinya sendiri dengan makanan yang dia pesan. Berkutat dengan makanan sendiri dan terus memasuki makanan kemulutnya. Sesuap demi sesuap. Bulir air mata hampir saja terjatuh disudut mata Sakura. Tapi Sakura berusaha sebisa mungkin untuk menahanya. Kemudian saat Sakura selesai dengan makananya dia berlari pergi ketoilet. Saat dirasanya toilet sepi dan tak ada siapa-siapa, Sakura mengunci pintu kamar mandi membuka kran agar terdengar suara pancuran air dan kemudian menangis terisak disana. Hatinya begitu sakit, Sakura berjongkok sambil memegangi kedua lututnya. Air matanya tumpah ruah disana. Dan sosok bayangan hitam itupun muncul. Mengamati Sakura, mengawasi Sakura. Bayangan hitam yang seolah selalu ada bersama Sakura. Kini memperhatikan Sakura yang tengah menangis terisak dikamar mandi
.
.
"ini sungguh menyiksaku!"
"tak bisakah kau bersabar? Dia belum cukup umur!"
"tapi aku tidak tahan terus-terusan melihat dia tersiksa seperti ini"
"bersabarlah, akan tiba nanti saatnya"
"shit! Persetan dengan kesabaran! Aku tak bisa hanya terus berdiam diri melihatnya seperti itu!"
"sejak kapan kau mulai memakai perasaan? Seperti seorang manusia? Kau ini malaikat!"
"aku akan turun untuk mengawasi dan melindunginya"
"apa kau sudah tau bila identitas kita terbongkar nantinya?"
"tidak. Bukan sebagai malaikat.. tapi aku akan turun sebagai mahluk tanah biasa, beradaptasi dengan kehidupan dibawah sanah"
"aku harap kau tak melakukan kesalahan yang ceroboh dan fatal..atau rencana dan penantian kita selama ini menjadi sia-sia"
"heh kau meremehkanku"
Usai percakapan sosok malaikat melesat terjun ke bumi merentangkan sayap lebarnya dan menyilaukan cahaya yang sangat benderang menembus angkasa raya dan turun ke bumi
.
.
.
"Sakura makanlah"
Sakura hanya menatap sendu jendela kamarnya
"aku tidak lapar ibu"
"hei jangan buat ibumu menjadi khawatir begini. Ayo makanlah Sakura, kau terlihat pucat"
Butiran bening menetes dari emerald Sakura
"Sakura.."
Sakura memegangi dadanya, terasa sesak
"aku.. aku ingin normal ibu, keadaan ini sungguh menyiksaku hiks.. mereka selalu membullyku, tak ada yang percaya padaku satupun. Aku.. aku.. aku juga ingin normal ibu"
Mebuki mengusap lembut punggung Sakura
"ibu mengerti nak, cobalah terima kelebihanmu itu"
"aku sungguh tak kuat. Sosok mahluk hitam yang mengikutiku, suara-suara aneh yang selalu terngiang ditelingaku, prediksi kematian. Semua ini... semua ini begitu menakutkan! Rasanya aku tak sanggup lagi!"
Sakura meraih gunting dan hendak menyayat pergelangan nadinya
"Sakura!"
Mebuki segera merebutnya dari Sakura dan mengamankan apa yang hendak dilakukan oleh Sakura.
"biarkan Sakura pergi bu!"
Mebuki menangis, melihat puterinya begitu nekat ingin mengakhiri hidupnya sendiri
"kalau ibu bisa menggantikan posisimu ibu pasti hikss.."
Mebuki seakan tak sanggup melanjutkan kata-katanya, tercekat oleh rasa sesak memenuhi rongga dada.
"ibu pasti akan melakukanya nak! Ibu mana yang tak sakit puterinya selalu kesepian? Ibu mana yang tak sakit saat puterinya merasa begitu tersiksa? Ibu mana yang.. hiks"
Mebuki menghapus air matanya. Sakura tercenung dengan kata-kata dari ibunya
"kita pasti akan menemukan cara agar kau bisa menjadi normal kembali sayang"
Sakura menatap ibunya
"kita pasti akan berusaha agar kau menjadi normal kembali, dan tak melihat mahluk halus yang selalu mengganggumu Sakura. Bertahanlah nak"
Mebuki melangkah pergi meninggalkan Sakura sendiri yang masih dikamarnya. Sunyi, sepi, isakan tangis memenuhi kamar Sakura. Angin berhembus menghempaskan rambut pinknya. Sakura bangkit menatap pantulan dirinya dicermin, dan saat itu pula bayangan hitam menyelinap masuk kamarnya. Dan sekilas tampak pada pantulan cermin kamar Sakura, Sakura sudah sangat lelah. Dia memutuskan untuk tidur, maka saat Sakura sudah lelap terpejam. Sosok bayangan hitam itu muncul kembali, berupa gumpalan kabut kemudian berkumpul menjadi satu disisi ranjang Sakura dan berubah wujud menjadi sosok wanita halus beraura temaram hitam, tersenyum memandangi Sakura yang sedang tertidur lelap. Dengan senyumanya yang tidak terbaca.
.
.
.
TBC
.
.
Sebenarnya author kurang menguasai menulis di fic genre fantasy.
gomen kalau scene dan penulisan kurang memuaskan.
reviews kalau berkenan agar fic ini lanjut
