Dari enam bersaudara Matsuno, dapat dikatakan yang paling sering menangis adalah anak kedua, Karamatsu Matsuno.
.
.
.
.
don't cry, niisan
Osomatsu-san © Akatsuka Fujio
Dibuat untuk kesenangan semata, tidak ada keuntungan lainnya yang didapatkan.
.
.
.
.
Walau semasa remaja sering ikut sang kakak berkelahi dengan murid sekolah lain, Karamatsu mudah sekali mengeluarkan air mata—bukan air mata buaya seperti Todomatsu, ini air mata sungguhan.
Memang dia itu sering sekali mengucap kata-kata yang menyakitkan, memberi saudara-saudaranya senyuman aku-baik-baik-saja, dan bernyanyi dengan gitarnya di atap rumah (walau akhirnya terjatuh dan luka-luka). Tapi sekali mendapat gertakan, dia akan diam, tangannya akan gemetar, dan tak jarang genangan air di sudut-sudut mata mulai muncul.
Menjadi anak yang paling cengeng bukan berarti kau akan disayang dan dimanja. Terkadang saudara-saudaranya itu suka menjahilinya sampai menangis—sengaja, mereka hanya ingin melihat wajahnya yang memerah dan basah akibat air mata. Tidak peduli dia itu sebenarnya anak tertua kedua, tetap saja diperlakukan sedemikian rupa.
Semakin bertambah umur, saudara-saudaranya memang semakin jarang membuatnya menangis.
Yah kecuali adiknya yang kedua, Ichimatsu. Adiknya yang satu itu kelihatannya sangat benci dengannya. Apapun yang dia katakan—baik kata-kata untuk menyemangati, atau bahkan hanya memberi saran—sang adik langsung menarik kerah bajunya, menggertaknya dengan kesal, dan tidak akan berhenti sampai Karamatsu menangis kencang.
Tidak keren, tapi Karamatsu tidak bisa mengubah sifatnya yang satu itu.
Ah, namun seingatnya lelaki-lelaki ideal di shojo manga adalah lelaki nakal—yang hobinya bolos dan berkelahi terus-menerus—yang memiliki kelemahan tidak terduga. Tidakkah itu cocok untuknya? Hobi berkelahi, tapi ternyata cengeng? Oke, ternyata dia masih keren.
"Karamatsu-niisan," bisik sebuah suara yang sangat ia kenal.
Setiap kali Karamatsu menangis, adiknya yang ketiga itu akan mendekatinya. Terkadang membawa gitar kesayangannya dan mengajak untuk bernyanyi bersama, atau membawa buku cerita dan membacakannya sampai tamat, apapun agar kakaknya itu berhenti menangis.
Dan ketika Karamatsu sudah kembali tersenyum, Jyushimatsu akan ikut memberikan senyum lebarnya.
"Karamatsu-niisan jangan menangis lagi, ya."
Jyushimatsu akan selalu membuat Karamatsu kembali tersenyum—walau sebelumnya juga terkadang ikut menjahili kakaknya itu.
.
.
.
END
a/n: ini singkat ya www but lagi kepincut banget sama hubungan adek kakak ini-mereka terlalu pure tolong must protect all cost /lebay/ /bias/
