(…..Nee, Shitteru?)

Rated:

T+

Main Pair:

Uchiha Sasuke X Uzumaki Naruto

Other Pair:

Uchiha Sasuke X Hyuuga Hinata

Uchiha Sasuke X Yamanaka Ino

Uchiha Itachi X Namikaze Naruto

Disclaimer:

Mashashi Kishimoto

Genre:

Hurt/comfort, Romance, Angst, Drama

Warning:

Shounen Ai, BL, Yaoi, Slash, Non-Canon, AU, OOC sangat, Badfic, Many Typo (s) maybe, M-Preg (Maybe), dll….

Summary:

Setiap orang ingin merasakan hal yang paling membahagiakan di hidupnya, walaupun hanya sekali, mereka akan berjuang untuk mendapatkan kebahagiaan itu, dengan segala cara. Dan aku, bisakah aku juga melakukannya?

Catatan:

"…" Bicara

'…' Bergumam/ berpikir

[…..] Bicara melalui kertas

Mind to review after read?

\\(-^o^-)/

shiawaseninarushiawaseninaru shiawaseninarushiawaseninaru shiawaseninarushiawaseninaru shiawaseninarushiawase

Chapter 01

Part 1

"Naru-nii, besok Naru-nii kerja lagi?" sesosok bocah yang tengah memegang sebuah buku besar di kedua tangannya menghampiri sesosok pemuda bersurai pirang yang tengah sibuk dengan kegiatan menghias bekal makanan bocah tersebut.

Pemuda itu mengeluarkan sebuah buku catatan kecil dari sakunya, kemudian ia menuliskan sesuatu disana.

[Tentu, Niisan kerjan lagi kok, hehe] ia pun menunjukkan hasil tulisannya pada bocah yang tengah menatapnya itu.

"Yeeiy, berarti besok Niisan bisa menemaniku sehariankan? Besok sekolahku kan libur, jadi aku bisa bersama Niisan seharian kan? Bisa kan Niisan?" tatapnya sambil menggenggam erat buku yang kini berada ditangannya.

"….." ia menatap bocah itu ragu.

[Nn? Gomenne, besok Niisan tidak bisa menemanimu seharian, setelah pekerjaan Niisan selesai disini, Niisan harus bekerja di tempat lain, ne konohamaru] ia menatap penuh maaf ke bocah yang kini sedikit kecewa karena permintaannya tak bisa dikabulkan.

"….." bocah itu menunduk, buku yang ia pegangpun sedikit melorot turun dari dada keperutnya.

[Gomenne, Tapi Niisan janji lain kali Niisan pasti menemanimu seharian sampai kau puas dan bosan, ne?] akhirnya ada sedikit senyum yang terlukis diwajah bocah itu setelah pemuda bersurai pirang itu mengatakannya.

"Hontou ni?" ia sedikit menjinjitkan kakinya.

Dibalas anggukan mantap oleh pemuda itu, bocah yang masih polos itupun bersorak riang, berjingkrak-jingkrak senang. Buku yang tadinya ia pegangpun jatuh dibuatnya. Dan pemuda bersurai pirang itu hanya terkekeh geli melihat kelakuan bocah tersebut.

"Arigatou na, Niisan~" bocah itupun menubruk pemuda itu, memeluk pinggangnya dengan erat, dan dibalas oleh si pemuda bersurai pirang itu.

shiawaseninarushiawaseninaru

Naruto POV

[Nee~, Teme apakah kau punya saudara?] ku pandang sosok yang tengah sibuk berkutat dengan pena dan juga kertas-kertas putih yang kini memenuhi sebagian tempat diatas meja berwarna coklat itu.

"…." Ia diam memandangku, setelah kusodorkan buku catatan yang biasanya menjadi alat komunikasiku selain gerak tubuh.

"Tidak," dipalingkannya wajah itu dari tatapanku, membuatku sedikit kesal, merasa seperti diacuhkan—dan aku tak suka!

[Tatap aku, Teme!] alisku sedikit berkerut melihatnya yang kini Nampak kesal—kesal karena mungkin aku menggangunya.

"Che, ku bilang tidak ya tidak, Baka-dobe," ia mendengus setelah mengucapkan kata-kata yang bagiku memiliki kepalsuan didalamnya.

[Benarkah kau tidak bohong padaku? Kau tahu tadi aku bertemu dengan orang yang mirip sekali denganmu, Teme!] ia tiba-tiba menghentikan kegiatannya dan langsung menatapku. Tatapan yang baru pertama kali kulihat setelah 2 tahun bersamanya.

"Dimana? Dimana kau bertemu dengannya?" ditatapnya mataku, menyuruhku agar segera menjawab pertanyaanya.

[Haa~ di perjalanan sewaktu pulang dari rumah Konohamaru]

"….." ia diam menatapku, kemudian dengan tenang ia kembali melanjutkan pekerjaanya dan lagi-lagi tak mengacuhkan ku.

'Haa~ apa-apaan mahkluk ini? Setelah menatapku seperti itu bisa-bisanya ia bersikap santai begini?! Che, Teme aneh!' kumasukkan catatan kecil itu, kemudian kubalikkan tubuhku melangkah menuju kearah dapur kecil di tengah-tengah apartement yang sederhana itu. Saat ini jam menunjukkan pukul 12.09, dan ini sudah terlambat 5 menit dari waktu biasanya untuk menyiapkan secangkir teh untuknya.

Naruto POV End

"Aku hanya tak ingin kau bertemu dengannya Dobe," ditatapnya pintu yang kini telah tertutup.

"Seandainya kau tau siapa aku, seandainya kau tahu aku sudah membohongimu, apa yang akan kau lakukan? Akankah kau meninggalkanku?" ditengadahkannya wajahnya disandaran kursi itu, ditutupnya kedua matanya dengan kedua tangnnya, mengehala nafas yang terdengar berat. Dan yang kini terdengar hanya suara detak jarum jam memenuhi ruang sempit sosok itu berada.

shiawaseninarushiawaseninaru

Beberapa hari sejak hari itu….

[Nee~ hari ini aku bertemu lagi dengan pria yang mirip denganmu, Teme,] ditatapnya sosok pemuda yang tengah duduk didepannya menikmati semangkuk soup tomat kesukaannya.

TREK…

Suara sumpit yang beradu dengan meja.

"Bisakah, kau hentikan membicarakan pemuda yang selalu kau katakana mirip denganku?" matanya menatap tajam kearah pemuda bersurai pirang itu, Nampak kesal dengan arah pembicaraannya saat ini.

[Go—gomen, hanya saja aku masih penasaran, Teme. Kau tahu? Kau masih sebuah misteri untukku, sampai saat ini aku masih belum tahu apapun tentangmu, padahal kita sudah bersama selama 2 tahun. Terlebih lagi tentang keluargamu, dan ketika aku bertemu dengan pria itu kurasa ia tidak hanya sekedar mirip denganmu—mungkin lebih,] kusodorkan buku catatan itu padanya, aku hanya terdiam menunggu reaksi darinya.

"…." Keheningan yang cukup lama terjadi diruanngan ini.

[A—anou, kalau kau masih belum ingin mengatakannya tak apa, aku akan terus menunggu hingga kau siap, Teme] kutatap ia dengan tatapan lembutku.

'Bisakah aku mengatakannya padamu, Dobe? Sanggupkah, aku untuk mengatakannya pada orang sebaik dirimu?' batinnya sambil menundukka kepalanya setelah membaca apa yang tertulis disana.

'Tidak, aku tak akan bisa!' jeritan hatinya.

"Hentikan, aku tak suka kau mengungkit-ungkit masalah ini lagi. Mengerti Dobe?!" dengan nada yang sedikit tinggi dari pemuda berambut raven didepan nya itu, membuatnya sedikit terlonjak kaget.

[…. Baiklah, aku mengerti] ia tertunduk lemah, ia tahu jika kekasihnya itu mengatakan dengan nada seperti itu berarti ia harus menyerah dengan rasa penasarannya tersebut, karena ia tahu sekali sang kekasih mengatakan kata 'Tidak' itu berarti tidak dan tak akan pernah menjadi kata 'Ia'.

"Baguslah. Sekarang lanjutkan makanmu, aku sudah selesai," ia bangkit dari tempat duduknya, meninggalkan pemuda pirang itu sendiri beserta piring kotor sisa makanannya.

'Haa~ lagi-lagi seperti ini, che!' umpatnya dalam hati sambil melanjutkan acara makan malamnya yang belum ia sentuh sejak memulai percakapan tadi

'Sepertinya ia memang menyembunyikan sesuatu dariku, hemmm…?' ditekan-tekannya ikan yang terhidang dipiringnya memikirkan hal yang membuatnya sedikit terganggu.

'ARGGGHHHH! Sudahlah, kalau kupikirkan sekarang kapasitas otakku bisa jebol. Kuso! Awas nanti kau, Teme. Kalau aku punya rahasia aku tak akan memeberitahumu sama sekali, Che!' umpat batinnya, ia menusuk-nusukkan sumpitnya keatas nasinya, membuat nasi itu berhamburan keluar.

shiawaseninarushiawaseninaru

"Otouto….." ditatapnya apartement yang jika dilihat dari luar itu terlihat sangat kumuh, cat tembok yang telah terkelupas disana-sini, tangga yang sedikit berkarat, dan sempit. Apartement yang terdiri dari 9 kamar dengan tiga lantai, masing-masing lantai terdiri dari 3 kamar.

Ia masih menatap lama kearah apartement tersebut, menerawang jauh kesana, namun tiba-tiba ia dikagetkan oleh suara seseorang yang tengah bercengkrama melangkah kearahnya saat ini berdiri.

"Ha ha ha, bohong, Naruto mana mungkin bisa melakukan hal hebat seperti itu?" ujar sosok pemuda bersurai coklat dengan tanda segitiga terbalik di kedua pipinya.

"Mendokusei na~ tanyakan saja padanya," balas si pemuda satunya, pemuda dengan rambut hitam yang diikat keatas itu.

"Che, baik-baik nanti aku tany—" pemuda bersurai coklat itu menuburuk seseorang.

"Auw!" pekiknya kaget.

"Che," ujar pemuda satunya yang melihat temannya jatuh menghantam aspal dibawah sana.

"He, jangan berdiri di tengah jalan, Baka!" umpatnya kesal karena merasakan rasa sakit dipantatnya.

"Hn," jawab datar sosok itu.

"Kuso!" ia kesal dengan jawaban itu, setidaknya ia mengucapkan maaf kek, padanya yang tengah merasakan pantatnya berciuman langsung dengan aspal.

"Mendokusei na~, sudahlah ayo, Naruto mungkin sudah menunggu kita," tarik si pemuda bersurai hitam.

"Awas kau!" seru pemuda bersurai coklat kesal.

"….." sosok pria raven berambut biru dongker dengan memakai stelan jas itu masih menatap kedepan, kedua mata hitamnya itu mengikuti pergerakan kedua pemuda itu yang ternyata menuju kearah apartement yang tadi ia pandangi.

shiawaseninarushiawaseninaru

Part 1

End