MY LOVELY WITCH
MY LOVELY WITCH©HACHI BREEZE©2013
ORIGINAL CHARACTER©NARUTO©MASASHI KISHIMOTO
The first MY LOVELY WITCH was©2011
Fic lama yang terbengkalai kini dilanjutkan dengan akun yang baru. Repost dengan perubahan dan inovasi baru.
World
Latest by: ©Hachibi Yui
Chapter : Beautiful World
.
.
.
Magic City. Kota yang di dirikan dan dihuni hanya oleh orang-orang yang memiliki kemampuan bakat kekuatan sihir khusus. Terdiri dari klan-klan tinggi dan di hormati banyak penyihir. Kota yang sengaja mengasingkan dari kehidupan manusia. Jarang manusia bisa menemukan jalan masuk menuju dunia sihir terutama ke kota ini, hidup pun saja tidak ada walaupun hanya satu. Kota itu di pimpin oleh satu orang. The Lord. Satu-satunya orang terpilih yang dipercaya sebagai pemimpin dari generasi ke generasi. The Lord dipercaya secara turun-temurun memiliki hubungan darah dengan pendiri Magic City, orang yang memisahkan dunia sihir dengan dunia manusia. Orang yang menciptakan keseimbangan tersendiri.
Menjadi seorang heiress yang memiliki potensi besar memimpin klan di masa depan jika suatu saat nanti posisi sang ketua klan lengser itu rasanya sungguh terbebani. Ia, sang heiress, masih berdiri di atas puncak gedung tertinggi di kota. Ia memegang sapu terbangnya dengan wajah antara takut dan tidak yakin. Namanya Hyuuga Hinata, gadis berumus tujuh belas tahun dengan kemampuan level sihir terendah di antara saudara-saudaranya di klan Hyuuga. Hyuuga, klan terbesar yang memiliki banyak keturunan penyihir menyebar luas. Salah satunya guild Thunder Knight, guild penjagaan terbesar yang kebanyakan berasal dari didikan klan Hyuuga. Sungguh menakjubkan. Hinata memiliki satu adik perempuan yang ia sayangi. Walaupun Hinata dan Hanabi, adiknya, memiliki beda tingkatan level, mereka sering melakukan timbal balik.
Hyuuga Hanabi, baru empat belas tahun tapi sudah tiga tingkat di atas level Hinata. Memang Hanabi pintar dan lebih cepat menangkap sehingga level sihirnya bisa naik lebih tinggi ketimbang Hinata. Dan kemauan Hanabi sekarang adalah mengalahkan level milik Neji, Hyuuga Neji. Kakak sepupu mereka yang unbeatable. Neji yang sudah berumur dua puluh tahun, sudah menguasai banyak sihir sehingga ia berniat masuk ke Thunder Knight dimana nantinya ia akan menjadi satu-satunya Knight termuda dari Hyuuga. Neji juga sudah memiliki tunangan yang ia pilih sendiri dari klan tertua di kota sihir tetangga. Namanya Ten-Ten, meskipun penyihir, ia sangat suka dengan sosialitas di dunia manusia. Makanya tak jarang ia sering pergi ke dunia manusia. Neji selalu berjalan dibelakang Hyuuga Hiashi, ayah Hinata dan Hanabi yang sekarang menyandang pemimpin klan Hyuuga. Hiashi, sangat perfeksionis dan lebih unbeatable dibanding Neji. Hiashi pernah menjadi kepala Thunder Knight, tapi belum genap seminggu ia sudah melepaskan jabatan itu kepada temannya yang juga mewarisi klan tertinggi, klan Akasuna. Hiashi lebih senang berada di dalam mansionnya, mengawasi perkembangan kedua putrid dan keponakkannya. Ia hanya terlalu tua dan lelah untuk bertarung lagi menjaga Magic city dan dunia penyihir dari bahaya.
Dulu ketika Hinata masih kecil, iasering tertidur di pangkuan ibunya. Hinata sangat cepat belajar sihir. Ia sering menaikkan levelnya perminggu sekali. Tak jarang hal itu membuat senyuman bangga terukir di wajah sang pemimpin klan. Bahkan Neji yang saat itu masih kecil, Hinata pernah sekali melewati level sihir Neji. Tapi sejak kematian ibu Hinata, satu-satunya matahari Hinata untuk maju, dan satu-satunya senyuman Hiashi hilang, semua berubah.
Dan yah, sampai di sang heiress yang masih berdiri. Hinata masih berdiri. Sapu terbang yang ia pegang masih rapat ia genggam. Hinata memejamkan matanya sejenak dan menetralkan pikirannya kembali. Ini sudah terlalu lama ia jatuh dalam lubang kesedihannya. Ia ingin bangkit dan menaikkan level sihir lagi. Ia membuka matanya, dan seketika sorot pandangan mata lavendernya berubah menjadi lebih hidup. Hinata menaiki sapu terbangnya dan melompat dari ketinggian gedung dengan bebas.
"Kyaaa!" Hinata berteriak ketika sapu terbangnya tidak merespon sama sekali mantra yang digunakannya. Memang jika ini sapu terbang Hinata yang baru ia beli karena sapu terbangnya yang lama telah patah karena jatuh dari tebing.
Hinata mengerahkan pikirannya lagi. Mencoba mengontrol sapu terbangnya dengan pikirannya lagi. Masih tidak bergerak. Ia masih jatuh dengan kecepatan tinggi perdetiknya. Hinata memejamkan matanya kuat-kuat, "D-Dengarkan a-aku!"
Sapu terbang Hinata mulai meliuk. Sapu terbang itu mulai bergerak sendiri tanpa bisa Hinata kontrol lagi. Dengan terpaksa Hinata harus menggunakannya secara manual yaitu dengan cara menarik-narik sapu terbang itu ke arah Hinata mau. Well, susah sih, tapi hanya cara itu yang tersisa.
.
.
.
"Hei! Perhatikan jalanmu nona!"
"Hei!"
"Lihat-lihat jika ingin terbang!"
"M-Maaf!" teriak Hinata entah pada siapa saja yang sudah ia tabrak. Begitulah, begitulah sekiranya teriakan komplain orang-orang yang telah Hinata tabrak. Ia masih beradu tangan dengan sapu yang di tungganginya. Masih tak bisa merespon mantra apa yang cocok untuk mengendalikan sapu barunya.
"BERHENTI!" teriak Hinata dengan mengeluarkan sihir dari tangannya. Cahaya keluar menyelimuti tangan mungil itu. Sapu itu berhenti dan membuat Hinata sedikit mengembangkan senyumannya. Apa mantranya berhasil? Well, sangat tidak berhasil. Sapu itu menjungkir balikkan Hinata hingga Hinata terjatuh.
Brak
Hinata memegangi punggungnya yang terbentur keras dengan bebatuan, ia mengeluarkan tongkat sihirnya dan melempar sihir hingga air muncul di atas sapu terbang baru Hinata. Mengguyur sapu itu hingga jatuh di dekapan Hinata. Hinata memeluk erat sapu terbangnya. Ia memeluk erat sapu barunya.
"G-Gomen.., g-gomen jika t-tuanmu yang baru ini sangat lemah," Hinata masih memeluk sapu terbangnya tak menghiraukan jika sapu itu sudah memukulinya.
"G-Gomen..," Hinata sedikit mengendurkan pelukannya ketika sapu barunya itu sudah mulai diam. "A-Aku akan berlatih lagi, agar suatu s-saat klan H-Hyuuga akan bangga p-pada kita. Dan k-kau b-bangga padaku." Hinata mengelap sedikit goresan di dahinya yang tertutup poni.
"Ya?" ulangnya dengan tersenyum bangga ketika sapu terbang barunya sedikit menyetarakan posisinya dengan Hinata yang masih terduduk.
"B-Baiklah, k-kau mengerti bahasaku kan?" tanya Hinata kepada sapu terbangnya. Hanya anggukan dari sapu milik Hinata.
"P-Pertama, u-untuk kehormatan. K-Kita beri nama dulu kau. B-Bagaimana jika Cheppie, Happy, Rossete, Toru, Takeda, Mizuki, Hana, Ayumi, Erika, Satsu, ah b-bagaimana jika-"
.
.
.
"-Sasuke !"
Pemuda berambut hitam mencuat itu berhenti sejenak dan memastikan pendengarannya normal ketika tertutup headphone putih di kepalanya. Pemuda itu membalikkan badannya dan menemukan pemuda berambut pirang tengah berlari ke arahnya dengan cengiran yang lebar. Di sampingnya juga ada gadis berambut soft pink tengah berlari dibelakang pemuda pirang tadi dengan sumringah. Sasuke yang merasa terpanggil hanya tetap berdiri menunggu kedua temannya itu datang ke arahnya. Dengan menunggu, Sasuke melepaskan headphone dari telinganya. Akhirnya pemuda pirang dan gadis berambut pink pendek itu sampai juga
"Kau kemana saja sih? Susah banget nyarinya!" pemuda berambut pirang itu hanya mengatur nafasnya kecil.
"DIAM KAU NARUTO!" gadis itu memukul punggung pemuda itu dengan keras. "I-I-Ittai Sakura-chan." Pemuda pirang bernama Naruto hanya mengelus punggungnya sakit.
"Nah, biarkan aku yang berbicara." Sakura, gadis itu, ia hanya membenarkan nada suaranya agar terdengar halus.
"Ada apa ?" Sasuke hanya memandang bosan kedua pasangan di depannya kini.
"Kakashi sensei mencarimu..." jawab Sakura dengan ceria.
Sasuke hanya menghela nafas dan memutar kedua bola matanya bosan, "Hn."
"Teme," gumaman kecil Naruto menghentikan langkah Sasuke yang beranjak menjauh.
"Hn?" pemuda itu hanya menjawab tanpa berbalik.
"Kau tidak bilang makasih kepada kami?" tanya Naruto yang hanya disertai anggukan Sakura.
"Arigatou ." gumam Sasuke dengan melanjutkan langkahnya menjauhi kedua orang dibelakangnya.
.
.
.
Sasuke berjalan memasuki rumah guru sekolahnya yang juga sebagai relevannya. Ia berjalan cepat menuju rumah Kakashi yang se-arah dengan asrama khusus yang ditinggalinya. Hatake Kakashi, Kakasi. Dengan malas, Sasuke melangkah masuk dengan ekspresi yang datar. Saat pertama memasuki rumah gurunya ini, dia melihat Kakashi duduk membelakanginya dengan membaca sesuatu. Rambut peraknya bergoyang ketika gurunya membalikkan badannya di atas kursi besar. Setengah wajahnya yang tampan tertutup masker sehingga tersembunyi dan hanya meninggalkan kesan misterius. Beberapa langkah Sasuke memasuki lebih dalam rumah itu, Kakashi langsung melemparkan sesuatu yang ia baca tadi.
"Apa ini?" Sasuke membuka Koran yang dilempar keras oleh Kakashi ke arahnya.
"Justru aku yang bertanya, apa ini?!" Kakashi berdiri dari duduknya. Matanya yang biasanya kalem dan tenang kini bergurat merah karena sedikit marah.
Sasuke membaca headline news koran itu pelan-pelan. Kertas pertama yang memuat berita tentang kantong-kantong darah rumah sakit yang berceceran di taman Higaku dengan tulisan besar dan gambar yang memampang. Sasuke mendecih sebentar sebelum ia melempar koran itu ke meja yang memisahkan jaraknya dengan Kakashi. Ia melirik sebentar Kakashi. Orang yang ada didepannya ini sungguh harus diwaspadai. Kakashi yang notabanenya adalah seorang penyihir dan juga seorang Vampire Hunter yang hebat. Apalagi dengan kekuatan mengagumkan dari sihir-sihirnya, karena Kakashi, karena Kakashi adalah The Lord di negeri sihir. Ya, The Lord. Penyihir percaya jika The Lord melakukan perjalanan panjang, tapi nyatanya The Lord mereka singgah di dunia manusia yang memabukkan.
"Kau jangan pura-pura tidak mengerti ini semua, Uchiha." Desis Kakashi menatap tajam Sasuke yang masih memejamkan mata.
"Kurasa kau sudah tahu ini semua sensei," jawab Sasuke masih dengan memejamkan matanya.
"Jangan paksa aku untuk menggunakan sihir!" Kakashi mulai menarik sarung tangan kanannya.
"Aku juga tak keberatan mempraktekkan sihir yang kau ajarkan padaku jika kau memaksa, Kakashi-sensei." Sindir Sasuke dengan membuka matanya yang awalnya hitam pekat kini berubah merah semerah darah.
.
.
.
Hinata tertawa bahagia di atas sapu terbangnya. Kini akhirnya ia bisa mengendalikan sapu terbang barunya. Tidak sia-sia ia berlatih dengan sungguh-sungguh kali ini. Akhirnya, Hinata bisa membuat suatu peningkatan dengan mengendalikan sapu terbang hanya dengan pikirannya saja. Hinata turun dari sapu terbangnya dan mengeluarkan sekantung penuh stardust, debu bintang khusus yang menjadi makanan sapu terbang. Lebih tepatnya sih untuk perawatan.
"A-Arigatou, Sasuke." Hinata tersenyum mengelus pelan sapu terbangnya. Sasuke si sapu terbang hanya melompat-lompat senang.
Tak lama setelah itu, cermin lipat Hinata berdering, dimana di dunia sihir merupakan alat komunikasi 3D. Hinata membuka cermin itu dan dengan cepat gambar wajah Hanabi yang tengah cemas dapat Hinata lihat.
"H-Hanabi-chan?" tanya Hinata khawatir.
"Hinata-nee!"
.
.
.
Hinata dengan cepat mengendarai sapu terbangnya. Hanabi baru saja menelefonnya dan memintanya untuk segera pulang.
-Flashback-
"H-Hanabi-chan?" tanya Hinata khawatir dengan mendekatkan cermin lipatnya.
"Hinata-nee!" Hanabi berteriak dengan wajah yang sedikit kusut.
"E-Eh? A-Ada apa Hanabi-chan?" Hinata mulai merangkul Sasuke, dan mulai menaikinya.
"Hinata-nee, cepat pulang. Kita bereskan barang-barangmu. Lewat pintu belakang!" Hinata ingin membuka mulutnya lagi tapi itu semua sudah di akhiri Hanabi dengan putusnya sambungan hingga cermin itu hanya menampakkan wajah Hinata saja.
-Flashback-
Suara Hanabi yang terlihat seperti tergesa-gesa membuat Hinata semakin khawatir. Apa telah terjadi sesuatu? Apa ini tentang masalah itu...?
"Sasuke, lebih cepat..."
.
.
.
Hinata telah sampai di pintu belakang rumahnya. Dengan tergesa-gesa, Hinata membuka pintu itu dan mencari adiknya. Hanabi telah menunggu Hinata di dekat kolam dan mengisyaratkan kakaknya untuk diam ketika melihat sapu terbang Hinata membanting pintu keras-keras. Hanabi mengibaskan tangannya memanggil kakaknya untuk lebih mendekat kepadanya. Hinata yang tidak mengerti dengan jalan pikiran Hanabi hanya berjalan mendekat. Sapu terbangnya mengekori Hinata dengan penasaran juga.
"H-Hanabi, s-sebenarnya ada a-apa ? A-Ada m-masalah, kah?" Hinata mendekati Hanabi yang sudah mengeluarkan banyak barang di dekat taman halaman belakang rumah mereka.
"Tidak. Hanya saja klan Akasuna sudah ada di gerbang depan untuk melamar Hinata-nee," Jelas Hanabi dengan melempar barang-barang yang ia siapkan kepada Hinata yang membelalak tekejut.
"Dan kurasa Nee-chan harus pergi sekarang." Tambahnya ketika Hinata mengemasi barang.
"N-Nani?! T-Tou-san serius dengan h-hal ini?! K-Kukira A-Akasuna-san menolak," Hinata dengan buru-buru mengemasi barang-barangnya ke atas Sasuke, sapu terbangnya.
"L-Lalu, N-Neji-nii?" tanya Hinata lagi.
"Neji-nii tidak membantu sama sekali. Dia hanya setuju ketika Hinata-nee akan diserahkan ke klan Akasuna." Jawab Hanabi.
"L-Lalu a-aku harus bagaimana, H-Hanabi-chan?" wajah Hinata mulai memanas. Ia bingung. Diserahkan ke klan Akasuna sama saja menyerahkan sisa hidup yang bebas ini ke kehidupan penuh aturan sebagai istri putra mahkota yang menguasai Thunder Knight
"Aku akan membantu Hinata-nee kabur." Hanabi berdiri dan mengulurkan tangan kanannya ke samping.
"K-Kabur? T-Tapi a-aku ti-"
Slab
"Aku tahu tempat yang bagus untuk Hinata-nee kabur," Gumam Hanabi dengan menyeringai ketika sapu terbang miliknya menempel seketika setelah ia mengulurkan tangannya, keren.
"Ayo ikut aku. Jangan lupa cermin lipatnya." Tambah Hanabi yang hanya di jawab anggukan oleh Hinata.
.
.
.
"Kau jangan macam-macam Sasuke. Itachi telah menitipkan dirimu yang masih seorang Dhampir kepadaku. Kau masih di bawah pengawasanku, tanggung jawabku." Kakashi menggebrak meja ketika Sasuke sudah terikat di kursi yang ada di depannya.
"Cih, kau selalu mengunakan alasan yang sama sensei." Sasuke memalingkan pandangannya agar tidak bertemu tatapan tajam Kakashi.
"Jangan pernah mengambil atau mencuri darah dari rumah sakit lagi, terlebih membuangnya sembarangan di tempat umum seperti taman Higaku." Kakashi memijit pelipisnya yang berdenyut.
"Maaf sensei, aku lupa menggunakan sihir untuk memusnahkannya." Jawab Sasuke dengan akhiran mendengus.
"Sihir yang ku ajarkan adalah untuk membuat dirimu bertahan dari musuh dan membuat hal-hal kecil. Tidak sampai satu level seperti pemula penyihir. Menggunakan sihir ataupun tidak kau tidak boleh meminum darah dari rumah sakit lagi. Darah dari rumah sakit, diperuntukkan untuk orang-orang sekarat. Manusia adalah tipe unik Sasuke, seperti ibumu yang manus-"
"Jangan membahas ibuku! Terlahir sebagai Uchiha yang tidak sempurna. Ayah seorang Vampire dan Ibu seorang manusia sungguh membuatku muak menjadi Dhampir! Aku juga bisa sekarat jika aku haus sensei." Sasuke mengeluarkan teriakannya dengan mata yang memerah dan taring yang sedikit keluar.
"Ayahmu adalah satu-satunya vampire terkuat yang pernah aku buru. Sayangnya aku tak tahu jika hari itu dia baru saja mendapatkan keturunan." Terawang Kakashi ke langit-langit ruangannya.
"Berhenti membicarakan ayahku! Kau sudah membuatnya masuk ke tahanan vampire yang sudah kau buru!" Sasuke memejamkan matanya kuat-kuat.
"Hanya melihat foto mereka berdua, ayah yang dipisahkan darimu, melihat ibu yang meninggal di depan mata karena memberi darah untukmu agar tidak mati, lalu kakak yang pergi tak ada kabar untuk kembali, apa yang kau rasakan sehingga kau bisa tahu tentangku, hah?!" bentak Sasuke lagi membuat Kakashi berjalan ke arah Sasuke.
"Maaf untuk soal itu. Aku sudah berjanji di depan Mikoto dan Fugaku untuk menjagamu yang baru lahir dan juga Itachi. Aku tidak bermaksud menangkap Fugaku, Fugaku juga tahu itu. Kau tahu, Itachi dulu juga sama denganmu, dia menitipkanmu padaku untuk berkelana. Maka dari itu, ikutilah Itachi untuk menjadi lebih kuat. Carilah pengantin dan jadilah vampire yang sempurna."
.
.
.
Kini Hinata dan Hanabi berdiri di depan perbatasan antara dunia sihir dengan dunia manusia. Gerbang yang sangat besar. Ketika gerbang itu terbuka, dapat dilihat sihir pelindung tipis yang melapisi dunia sihir agar tetap aman. Sepertinya itu adalah batasnya. Batas yang melindungi dunia sihir agar tak terjangkau oleh para manusia. Hanabi masih berdiri dengan memencet cermen lipatnya, di balik gerbang besar itu Hanabi mengucapkan mantar sihir. Sihir untuk teleportasi tiga tingkat levelnya di atas yang Hinata kuasai. Mereka berdiri didekat jurang yang akan mengantarkan Hinata ke negeri manusia. Hinata masih terpesona perbatasan antara dunia manusia dan dunia sihir.
"Hinata-nee cepat!" Hanabi mengayunkan tangannya cepat ke arah Hinata.
"B-Baiklah." Hinata juga mempersiapkan mantra sihir yang ia bisa membantu Hanabi.
"Dengar, di dunia itu aku mendengar jika The Lord ada disana jadi, Hinata-nee cari saja The Lord dan bersembunyi disana." Hanabi mulai membuka pelindung yang melapisi di depan mereka.
"A-Apa? The Lord? Bukankah dia sedang-"
"Dia ada di dunia manusia. Dan aku akan mengirim Hinata-nee ke dunia manusia untuk bersembunyi. Jadi dengarkan aku. Jika Hinata-nee mendengar suara petir menggelegar di langit, Hinata-nee harus cepat-cepat bersembunyi karena Tou-san bisa saja mengamuk dan menemukan Hinata-nee lalu membawa kembali Hinata-nee untuk diserahkan kepada klan Akasuna. Hinata-nee tahu kan bagaimana Thunder Knight?" Hanabi mulai memasukkan cermin lipatnya kedalam saku.
"B-Baik" Hinata mengangguk mantap.
"T-T-Tunggu dimana aku akan menemukan The Lord? H-Hanabi-chan!"
Terlambat. Hanabi telah mendorong tubuh Hinata jatuh ke jurang itu. jatuh ke negeri manusia.
"Ah, aku lupa. Bagaimana caranya Hinata-nee kembali? Hinata-nee kan tidak mengerti, aduh bagaimana ini? Apa aku harus memberi tahu kepada Tou-san? Tapi aku juga tidak mau jika Hinata-nee di serahkan kepada Akasuna itu, aduh bagaimana ini? Neji-nii? Ah, tidak -ten-nee? Sama saja...argh, bagaimana ini?"
.
.
.
Hinata terjadi dengan memegang Sasuke di tangan kanan dan barang-barang yang sudah di siapkan di tangan kirinya. Hinata menerawang langit-langit gelap dimana ia baru saja terjatuh. Ia melihat dunianya, dunia sihirnya bagaikan hancur berkeping-keping menjadi bintang-bintang jatuh. Inata membalikkan badannya menghadap dunia yang akan ia datangi, dunia manusia yang berada di bawahnya. Mata Hinata berbinar ketika langit malam dunia sihir penuh dengan kunang-kunang (lampu) yang menghiasi bumi. Sungguh ini hal yang pertama kali Hinata begitu banyak kunang-kunang yang menyinari dunia manusia sehingga bersinar terang. Dengan semangat, Hinata menaiki Sasuke dan terbang mengelilingi dunia manusia.
.
.
.
"Cih, pengantin? Semua darah yang selama ini aku temui tidak ada yang menarik." kata Sasuke dengan merenungkan kata-kata dari Kakashi.
"Sasuke berhenti! J-Jangan c-c-cepat-cepat, a-aku takut !"
Mendengar namanya di panggil, Sasuke membalikkan badannya mencari sosok orang yang telah memanggilnya. Nihil. Tak ada seorangpun di baliknya. Yang ada hanya angin berhembus. Sasuke membalikkan badannya lagi dan berjalan menuju asrama di sebelah rumah Kakashi.
"S-Sasuke hentikan!"
Sasuke membalikkan badannya lagi. Mencari dimana seseorang yang telah mempermainkan dirinya. Tetap nihil. Tiba-tiba Sasuke mencium aroma darah yang menurutnya sangat menarik. Begitu manis, dan sangat menggiurkan. Mata Sasuke kembali berubah menjadi merah seperti darah, taringnya pun juga sudah muncul tanpa Sasuke sadari.
"Khe, sepertinya dia menarik. Bau darahnya begitu manis dan menggiurkan. Kurasa, Kakashi sensei benar tentang pengantin itu, tapi bagaimana jika ini darah nenek-nenek? Ah, masa bodoh!" yakin Sasuke pada dirinya sendiri sebelum ia memasuki daerah asrama.
"S-S-Sasuke awas ada orang!" pekik gadis yang ada di belakangnya.
Sasuke merasa di belakangnya ada yang memanggil namanya, dengan cepat ia membalikkan badannya. Matanya melebar ketika melihat sapu terbang dan seorang gadis yang berpakaian sangat aneh menuju ke arahnya dengan keadaan terbang dan akhirnya..
DUAGH
Tabrakan antara Hinata dan Sasuke pun tak terhindarkan. Sasuke memegangi perutnya yang telah menjadi korban benturan dari sapu terbang Hinata. Sementara Hinata masih meringkuk di tanah karena terlalu lelah dan juga sakit karena jatuh dari sapu terbangnya. Sementara sapu terbang Hinata, dia terjepit. Bagian ekornya terjepit tubuh Hinata sementara kepalanya tertindih tangan Sasuke. Setelah Hinata sadar total dari rintihannya, dia ingat akan sapu terbangnya.
"Ah, S-Sasuke..apa k-kau baik-baik sa-saja ?" tanya Hinata dengan masih memegang kepalanya serasa pusing.
"He? D-Darimana kau-"
"A-Astaga S-Sasuke, ka-kau tidak terluka k-kan?" Hinata mendekat ke arah Sasuke yang masih memandangnya bingung.
"Hn? Aku?"
"G-Gomen, bukan a-anda..tapi dia.." ucap Hinata dengan menunjuk sapu terbang yang tak berdaya di bawahnya.
Sasuke menggeser tubuhnya sedikit dan tiba-tiba Hinata tersenyum bahagia ketika sapu terbang itu melingkar di tubuhnya. Tiba-tiba saja taring Sasuke muncul lagi ketika Hinata yang di anggap Sasuke wanita aneh itu mendekat. Aroma darah ini, Sasuke menyadarinya. Aroma itu datang dari wanita yang sekarang ada di depannya. Sasuke mulai menyeringai.
"Kau," Sasuke menghentikan suaranya yang akan keluar. Ia sengaja memberi jeda ketika ia ingin mengamati gadis aneh di depannya.
"E-Eh ? A-Aku ? Kenapa D-Denganku?" Hinata menudingkan jari telunjuk di depan hidungnya bingung.
"Kenapa kau dari tadi memanggil 'Sasuke' ?" tanya Sasuke dengan tatapan kelamnya.
"O-Oh, Itu. Itu a-adalah nama s-sapu terbangku. Ini!" gumam Hinata dengan menunjukkan sapu terbang miliknya bangga.
"Apa kau tahu jika itu adalah namaku, hn?" Sasuke berjalan menghampiri Hinata dengan menyeringai. Aromanya semakin kuat.
"E-Eh ? Ma-Maaf. Aku tidak tahu" Hinata menundukkan kepalanya.
"Kau pikir itu bagus?" tanya Sasuke mendesak Hinata semakin melangkahkan kakinya mundur.
"A-Aku akan menggantinya d-d-dengan S-Sas saja kalau begitu." Gumam Hinata lirih.
"Lalu apa ini? Apa kau sedang cosplay?" tanya Sasuke dengan menyentuh pakaian penyihir Hinata.
"Ti-Tidak, ini memang bajuku l-lalu apa i-itu c-costpay?" Hinata memiringkan kepalanya bingung.
"Bukan costpay tapi cosplay! C-o-s-p-l-a-y, cosplay !" jelas Sasuke dengan menutup mulutnya. Menutupi taring yang mungkin saja bisa dilihat gadis di depannya ini.
"O-Oh, g-go-gomen aku t-tidak mengerti .Apa itu cosplay?" tanya Hinata lagi membuat Sasuke memundurkan langkahnya.
"Kau tidak mengerti?"
"Umm, e-eto, a-ano...t-t-tidak..." ujar Hinata dengan berjalan maju kea rah Sasuke.
"Hei kau," Sasuke tidak bisa menahan laginafsu vampire nya ketika ia mencium godaan aroma darah yang masih terbungkus kulit indah di tubuh gadis ini. "Apa kau mau menjadi pengantinku?" tawar Sasuke malam itu terlihat aneh di mata Hinata.
T.B.C
Well, lama tidak bertemu readers sekalian. maaf saya jadi mempublish ulang.
