Hajimemashite!
Nyoba bikin cerita lagi nih~ BTW, hanya sebuah karangan belaka yang terinspirasi dari sebuah lagu =_= Aku buat cerita ini karena pairing yang satu ini masih butuh perhatian banyak orang :3 Miki x Piko, yah bila ada charakter Vocaloid yang kalian suka jadi pemeran yang menyebalkan, maaf ya~
Yah, maap kalo gaje, ga-nyam, gak seru, dan yang pasti aneh. Untuk pembaca sekalian, silahkan membaca!
"Miki, sampai kapan kau akan duduk di bangku kelas mu itu?!" Teriak seorang gadis dengan membawa nama ku.
"Tunggu sebentar, aku lupa pakai dasi ku!" Kata ku sambil duduk di bangku kelas, tepatnya dibarisan paling depan + dekat jendela.
"Gezz, kau ini. Selalu saja beres-beresnya di sekolah. Memang kenapa gak di rumah mu saja sih?" Tanya anak itu lagi.
"Yah, pagi ini aku bangun telat lagi."
"Telat lagi?! Semalam kau ngapain?!"
"Nontonin anime *ea*" Kataku dengan tampang polos.
"Gezz, sudahlah. Sekarang ayo kita kumpul di lapangan dalam. Sebentar lagi di mulai loh penilaiannya. Jangan sampai gak sempet lagi." Katanya sambil berkecak pinggang.
"Iya iya." Kata ku sambil merapihkan bajuku yang terlihat masih berantakan.
Oh iya aku lupa, nama ku Furukawa Miki biasa di panggil Miki. Aku berada di kelas 12 di sekolah Mushashi High School tapi sebentar lagi bakalan lulus sih. Yang tadi bersama ku namanya Yukimura Iroha, banyak yang manggil dia Yura dan mungkin hanya aku yang memanggilnya dengan nama Iroha karena kami sudah saling kenal sejak masih TK. Ceritanya ku persingkat ya!
"Miki, kau dapat nilai berapa?" Tanya Iroha.
"9,4. Kalau kau?"
"Wih, gede amat! Aku cuma dapat nilai 9. Jadi kau tuh enak. Turun belakangan langsung dapat nilai tinggi. Pantas lah, si Piko manggil kamu dengan panggilan 'Ratu Hoki'." Kata Iroha.
Deg deg . . .
Aduh, reaksi ini lagi. Ngapain sih, si Iroha nyebut-nyebut nama Piko?
"Kau kenapa, Miki?" Tanya Iroha.
"Ah, tidak. Tidak kenapa-napa kok." Jawab ku.
"Kenapa kau…"
"Hei, Miki. Kau dapat nilai berapa?" Tanya seorang anak laki-laki yang berjalan mendekat.
"Oh, Piko-kun! Si Miki hoki lagi, loh. Dapat nilai 9,4." Kata Iroha menyambar.
"Heh?! Hoki banget! Aku aja cuma bisa dapat 9,1." Kata Piko.
Utakane Piko, salah satu teman masa kecil ku sekaligus orang yang ku idamkan sejak aku masuk kelas 7. Entah kenapa, aku gak ngerti apa yang harus ku ucapkan tentang reaksi yang satu ini.
"Oh iya, Miki. Tadi Sakine-senpai nanyain kamu, loh."
"Eh? Nanyain? Tentang apa?" Kata ku.
"Yah, mungkin karena ngeliat kau akrab dengan ku jadi dia nanyain ke aku. Entah itu kondisi, sifat, suara, sampai ke hoki-an mu. Mungkin ia terobsesi dengan mu." Jelas Piko.
Penjelasan Piko mulai membuat aku 'nge-fly'. Istilah yang baru aku pelajari dari anak-anak alay di sekolah ku.
"Eh, gak kerasa ya bentar lagi mau mau lulus-lulusan." Kata Piko tiba-tiba.
Eh?
"Yah, kan waktu berjalan cepat, Piko. Gak kayak jalannya lekong, pakai dihayati dulu." Sambung Iroha dengan nada ketus.
"Aku lagi gak ngomongin lekong, Yura. Aku lagi ngomongin tentang perpisahan, dimana semuanya bakalan menjadi lebih sibuk dan tidak sebebas masa SMA ataupun SMP. Kenapa tiba-tiba kau ngomongin lekong?" Kata Piko dengan sedikit gaya nyolot has-nya.
"Kan lekong jalannya kayak model, mesti dihayati. Ngomongin tentang lulus-lulusan, kau bakalan masuk jurusan apa?" Tanya Iroha kepada Piko.
"Kalau aku kayaknya bakalan ngambil jurusan kedokteran atau gak MIPA. Itu pun kalo di terima." Kata Piko sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal (?).
"Asikkan, si jago IPA masuk kedokteran. Kalau kau jadi dokter, jangan sombong ya!" Kata Iroha dengan logat ngatainnya.
"Gak mungkin lah. Kalau kau, Miki?" Tanya Piko.
Eh?
Iroha kaget dan langsung melihat ke arah ku dengan tampang penasaran. Ada yang aneh dari pergerakan Iroha.
"Um, Miki? Kau baik-baik saja?" Tanya Piko lagi sambil mendekati mukanya ke arah ku. Reflek saja, aku kaget sambil memundurkan kepala ku kebelakang.
"Ah, ya maaf aku ngelamun. Ngomong-ngomong, tadi mau nanya apa?" Tanya ku.
"Dasar tukang lamun. Habis lulus kamu mau masuk jurusan apa? Berarti dari tadi gak dengarin omongan ku ya?" Tanya Piko lagi.
"Oh aku, mungkin perguruan tinggi. Maaf, aku lagi mikirin tentang kertas pendaftaran masuk kuliah." Jawab ku sambil berbohong.
"Kau mau jadi guru?" Tanya Piko dengan tampang kaget.
"Emang kenapa?" Tanya ku balik.
"Guru apa? Guru SD, SMP, SMP, atau jadi dosen? Pelajaran apa?" Tanya Piko. Terkadang dia memang ingin sekali tau tujuan atau rahasia seseorang.
"Bukan guru SD, SMP, SMA, maupun jadi dosen. Aku mau jadi guru TK biar selalu dekat dengan anak kecil." Jawab ku.
"Ku kira kau bakalan jadi guru di sini."
"Gaklah, aku gak bisa kembali kemari. Loh, kenapa jadi Iroha yang diam?" Tanya ku sambil memiringkan kepala untuk melihat Iroha yang berada di belakang punggung Piko.
"Ah, eh? Ah, enggak. Oh ya ke kelas yuk, udah mau bel, nih!" Kata Iroha dengan mudahnya merubah topik pembicaraan.
Yah, benarkan ada yang aneh dari gerak-gerik Iroha. Semoga saja itu bukan sebuah mala petaka buat ku. Akhirnya aku, Iroha dan Piko kembali ke kelas. Aku berharap beberapa minggu kedepan sebelum perpisahan dimulai akan menjadi sebuah kenang-kenangan terakhir di masa SMA ku.
Nah, yo. apa yang selanjutnya terjadi. aku pun masih merencanakannya.
sampai jumpa di chapter 2!
