Halo.. penggemar.. mweheheee !
Maafin gue baru berani nongol setelah sekian lama terkubur dalam kubangan Naruto Series. Padahal gue juga gak sibuk banget Cuma lagi mentok aja. Gak ada inspirasi. Gak ada apapun yang bisa gue jadiin sebagai kelanjutan ff terbengkalai gue.
Stress berat. Masa ngetik kata pengantar gini aja kepala gue bisa cenut – cenut karena kebanyakan mikir.
Mungkin 2 detak lagi kepala saya berasap lalu meledak.
Gila.
Yup.. ! yang review di ff saya… I LOVE YOUUUUU ! SARANGHEYO !
Jadi sebagai permohonan maaf. Saya comeback dengan ff baru, beserta update kilat CHAPTER 4 DAN CHAPTER 5 My Highschool Mylove yang benar – benar terlupakan.
Sekali lagi maafin gue.
OH IYA… BANYAK FLASHBACK DISINI. ANDA HARUS JELI.
I LOVE READER
I HATE SILENTS READER !
.
.
.
Within Living Memory
Juliana Hwang
Rate : T+
Genre : Drama, friendship, hurt/comfort
Chapter : 1/?
Warning : GS, Typo(s), Flashback, OOC, Alur hancur
DON'T LIKE, DON'T READ
I LOVE READER, I HATE SILENT READER
.
.
.
Berjalannya cerita ini adalah sesuai dengan apa yang muncul dalam naluri saya. Mohon maaf jika ada kesamaan dalam cerita yang saya buat dan itu sungguh tidak disengaja.
Cerita ini milik saya dan saya meminjam nama EXO sebagai tokoh.
HAPPY READING !
Semua orang mengatakan jika itu karena hujan.. tapi bagiku, semua karena takdir.
.
Within Living memory
.
Tidak ada yang mengira jika Kyungsoo akan menemukan belahan jiwanya disini. Saat ia terjebak diantara hujan serta hembusan angin sedingin kristal es.
Ia mendapati dirinya memeluk tubuhnya sendiri sementara langit semakin gelap dengan beribu air berjatuhan menembus tanah. Ketika mendongak, ia menemukannya..
Seseorang dalam balutan mantel tebal tersenyum padanya dibawah naungan payung putih yang melindunginya dari tetesan air hujan.
"keberatan jika aku memberimu tumpangan ?" dia tersenyum pada Kyungsoo sementara jarinya menunjuk pada payung yang dia pegang.
"perkiraan cuaca mengatakan jika hujan ini tidak akan berhenti hingga besok pagi. Jadi, apa kau keberatan ?"
Manik Kyungsoo tidak lepas dari senyum itu. Ia penasaran kenapa senyum itu terasa begitu hangat tepat mengenai hatinya kemudian menjalar keseluruh tubuhnya, menepis udara dingin yang membuatnya menggigil.
Dia tidak mungkin menjawab 'ya'. Tapi keadaan seolah memaksanya untuk mengatakan 'ya'. Ia harus pulang atau hujan akan membekukan seluruh tulangnya.
Tapi dia orang asing..
Ia mendengar peringatan yang muncul dari dalam pikirannya.
Kyungsoo tersenyum tipis "terimakasih, tapi seseorang akan menjemputku nanti" lalu mengangguk mantap agar orang disana yakin dengan jawabannya.
Pemuda itu balas mengangguk tanpa menghapus senyumannya pada Kyungsoo. Dia bergerak mendekati Kyungsoo, membiarkan tangannya meletakkan payung di lantai halte yang basah oleh air hujan.
Mantel tebal yang sebelumnya ia pakai berpindah dibahu sempit Kyungsoo, pemuda itu membenarkan posisi mantelnya agar tetap membuat Kyungsoo hangat.
"kau membutuhkannya saat menunggu sesorang dengan hujan sederas ini. Semoga ini menghangatkanmu".
Jarak mereka terlampau dekat, memberikan Kyungsoo kesempatan untuk mengagumi sosok indah yang kini disibukkan dengan mantel dibahu Kyungsoo. Ia dapat merasakan hembusan napas pemuda itu yang menerpa wajahnya. Dalam 1 kedipan mata, Kyungsoo mengakui bahwa hatinya mengagumi segala hal tentang pemuda ini. Rahangnya yang begitu tegas, bibirnya yang selalu menyunggingkan senyum serta sorot mata yang begitu kelam dan teduh dalam waktu yang bersamaan.
Kilatan mata teduh dari pemuda asing itu seolah menyihirnya masuk kedalam dunia dongeng dimana hanya ada keindahan didalamnya. Perasaan hangat yang tadi memeluknya kini berubah menjadi sepanas api yang membuat hatinya bergejolak dan bergetar.
Kyungsoo sadar jika ia tidak akan bisa menyangkal perasaan nyaman yang meluap didalam dirinya.
Ia bahkan tidak sanggup mengucapkan apapun hingga pemuda itu menghilang diantara hujan dengan payung putih dalam genggamannya.
.
.
.
"Kyungsoo ! yach ! Do Kyungsoo, melamun lagi huh !" Baekhyun mengguncang bahunya.
Kyungsoo menoleh terkejut kemudian kembali tersenyum entah untuk keberapa kalinya.
"katakan padaku apa arti dari senyumanmu itu ?" Chanyeol bertanya penuh selidik.
Baekhyun mempout jengkel saat endikkan bahu adalah satu – satunya jawaban Kyungsoo. Ia bahkan masih melirik sebal sahabatnya yang sudah duduk nyaman dibangku penumpang. Tepat dibelakangnya.
Chanyeol hanya tersenyum kecil menanggapi tingkah kekasihnya kemudian melajukan mobil membelah hujan yang turun semakin lebat.
5 menit berlalu dan Baekhyun menyerah "kau membuat kesabaranku habis" ia melotot pada Kyungsoo yang disibukkan dengan menggambar pada kaca mobil disisi kirinya.
Dan Kyungsoo mengacuhkan kemarahan Baekhyun.
"aku tahu arti dari diammu itu" Baekhyun menoleh padanya "kau pasti sedang berimajinasi tentang negeri dongeng diotak kecilmu itu" kemudian ia terkikik karena berhasil menarik perhatian Kyungsoo. Terbukti dari Kyungsoo kini memandangi Baekhyun kesal.
"kau ada masalah denganku ?"
"Yup ! tentu saja. Ngomong – ngomong, kau mengacuhkanku setelah perjuanganku menjemputmu ditengah hujan"
Kyungsoo menganga kecil "aku merasa mendengar suatu permintaan balas budi. Ini mobil Chanyeol dan secara teknis Chanyeol-lah yang menjemputku. Benarkan Chanyeol ?"
"kau benar. Jadi, kau harus membalas budi padaku" jawab Chanyeol dengan cengiran.
"YAA ! kalian berkonspirasi melawanku !" jerit Baekhyun pada mereka berdua. Kemudian mempout dikursinya tanpa menoleh pada Kyungsoo yang terus menerus menertawainya dari belakang.
Sementara Chanyeol memperhatikan kekasihnya.
Dan Kyungsoo menyadari itu sepenuhnya.
Baekhyun gadis yang baik..
Baekhyun gadis yang lucu..
Ia sangat paham seberapa banyak Chanyeol mengagumi sosok Baekhyun. Hal itu dapat dijelaskan dengan mudah bila ia melihat keteduhan dan ketenangan dalam wajah Chanyeol saat ia bersama dengan Baekhyun.
Kyungsoo bersyukur dengan semua kesempurnaan cinta sahabatnya. Ia bersyukur karena Chanyeol adalah yang terbaik untuk Baekhyun dan begitu pula sebaliknya.
"kau tahu Baek, aku akan menciummu disini, didepan Kyungsoo jika kau cemberut seperti itu" ia mendengar Chanyeol menggoda Baekhyun.
Baekhyun menoleh malas padanya "kau sangat mesum" kemudian ia berbicara kepada Kyungsoo "ayolah Kyung ! jangan habiskan waktumu untuk mendapatkan uang dengan melukis negeri dongeng, dimana hal itu tidak ada didunia ini. Demi Tuhan ! kau harus melukis dongeng penuh warna untuk menciptakan pelangi dalam hidupmu sendiri dan biarkan pangeran yang tampan menjemputmu disaat turun hujan yang menjengkelkan seperti hari ini"
"Baekhyun ! aku menyukai hujan"
"ya, dan aku tidak menyukainya karena kau tidak pernah membawa payung, memilih untuk kedinginan dibawah halte kecil kemudian akhirnya aku akan menjemputmu. Sudah kubilang, kau harus mulai merima Sehun. Dia bahkan selalu ada untukmu.. kecuali hari ini"
"Baek ! kita sudah sepakat untuk tidak membahas ini. Jangan katakan padaku jika kau berusaha untuk membelot. Kau tahu dengan jelas apa alasanku tidak pernah menerima Sehun"
"Astaga ! Demi si jelek Chanyeol-"
"Hey Baek ! aku kekasihmu" protes Chanyeol dari bangku kemudi.
"diam kau Jerk ! Demi Tuhan Kyung.. kau harus melupakan fakta bahwa Luhan menyukai Sehun"
"kau benar" Kyungsoo menyetujui "dan aku juga harus melupakan fakta bahwa Sehun menyukaiku"
"YA TUHAAANN ! KAU MEMBUATKU MARAH"
Kyungsoo tersenyum puas "aku ahli dalam hal itu"
"terserah kau sajalah !" Baekhyun mengibaskan tangan lalu memutuskan untuk bersandar pada kursinya. Ia segera tersentak karena baru menyadari sesuatu kemudian menoleh cepat pada Kyungsoo.
"Katakan padaku ! Apa yang kau lamunkan dihalte bus tadi hingga kau tidak tahu jika aku sudah datang dan apa yang membuatmu tersenyum seperti orang paling idiot didunia dan mantel siapa yang kau pakai itu ?"
"kau tidak akan pernah menduganya.." Kyungsoo tersenyum kecil, merapatkan mantel untuk membungkus tubuh mungilnya
"aku sudah menemukannya Baek. Pangeranku".
.
Within Living memory
.
Jika kau bertanya pada Kyungsoo mengenai apa warna dari sebuah cinta, maka ia akan menjawab merah muda persis seperti kedua pipi chubby-nya yang kini tengah merona.
Senyum tak pernah luntur dari bibir Kyungsoo bahkan hingga ia mendudukkan dirinya didepan kanvas putih bersih yang selalu menjadi diary perjalanan hidupnya.
Ia akan melukis dengan warna – warna gelap jika hatinya sedang gelisah atau merasa bosan dan melukis dengan warna cerah bila ia merasa bahagia.
Namun seperti yang ia ketahui selama ini, ia selalu gagal melukis dengan warna cerah karena dia tidak memiliki apapun untuk merasakan sesuatu yang dinamakan kebahagiaan.
Kegagalan itu perlahan mampu ia atasi semenjak Baekhyun, Chanyeol, Sehun dan Luhan hadir dalam dunia kecilnya.
Tetapi, kebahagiaan itu masih belum cukup karena hanya separuh dari lukisannya yang berwarna cerah sementara sisi lainnya tetap dengan warna gelap. Ia ingin mencari apa yang hilang dari hatinya agar ia mampu melukis warna cerah dalam kanvas yang ia sebut sebagai 'dunia kecil'.
Karena kanvas adalah dunia Kyungsoo.
Dimana ia bisa melukis apapun dan mencurahkan segala hal yang meluap dalam dirinya.
Ddrrrtttt…!
Telinga Kyungsoo mendengar bunyi getar ponselnya diatas ranjang. Ia bergerak untuk meraih benda itu untuk melihat sebuah pesan yang tertera dalam layar ponselnya.
From ; Luhan
Aku akan menjadi jamur disini.
"sial ! aku lupa"
Kyungsoo menyambar mantel secara acak, memakainya dengan sangat buru – buru sambil berlari menuruni tangga rumahnya. Kemudian menutup pintu rumahnya dengan bunyi klik serta mengambil 1 buah payung untuk melindunginya dari hujan yang tidak juga reda.
Kaki kecil itu berlari menapaki jalanan basah dibawah guyuran air hujan. Ia terus berlari hingga berhenti pada sebuah café kecil tidak jauh dari rumahnya.
"aku tidak harus mengatakan maaf meskipun aku terlambat"
"aku tahu itu. Dan aku benar – benar akan menjadi jamur kemudian memakan semua tugas sekolah kita dan kau akan berakhir memutari halaman sekolah dengan kaki kecilmu itu"
"santai.. santai ! kau sudah pesankan aku kopi ?"
"tentu. Karena aku orang yang sangat pengertian. Kopi hitam kental untukmu" Luhan tersenyum menyodorkan secangkir kopi kedepan Kyungsoo.
"kau tahu, terkadang kebaikanmu membuatku takut karena aku pasti akan mendengar suatu permintaan dibelakangnya"
Luhan tertawa dengan kecurigaan Kyungsoo " kau mengenalku dengan sangat baik. Jadi kerjakan tugas bodoh ini dan aku akan menikmati kopiku"
"ini semacam penindasan" protes Kyungsoo diantara kesibukkannya menyelesaikan tugas sekolah mereka. Tanpa menyadari jika pandangan Luhan jatuh pada mantel yang Kyungsoo pakai.
"tidakkah kau berpikir jika benda ini terlalu besar untukmu Kyung ?"
"apanya ?"
"mantel itu"
"mantel ?" Kyungsoo melihat dirinya. Ia tidak sadar jika telah memakai mantel milik pemuda misterius tadi. Namun segera menggelengkan kepala memutuskan untuk lebih memilih mengerjakan tugas yang masa deadlinenya akan jatuh besok.
Luhan melirik Kyungsoo dengan tanda tanya besar dikepalanya.
"apa itu dari kekasihmu ? aku tahu ini pasti akan terjadi karena kau selalu mengatakan omong kosong itu"
"omong kosong apa ?"
"kau bilang, kau akan menemukan seseorang yang benar – benar kau cintai suatu hari nanti. Dan Lihat ! kau pasti menemukan orang itu hari ini. Diantara hujan segila ini lalu ia membawakan sesuatu yang bisa melindungimu"
Apa dia akan begitu ?
Menemukan orang yang benar – benar ia cintai diantara guyuran hujan ?
Dia tidak tahu siapa pemuda itu dan kecil kemungkinan untuk melihatnya kembali jika bukan karena takdir.
Dimana takdir mengharapkan Kyungsoo untuk mengembalikan mantel yang sekarang ia pakai.
Bukankah itu konyol ?
"kau tahu Kyung, semua pasti karena hujan"
Kyungsoo tertegun dengan Luhan yang berusaha membaca ekspresi pada wajahnya. Ia hanya menggeleng kecil, beralih untuk menghitung tetesan hujan yang mengalir pada jendela kaca disisinya.
"mungkin ini yang disebut takdir atau hanya kebetulan karena sampai sekarang, aku tidak tahu siapa orang itu"
.
Within Living memory
.
"Jongin ! Lihat dirimu ! kau bahkan tidak bertambah tinggi setelah aku tidak melihatmu selama 3 tahun" Chanyeol tertawa mengejek saat ia mengukur tinggi badan Jongin dengan dirinya.
"salahkan kaki bodohmu itu yang kelebihan kalsium. Sialan !"
"aku tidak akan menyangkal itu. Tapi dilihat dari penampilanmu.." Chanyeol meneliti Jongin dengan matanya "agak aneh saat kau tidak memakai mantelmu disaat hujan seperti ini"
Jongin melihat dirinya "kau benar. Tapi aku bertemu seseorang yang kedinginan dan aku memberikan mantelku padanya"
Apa ? memberikannya ?
Jika Chanyeol tidak salah ingat, mantel itu adalah benda kesayangan Jongin dimana ada kenangan mengenai orang tua Jongin disitu. Maka akan sangat aneh jika Jongin memberikannya kepada orang lain.
"semudah itu kau memberikannya ?"
Jongin mengangguk "sebenarnya tidak mudah. Tapi dia membutuhkannya"
Dahi Chanyeol berkerut "dia siapa ? apa kau punya seorang kekasih disini ? kau sudah dewasa rupanya"
"mungkin kau berusaha mengolokku sekarang. Tapi sungguh, aku bertemu dengan seseorang dijalan dan dia kedinginan. Jadi.. aku memberikannya"
"wow..! seseorang mengatakan jika dia sedang tertarik kepada seseorang" Chanyeol mengejeknya.
"kurasa aku tidak mengatakan apapun mengenai 'tertarik'" kata Jongin berusaha menyangkal meski itu terlihat sia – sia bagi Chanyeol. Ia dapat membaca semuanya dari wajah sahabatnya tanpa harus bertanya. Tapi, ini yang pertama kalinya ia melihat seorang Kim Jongin merona saat membicarakan seseorang.
"Jadi, kau tahu siapa namanya ?"
"Umm.. nama ?" Jongin nampak kebingungan sementara rahang Chanyeol jatuh kebawah.
"jangan katakan padaku jika kau lupa tidak menanyakan namanya !"
Jongin menggaruk tengkukknya "maaf.. tapi aku benar – benar lupa" ia memainkan aliran air dibawah kakinya. membuat jalan kecil agar aliran itu bersatu dengan yang lainnya "ini hanya semudah aku membuat mereka bersama-" Jongin melihat aliran kecil yang ia ciptakan "aku akan menemukannya lagi" tegas Jongin penuh rasa percaya diri.
"terkadang aku berpikir jika kepercayaan dirimu yang setinggi langit itu memuakkan" suara Chanyeol sedikit bergetar karena udara begitu dingin. Mereka tidak bisa berdiri ditempat ini lebih lama lagi "semoga hal itu terjadi dan aku bersumpah jika kita benar – benar membutuhkan sesuatu yang hangat"
Jongin melirik Chanyeol curiga "aku tahu, kau pasti minta ditraktir kopi"
"dan aku juga tahu jika kau tidak bisa menolak permintaanku"
Jongin mendengus "Baiklah, aku melihat café kecil disana" ia menunjuk pada bangunan kecil 25 meter dari jarak mereka berdiri.
Chanyeol cukup kesulitan untuk menemukan café yang Jongin maksud. Butuh 2 menit dan dia menemukannya. "aku tidak bisa memarkir mobilku disana" Chanyeol menggeleng kecewa "bisa kita cari tempat lain ?"
"buka matamu bodoh ! mungkin tubuh tinggi memang tidak membuatmu sedikit pintar !"
"hey ! aku tersinggung" rupanya Chanyeol merajuk "akan sangat mencolok saat kita memakai payung yang sama. Lagipula hujan masih segila ini. Aku tidak mau basah. Serius"
"kalau begitu aku akan memakai payungnya sendiri" Jongin bersiul meninggalkan Chanyeol dibelakangnya.
"Yach ! tapi aku tidak mengatakan jika aku menolak payungnya" Chanyeol berteriak sementara Jongin hanya membalas dengan tawa kecil "kemari kau Jongin !"
Jongin mengendikkan bahu cuek. Ia berjalan santai sementara Chanyeol berlarian dibelakangnya. Hujan memang tidak memiliki keinginan untuk berhenti hari ini. Menikmati hujan merupakan hal paling favorit bagi Jongin. Tidak seperti pria dibelakangnya yang malah ketakutan dengan air hujan karena baginya jika hujan turun maka udara akan berubah menjadi sangat dingin.
Tapi hal itu tidak berlaku bagi Jongin, sesuatu menghangatkannya meski ia tidak memakai mantel kesayangannya hari ini. Seseorang diam – diam telah menyelinap kedalam hatinya tanpa permisi. Ekspresi kebingungan dari raut wajahnya yang begitu cantik, mata bulatnya yang begitu lucu serta bibir manis yang menyunggingkan senyum meski tidak ada perkataan yang Jongin dengar dari sana.
Seseorang yang memeluk dirinya sendiri dibawah halte telah menarik perhatian Jongin. Ia tidak sadar sampai naluri menuntunnya untuk mendekati gadis mungil bersurai gelap itu. Baginya, gadis itu lebih indah daripada hujan.
Menampar dirinya sendiri mungkin adalah pilihan terbaik Jongin saat ini. Ia harus membawa keluar dirinya dari lamunan mengenai gadis mungil itu. Mungkin dia harus mencarinya nanti. Untuk memiliki namanya dan untuk memiliki senyum indah itu untuk dirinya.
Saat sampai didekat pintu café Jongin berhenti untuk melihat Chanyeol yang sudah setengah basah dibelakangnya. Anggap saja itu hukuman yang pantas karena Chanyeol menghina tinggi badannya saat pertama kali mereka bertemu setelah 3 tahun Jongin tinggal diluar negeri.
Jongin menertawainya kemudian melirik suasana café melalui jendela kaca didekatnya.
Mata Jongin mengerjap tidak percaya pada apa yang ia lihat.
"gadis itu…"
.
.
.
"apa yang kau pikirkan saat kau menghitung hujan seperti sekarang ?" Luhan bertanya padanya setelah menyeruput seteguk kopinya.
"sesuatu yang indah" jawab Kyungsoo tanpa menoleh. Ia masih sibuk menghitung tetesan hujan meski ia sempat mendengar dengusan jengkel dari Luhan. Tapi biarkan itu berlalu dengan adanya seseorang yang memandang Kyungsoo dari luar jendela.
Ditengah guyuran hujan.
Dibawah payung putih yang tidak asing baginya.
Dan senyum serta sorot mata teduh itu.
"aku benar – benar yakin jika hari ini terjadi karena takdir" Kyungsoo tersenyum pada orang diluar sana sementara Luhan menggeleng keras. Mengikuti kemana jatuhnya pandangan Kyungsoo lalu tersenyum pada sahabatnya.
"semua karena hujan"
.
.
.
Chanyeol bertekad jika ia akan menghajar Jongin karena berani membuatnya basah. Tapi itu tidak pernah terjadi karena Jongin menoleh padanya dengan melontarkan sebuah pertanyaan "Chanyeol, apakah cinta benar – benar ada ?"
Ia tidak tahu sejak kapan sahabat pintarnya itu berubah jadi idiot. Tapi senyuman lebar seseorang didalam sana dapat menjelaskan semua keidiotan yang Jongin lakukan.
Chanyeol meletakkan telapak tangannya pada pundak Jongin "cinta benar – benar ada dan kau sedang merasakannya-" ia memberi jeda untuk melempar senyum kecil pada gadis mungil didalam café "diantara semua orang didunia, kau memilih Kyungsoo untuk menjadi cinta pertamamu"..
.
.
.
Jongin mengangguk "semua karena hujan"
.
.
Kyungsoo menggeleng "tidak, semua karena takdir"
.
Within Living memory
.
Semua orang mengatakan jika itu karena takdir, tapi sekarang.. bagiku semua karena hujan.
.
Within Living memory
.
Kyungsoo meninju selimut didadanya "mimpi sialan ! darimana munculnya sakit kepala ini" ia menggerutu diantara usahanya untuk bangun. Setidaknya, pagi ini ia berhasil keluar dari dunia dongeng yang hanya berputar disekitar Jongin meskipun ia tidak pernah bisa lari dari hantaman nyeri yang meninju otaknya.
Seharusnya ia tersenyum sekarang karena Jongin adalah miliknya. Tapi, ia tidak merasa seperti itu.
Bahagia ?
Ia juga tidak bisa lagi merasakan itu.
Jongin sudah tidak ada didunia ini dan Kyungsoo harus menerimanya.
Semua karena hujan dan kini Kyungsoo membencinya.
Hujan telah merubah hidup Kyungsoo. Memutarbalik dunianya hingga cerita kacau akhirnya terlukis dalam 'dunia kecli'nya.
Tidak pernah ada warna cerah lagi dalam kanvas yang ia sebut sebagai 'dunia kecil' itu, ia cenderung melukis semua hal dengan warna – warna gelap. Karena sesungguhnya, ia tidak ingin bertahan disini.
Dalam kesepian, kesendirian dan tanpa Jongin yang dulu selalu ada disisinya.
Kyungsoo membuang selimutnya kesamping, memejamkan mata sejenak karena sesuatu mencoba berontak dari dalam sana. Ia hanya ingin bebas dari semua masalalu mengenai Jongin.
Semuanya..
Tapi ia tidak pernah percaya dengan dirinya.. bisakah ia melalu semua hari mengerikan ini tanpa Jongin ?
Lalu siapa dirinya ?
Kenapa dunianya hanya berputar disekeliling Jongin yang bahkan tidak pernah hadir dalam hidupnya sekarang.
Bisakah dia menyusulnya ?
Atau..
Bisakah Jongin kembali untuk sekedar mengatakan bahwa 'semua akan baik – baik saja' ?
Tapi benarkah jika hanya itu yang Kyungsoo harapkan dari Jongin ?
Dia tidak tahu.
Dan dia tidak akan pernah tahu karena kehilangan itu terjadi begitu cepat dan sangat tiba – tiba.
"aku merindukanmu, Jongin" Kyungsoo berbisik pada hembusan angin kecil dijendela kamarnya. Ia memandang kosong pada kupu – kupu yang hinggap pada dahan pohon didepan jendelanya. Kyungsoo tidak berbicara apapun, mata sembabnya hanya terus mengawasi kupu – kupu kecil yang terbang bebas dan nampak begitu ringan.
"bisakah aku sebebas kalian ?"
.
Within Living memory
.
"aku tidak tahu kenapa semua jadi sebodoh ini Park Chanyeol !" Baekhyun menjerit pada Chanyeol yang berdiri memunggunginya "dia sahabatku dan apa yang telah kau lakukan padaku ? pada persahabatan kami ? kau menghancurkannya !"
"aku tahu apa yang telah aku lakukan" jawab Chanyeol tanpa berbalik pada Baekhyun dibelakangnya "karena itu, kau harus menyerah untuk mengejarku Baek"
"apa kau bercanda ? kau menyuruhku untuk menyerah ?" suara bergetar Baekhyun menggema diseluruh lorong tempat mereka berdiri "kau menyuruhku menyerah karena kau yang pertama menyerah disini. Sebenarnya siapa Jongin ? dan lihat apa yang telah ia hancurkan disini ! aku benar – benar membencinya !" Baekhyun berteriak dengan geraman marah yang meluap dari dirinya.
Tangan Chanyeol terkepal kuat, rahang pemuda itu mengeras seiring dengan emosi yang siap meledak "kau tidak tahu apapun tentang Jongin ! Seharusnya kau membenciku bukan membencinya. Bukankah aku sudah mengatakannya ? jika bukan karena Jongin-" Chanyeol menelan ludahnya kasar "jika bukan karena Jongin, KAU TIDAK AKAN PERNAH BISA MELIHATKU BERDIRI DISINI BYUN BAEKHYUN ! AKU AKAN MATI BERSAMANYA DAN ITU SUDAH SANGAT JELAS KARENA AKU MEMBUNUHNYA !"
Baekhyun tersentak bukan karena Chanyeol yang berteriak marah padanya, tapi lebih karena semua kenyataan bodoh ini. Ia pernah mendengar ini sebelumnya tapi tetap saja kebodohan ini masih begitu menyakitkan baginya.
Apalagi semua kebenaran ini Chanyeol sedirilah yang mengatakannya. Ia mengakuinya.
Baekhyun menatap punggung Chanyeol sendu "Chanyeol ?" panggil Baekhyun dengan suara bergetar "berhentilah menyiksa dirimu sendiri karena kematian Jongin. Bukankah Kyungsoo juga mengatakan bahwa dia baik – baik saja ?" Baekhyun menundukkan kepalanya "dia berkata padaku bahwa dia baik – baik saja. Tapi kenapa semua ini membuatku sakit ?" isakan kecil lolos dari bibir Baekhyun. Chanyeol mampu mendengarnya meski Baekhyun berusaha meredam suara tangisan menyedihkan itu.
Mulut Chanyeol terbuka, siap untuk mengatakan sesuatu namun Baekhyun mendahuluinya "kenapa dia mengatakan 'tidak apa – apa' padaku dengan air mata sialan itu ?" Chanyeol nampak tidak bergeming sedikitpun, Baekhyun membuang napasnya pelan "aku tahu jika Jongin sangat berharga bagimu Chanyeol. Dan kau juga tahu jika Kyungsoo sangat berharga bagiku" Baekhyun memberitahunya sementara cairan kepedihan terus mengalir dari mata indah Baekhyun yang semakin memerah "aku akan menunggumu" tegas Baekhyun syarat akan keputusasaan. Ia mundur beberapa langkah lalu berbalik meninggalkan punggung Chanyeol yang bergetar hebat.
Seharusnya ia mengejar Baekhyun seperti yang dulu ia lakukan.
Tapi itu dulu dan sekarang semuanya telah berbeda.
Chanyeol tidak akan mampu mengejar Baekhyun kembali karena takut jika pertahanan kokoh yang ia bangun akan runtuh seketika jika ia melihat Baekhyun.
Baekhyun-nya yang sangat ia cintai..
Dan Baekhyun-nya yang sudah ia sakiti..
"maafkan aku Baekkie.."
.
Within Living memory
.
Mereka berdua memasuki mobil dengan Jongin sebagai juru kemudinya.
"bahkan sampai sekarang, aku masih tidak percaya jika kau adalah kekasih si pendek itu" kata Chanyeol setelah Jongin menjalankan mobil mereka diantara gerimis pada sore hari dimusim panas. Ini masih bulan Juni dan tidak aneh jika hujan terus mengguyur kota Seoul tidak peduli siang ataupun malam.
"Hei, pacarmu juga pendek" Jongin memperingatkan "Jangan mengolok kekasih imutku"
"aku tidak akan berani" kata Chanyeol "lagipula Baekhyun lebih imut daripada Kyungsoo"
Jongin harus menyabarkan dirinya berkali – kali jika mereka berdua telah terlibat dengan perselisihan mengenai siapa yang lebih imut ? Kyungsoo atau Baekhyun ?
Tentu saja tidak akan ada pemenang disini. Dan kau pasti tahu kenapa itu bisa terjadi.
Perjalanan mereka menuju kota kecil Chungju untuk berburu makanan kesukaan kekasih masing – masing dipenuhi dengan jalanan yang basah oleh air hujan. Tapi memang ini biasanya selalu terjadi dihampir seluruh jalan mengingat musim panas memiliki hujan lebat yang mengerikan. Dan mereka tidak berharap itu terjadi hari ini.
"cara mengemudimu hari ini sungguh bagus dibandingkan kau yang biasanya mengemudi seperti seekor kuda"
"apa aku baru saja mendengar suatu hinaan ?"
"tidak juga" jawab Chanyeol menyandarkan punggungnya pada kursi "itu pujian yang terselubung"
Chanyeol merubah posisi menyandarkan kepala pada jendela mobil. Mengamati dedaunan yang basah oleh air hujan. Suhu diluar begitu dingin sementara suhu hangat berada dalam mobil mereka, mengakibatkan kaca mobil mereka berembun hingga menghalangi pandangan.
"Chanyeol ?" paggil Jongin diantara konsentrasinya mengemudi ditengah hujan.
"aku sangat mencintainya dan aku ingin menjaganya" Chanyeol melihat Jongin menghirup napas dalam "bisakah aku melakukan itu ?"
"hey Jongin ! bicara omong kosong apa kau ? kenapa itu terdengar seperti kita akan ditabrak truk bermuatan 10 ton" kata Chanyeol bercanda.
Jongin menoleh padanya dengan senyuman kecil "jika dengan ditabrak truk bermuatan 10 ton aku bisa menjaganya, maka aku akan melakukannya. Aku akan memastikan bahwa dia selalu tersenyum"
Tidak ada kebohongan disitu dan ajaibnya, Chanyeol bisa melihat ketulusan Jongin. Ia tertegun dengan besarnya cinta sahabatnya kemudian kembali menyandar pada kursi dengan mata terpejam.
"jika memang cintamu sebesar itu, kau boleh melakukannya Jongin. Aku mengizinkannya karena kau orang yang bodoh" kemudian Chanyeol juga tersenyum mengingat betapa ia mencintai Baekhyun. Sepertinya ketakutan Jongin jika tidak bisa menjaga Kyungsoo tertular padanya.
Ia sekarang merasa takut.
Dan terus memejamkan mata.
.
.
Kau tidak akan menyangka jika Chanyeol melihat semua itu.
Tubuhnya memar akibat menabrak pintu besi karena Jongin mendorongnya keluar dari dalam mobil.
Sementara mobil mereka hancur.
Hantaman truk bermuatan 6 ton berkecepatan diatas seratus kilometer perjam memiliki kekuatan seperti bom atom yang meledak disisi depan. Mobil mereka terseret sejauh 10 meter mengakibatkan deritan besi dengan meninggalkan goresan panjang pada jalanan basah disekitar Chanyeol. Teriakan mesin yang seakan robek, bunyi menyedihkan dari pintu mobil kemudi yang melesat memotong dahan pohon disekitar mereka.
Ada jeritan mengerikan memukul gendang telinganya.
Kemudian hening.
Keheningan yang mengerikan ketika tubuh itu terguling dan jatuh kedalam jurang yang menganga disisi kiri jalan.
Dia tidak menyukai hujan.
Dan kini dia membenci hujan.
Mata tajam Chanyeol menatap kosong pada api kecil yang menjilat jalanan basah, ia beralih pada tetesan darah segar yang mengalir memenuhi jalan karena hujan turun semakin deras.
Tidak ada nyawa dimata Chanyeol hingga suara sirine ambulance menyentak kesadarannya.
Chanyeol tiba – tiba merasa pusing, ingin memejamkan matanya kembali. Seperti tadi, saat hawa hangat menyelimuti mobil mereka dengan senyum cerah Jongin ketika membicarakan Kyungsoo.
Suhu tubuhnya memanas seketika, dimana itu menjadi hal yang sangat konyol saat ia berdiri ditengah hujan.
Chanyeol tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya kecuali aliran air mata bercampur hujan dipermukaan wajahnya.
Apakah dia harus berteriak ?
Atau dia harus menangis ?
Pada akhirnya ia membeku hingga seluruh dunianya berubah gelap.
.
Within Living memory
.
"Chanyeol ?" Kyungsoo menusuk pipi Chanyeol dengan jarinya. Kemudian tersenyum saat Chanyeol menoleh padanya "kau harus berhenti memikirkan semua itu atau aku bersumpah akan menjauhimu"
"kau tidak akan bisa melakukan itu"
"kenapa ?" Kyungsoo melipat kedua lengannya didepan dada "kenapa aku tidak bisa menjauhimu ?"
Bibir Chanyeol tertarik membentuk senyuman kecil. Tapi Kyungsoo menyadari hal lain dalam senyuman itu. Ada kepedihan didalam sana hingga menyeret Kyungsoo masuk kedalam dunia yang dipenuhi dengan mimpi buruk. Mata Chanyeol mengisyaratkan sebuah..
Kehilangan.
Kyungsoo melihat semuanya. Ada Jongin dan juga Baekhyun disana.
"kau harus menghentikan ini" Kyungsoo berjalan mundur "aku takut, semua ini akan menyakitiku dan menyakiti ikatan yang telah kalian miliki"
"Kyung-"
"TIDAK ! JANGAN KATAKAN APAPUN PADAKU" Kyungsoo menjerit "singkirkan dirimu yang menyedihkan ini Park Chanyeol. Aku sangat muak padamu. Dimana kau yang dulu ? dimana semua keceriaan yang kau miliki dulu ?" Kyungsoo berusaha bertahan agar tidak menangis. Ia sudah cukup menjadi perempuan cengeng semenjak_"sialan ! apa aku semenyedihkan itu hingga kau selalu melihatku dengan air matamu Chanyeol ?!" ada keputusasaan dalam suara bergetar Kyungsoo.
Topeng itu akhirnya pecah. Kyungsoo meraung merasakan hantaman kuat dalam ruang hatinya. Ia terjerembab ketanah, memukul dadanya meski dengan kepalan lemah tangan Kyungsoo yang hanya ada kulit dan tulang disana.
Kyungsoo kehilangan banyak berat badan hingga ia sering sakit. Namun, bukan itu inti dari semuanya. Kepergian Jongin membawa dampak besar dalam semua ikatan yang mereka miliki. Lelaki yang sangat dicintai Kyungsoo ternyata telah membawa luka tidak hanya bagi dirinya dan juga Chanyeol. Tapi juga Baekhyun.
Mula – mula Chanyeol hanya melihat Kyungsoo menangis. Kemudian pemuda tinggi itu mengusap kasar air matanya sendiri. Chanyeol tersenyum kecil. Ia tidak ingin Jongin marah padanya karena membuat kekasihnya menangis.
Tangan kekar Chanyeol menarik Kyungsoo lembut, menuntun gadis itu masuk kedalam pelukannya, membiarkan Kyungsoo menemukan tempat untuk menumpahkan segala kesedihan yang selama ini ia tahan. Chanyeol tahu jika pelukan ini tidak akan membawa manfaat apapun, karena dia tidak akan bisa menjadi Jongin dimata Kyungsoo.
Bahkan dimatanya sendiri. Dia adalah Chanyeol yang mencintai Baekhyun, bukan Jongin yang mencintai Kyungsoo.
Tapi..
Chanyeol memejamkan mata untuk mengenyahkan Baekhyun dari otaknya. Yang ada dihadapannya sekarang adalah Kyungsoo bukan Baekhyun. Ia semakin mempererat pelukannya meski Kyungsoo tidak membalas sedikitpun. Dia menyadari itu sepenuhnya. Meletakkan dagunya pada puncak kepala Kyungsoo, mengelus surai gelap Kyungsoo dengan sayang dan penuh perhatian.
"aku akan menjagamu, Kyungsoo"
.
.
TBC/END
.
.
Finishhhhhhhhhh !
Yaaa.. jangan membunuh gue ataupun ngeroyok gue karena udah ngebuat mereka merana disini.. tapi sungguh emang Cuma itu yang muncul di kepala tidak jenius saya.
Ff ini masih fress banget karena baru saja selesai ketik.
Gue nunggu reviewnya, masukkannya, dan semuanya baik kritik maupun saran.
Sekarang tinggal reader yang memutuskan gimana kelanjutan ff ini.
SELESAI atau LANJUT ?
Yup ! makasih buat yang udah mampir dan meninggalkan jejak di ff saya.
salamcinta
JulianaHwang
