Let Me Still Love You

Hayyy, ini wolfy loh, iya wolfy! Balik lagi bawa FF HunKai dengan cerita yang… gitu deh hehe.

Sebenernya ini dapet ide udah dari lama tapi karena kemarin masih ada FF yang terbengkalai wolfy putusin buat tunda dulu. Dan karena kemarin FF Insanity udah end alias tamat makanya wolfy bikin FF ini hehe.

Happy reading^^

Sehun POV

Hari ini Seoul memiliki cuaca yang buruk. Mendung dan angin yang dingin membuatku sedikit mengantuk dan tidak fokus bekerja. Ini sudah akhir bulan November dan sebentar lagi akan memasuki bulan Desember. Desember itu artinya natal dan natal biasanya akan dihabiskan bersama keluarga. Seharusnya aku juga begitu.

Natal tahun lalu, aku dan Krystal istri ku dan juga Taeoh, putra kami menghabiskan malam natal yang indah penuh dengan kebahagiaan. Kami memasang pohon natal bersama, membeli topi santaclaus bersama dan mengambil beberapa foto untuk kenang-kenangan. Aku masih mengingat senyum Taeoh yang terkembang lebar saat aku dan Krystal mengambil foto nya saat sedang menulis kartu ucapan natal untuk nenek nya. Tapi itu… setahun yang lalu.

Delapan tahun menikah tidak menjadi jaminan bagi rumah tangga kami. Entah apa yang salah dengan kami, Krystal yang memutuskan untuk kembali menjadi model setelah vakum selama 5 tahun semenjak melahirkan Taeoh menjadi awal kehancuran rumah tangga kami. Kau tau, aku sendiri terlalu sibuk dengan pekerjaan di rumah sakit dan terkadang tidak pulang sama sekali. Sementara Krystal, ibu yang harusnya menjaga Taeoh menjadi lebih sibuk dari aku. Bahkan, ia kadang tak pulang selama berhari-hari. Aku yang melihat Taeoh hanya ditemani pengasuh nya pun menjadi tidak tega.

Kami mulai sering bertengkar, kami mulai sering merubah kata cinta yang biasanya kami umbar menjadi berbagai macam umpatan. Apalagi setelah beberapa kali aku memergoki istri ku pulang dengan laki-laki lain yang ia sebut hanya teman, padahal aku tau sendiri bahwa laki-laki genit itu mencium pipi nya mesra. Aku pun tidak sepenuhnya bersih, aku juga mulai suka menghabiskan waktu di bar, bermain-main bersama beberapa yeoja penggoda di tempat hiburan malam atau sesekali menggoda suster-suster cantik di rumah sakit.

Tapi aku mulai benar-benar tidak habis fikir ketika Krystal membawa-bawa Taeoh dalam pertengkaran kami. Taeoh memang bukan lah anak biasa, ia terlahir normal. Tapi, ketika Taeoh memasuki usia delapan bulan ia mengalami demam tinggi yang mengakibatkan nya masuk rumah sakit. Aku, sebagai dokter psikis merasa terpukul ketika mengetahui anak ku seorang penyandang autis. Krystal dan aku benar-benar terpukul. Rumah tangga kami diuji dengan penyakit Taeoh di tiga tahun pertama kami menikah. Namun, aku dan Krystal mulai bisa menerima nya, mencoba berbagai cara agar Taeoh kecil kami bisa sembuh, memeberikan yang terbaik untuk Taeoh agar ia tau bahwa kami berdua mencintai nya.

Suatu malam, ketika Krystal memergoki ku pulang dengan keadaan mabuk dan menemukan noda lipstick di kemeja ku ia marah besar. Ia mulai menyalahkan ku padahal kami berdua jelas tau bahwa ia dulu lah yang memulai api dalam rumah tangga kami. Aku yang dalam keadaan mabuk pun sangat terpancing emosi nya ketika Krystal mulai menyalahkan ku dan benar-benar tidak dapat mengontrol nya ketika Krystal berkata bahwa kelahiran Taeoh adalah sesuatu yang salah, bahwa putra ku tidak seharusnya mempunyai orang tua seperti kami dan aku menampar Krystal ketika dia mengatakan ia menyesal telah melahirkan anak cacat seperti Taeoh. Krystal menangis dan tidak berkata apa-apa lalu pergi selama seminggu entah kemana.

Aku sungguh sudah tidak peduli. Walaupun aku akui aku masih sedikit mencintai nya, aku sudah tidak peduli dengan kehidupan rumah tangga kami. Satu-satunya hal yang membuatku masih mempertahankan status ku sebagai suami nya adalah Taeoh, putra ku. Aku tidak ingin bercerai karena aku tidak mau Taeoh tidak punya ibu. Aku tidak mau putra ku harus menanggung penderitaan yang bertubi-tubi.

Aku memandang foto keluarga ku yang aku pajang di meja kerja ku. Foto itu diambil sekitar dua tahun yang lalu, saat Taeoh masih berumur 4 tahun. Kami berlibur ke pantai dan Krystal memakai ponselnya untuk mengambil selca kami bertiga. Aku sama sekali tidak menggubris Krystal dalam foto itu, yang aku lihat hanya lah senyum Taeoh yang berada dalam gendongan ku. Demi apapun, aku menyayangi putra ku.

Author POV

Tok..tok..

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Sehun. "Masuk." Sehun mempersilahkan tamunya masuk. Seorang suster cantik dengan name tag Sulli membawa beberapa berkas pasien memasuki ruang prakteknya.

"Maaf dokter Sehun, kita memiliki pasien baru yang baru saja dikirim dari lembaga masyarakat." Sulli menyerahkan berkas pasien itu pada Sehun.

Sehun membaca sekilas berkas nya. Cukup menarik. Namanya Kim Jongin atau biasa dipanggil Kai. Hidup sebatang kara dan mengalami depresi berat. "Baiklah, aku akan segera ke ruang rawat nya."

Sulli mengantarkan Sehun menuju ruang rawat Kai. Sulli membukakan ruangan Kai dan menampilkan sesosok namja tan bertubuh kurus sedang membelakangi mereka dan melihat ke arah jendela. Sehun berdeham dan namja itu menoleh padanya. Tampak terkejut dan sedikit ketakutan.

"Dok, ia masih sangat labil." Sulli mencoba mengingatkan ketika Sehun berjalan mendekati Kai.

Kai semakin terlihat ketakutan. Tubuhnya bergetar hebat dan ia mulai menggigiti tangannya sendiri. "Tidak apa, aku tidak akan berbuat jahat." Sehun kembali berjalan perlahan mendekati Kai.

Namun, ketika satu langkah lagi ia mendekati Kai, namja itu berteriak. "Tolong aku! Tidak….! Kumohon jangan sakiti aku! Ampuni aku paman!" Kai berteriak histeris dan menjambak rambutnya sendiri. Ia terlihat tidak tenang dan semakin gemetaran. Kai melempari Sehun dengan semua barang yang berada di dekatnya. Kai mengambil sebuah vas bunga yang terletak di atas nakas dan bersiap akan melemparkannya ke arah Sehun dan Sulli yang berusaha menenangkannya. Untungnya, Sehun adalah dokter yang cukup berpengalaman untuk mengatasi pasien yang sedang kalap. Ia menancapkan jarum suntik bius di lengan Kai sebelum Kai melukainya dengan vas. Seketika itu juga Kai lemas dan menjatuhkan vas bunga nya ke lantai.

"Sepertinya dia memang masih sangat labil. Kau urus dia, aku akan membaca riwayat nya terlebih dahulu." Sehun meninggalkan Sulli dan Kai yang sekarang tertidur akibat pengaruh obat bius yang Sehun berikan tadi.

Sehun membolak-balik berkas riwayat kehidupan Kai dan mencari apa yang membuat nya menjadi sedepresi sekarang. Orang tua nya dibunuh oleh rentenir yang menagih utang dan kakak perempuan nya bunuh diri setahun kemudian karena dihamili dan ditinggalkan begitu saja oleh pacarnya. Kai yang sebatang kara dan saat itu masih berusia 17 tahun harus tinggal dengan paman dan bibinya. Tidak sampai disitu, ia harus mengalami kekerasan dan pelecehan seksual yang dilakukan oleh paman nya sendiri. Pamannya yang saat itu tertangkap basah sedang melecehkannya malah mengelak dan memfitnah Kai di hadapan semua orang dan membuat Kai diusir oleh bibinya. Beberapa hari di jalanan membuatnya mendapat berbagai perlakuan pelecehan oleh orang-orang yang tak ia kenal. Beruntungnya, seorang pemilik lembaga masyarakat yang melihatnya tertidur di pinggir jalan dengan keadaan memprihatinkan membawanya ke rumah sakit jiwa di tempat Sehun bekerja.

Sehun cukup prihatin dengan apa yang menimpa salah satu pasien nya itu. Apalagi umurnya masih sangat muda dan seharunya ia menghabiskan masa mudanya untuk berkuliah, bukan dengan mengalami pelecehan dan berakhir di rumah sakit jiwa seperti sekarang.

Sehun melirik jam tangan nya. Sudah jam sebelas malam. Sepertinya Sehun benar-benar lupa waktu hingga tak sadar ia sudah seharusnya pulang sedari tadi. Sehun pun segera merapikan peralatan kerja nya dan mengemasi nya. Sehun melepas jas dokter nya dan membawanya di punggung.

Sepanjang koridor, para suster-suster cantik menyapa nya dan hanya dibalas senyuman oleh Sehun. Mungkin itu bukan hanya menyapa, malahan lebih terkesan menggoda. Kalau saja Sehun tidak terlalu lelah hari ini, pasti akan menyenangkan 'bermain' dengan beberapa suster itu.

Sehun mengendarai mobi jaguar hitam nya menuju kawasan hunian elit di tengah kota Seoul. Sehun tidak mengerti, kenapa hidupnya bisa terlihat semenyedihkan ini? Punya banyak uang, digilai para yeoja cantik, memiliki putra yang lucu, tapi entah kenapa Sehun merasa tetap ada sesuatu yang menghilang dari hidupnya. Bukan, bukan Krystal. Sehun bahkan sudah lupa kapan terakhir ia menyebut Krystal sebagai istrinya.

"Daddy!" Sehun yang baru saja mengunci pintu disambut hangat oleh teriakan seorang bocah kecil.

Taeoh berlari ke arah Sehun yang sudah berlutut dan merentangkan tangannya, bersiap memeluk Taeoh yang semakin dekat. Dan… Grep! Taeoh menubruk nya terlalu keras, menandakan bahwa putranya sangat merindukan nya.

"Hay jagoan Daddy, kenapa belum tidur, hm?" Sehun mengangkat tubuh putranya dan berjalan menuju kamar Taeoh.

"Taeoh menunggu Daddy. Daddy lama sekali, padahal mommy tadi pulang." Taeoh menyamankan tubuhnya di gendongan Sehun.

"Mommy?" Sehun menyerngit heran. Tumben sekali Krystal pulang cepat. Seingatnya, baru dua hari yang lalu ia dan Krystal bertengkar dan Krystal pergi entah kemana. Biasanya paling cepat ia pulang seminggu sekali.

Sehun menidurkan tubuh putra nya di ranjang. "Hahh, ternyata anak Daddy sudah tidur. Selamat tidur sayang, cepat besar ne." Sehun mengecup kening Taeoh dan menyelimuti putra nya. Sehun juga tidak lupa mematikan lampu.

Sehun baru akan kembali ke kamarnya untuk mandi ketika suara tak asing memanggilnya. "Sehun? Bisa kita bicara sebentar?"

TBC~

wolfy tau ini masih belum jelas ceritanya gimana, wolfy masih pengen tau nih reaksi kalian sama FF ini hehehe.

Jangan lupa tinggalin review yaaa, karena kalo dikit review nya, wolfy bakal makin lama update wkwkwk.

Annyeong~