Jadi, ini ff yang terinspirasi dari game Detroit Become Human. Inti ceritanya tentang android yang memperjuangkan equality rights mereka karna manusia nganggep android cuma mesin yang ga punya nyawa.
MAIN CAST: Jeon Jungkook/Min Yoongi/Kim Seokjin/Kim Taehyung/Park Jimin
OTHER: BTS
SHIP: Jikook/Yoonkook/Namjin/Taejin/Yoonseok/Vmon
RATE: M
Warning: contain mature content(violence)
Happy Reading!
DETROIT BECOME HUMAN
I
[Detroit, 2038]
RK800
Jungkook memainkan koin yang bergelinciran di jemarinya. Otaknya memproses cepat pergerakan koin ketika benda keperakan tersebut mendarart mulus pada ibu jari Jungkook. Ia bergeming dalam lift yang membawanya ke lantai teratas apartemen, gemerincing koin terus berbunyi seiring dengan angka lantai yang bertambah naik di layar lift. Ia mendapatkan kabar bahwa terjadi kasus pembunuhan yang melibatkan sebuah android malfungsi. Jungkook sendiri merupakan artificial intellegent tercanggih yang pernah diciptakan Cyberlife. RK800 terukir pada jaketnya yang berwarna hitam dengan garis biru elektrik, menyatakan serial number Jungkook. Cyberlife memberinya satu tugas, yaitu untuk menyelesaikan kasus pembunuhan yang memiliki sangkut paut dengan aktivitas android.
Lingkaran kebiruan berdenyar pada pelipis Jungkook, sesekali berkedip, menandakan bahwa Cyberlife memegang kendali atas dirinya dan memprogram Jungkook untuk satu tujuan. 'Selesaikan misi kepolisian Detroit'.
Android tidak seaharusnya membangkang perintah pemiliknya, mereka diprogram untuk patuh. Tapi terbukti, beberapa android dinyatakan malfungsi dan justru menyerang balik para pemilik dan menewaskan mereka.
Android itu disebut sebagai Deviant.
Jungkook tidak bisa merasakan emosi seperti android pada umumnya, ia hanya harus menjalankan misi yang telah dipercayakan kepadanya, tidak melawan balik sistem software yang dimasukkan ke dalam program Jungkook sejak ia bangun dari 'tidur'. Jungkook tidak perlu bernapas, beristirahat, atau hal manusiawi yang lain. Jungkook hanya perlu menyelesaikan investigasi kepolisian.
Misi diatas segala hal.
Jungkook melangkah keluar dari lift ketika bunyi nyaring terdengar dengan pintu logam yang bergeser membuka. "Negotiator sudah ditempat", Jungkook melihat pasukan khusus kepolisian Detroit yang menyisir lokasi kejadian sembari berkomunikasi ke pusat markas. Ia terdiam ketika seorang wanita menghampirinya dengan wajah pucat pasi, mencengkeram seragam tugas Jungkook dengan jemari bergetar.
"T-Tolong! K-Kumohon tolong aku!", wanita itu memandangi jaket hitam biru Jungkook, tercekat ketika membaca tulisan 'Cyberlife' yang terukir di dada kanannya, diikuti dengan tulisan RK800. Jungkook hanyalah sebuah properti milik Cyberlife yang disewa untuk membantu kepolisian Detroit. Wanita itu mengerucutkan bibirnya tidak percaya, menggeleng liar.
"T-Tidak! Mengapa mereka mengirim benda terkutuk ini?! Mengapa mereka mengutus mesin untuk menyelamatkan putriku?!", Jungkook memimdai lokasi tanpa menghiraukan wanita yang menjerit histeris, mencelanya dengan pandangan jijik. "Mengapa kau tidak mengirim orang sungguhan?! Jangan dekati putriku, robot cacat!", Jungkook mulai berjalan pergi, meskipun wanita tua itu meneriakkinya liar, berusaha sekuat tenaga menarik Jungkook layaknya ia seorang monster yang tak berhati.
"Kapten Allen?", Jungkook menghampiri ketua kepolisian yang tengah menggunakan communicator di depan layar pengawas, menampilkan gambar seorang Deviant yang menyandera gadis kecil di lengannya, tangan kiri meremas pistol. Deviant itu berdiri di atap apartemen, siap bunuh diri dengan menjatuhkan tubuh mesinnya bersama dengan gadis kecil yang terisak ketakutan.
"Namaku Jungkook, tipe RK800, dikirim Cyberlife untuk membantu invetigasi Anda", Jungkook berdiri kaku ketika Kapten Allen berbicara dengan anak buahnya tegas, meneriakkan perintah dengan ketegangan yang sudah berlangsung lama. "Apakah Anda mengetahui nama Deviant ini, Sir?".
"Apakah itu penting?", Kapten Allen melirik Jungkook sinis, mengumpat kasar kepada android yang hanya akan merepotkan tugasnya daripada membantu. Ia berharap bahwa kasusnya akan dibantu oleh pihak yang berpengalaman, bukan sebuah mesin yang tidak memiliki empati dan perasaan sama sekali.
"Aku harus mengetahui cara yang tepat untuk menindaklanjuti Deviant, Captain", Allen mendengus ketika Jungkook menjawab dengan suara robotis, wajah tak berekspresi yang bertolak belakang dengan ketegangan anggota kepolisian yang menyisir lokasi kejadian secara berhati hati.
"Dengar, aku hanya perlu memberikan perintah kepada anak buahku. Kau ingin menolong? Jangan ganggu aku, mengerti?".
Jungkook mengangguk datar, memundurkan langkah dari Kapten yang menggeleng dengan rahang terkatup rapat. Ia berkata situasi sudah terkendali, namun yang Jungkook lihat justru sebaliknya. Jungkook segera mengelilingi apartemen yang kacau balau dengan retina robotis, sistemnya dengan cepat menganalisa petunjuk yang 'berserakan' disekitar apartemen. Informasi akan membantu Jungkook untuk melumpuhkan Deviant.
Jungkook mendekati sebuah koper senjata yang terbuka di lantai, otak robotisnya memungkinkan Jungkook untuk merekonstruksi kejadian pembunuhan beberapa waktu silam. Deviant telah mengambil pistol ayah korban dari atas rak penyimpanan, menjadikannya murder weapon yang sudah menewaskan sang ayah, Bill Collins. Jungkook pun menyisir lokasi, setidaknya ia membutuhkan sekian petunjuk untuk memahami tingkah laku Deviant yang harus ia lumpuhkan.
Jungkook meraih sebuah tablet yang dibiarkan menyala di kamar sandera yang bernuansa cerah khas anak kecil.
'Daniel adalah sahabatku! Kita tidak akan pernah terpisah! Benar kan, Daniel?'
Terlihat android pria yang tersenyum kearah layar, merangkul gadis kecil yang kini ia cekik di ujung atap. Perilaku Deviant menunjukkan sebuah ketulusan dan kebahagiaan. Serangkaian emosi yang tidak seharusnya bisa diproses oleh otak terprogram android. Kesimpulan pertama, Deviant dan sandera memiliki hubungan yang dekat.
Jungkook melirik headphone yang terbaring di lantai, ia bisa mendengar musik samar yang pastinya diputar dengan volume kencang ketika pembunuhan terjadi. Sandera tidak mendengar suara tembakkan ketika ayahnya dibunuh.
Jungkook pun melangkah keluar dari kamar sandera setelah memastikan tidak ada petunjuk yang ia lewati, mendekati mayat Bill Collins yang mati tertusuk pecahan kaca di ruang keluarga. Ia menganalisa luka tembak yang menembus jantung Collins, sebuah tablet terlempar dari genggamannya ketika Deviant menyerang. Jungkook merekonstruksi kejadian dengan otak robotis, menemukan tablet yang tergeletak di bawah meja.
Tablet itu menampilkan sebuah pemesanan baru dari pusat Cyberlife.
'Transaksi Anda berhasil. Terimakasih atas pemesanan Y200'
Deviant hendak digantikan dengan android baru.
Jungkook menoleh, melihat darah biru yang membercak di lantai apartemen. Thirium, lebih sering disebut dengan 'Blue Blood'. Thirium adalah bahan bakar yang digunakan android untuk mencegah penonaktifan otomatis. Kemungkinan besar, pihak kepolisian telah menyerang Deviant yang kini terluka. Setelah mengumpulkan informasi cukup, Jungkook menggeser pintu yang mengarah langsung pada kolam renang rooftop, melihat Deviant yang menyandera gadis kecil dengan pistol ditekan ke pelipisnya.
Sarah Collins, Jungkook menganalisa identitas sandera dalam hitungan detik.
"Daniel!", Jungkook menyeru, perlahan mendekati Deviant yang berkeringat dingin, wajahnya menampakkan ketakutan. Lagi lagi, emosi yang tidak seharusnya dimiliki oleh sebuah android. "Daniel, namaku Jungkook". Daniel terkesiap, memperhatikan pria yang mendekatinya secara hati hati, bagaimana mungkin android kepolisian itu mengetahui namanya?!
"Jangan mendekat!", Daniel mempererat cengkeramannya pada Sarah yang menjerit sakit. Jungkook dengan cepat menganalisa sekeliling, melihat sniper yang sudah berposisi di atap gedung, siap menembak mati pelaku. Jungkook hanya perlu mengamankan sandera, membujuk Deviant untuk melepasnya.
"Aku tahu kau marah, Daniel. Ia berusaha menggantikanmu, benar?", Daniel menitikkan air mata, mengacungkan pistolnya memperingati. "Aku kira aku berarti bagi mereka! Tapi, aku hanyalah sebuah mainan yang bisa diganti ketika mereka sudah tidak butuh! Aku hanyalah sampah!".
Jungkook mendekat berhati hati, tidak melirik gadis kecil yang menangis dan memohon pertolongannya. "Semua yang kau alami tidak ada sangkut pautnya dengan Sarah, Daniel. Ia menganggapmu sebagai keluarga, kau harus melepaskannya, kau mengerti?".
"Bohong!", Daniel menjerit murka, lingkaran biru di pelipisnya berwarna merah terang, berkedip oranye dan kuning, menyatakan ketidakstabilan software seiring dengan pertentangan emosi dalam dirinya. "Apa kau juga berusaha untuk membunuhku?! Kau bersenjata?!".
Jungkook mengangguk tenang, "Ya, aku membawa pistol", ia mengeluarkan senjata api itu dari sabuk, melemparnya ke seberang lantai dengan kedua tangan terangkat tanda perdamaian. "Aku akan menolongmu, Daniel. Aku tidak akan membiarkan mereka menyakitimu, aku bersumpah".
Daniel meremas kepalanya ketika bising helikopter mengintainya dari langit, menarget jantung Deviant yang menyandera korban tanpa mau melepaskan. Sepatu Daniel menyentuh ujung gedung, siap terjun mati bersama dengan gadis yang memberontak sia sia. "Perintahkan mereka untuk pergi, sekarang! Pergi! Pergi!".
Jungkook mengomando anggota kepolisian yang mengendalikan helikopter, hingga transportasi itu berbalik arah dan menjauhi mereka. "Lihat, Daniel? Aku melakukan apa yang kau minta! Kumohon, lepaskan gadis itu!". Daniel terisak takut, mengamati wajah Jungkook yang dipenuhi simpati, berusaha mengeluarkan Daniel dari situasi yang sudah sangat runyam.
"Aku juga sebuah android, Daniel. Aku mengerti perasaanmu".
Jungkook menatap tegas, "Lepaskan gadis itu dan aku akan melindungimu dari mereka. You have my word".
Daniel menguburkan tangisnya, perlahan lahan melepas Sarah yang berlari ketakutan, menjauhi Deviant yang menatap Jungkook penuh kefrustasian dan rasa terimakasih. "K-Kumohon, jangan biarkan mereka menangkapku. K-Kumohon, tolong ak‒".
Peluru sniper melesat secepat angin, melubangi perut Deviant yang tersentak dengan jerit penuh teror. Tembakan kedua meluncur pada bahu android yang memuncratkan darah biru. Ia jatuh berlutut ketika peluru ketiga mengenai sistem biometrisnya dengan fatal. Daniel merasakan matanya berkaca kaca, bersimpuh dengan program yang menghitung mundur penonaktifan otomatis. Ia memandangi Jungkook yang berdiri tanpa ekspresi, tak sedikitpun simpati ia rasakan ketika darah biru mengaliri bibir Daniel yang bernapas sesak.
"K-Kau…", Daniel melenguh miris.
"Kau berbohong kepadaku…J-Jungkook".
Jungkook diam tak berkutik ketika Kapten Allen dan anggota kepolisian meringkus Deviant yang nyaris mati dengan kedua kaki berlutut. Ia mengabaikan tatapan Allen yang mengawasinya keluar dari lokasi. Jungkook melewati sandera yang menangis tersedu sedu, mengalami trauma berat setelah mempertahankan nyawanya diambang batas.
Hanya satu yang Jungkook pedulikan.
Sebuah misi yang berhasil.
"Mission Accomplished", Jungkook pun menutup pintu dibelakangnya.[]
AX400
"Android Anda mengalami kerusakan parah, Tuan. Tapi, kami telah memperbaikinya seperti semula. Terpaksa kami harus memprogram ulang android Anda dan menghapus memorinya. Aku harap itu tidak menjadi masalah".
Jin melihat seorang pria gemuk yang mengitari toko Cyberlife, para pengunjung tertarik akan android yang diprogram untuk membantu pekerjaan rumah mereka, bersih bersih, memasak, dan tak pernah sekali pun membangkang perintah.
"Tidak apa apa. Apa aku bisa mengambilnya sekarang?".
"Ya, Tuan. Saya melihat Anda sudah memberi AX400 sebuah nama?". Pegawai toko membuka tabung yang mengelilingi Jin selama masa perbaikan, memisahkannya dari para android yang dipajang dan dijual belikan kepada para pemilik yang gilir berganti.
"Ya. Putraku yang memberinya nama".
Jin tersenyum robotis ketika programnya telah dibersihkan, semua kenangan yang ia miliki telah dihapus, hanya tugas untuk mematuhi pemiliknya‒Todd Williams‒yang terus menerus tertekan dalam program Jin.
"Namaku Jin, siap melayani Anda".[]
Jin mengamati kota Detroit di musim kemarau, daun merah dan oranye berguguran sepanjang jalan, diiringi dengan titik air hujan yang berjatuhan dari langit. Todd terduduk di kursi pengemudi, merokok dan tak menghiraukan android yang diperintahnya untuk menjadi asisten rumah tangga. Jin mengamati seragam kerjanya yang berwarna hitam dan biru, celana putih, serta serial number di belakang punggungnya.
AX400.
Todd membuka pintu rumah dengan napas berat setelah mereka sampai, Jin tersenyum kosong ketika melihat seorang lelaki kurus yang memandanginya penuh harap, sebelum wajah manis itu berubah muram dan ia berlari ke lantai atas.
"Kau tahu apa yang harus kau lakukan, kan? Bersihkan rumah, layani aku tanpa banyak bertanya, dan…urus Taehyung, bangsat kecil itu".
"Baik, Todd", Jin mulai membereskan rumah yang seperti kapal pecah. Botol alkohol berserakan di lantai, bungkus makanan dibiarkan terbuka dimeja. Todd menjatuhkan tubuh gempalnya sembari menghisap ganja dan mabuk mabukkan, mengganti saluran televisi tanpa memedulikan putranya yang kesepian di lantai dua.
"Todd, aku telah membereskan lantai dasar. Aku akan keatas".
"Terserah kau saja! Jangan ganggu aku, mesin bodoh!".
Jin mengangguk patuh, tidak menghiraukan ejekannya yang kasar. Ia pun menaiki anak tangga yang membawanya pada sebuah lorong. Jin membuka kamar Taehyung yang bersembunyi dibalik selimut, rautnya terkejut dan sedih ketika bertatapan dengan retina kebiruan Jin. "Hai, aku hanya akan membereskan kamarmu. Tidak perlu takut, oke?".
Taehyung merangkak turun ketika Jin menata buku bukunya yang berserakan di lantai, sesekali, pria kurus itu mengawasi android yang tampak tak mengingatnya. Ayahnya kembali menghapus ingatan Jin, melenyapkan hubungan dekat yang pernah mereka miliki.
"Ada apa, Taehyung?", Jin menhampiri pria yang menggeleng kecil, ia tersenyum sembari mengusap pundaknya lembut, meskipun, emosi di wajah Jin hanya sebatas program Cyberlife, tak benar benar tulus dari jiwanya. "Aku merasa kita dulu berteman, Taehyung, sebelum Todd memprogram ulang sistemku. Maukah kau menjadi temanku lagi?".
Taehyung mengangguk lesu, menyerahkan sebuah kunci kepada Jin sebelum berlari keluar. Jin sedikit mengernyit, merasakan sebuah kegelisahan sebelum otak robotisnya menghapus perasaan manusiawi itu. Kunci keemasan di jemarinya serasa menarik kembali ingatan Jin. Namun, nihil, yang ia ingat hanyalah perintah untuk mematuhi Todd.
Jin melirik sebuah kotak kayu yang diletakkan di ujung meja. Apakah kunci ini akan membukanya? Apa yang ingin Taehyung katakan?
Jin membuka kotak yang berisi lembaran gambar terburu buru, warnanya begitu menyedihkan dan dipenuhi keputusasaan. Taehyung telah menggambar dirinya yang sedang menangis, tak memiliki ibu dan merasa kesepian. Gambar kedua mengilaskan Taehyung yang terpaksa tinggal bersama Todd, meski ia tertekan dan ketakutan setengah mati.
Kemudian…itu dirinya sendiri. Taehyung menggambar Jin yang bergandengan tangan dengannya, seperti melindungi Taehyung dan menjadi sosok keluarga yang selalu ia butuhkan. Gambar terakhir membuat kegelisahan Jin kembali membubung.
Taehyung menggambar Jin yang terbaring di lantai dengan lengan terputus, darah biru mengalir dari pundak logamnya yang diinjak berulang kali. Todd berdiri diantara mereka, menyumpahi Jin yang berusaha melindungi Taehyung, sebelum akhirnya menyiksa android itu hingga mati.
Apa apaan ini? Jin tidak bisa mengingat kejadian sebelum ia diprogram ulang. Apakah Todd menyakitinya? Apakah pria itu menyiksa…Taehyung?
'Melayani pemilikmu'.
'Melayani pemilikmu'.
Jin mengerjap beberapa kali, sebelum software-nya kembali stabil dan ia berjalan untuk menemui Todd di lantai dasar. Jin hanya perlu melayani Todd, apa pun yang ia perintahkan harus Jin selesaikan tanpa membantah. Itulah tugasnya.[]
"Anak tidak berguna! Aku tahu apa yang kau pikirkan tentangku, bangsat kecil!", Todd bangkit dari sofa dengan napas beringas, mendekati Taehyung yang meringkuk ketakutan di ruang tengah. "Kau pasti berpikir Ayahmu seorang pecundang, kan?! Tidak bekerja, pemalas yang miskin!", Taehyung terkejut ketika Todd menggebrak meja marah.
"A-Ayah!".
Todd mengucurkan air mata, namun, ia mendeliki putranya liar. "Seorang android sudah merebut pekerjaanku, Tae! Mereka mesin, mereka sempurna, tidak pernah lelah!", Todd tertawa miris. "Apa aku jika dibandingkan dengan metal tak bernyawa itu?!", Todd menangis kencang, ia menjambaki rambutnya yang mulai membotak.
Jin merasakan sesuatu bergejolak di dalam dirinya, keinginan besar untuk menghentikan Todd yang membuat Taehyung meringkuk ketakutan di sudut. Apakah…ini sebuah simpati? Kekhawatiran bahwa Taehyung akan terluka?
"Kau pasti membenciku, kan, Taehyung?! Kau sangat membenci Ayah, ya kan?!", Taehyung berteriak ketika Todd memukul wajahnya hingga terjatuh ke sofa. Jin terkesiap, hendak beranjak namun programnya memaksa Jin untuk diam.
"Semua ini salahmu, bajingan kecil! Ibu jalangmu tidak akan meninggalkanku kalau kau tidak pernah ada!", Todd berteriak frustasi, Taehyung berjengit ketika petir menyambar diluar jendela. Ia mengusap wajahnya yang nyeri, menangis ketika Todd memelototinya penuh kebencian, sebelum pukulan kedua membuat Taehyung tersungkur ke lantai.
"A-Ayah!".
Apakah semua ini salah Taehyung?
Taehyung memandangi Jin yang tak berkutik dengan wajah kosong, hanya mampu mengamati kekerasan itu tanpa merasakan sebersit pun emosi. Taehyung menangis kencang, sebelum berlari melewati Jin yang tetap diam sesuai perintah.[]
RK200
Yoongi berjalan menyusuri Kota Detroit yang basah akibat guyuran hujan. Pemiliknya memerintahkan Yoongi untuk membeli peralatan lukis di pusat kota, beruntungnya bahwa Carl Manfred sangat pengertian kepada Yoongi dan menganggapnya seperti anak kandung sendiri. Tidak seperti kebanyakan pemilik yang memperlakukan android mereka layaknya seorang budak tak berguna.
Yoongi menghampiri android pegawai toko yang tersenyum robotis kepadanya. "Selamat datang. Ada yang bisa Saya bantu?", pekerjaan manusia telah banyak diambil alih oleh mesin, menciptakan demonstrasi besar besaran warga Detroit kepada pemerintah. "Ya. Saya ingin mengambil pesanan Carl Manfred", Yoongi memejamkan matanya ketika pegawai toko menyerahkan kotak berisi peralatan melukis. Lingkaran biru di pelipis Yoongi berkedip dan menyala terang, men-transfer pembayaran melalui internet kepada pegawai toko.
"Terimakasih. Selamat datang kembali".
Yoongi mengangguk, meraih kotak pesanan Carl sebelum melangkah keluar dari toko peralatan lukis. Ia melewati warga Detroit yang lagi lagi melakukan aksi demonstrasi di depan gedung perusahaan.
"Kami menginginkan pekerjaan kami kembali!".
"Android mencuri pekerjaan!".
Banyak tenaga kerja manusia yang digantikan dengan mesin setelah artificial intelligent diciptakan. Android tidak pernah membuat kesalahan dan tidak perlu beristirahat. Namun, para warga yang kehilangan pekerjaan mereka menyalahkan android karena mereka tidak lagi memiliki penghasilan, tidak bisa menghidupi keluarganya yang melarat.
"Wah, lihat! Ada mesin tak berguna disini!", seorang pria berkumis mendekati Yoongi dengan tawa sinisnya, mendorong kasar. "Mau apa kau, bangsat?! Balaslah, ayo, balas!", Yoongi tersungkur ketika pria itu menonjok perutnya, diikuti dengan makian para warga yang mendeliki Yoongi murka. Pria itu menendang wajah Yoongi ketika ia hendak bangkit.
"Kau tidak mau melawan balik, hah, robot brengsek?! Buktikan kalau kau adalah seorang pria!", ia tertawa mengejek. "Atau kau hanya pengecut yang tak memiliki nyali?!", pria itu mengamati Yoongi yang masih tak berekspresi, hanya kernyitan kecil pada dahinya ketika pria itu meludah jijik.
Ia kembali menendang, "Oh, aku lupa. Kau hanya mesin tak bernyawa, tak berempati! Kau tidak berhak mendapatkan pekerjaan kami! Kau tak berhak hidup!", Yoongi tak berkutik ketika pria itu menarik jaketnya dan kembali memukulinya.
"Hei! Biarkan benda itu sendiri!", Yoongi berpaling pada polisi patroli yang segera merelai amukan massa. Meskipun, ia menyebut Yoongi dengan 'benda' dan melontarkan tatapan risih ketika meneliti tubuh manusia Yoongi dibalik rangkaian logam.
"Oh, kau membelanya? Lalu, apa yang terjadi ketika bangsat metal itu merebut pekerjaanmu juga?". Polisi itu melirik Yoongi, sedikit khawatir akan posisinya yang bisa terancam. "Cukup. Aku akan memberimu denda kalau benda itu lecet, mengerti?", pria itu mendengus kepada Yoongi sebelum menyingkir.
"Pergilah, kembali kepada pemilikmu", polisi itu mendorong Yoongi jijik, seperti terpaksa membela sebuah mesin tak bernyawa yang mengacaukan pekerjaan warga Detroit. Yoongi tidak bereaksi, ia hanya berjalan menuju pemberhentian bus yang menyediakan kompartemen khusus android.
Tugasnya hanya membawa pulang pesanan alat lukis Carl. Ia hanya perlu menyelesaikan tugas tanpa mengacuhkan para manusia yang memandangnya seperti seonggok sampah.[]
