A/N : Minna-san~…! DarkLidyaNuvuola Del Ciello Here~…! *Gaya Lussuria* *ditabok*
Err… Kali ini daku membawakan fict twoshot. Ini Fict keduaku, dan fict twoshot pertamaku!
Yosh! Dari pada banyak bacot, mending daku mulai saja fict ini!
DISCLAIMER
KHR © Belongs To Amano Akira-sensei
Just Trust Me, Haneuma! © Belongs To Me
.
PAIRING
Dino x Hibari (D18)
.
RATED
T (M For Chap. 2)
.
GENRE
Romance? Hurt/Comfort? Humor? (I Don't Know! DX)
.
WARNING
BL / BoyxBoy / YAOI , Anti-YAOI? Please Get OUT! LEMON kurang asem, typo(s) berkeliaran, bahasa amburadul (bisa membuat anda katarak mendadak), summary gak nyambung, judul gak nyambung sama isinya, GAJE (sangat), just TWOSHOT, POV gak jelas, perpaduan setting dari cerita aslinya (Mukuro yang bebas dari Vendicare, namun sebelum TYL. 8/9YL? maybe).
.
SUMMARY
Saat mendengar 'dia' telah terbebas dari Vendicare, dan kabarnya 'dia' sedang berada di Jepang–tepatnya di Namimori. Sang Don Cavallone a.k.a Dino Cavallone dengan segera berangkat menuju Jepang menggunakan pesawat pribadinya. Sang Don Cavallone semakin tak nyaman ketika mendengar bahwa 'dia' telah 'bertatap muka' dengan adik kecilnya–Tsuna dan para guardiannya, yang berarti 'dia' juga sudah bertemu dengan 'muridnya' itu. Tapi, siapakah sebenarnya 'dia' itu? Hingga membuat sang boss mafia dari Cavallone Famiglia itu nekad pergi ke Jepang, dan meninggalkan segudang pekerjaan yang menuntut untuk dikerjakan di Italia sana? Sebenarnya apa gerangan yang membuat sang boss mafia–yang terkenal dengan julukan Haneuma ini menjadi khawatir dan gelisah?
.
"Bla bla bla" : Berbicara seperti biasa
'Bla bla bla' : Berbicara dalam hati
.
.
.
DON'T LIKE? TRY READ! *maksa *digampar*
.
.
.
Chapter 1
XXXD18XXXD18XXX
.
DINO POV
Ugh… Tak kusangka dia bisa keluar dari Vendicare! Dasar sia–
"Boss!" Ah… Aku hafal suara ini.
"Ya? Ada apa Romario?" Kutengokkan kepalaku kearah suara itu berasal.
"Tenang saja, kita hampir sampai di Namimori. Boss tak perlu gelisah seperti itu." Ucap Romario–seorang bawahan yang sudah kuanggap sebagai ayahku itu.
"Yahhh… Tapi aku hanya sedikit cemas saja." Ucapku sambil menghempaskan punggungku pada senderan jok mobil. Eh? Jok? Ya! Aku sedang berada didalam sebuah limousine hitam, ditemani Romario juga seorang supir. Dan anak buahku berada di dalam mobil lain, tepat di depan dan belakang limousine ini. Sedang apa mereka? Tentu saja mengawalku.
"Setidaknya boss tak perlu memasang wajah panik seperti itu." Tersirat rasa khawatir dari ucapan Romario.
"Lagipula, saya kira 'dia' tak akan melakukan sesuatu hal yang buruk. Mengingat dia juga merupakan salah satu guardian of Vongola." Lanjutnya yang masih menenangkanku.
"Ah… Ku harap…" Hanya itu yang bisa kukatakan sekarang. Karena bagaimanapun aku tetap khawatir! Aku tau 'dia' merupakan salah satu guardian of Vongola, tapi tidak menutup kemungkinan dia bisa berbuat hal yang merepotkan bagi Vongola dan tentunya bagi diriku juga.
Tentunya kalian tahu bukan? Ya! Dia adalah Rokudo Mukuro, sang Mist Guardian of Vongola–yang mengatakan bahwa dia membenci mafia dan akan menghancurkannya.
Tapi bukan hal itu yang membuatku sangat khawatir untuk saat ini. Hanya–
"Boss! Kita sudah sampai di markas Vongola."
AUTHOR POV
"Boss! Kita sudah sampai di markas Vongola." Terdengar suara Romario memberitahu bossnya, bahwa mereka telah sampai di tempat tujuan.
"Ah… Be-benarkah?" Sepertinya Dino sedari tadi asyik melamun. Hingga tak sadar bahwa mereka telah sampai.
"Kalau begitu, ayo cepat kita temui Tsuna!" Lanjut Dino dengan nada memerintah. Dan keluar dari limousine tersebut–tentunya keluar untuk bertemu sang Don Vongola.
"Baik, Boss." Jawab semua anak buah Dino dan serempak mengikuti arah langkah Don Cavallone tersebut.
XXX D18 XXX D18 XXX
Terdengar derap langkah suara beberapa sepatu pentofel yang beradu dengan lantai. Dari suara tersebut bisa kita perkirakan bahwa itu adalah suara dari langkah yang dikeluarkan oleh beberapa orang! Jika kita dengar baik – baik, suara langkah mereka separti sedang terburu – buru dan err… Terdengar kompak?
Tunggu! Sebenarnya mereka itu siapa? Kenapa terburu – buru? Langkahnya pun kompak lagi! Apa mereka sedang latihan baris – berbaris untuk lomba PBB(Pasukan Baris – Berbaris)? Oh OK! Lupakan pertanyaan yang terakhir.
"Boss, kita langsung keruangan'nya'?" Bisik salah satu dari segerombolan *?* yang serba hitam itu kepada seseorang yang memakai pakaian dengan warna yang begitu kontras dengan mereka itu.
"Tidak Romario. Kita keruangan adik kecilku dulu." Jawab seseorang yang dipanggil boss itu.
Ara~…
Akhirnya kita tahu, ternyata mereka itu dari Cavallone Famiglia dan tentunya bersama dengan boss mereka tercinta. Author pikir mereka itu pasukan yang sedang latihan baris – berbaris. *Dicambuk*
Ehem!
Back To Story
"Tidak Romario. Kita keruangan adik kecilku dulu!" Ucap sang Don Cavallone.
"Eh? Baik boss." Jawab Romario.
"Tapi…" Ucap Dino tiba – tiba.
"Tapi?" Tanya Romario yang penasaran dengan kelanjutan ucapan bossnya tersebut.
"Tapi, ruangan Tsuna DIMANA ? Kenapa dari tadi kita cuma berputar – putar saja?" Ucap-ralat-teriak sang Don Cavallone kebingungan.
"HIEE?" Teriak seluruh Cavallone Famiglia*kecuali Dino* kompak. Mereka semua kaget, hingga author pun kaget. Tak menyangka, bahwa mereka bisa menjadi paduan suara yang kompak. *Abaikan yang terakhir*
"Bukankah boss sudah sering kemari?" Tanya Romario–yang sepertinya sudah sadar dari rasa kagetnya itu.
"Hah… Aku memang sering kemari. Tapi aku selalu disambut oleh Tsuna–atau paling tidak oleh salah satu guardiannya. Dan bentuk bangunan disini terlihat sama! Jadi aku sulit untuk menghafalnya…" Jelas Dino dengan nada lesu.
"Err… Tenang boss, lebih baik kita telepon saja Vongola Decimo." Ucap Romario menenangkan anak-plak-maksudnya menenangkan bossnya.
"Ah kau benar Romario!" Entah kenapa Dino saat ini jadi agak – agak lemot, padahal dia bersama anak buahnya. Sungguh kejadian yang langka! *Dicekik cambuk*
"Baiklah… Akan ku telepon Tsuna! Hmm… My little otouto… Hmm.. Ah ada!" Err… Sepertinya Dino tadi sedang mencari nomor Hp Tsuna? Entahlah… Author sendiri tak tahu. *digampar*
Klik!
"Tunggu boss!" Tiba – tiba Romario mencegah sang boss.
"Eng? Ada apa Romario?! Aku sedang-akan-menelepon Tsuna!" Jawab Dino agak sedikit menyentak namun tak membalikkan badannya.
"Err… Itu…" Ucap Romario gugup, karena jarang – jarang melihat bossnya menyentak.
"Sudah! Kalau mau bicara, nanti saja! Aku mau menelepon Tsuna dulu." Ucap Dino masih terus membelakangi Romario.
Klik! *again?*
"Halo, Tsuna." Ah… Dino mulai menelepon sang ultimate UKE*dibakar*ughh… Menelepon sang Vongola Decimo.
"Ah… Dino-san, ada apa? Dan 'kenapa kau harus meneleponku'?" Jawab suara kebingungan diseberang sana.
"Ah… Tsuna, ada hal pen-tunggu! Kenapa kau bertanya 'kenapa kau harus meneleponku'? Apa tak boleh? Kau sedang sibuk?" Ucap-sentak-sang Cavallone Decimo dengan gelisah.
"Err… Bukan begitu Dino-san… Hanya saja…" Ucap Tsuna gugup.
"Hanya saja?" Tanya sang Don Cavallone penasaran.
"Hah… Hanya saja, kenapa Dino-san harus repot – repot meneleponku. Jika aku sendiri berada 'di belakang' Dino-san?" Ucap Tsuna kebingungan sambil menepuk punggung Dino dan memperlihatkan angelic smilenya.
HAH? TSUNA? *Abaikan*
"HIE? Tsuna? Kapan kau kemari?" Tanya Dino tak kalah bingung.
"Sejak Dino-san meneleponku." Ucap Tsuna polos.
"Ugh… Kenapa kau tak bilang dari awal?" Tanya Dino.
"Ano… Boss… Tadi saya sudah mencegah boss dan mau memberitahu bahwa Vongola Decimo sudah ada dibelakang boss. Tapi bossnya malah… Err…" Kali ini yang menjawab adalah Romario.
"Eh? Jadi saat itu ya? Ahaha… Maaf maaf…" Jawab sang Don Cavallone sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal–atau emang gatal? Apa Dino ketombean? Entahlah… Hanya Dino, kepalanya dan Tuhan yang tahu... *Author-di-rajam*
"Ah ya, untung Dino-san tak keruanganku. Karena saat ini ruanganku sedang direnovasi. Jadi untuk sementara aku pindah ruangan." Ucap Tsuna tiba – tiba.
"Eh? Benarkah? Untunglah… Lagipula aku memang tak hafal letak ruanganmu Tsuna. Disini ruangangnya cukup membingungkan."
Yahh… Struktur bangunan markas Vongola di Jepang memang sedikit membingungkan. Terutama bagi yang tidak terbiasa.
"Ngomong – ngomong Tsuna, kenapa kau tak di ruang kerjamu? Apa Reborn tak menghukummu jika kau ketahuan tak ada di sana?" Lanjut Dino dengan memberikan beberapa pertanyaan untuk Tsuna.
"Eh? Sebenarnya aku di sini karena disuruh oleh Reborn. Aku dan Reborn sedang berada diruanganku, dan tiba – tiba Giannini meneleponku lalu mengatakan bahwa Dino-san ada disini. Tentu saja aku kaget, karena Dino-san tak memberitahuku mau datang kemari. Maka dari itu, Reborn menyuruhku untuk memastikan bahwa orang itu Dino-san." Jelas Tsuna panjang lebar sambil mempertahankan angelic smile-nya.
"Eh? Begitu ya? Aku mengerti…" Ucap Dino sambil memikirkan sistem pengamanan disini.
"Ahahaha… Dino-san tak berubah ya? Masih sama seperti terakhir kita bertemu. Tapi… Ada apa sebenarnya Dino-san? Tidak biasanya terburu – buru mencariku, err… Kecuali ada hal penting." Tanya Tsuna yang mulai bingung.
"Hah… Aku mau menanyakan beberapa hal padamu Tsuna." Jawab Dino yang mulai terlihat serius.
Melihat perubahan ekspresi pada wajah Dino menjadi lebih serius, Tsunapun mulai ikut serius.
"Ah… Baiklah… Ayo Dino-san keruanganku saja! Tidak sopan berbicara dengan tamu ditempat seperti ini." Ajak Tsuna sambil berjalan mendahului Dino–dan tentunya bermaksud sebagai penunjuk arah.
XXX D18 XXX D18 XXX
Sesampainya didepan ruangan sang Vongola Decimo, dia–Tsuna mempersilahkan Dino masuk keruangannya. Dan tentunya para pengawal sang Cavallone Decimo disuruh beristirahat diruangan lain–kecuali Romario yang menunggu sang boss diluar ruangan Tsuna-, yang tentunya perjalanan Italia-Jepang itu tidak sebentar dan bisa membuat tubuh cukup-menjadi-lelah.
-Tsuna Room-
DINO POV
Ok! Sekarang aku berada diruangan Tsuna, dan terlihat oleh mataku sekarang ini adalah sebuah ruangan yang berisikan tumpukkan kertas-yangsangatbanyak-disebuah meja dan dibalik meja itu terdapat sebuah kursi kerja. Kemudian ada rak – rak buku–yang tak kuketahui buku apa saja yang terdapat didalamya.
Dan sekarang aku sedang duduk di sofa–yang tentunya dikhususkan untuk para tamu yang ingin menemui Vongola Decimo ini. Hah… Suasananya tak jauh berbeda dengan ruanganku di Italia sana. Terutama dengan tumpukkan kertas itu…
Ngomong – ngomong tentang ruanganku, bagaimana dengan pekerjaanku di sana ya? Apa anak buahku mengerjakan dengan baik? Ugh… Aku harus mempercayai mereka! Lagipula, Tujuanku kemari lebih penting dan–
"Dino-san?" Ugh… Ternyata aku melamun lagi. Dan kali ini yang mengganggu acara melamunku ini Tsuna.
"Eh? Ya Tsuna? Ada apa?" Ucapku pada Tsuna.
"Lho kok ada apa? Seharusnya itu kata – kataku." Ucap Tsuna kebingungan. Terlihat olehku Tsuna berada di hadapanku–tepatnya di sofa yang sama, namun letaknya di seberang sofa yang aku duduki. Tunggu! Rasanya ada yang kurang! Ah ya,
"Err… Tsuna, Reborn mana? Katanya dia ada diruanganmu?"
"Hmm… Saat aku akan menjemput Dino-san, Reborn bilang ingin keluar sebentar. Katanya tadi dia ada perlu." Ucap Tsuna menjelaskan kemana perginya guru kami itu.
"Hoo… Sou ka…" Jawabku sekenanya.
"Lalu–" Terdengar suara Tsuna yang mulai serius.
"Sebenarnya ada apa ini? Hingga sang Don Cavallone datang jauh – jauh dari Italia tanpa pemberitahuan–yang terkesan penting dan rahasia ini?" Ucap Tsuna-sangat-formal.
"Errr… Tsuna, kenapa kau jadi formal begini? Dan, apa kedatanganku ini sangat mengejutkanmu?" Jujur saja, aku memaklumi apa yang ditanyakan Tsuna. Tapi, gaya bahasanya itu! Bikin aku malu sendiri!
Oh, OK! Aku agak berlebihan…
"Hah… Bukan begitu, aku memang sudah terbiasa dengan kedatangan Dino-san kemari. Tapi Dino-san selalu memberitahu jika akan datang kemari. Kalaupun tidak, Dino-san datang kemari HANYA ditemani Romario-san saja, tidak seperti sekarang–yang membawa banyak pengawal ." Jelas Tsuna panjang lebar. Dan cukup membuat diriku sedikit menganga.
Tak kusangka, ternyata Tsuna cukup perhatian juga selama ini. Hohoho (Author : Haneuma GR! *Dicambuk*)
"Err… Begitu ya? Hahahah… Maaf ya?" Ahh… Cuma itu yang bisa aku katakan.
"Hah… Dan satu lagi, tak biasanya Dino-san datang kemari dengan wajah yang SERIUS dan MURAM begitu." Ucap Tsuna yang mengatakan kata 'serius' dan 'muram' dengan penuh penekanan, sambil menghela nafas–yang entah sudah keberapa kalinya.
"OK, sekali lagi aku minta maaf… Err… Bukan maksudku membuat adik-yang-imutku ini bingung–" Sejujurnya, aku sendiri juga sedang bingung.
"Err… Aku tidak imut Dino-san! Aku ini laki – laki! Bukan perempuan!" Sanggah Tsuna tiba – tiba dengan nada agak –sedikit ketus.
Ara~… Sepertinya kata – kataku ada yang menyinggung perasaannya.
"Eh? Maaf maaf maaf… Hmpt…" Ucapku sambil menahan tawaku agar tak membuat Tsuna marah lalu berubah menjadi Hyper modenya. Karena jika sampai mode itu muncul, aku harus berhati – hati!
Tapi jujur saja sekalipun sedang marah, Tsuna tetap terlihat imut! Atau malah semakin imut? Ugh... Apa – apaan pikiranku itu! Lupakan, lupakan !
"Hah… Sudahlah! Sebenarnya ada apa Dino-san?" Ucap Tsuna kembali serius.
"OK! Ini tentang 'dia'!" Ucap ku yang malah membuat orang penasaran.
"Dia? Siapa?" Ucap Tsuna yang kebingungan.
"Salah satu guardianmu yang baru keluar dari Vendicare." Ucapku ambigu.
"Ah… Aku mengerti, dia–maksudnya Rokudo Mukuro eh?" Jawab Tsuna dengan sebuah pertanyaan untuk memastikan yang dia jawab itu tepat.
"Begitulah… Bagaimana? Apa dia bermasalah?" Tanyaku penasaran.
"Dino-san tenang saja! Mukuro tidak melakukan apapun, dan di sini tak terjadi apapun–terkecuali dua orang itu…" Ucapan Tsuna terhenti, dan membuat diriku semakin penasaran.
"'Dua orang itu'? Siapa mereka?" Aku benar – benar penasaran!
"Salah satu dari mereka adalah Chrome yang sempat pingsan saat melihat Mukuro berada di hadapannya, dan bukan sebuah ilusi. Melainkan Rokudo Mukuro yang asli." Ahh… Aku tahu tentang wanita ini, wanita yang begitu memuja kepala nanas–Rokudo Mukuro. Dan tentunya aku tak terlalu kaget dengan hal itu, lagi pula aku tidak terlalu peduli akan hal itu.
"Err… Begitu ya? Lalu satunya lagi siapa?" Ucapku makin penasaran.
"Err… Satunya lagi adalah Hibari-san… Dia–"
AUTHOR POV
"Err… Satunya lagi adalah Hibari-san… Dia–"
"HAH? KYOYA? Ada apa dengan Kyoya? Apa dia juga pingsan?"
Oh well, itu pertanyaan yang sungguh-sangat-tidak masuk akal.
"HIE?! Tentu saja itu tidak mungkin!" Ucap Tsuna cukup shock mendengar pertanyaan Dino dan segera meluruskan pikiran Dino.
"Lalu apa?! Dia kenapa?! Jangan bicara setengah – setengah! Itu membuatku BINGUNG!" Ucap-teriak-Dino.
"Ugh… Maaf Dino-san, aku tak bermaksud begitu. Hanya saja Dino-san tiba – tiba memotong ucapanku…" Ungkap Tsuna yang agak gemetar, karena kaget melihat Dino berteriak.
"Ah! Tsuna! Maafkan aku! Aku…" Sesal Dino karena telah berteriak kepada orang yang telah dianggapnya adik itu.
"Errr… Sudahlan Dino-san, aku lanjutkan saja ceritaku." Ucap Tsuna yang sudah tidak gemetar lagi.
"Ya, lanjutkan saja…" Ucap Dino sambil merebahkan punggungnya pada sofa yang dia duduki–sekedar merilekskan tubuhnya.
"Jadi, tentang Hibari-san… Dino-san sudah tahu kan? Bahwa Hibari-san sangat benci pada Mukuro dan jika bertemu dengannya–sekalipun itu ilusi, Hibari-san akan tetap menyerangnya. Hal itu karena Mukuro dulu pernah mengalahkannya dengan cara yang cukup 'tidak adil'1."
"Ya. Aku tahu ceritanya." Ucap Dino cepat.
"Nah, beberapa hari yang lalu, Mukuro muncul di hadapan kami semua. Tentu kami cukup kaget, karena dia mengaku bahwa dia Mukuro yang asli, bukan ilusi. Reaksi yang kami munculkan berbeda – beda. Dan salah satunya Chrome yang pingsan itu." Ucap Tsuna panjang lebar.
"Lalu bagaimana dengan Kyoya?" Dari ucapannya, tentu sang Don Cavallone ini mengkhawatirkan muridnya.
"Memang, tak aneh jika melihat sikap Hibari-san yang langsung menyerang Mukuro. Hanya saja, aku merasa ada yang aneh dari tatapannya! Seperti… Sedang bingung... Dan itu membuatku khawatir…" Ucap Tsuna lemas.
Tsuna memang Boss yang sangat peka terhadap bawahannya. Sungguh boss yang patut dicontoh!
"Ta-tatapan ya?" Seketika tubuh Dino melemas. Hatinya semakin gelisah–dan tak sabar ingin cepat – cepat melihat murid kesayangannya itu.
"Tapi, aku bersyukur Dino-san cepat – cepat datang kemari. Tadinya aku mau meminta tolong pad Dino-san!" Ucap Tsuna yang kembali ceria.
"Lho? Memangnya ada apa?" Kembali, rasa penasaran menghampiri kepala sang Don Cavallone.
"Ya, aku khawatir pada Hibari-san. Namun aku tak bisa berbuat apapun! Tetapi aku yakin kalau Dino-san pasti bisa. Karena Dino-san adalah tutornya juga orang yang sangat berarti bagi Hibari-san... Ya kan?" Ucap Tsuna yang kembali memasang Angelic Smilenya.
"Ah… Aku harap-eh?! Tsuna! Kau… Errr…" Jawab Dino yang cukup kaget.
"Ahahaha… Aku tahu Dino-san. Aku tahu hubungan Dino-san dengan Hibari-san sejak awal…" Ucap Tsuna diiringi tawa lembut khas Vongola Decimo.
"Errr… Yang tahu kan cuma aku, Kyoya, Romario dan Kusakabe. Kau… Bagaimana bisa tahu?" Tanya Dino penasaran.
"Hm… Jangan remehkan instingku!" Jawab Tsuna simple.
"Ah ya! Aku sarankan, segeralah temui Hibari-san." Tambah Tsuna.
"Ah, kau benar! Kalau begitu, aku akan ketempat Kyoya sekarang."
"Ya, temui dia… Tenang saja, dia ada diruangannya kok."
Terlihat Dino yang berpamitan pada Tsuna, lalu pergi meninggalkan ruangan Tsuna. Dan tepat di depan ruangan Tsuna ada Romario yan sedang menunggu bossnya. Saat melihat bossnya keluar, diapun bertanya,
"Bagaimana boss?" Tanya Romario.
"Ya, tidak ada yang perlu kita khawatirkan saat ini." Jawab Dino cepat.
"Syukurlah… Lalu sekarang kita kemana?" Tanya kembali Romario.
"Aku akan ke tempat Kyoya, tapi kau tak perlu ikut. Kau bergabunglah dengan yang lain, dan beristirahatlah." Ucap Dino sambil berlalu meninggalkan Romario–menuju tempat Hibari tentunya.
"Ta-tapi boss–" Ucapan Romario berhenti ketika melihat bossnya melambaikan tangannya –tanda bahwa dirinya tak perlu khawatir.
Dan akhirnya Romario melihat bossnya pergi menuju markas sang karnivore Namimori. Lalu dia–Romario pun beranjak dari tempat itu untuk menyusul teman – temannya yang sedang beristirahat.
XXXD18XXXD18XXX
Sesampainya Dino di markas sang karnivore Namimori a.k.a Hibari–yang khusus dibangun untuk Hibari tentunya. Dengan posisi duduk, Dino memandang keseluruh ruangan tersebut, dan dia disuguhi pemandangan yang sangat kental dengan budaya Jepang. Mulai dari struktur bangunannya, suasananya, hingga tamannya-karena pintu geser yang menghubungkan ruangan tersebut dengan taman, sedang terbuka-pun sangat kental dengan budaya Jepang.
"Haneuma, sedang apa kau di sini?" Tiba – tiba muncul sebuah suara.
Suara tersebut sontak membuat lamunan Dino akan bangunan ini buyar, tergantikan dengan rasa kaget. Buru – buru Dino mencari asal suara itu–
–dan terlihat olehnya, seorang laki – laki yang lebih muda darinya. Memiliki rambut raven hitam legam dan warna kulit putih khas asia–yang mana begitu kontras dengan rambutnya. Juga memiliki mata blue metal yang memandang tajam kearahnya. Ah! Tak lupa, dia memakai yukata hitam senada dengan warna rambutnya.
"Errr… Hello Kyoya!" Sapa Dino dengan wajah ceria –seperti biasa.
"Kau tak menjawab pertanyaanku." Sapaan tersebut dibalas dengan sebuah ucapan dingin khas Hibari.
"Errr… Memang tak boleh ya aku menemui muridku?" Tanya Dino dengan senyumnya yang dapat membuat wanita – wanita diluar sana berteriak gaje(?).
"Jangan menjawab pertanyaanku dengan sebuah pertanyaan, Haneuma!" Ucap Hibari semakin dingin dan menyiapkan tonfa kesayangannya.
"Ah… Tenang tenang tenang! Aku kemari bukan untuk bertarung. Hanya ingin menanyakan beberapa hal padamu." Jelas Dino yang mulai mengeluarkan keringat dingin.
"Beberapa pertanyaan?" Hibari menaikan sebelah alisnya tanda sedikit bingung.
"Errr…. Begitulah! Beberapa pertanyaan… Ahahaha…" Ucap Dino sambil tertawa kikuk.
"Lalu, apa yang ingin kau tanyakan, Haneuma?" Ucap Hibari yang mulai melunak(?) dan menyimpan tonfa metalnya.
"Uhmm… Bagaimana mengatakannya ya?" Ucap Dino bingung.
'Haduh… Bagaimana cara bertanyanya ya? Kalau aku salah bertanya, nanti bukannya dapat jawaban, malah dapat pukulan.' Ungkap Dino dalam hatinya.
Sementara Dino sibuk dengan pikirannya sendiri, dia tak melihat Hibari yang sudah mulai bosan menunggu pertanyaan Dino. Ah… Kenapa Dino jadi kaku seperti itu pada Hibari? Apa karena pesona Hibari yang bikin dia gugup? Atau sifat 'ceroboh'nya kumat lagi gara – gara tidak ada anak buahnya? Atau karena hukum alam? (?) Entahlah… *Ditabok*
"Haneuma, jika kau tak mengatakannya sekarang juga, i'll bite you to death!" Ancam Hibari yang ternyata sang tonfa sudah ada digenggamannya kembali.
–ahhh… Memang berbahaya bila membuat seorang Hibari Kyoya menunggu. Jangankan Hibari, kita juga tidak suka menunggu bukan? Menunggu adalah sesuatu hal yang menyebalkan bagiku, saat ku harus bersabar–eh? Kok malah nyanyi? Lupakan saja!
"EH? Sabar Kyoya! Aku sedang merangkai kata – katanya…" Jujur Dino.
"Cepat!" Perintah Hibari.
"Hah… Baiklah… Tapi kumohon, simpan dulu tonfamu, baru aku bicara…" Mohon sang Don Cavallone.
"…" Tanpa bicara, Hibari kembali menyimpan tonfa kesayangannya itu.
"Nah… Errr… Uhmm…." Bukannya bertanya, Dino malah kebingungan.
"Cepat!" Perintah Hibari kembali.
"Hah… Ini tentang Rokudo Mukuro." Ucap Dino Lemas.
.
.
.
TBC
1 : Bagi penggemar Animanga KHR pasti tahu Pertarungan antara Hibari vs Mukuro pada
Kokuyo Arc. ? Dan Hibari dikalahkan oleh Mukuro dengan cara yang cukup-sangat
curang bukan?
A/N : Yosh! Saya kembali dengan fict D18! XDDDD
Bagaimana? ANEH? ABAL? GAJE? *Reader : SANGAT!*
Ughh…
Ini terinspirasi saat menonton ulang Anime KHR saat Future Arc. Entahlah… Saya bingung mengapa tiba – tiba keluar ide bikin fict abal nan gaje ini!
YOSH! Mau bagaimana lagi, fict nista ini terlanjur dibuat… Hohoho ^O^a
Ah ya! Ini juga salah satu fict yang pernah aku publish di akun FB Dark-Lidya Mousy Kaitani. Jadi jika readers pernah baca, nih itulah fic ini. ^^
OK! Saya tak mau banyak bacot lagi, So, REVIEW PLEASE! m(_ _)m
