The Lost Soul
By : Han Dalgi
Main Pair : DaeJae (as always)
Cast :
Banghim as Youngjae's Parents
.
.
.
Chapter 1
.
.
"Kita harus pindah? Lagi?"
"Ini terakhir kalinya, percayalah" ucap Himchan
Youngjae membuang pandangannya ke jendela, memandangi rumah-rumah yang terlewat. Keluarganya seringkali berpindah-pindah rumah, tanpa Youngjae ketahui alasannya. Jika biasanya mereka hanya sekedar menghabiskan waktu di rumah-rumah yang terdahulu paling lama sekitar 3 bulan, kali ini orangtuanya berjanji akan menetap dan tidak berpindah lagi karena mereka telah membeli sebuah rumah, bukan menyewanya seperti dahulu (ngontrak). Youngjae mengamati daerah yang akan menjadi tempat tinggalnya itu, daerahnya cukup bagus dan terlihat nyaman. Sampai akhirnya mobil yang mereka tumpangi membawanya ke sebuah tempat yang sedikit terisolasi dari rumah lain,dimana rumah itu diapit oleh lapangan yang kontras berbeda, dikanannya Nampak lapangan modern dengan ring basket dikedua sisinya serta dikelilingi oleh pagar besi yang tinggi, sedangkan sebelah kirinya hanya terdapat lapangan kosong yang Nampak gersang namun terdapat dua buah gawang yang menghiasi lapangan tersebut. Youngjae menahan napasnya ketika melihat sebuah rumah kuno besar bergaya eropa berlantai dua yang tampak menyeramkan. Ia tercekat ketika mobilnya berhenti didepan pagar besar yang merupakan jalan masuk menuju rumah itu, Himchan turun dari mobil lalu membuka pagar, setelah selesai ia masuk kembali kedalam mobil.
Mobil itu meluncur menapaki jalan setapak, Hal yang pertama menyambut mereka adalah Pekarangan yang luas dikanan kirinya ditumbuhi oleh tumbuhan yang Nampak liar dan tak terurus, ilalang tinggi yang tumbuh menjulang, yang menutupi setengah tinggi bangunan rumah. Pekarangannya sudah seperti hutan saja. Youngjae melihat ada gerakan diantara salah satu semak-semak, ia menelan ludahnya pelan. Sepertinya diluar sedang tidak berangin karena tumbuhan lain tidak ada pergerakan apapun, Youngjae sedikit bergidik berharap tidak ada ular atau binatang buas lain di halamannya itu. Mobil pun berhenti di garasi yang terdapat disamping rumahnya.
Youngjae menutup pintu mobil dan berjalan dengan gontai menuju rumah barunya, ia mengarahkan pandangannya pada rumah itu, menatapnya dari atas sampai kebawah. Youngjae membelalakkan matanya ketika sepintas melihat siluet seseorang di Jendela yang berada di lantai atas.
"Appa, Eomma, apa benar kita akan tinggal disini?"
"Tentu saja" jawab Yongguk
"Tapi rumah ini Nampak…"
"Rumah ini hanya butuh sedikit perbaikan, Youngjae-ah" ucap Himchan
Youngjae beserta kedua orangtuanya, Yongguk dan Himchan memasuki rumah itu. Ternyata bagian dalam rumahnya tidak menyeramkan seperti bagian luarnya, malah terlihat nyaman untuk ditinggali. Seperti kebanyakan rumah pada umumnya, terdapat ruang tamu, ruang tengah, kamar tidur , serta dapur di rumah itu. Disebelah dapur ada sebuah pintu yang menghubungkan halaman belakang dengan rumah itu, dan disana terdapat kolam yang luas menyerupai danau. Youngjae kembali menuju bagian depan rumah, diantara ruang tamu dan ruang tengah terdapat sebuah tangga yang menuju lantai atas. Karena penasaran ia menaiki tangga itu, sedangkan Himchan dan Yongguk memasuki dan menempati kamar yang terdapat dilantai dasar.
.
.
"Bbang, kau yakin tempat ini aman kan?"
"Tentu saja, itu alasanku sengaja mencari rumah seperti ini untuk ditinggali. Dan jangan lupa, sekarang marga kita Yoo, jadi jangan memanggil Bang lagi"
"Aku hanya kangen memanggilmu Bbang, sudah cukup lama juga kau tidak mendengar panggilan itu bukan?"
Yongguk hanya tersenyum mendengar pernyataan dan pertanyaan yang keluar dari mulut Himchan, sejujurnya ia juga rindu dipanggil dengan nama aslinya, Bang Yongguk. Bukan tanpa alasan ia mengubah nama marganya, tapi karena suatu hal yang ia pertahankan dan perjuangkan sampai saat ini.
.
.
Youngjae menaiki tangga dan mendapati sebuah ruang kosong yang diisi oleh meja billyard, ia mendekati meja itu dan melebarkan matanya ketika ada satu bola yang menggelinding sendiri. Dengan cepat ia beranjak dari meja itu dan menemukan sebuah pintu. Youngjae memutar kenop pintu dan memasuki kamar tidur yang cukup luas, ia melangkahkan kakinya mengitari kamar itu dan mendekati jendela,melihat pemandangan luar dari dalam kamar. Bulu kuduk Youngjae mendadak meremang, ia teringat kalau siluet seseorang yang tadi sekilas dilihatnya mungkin saja memperhatikannya di kamar ini, karena di ruang meja billyard tadi tidak ada jendela. Youngjae menolehkan kepalanya dengan cepat ketika merasakan keberadaan seseorang, ia bernapas lega ketika melihat yang berada selangkah didepan pintu itu adalah Eomma-nya. Gorden yang membingkai jendela itu mengayun saat Youngjae melangkahkan kakinya keluar dari kamar itu, namun tidak ada seorangpun yang menyadarinya.
Youngjae mengikuti Himchan yang berjalan didepannya, keluar dari kamar lalu menuruni tangga menuju ruang makan yang berada di dapur untuk makan malam. Youngjae tersenyum lebar saat Himchan menghidangkan Samgyeopsal dihadapannya, aroma daging yang dibakar menguar memenuhi ruangan. Youngjae mengambil potongan daging dan membungkusnya dengan selada hijau yang sudah diberi bawang didalamnya kemudian memasukkannya kedalam mulut. Rasa manis dan gurih menyebar memasuki indera pengecap Youngjae, ia mengulurkan tangannya untuk mengambil daging lagi namun terhenti ketika melihat ada tetesan air disebelah tangannya yang terulur. Youngjae mendongak keatas, menatap langit-langit memeriksa mungkin saja rumah baru yang kini ditinggalinya itu bocor namun tidak ada tanda-tanda rembesan air di langit-langit rumahnya dan saat ini pun sedang tidak turun hujan. Youngjae mengabaikan hal itu dan mengambil dagingnya untuk suapan kedua, namun lagi-lagi terlihat ada tetesan air. Sambil menguyah dagingnya Youngjae memicingkan matanya, menatap langit-langit dan berpikir mungkin saja hal yang menyebabkan itu adalah cicak yang sedang pee. Ia menatap Himchan dan Yongguk yang Nampak tidak terganggu, dan berpikir mungkin saja ini hanyalah imajinasi dan pemikiran berlebihannya saja. Youngjae mengabaikan tetesan tersebut namun ia sedikit terbelalak ketika tetesan itu mengenai tangannya, ia menyentuh tetesan air itu, terasa basah namun sedetik kemudian langsung mengering. Youngjae memasukan suapan lain menuju mulutnya, dia membiarkan daging itu berada didepan mulutnya, menggantungnya diudara dan tetesan itu kini terasa dibahunya. Youngjae menoleh kesamping dan menelan salivanya pelan, entah kenapa ia merasakan ada kehadiran lain saat ini.
"Youngjae-ah, kau kenapa? Dari tadi kau terlihat gelisah?"
"Eoh? A..aniyo, tidak ada apa-apa"
Setelah makan malam selesai, Youngjae membantu Himchan membersihkan meja makan dan mencuci piring. Kemudian Youngjae melangkahkan kakinya menuju lantai atas, kamar yang berada dilantai dua dekat ruang billyard itu kini menjadi miliknya. Youngjae membereskan dan merapikan barang-barangnya, mengeluarkannya dari kardus dan meletakkannya diatas nakas ataupun lemari. Setelah selesai kemudian ia membersihkan badannya dan berniat untuk tidur. Youngjae keluar dari kamar mandi yang berada didalam kamarnya, tubuhnya yang masih basah dibalut oleh bathrobe (kimono) warna putih. Ia melangkahkan kakinya menuju lemari hendak mengambil pakaian, namun lampu kamar itu berdengung dan cahaya yang memancar dari lampu itu berpendar-pendar, sebentar-bentar gelap kemudian terang. Youngjae meraba tenguknya, bulu kuduknya meremang. Hawa dingin yang selalu dirasakannya dikamar ini semakin terasa dan lagi-lagi ia merasakan kehadiran lain,ia menoleh kebelakang namun tidak ada apapun. Ketika ia sampai didepan pintu lemarinya ia tersentak melihat kehadiran seseorang di pojok ruangan disebelah lemari, sesosok bayangan hitam transparan seperti kabut tipis dan mata merah berkilat yang memiringkan kepalanya dan menyeringai menyeramkan pada Youngjae. Youngjae ingin berlari dari tempat itu, tapi tubuhnya kaku dan tak bisa digerakkan. Youngjae menelan ludah dan membelalakan matanya ketika sosok itu membuat gerakan seakan mendekatinya, Youngjae menggerakkan mulutnya, mencoba mengeluarkan suara sampai akhirnya ia mampu mengeluarkan suaranya dengan keras.
"AAAAAA…APPA,EOMMA…"
Terdengar suara derap langkah kaki berlari yang menuju kamar Youngjae, kemudian suara kenop pintu yang diputar serta Yongguk dan Himchan yang memasuki kamar itu.
"Ada apa kau berteriak malam-malam begini, Youngjae-ah?" ucap keduanya berbarengan
"I..itu…" ucap Youngjae sambil menunjuk ke sebelah lemarinya
Himchan dan Yongguk saling bertatapan setelah melihat arah yang ditunjuk oleh Youngjae, merasa bingung dan dalam pandangan mereka yang saling menatap tersebut seolah tersirat dan berkata 'maksud?'. Youngjae pun mengernyit bingung karena sosok yang ia tunjuk tersebut telah menghilang saat Himchan dan Yongguk memasuki kamarnya, hanya saja ia tidak menyadarinya. Youngjae menurunkan telunjuknya dan menggeleng kepada Yongguk dan Himchan, ia kemudian mendekati mereka dan memeluk keduanya.
"Tidak ada apa-apa, selamat malam" ucapnya sambil tersenyum
Himchan dan Yongguk hanya mengelus kepala dan lengan Youngjae, kemudian mengecup dahinya sayang dan meninggalkan kamar Youngjae menuju kamar mereka. Youngjae menatap pintu yang tertutup dihadapannya.
'Apa ini semua hanya khayalanku saja?'
Youngjae menggelengkan kepalanya menghilangkan pikiran yang berada dikepalanya, ia melangkahkan kakinya menuju lemari, membuka pintu lemari dan mengambil pakaian tidur yang akan dipakainya dan menutup pintu lemari. Ia membalikkan badannya dan terkejut saat mendapati sosok yang tadi dilihatnya kini berada dihadapannya, pakaian yang dipegangnya terjatuh dan ia mundur, menabrak pintu lemari yang berada dibelakangnya.
"Si..siapa kau?"
"Kau bisa melihatku?"
Youngjae mengangguk mendengar pertanyaan dari sosok itu, sosok itu tersenyum dan mendekati Youngjae, mengulurkan tangannya diantara kepala Youngjae.
"Jangan takut, aku tidak akan menggigitmu"
Youngjae mencoba untuk tersenyum, dengan ragu ia mengangkat tangannya dan mengarahkan telunjuknya pada sosok itu. Ia terbelalak ketika melihat jari tangannya tidak menyentuh sosok didepannya melainkan menembus tubuh itu, suatu perasaan hangat memasuki dirinya dan hatinya terasa berdesir. Sosok itu melihat telunjuk Youngjae yang menembus tubuhnya, badannya mengguncang menahan suatu aliran yang membuatnya tergelitik. Ia tersenyum dan pandangan mereka bertemu, berbarengan melihat jari telunjuk Youngjae kemudian bertatapan mata. Hal tersebut terjadi tiga kali, jari yang menembus-saling pandang, jari yang menembus-saling pandang, sosok itu menyengir lebar.
"Kau pervert juga ya" ucap sosok itu
Youngjae membeliak menyadari jari tangannya menembus dan mengarah tepat di atas nipple sosok itu, dengan cepat ia menarik dan menjauhkan telunjuknya dari tubuh sosok itu.
"Kalau aku menunjuk dahimu bukankah tidak sopan itu namanya?" elak Youngjae
"Kau bisa menunjuk daerah lain kok" ujar sosok itu
Sosok itu melepaskan tangannya yang masih berada diantara kepala Youngjae, ia kemudian mengarahkan jarinya ke arah dadanya, kemudian jari tangannya diturunkan ke area perutnya dan berhenti diatas pusarnya.
"Atau…"
Tangannya kembali turun dan mengarah ke arah bawahnya, kemudian ia menggerak-gerakkan kedua alisnya sambil menyeringai. Youngjae hanya mengerucutkan bibirnya melihat hal itu.
"Oh, ya. Aku Daehyun…Jung Daehyun, dan kau?"
"Youngjae, Yoo Youngjae"
Youngjae mengambil pakaiannya yang tadi terjatuh dan memakainya didalam kamar mandi, ia melihat Daehyun yang kini sedang duduk dikasur dan beranjak duduk disebelahnya.
"Daehyun-ssi, apa kau Hantu?"
"Haha, bukan…aku masih hidup kok, dan Jangan terlalu formal padaku"
"Kalau kau bukan hantu, lantas kau itu apa?"
"Apa kau pernah menonton 49 hari?"
Youngjae mengangguk 'tentu saja, aku ini kan penggemar drama' ucapnya dalam hati
"Kurasa aku seperti Shin Jihyun, si pemeran utama itu"
"Jadi apa kau bertemu dengan Scheduler dan harus mencari 3 tetes air mata?"
"Tidak, aku hanya tinggal kembali saja ke tubuhku"
"Lalu kenapa kau tidak kembali?"
Daehyun hanya mengedikkan bahunya dan tersenyum menjawab pertanyaan dari Youngjae. Youngjae memicingkan matanya, sepertinya ada hal yang Daehyun sembunyikan namun Youngjae tidak mau ambil pusing dan mengalihkan pembicaraannya ke hal lain yang sejak awal membuatnya penasaran.
"Daehyun-ah, kau orang korea kan?"
"Tentu saja, memangnya kenapa?"
Youngjae menggeleng menanggapi hal itu, ia takut jika Daehyun akan sakit hati atau marah jika ia mengungkapkannya. Berkali-kali Daehyun terus bertanya apa alasannya namun Youngjae terus menggelengkan kepalanya. Daehyun mendengus, rasa keingintahuannya benar-benar kuat, hal apa yang menyebabkan Youngjae bertanya apakah ia orang Korea atau bukan.
"Jawab, atau aku akan merasuki tubuhmu dan makan sepuasnya sampai perutmu seperti Pretty Asmara" ancam Daehyun
"Habisnya kau terlihat Hitam"
"Yak! Kulitku ini bukan Hitam tapi eksotis!"
.
Malam sudah semakin larut dan Youngjae merebahkan dirinya dikasur serta menutupi tubuhnya dengan selimut sampai sebatas leher, disampingnya nampak Daehyun ikut berbaring juga sambil menopang kepalanya dan menatap Youngjae.
"Kau tahu, sebelum aku tinggal ditempat ini, aku pernah tinggal di hotel dan apartemen"
Daehyun terkikik mengingat sesuatu dan hanya ia tahu hal apa yang membuatnya tertawa
"Aku bisa menonton tayangan asyik dan gratis setiap malamnya" lanjutnya
Daehyun terdiam sebentar dan memperhatikan ekspresi wajah Youngjae yang tengah menatapnya dengan pandangan malas dan datar, mengira Youngjae sedang tidak ingin membahas hal seperti itu Daehyun pun mengalihkan pembicaraannya dan mencoba agar pembicaraannya tidak menjurus ke arah hal itu.
"Aku bebas pergi ke tempat manapun yang aku mau, ke bioskop, taman hiburan,Club ataupun toile…ehem", Daehyun berdehem melihat Youngjae yang tengah menatapnya dengan jengah
"Pokoknya ke tempat manapun dengan gratis tanpa mengeluarkan biaya, Aku tinggal menembus tembok ataupun pintu, Aku juga sering menaiki bus, kereta, atau taksi dengan gratis, terkadang Aku menaiki mobil orang lain dan mengikuti kemanapun mereka pergi. Ah…aku juga pernah mengikuti seorang artis seharian penuh,benar-benar terkadang aku menakut-nakuti orang, melihat ekspresinya membuatku tertawa sampai sakit perut. Apa kau penasaran bagaimana caraku menakut-nakuti mereka? Aku tinggal meniup telinga ataupun tenguk mereka, terkadang aku juga meniup-niup gorden atau benda-benda agar tejatuh. Sepertinya kapasitas udara dalam paru-paruku sekarang ini bisa menampung lebih banyak udara, sehingga jika aku meniup tuts piano pun, pianonya akan berbunyi seolah ada yang memainkannya padahal aku hanya meniupnya saja" ucapnya lagi
Youngjae memutar bola matanya dengan kesal, Daehyun mendudukkan dirinya, bersandar pada kepala kasur dan melanjutkan pembicaraannya.
"Tapi apa kau tahu? hal yang paling menyebalkan menjadi arwah adalah aku tidak bisa makan, kau tahu kan aku tidak bisa menyentuh apapun. Saat kau dan keluargamu makan tadi aku memperhatikan dan tanpa sengaja air liurku menetes. Semua benda pun menembus bila mengarah padaku, contohnya saja tadi saat kau mencoba untuk-"
"Bisakah kau berhenti mengoceh Jung Daehyun?Ini sudah malam dan aku ingin tidur" ketus Youngjae memotong ucapan Daehyun yang ia yakin akan terus berlanjut sampai pagi jika tidak segera dihentikan.
"Maaf ya, sudah lama aku tidak bertemu dan berbicara dengan manusia. Mmm, maksudku aku sering bertemu dengan manusia tapi tidak ada seorangpun yang melihatku. Mengetahui kau bisa melihatku membuatku senang dan merasa seolah bertemu dengan seorang teman,menyebabkan aku ingin bercerita panjang lebar tentang kisah dan pengalamanku selama ini"
Youngjae mendesah pelan dan mengubah posisinya dari telentang dengan membalikkan tubuhnya menyamping, memunggungi Daehyun.
.
.
.
Youngjae terbangun saat gorden yang menutupi jendela itu tersibak dan sinar matahari menembus kaca jendela dan menyinari wajah Youngjae. Ia menghalangi sinar matahari itu dengan tangannya dan mengerjap-ngerjapkan matanya, dapat dilihatnya Daehyun tengah berdiri depan jendela membelakangi dirinya, memandang ke arah luar. Youngjae bergegas mandi dan bersiap menuju kampusnya, ia menuruni tangga dan menuju dapur untuk sarapan bersama dengan kedua orang tuanya, Yongguk dan Himchan. Setelah Youngjae menyelesaikan sarapannya ia berpamitan kemudian melangkahkan kakinya keluar dari rumahnya dan menuju halte bus yang berada di sekitar rumahnya.
Youngjae mendongak ketika melihat sebuah bus yang melaju dan berhenti tepat didepan kursi halte yang ia duduki. Youngjae masuk kedalam bus, setelah men-tap kartunya ia memilih duduk di bangku kosong yang berada di paling belakang. Hawa dingin yang tak asing terasa menguar dari sebelah kiri Youngjae, ia pun menoleh dan terlonjak kaget ketika melihat Daehyun yang tengah tersenyum menampakkan giginya kini duduk disebelahnya.
"Ya! Sedang apa kau disini?"
"Sedang naik bis"
"Bukan itu maksudku, Pabbo!"
"Aku hanya ingin jalan-jalan saja"
"Itu terserahmu, tapi jangan duduk disini" ucap Youngjae sambil menunjuk kursi disebelahnya
Penumpang yang baru datang dan akan duduk disebelah Youngjae melebarkan matanya dan bergeser menuju sisi lain kursi itu ketika mendengar Youngjae berbicara. Youngjae terbelalak, ia tidak bermaksud mengatakan hal itu pada penumpang itu, ia kemudian berusaha menjelaskan kepada penumpang itu.
"A-"
"Hahaha, kau lihat tampangnya itu?" Ucap Daehyun memutuskan usaha Youngjae
"Please deh, kau pikir itu lucu?" bisik Youngjae
"Lumayan…Apa kau ingin lihat hal yang lebih menarik?"
.
.
.
TBC
Hai,hai,hai…. Han Dalgi balik lagee nich. Maaf ya kalo yang LIE Chap 10 kurang kena feelnya atau endingnya gaje plus maksa gitu, soalnya pikiran terbagi dua ngerjain FF baru ini sama yang LIE. KKKK
Dan Please…Sequel ituh apah yah? Apa bisa dimakan? #Plak ditabok Reader
Biarkan Saya pokus ma satu FF dulu Yaps.. *Wink
Yah, gimana ma FF ini, da yang penasaran dan pengen dilanjutkah?
Review Juseyo :* kecup basah ke semua Babyz yang pada salpok kemarin #Waks
