Chapter 1

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Pairing : NaruSasu (Naruto x Sasuke)

Genre : Friendship, Romance, Yaoi, Shounen Ai

Note : If you dont like or hate this fanfic, Dont read!

.

.

.

Hari ini adalah upacara penerimaan siswa dan siswi baru di konoha High School. Karna itu Sasuke harus bangun pagi pagi sekali untuk mengikuti upacara.—yang kata Naruto sangat penting— ini. Sasuke juga tidak mau terlambat untuk mengikuti acara ini, apa lagi Kakak dan Ibunya menggodanya kalau kakak kelas di Konoha High School cantik - cantik. Sasuke tidak peduli.

Sebenarnya, Sasuke tidak peduli dengan semua acara penerimaan siswa siswi baru di sekolahnya. Yang dia pedulikan di hari ini adalah Naruto.

Naruto? Ya. Naruto. Namanya Uzumaki Naruto. Sahabat sekaligus rivalnya sedari SD. Apa yang penting dari Naruto dan upacara penerimaan siswa baru? Itu karena Sasuke menyukai Naruto. Dengan Naruto yang selalu begitu menggebu - gebu dalam menyambut hal penting apapun, termasuk upacara—yang katanya penting—ini. Senyum semangat masa muda, sehangat mentari, itulah yang Sasuke sukai.

Ya. Sasuke. Uchiha Sasuke. Anak abg tanggung berumur 15 tahun yang masih labil ini baru saja akan menginjakkan kakinya di tahun pertamanya di SMA, menyukai sahabatnya sendiri.

Dia mulai menyadari perasaanya ketika mereka masih menginjak tahun kedua di Konoha Junior High School. Ketika itu Naruto berlari ke arah Sasuke yang sedang adem ayem tenang membaca buku di bawah pohon rindang di taman yang berada di belakang sekolahnya.

Naruto berlari ke arah Sasuke sambil membawa amplon berwarna biru muda dan memperlihatkan pada Sasuke. Sasuke mencium wangi parfum wanita di sana. Surat cinta 'kah?

"Apa itu? Dan kenapa kau mengganggu hari tenang ku?" Tanya Sasuke sambil menatap amplop berwarna biru muda yang berada di genggaman pemuda pirang itu.

Senyuman naruto yang sudah lebar dari tadi semakin melebar ketika sasuke bertanya tentang apa yang dia bawa dan ingin ia tunjukan ke Sasuke hari ini.

Naruto mulai duduk di sebelah Sasuke dan mulai menggenggam amplop itu dengan kedua tangannya dan memandanginya dengan tatapan, senang? Sasuke tidak tahu arti pandangan Naruto pada amplop itu.

Sepenting itu kah? Amplop siapa itu? Apa benar itu surat cinta? Tapi yang benar saja? Anak urakan seperti Naruto mendapat surat cinta? Mustahil.

Sasuke mendengus. Mungkin saja itu surat tantangan dari musuh Naruto yang berasal dari sekolah tetangga. Mengingat Naruto yang suka berkelahi dan mencari masalah.

Tapi, parfum wanita itu?

"Ini surat cinta tahu!" Sasuke langsung menatap Naruto dengan mata membola dan pandangan tidak percaya terhadap pernyataan yang baru saja di berikan Naruto.

"Hei! Apa - apaan ekspresimu itu! Ini benar - benat surat cinta tahu! Apa kau tahu dari siapa?" Naruto menatap Sasuke dengan alis mata naik dan turun. Menuntut jawaban dari sang sahabat. Tapi Sasuke tidak menjawab.

Pandangan Sasuke lurus kedepan. Sedang merasakan kebingungan yang ada pada dirinya sendiri. Apa ini? Kenapa dadanya terasa sesak? Tidak mungkin kan? Sasuke memang pernah mengakui kalau Senyuman Naruto memang seperti matahari. Hangat dan memikat. Tapi, tidak mungkin sampai sejajuh itu kan?

"Hei, Sasuke! Jawab pertanyaanku! Coba tebak, amplop dari siapa ini?" Naruto menggoyang - goyangkan amplop tersebut di depan wajah Sasuke sambil nyengir lima jari. Sasuke yang sadar dari lamunannya dan menatap amplop yang bergoyang karena perbuatan Naruto tersebut di hadapannya.

"Aku tidak tahu dan aku tidak peduli" Sasuke menatap lekat ke arah blue shapire itu. Bohong. Sebenarnya Sasuke sangat ingin tahu, siapa pengirim yang berani - beraninya memberikan surat cinta pada Naruto.

"Ah! Kau ini tidak seru sekali. Sebenarnya aku juga tidak tahu. Tidak ada namanya disini." Ucap Naruto sambil membolak balikan omplop biru muda itu.

Sasuke mendengus. "Kalau begitu, kenapa kau yakin sekali kalu itu surat cinta? Mungkin saja itu surat teguran dari guru karena kau nakal? Dan membuat orang tua mu harus datang ke sekolah?"

"Tidak mungkin!" Naruto melotot ngeri ke arah Sasuke, percaya akan kata - kata yang di ucapkan Sasuke secara asal. 'Dasar otak udang' batinnya.

Naruto langsung membuka amplop biru muda itu dan mengeluarkan isinya. Sasuke yang memang awalnya penasaran dengan amplop itu, ikut melirik isi amplop tersebut.

Ternyata benar! Itu adalah surat cinta! Tak bisa di percaya. Naruto menatap tak percaya pada Sasuke. Ternyata Naruto di bohongi. Itu bukan surat teguran dari guru, itu surat cinta.

"Apa?" Tak enak di pandangi dengan pandangan super tajam dari 'Si Pirang Idiot' begitulah kira - kira, Sasuke menatap balik dengan memberikan death glare andalannya pada Naruto.

"Kau bohong!" Naruto menatap Sasuke dengan muka masam sambil menunjukan amplop yang baru saja di buka. "Ini surat cinta. Bukan surat teguran dari guru"

"Dasar idiot. Aku hanya berandai, Bodoh!"

"Terserah lah." Naruto mengibaskan tangannya tanda tidak peduli lagi pada arah pembicaraan bodoh mereka. Akhirnya Naruto mulai membaca surat cinta itu. Sambil memperlihatkan juga pada Sasuke, seolah tahu jika Sasuke sama penasaran.

Naruto, ada yang ingin aku bicarakan padamu. Temui aku besok sepulang sekolah di atap sekolah. -Haruno Sakura

Ternyata itu dari Sakura. Sasuke melihat ekspresi Naruto yang sepertinya terlihat kaget sekaligus senang mendapatkan surat dari Sakura. Sasuke tahu kalau sahabatnya ini sedari SD menyukai si gadis pink itu. Mungkin Naruto tidak percaya jika perasaannya sebentar lagi akan terbalaskan.

"Sakura-chan" gumam Naruto. Sasuke mendengar gumaman itu walaupun suara itu hanya berupa angin yang lewat. Entah rasanya Sasuke sangat kesal.

Surat itu isinya hanya ada dua kalimat. Sangat pendek. Tapi dapat membuat Naruto tersenyum sebegitu indahnya. Membuat Sasuke geleng - geleng kepala mengusir pemikirannya yang super bodoh. Sepertinya dekat - dekat Naruto, kebodohannya bisa menularkan.

Tapi, dibalik kebahagiaan yang Naruto rasakan saat ini, Sasuke merasakan rasa sesak yang amat sangat yang ada pada dadanya. 'Begini ya kalau Naruto sedang bahagia? Tapi, apa yang terjadi padaku? Seharusnya aku ikut bahagia jika sahabatku bahagia. Apa aku bukan sahabat yang baik?'

.

.
.

Keesokan harinya, setelah sepulang sekolah, Naruto dan Sasuke menaiki tangga sekolah menuju atap sekolah. Awalnya Naruto mencegah Sasuke ikut bersamanya karena menurutnya calon pasangan itu butuh waktu prifacy. Tapi, dengan seribu alasan Sasuke harus ikut ke acara 'Penembakan' yang aka terjadi.

Sebenarnya Sasuke super penasaran apa yang akan terjadi. Maka dari itu Sasuke memutuskan untuk ikut. Walau pun dada Sasuke terus berdebar sedari tadi. Padahal yang akan menghadapi 'Perang' adalah Naruto. Tapi, kenapa Sasuke yang berdebar?

Sasuke memang sedikit berharap bahwa Naruto akan menolak Sakura. Tapi sepertinya tidak mungkin mengingat Naruto menyukai Sakura. Mengingat itu dada Sasuke kembali sesak. 'Mungkin aku menyukai Sakura ya?' batin Sasuke.

Sesampainya di atas, Naruto memutuskan untuk membuka pintu keluar menuju atap dan Sasuke memutuskan untuk berada di balik pintu. Mencoba melihat dari balik layar.

Sudah terlihat disana, sosok Sakura yang membelakangi Naruto yang tengah berjalan menuju gadis itu. Lalu Sakura membalikan badan dan tersenyum hangat pada Naruto. Dan mereka pun memulai pembicaraan mereka.

Sasuke tidak bisa mendengar percakapan mereka. Ahh.. Sasuke benar - benar penasaran sekarang. Apa yang mereka bicarakan sebenarnya? Apa acara penembakannya sedang berlangsung? Apa mereka sudah jadian? Memikirkan itu saja Sasuke serasa ingin menangis. Rasa sesak itu menjadi - jadi. Apa yang sebenarnya terjadi?

Terlihat Naruto yang berjalan ke arah pintu. Setelah itu membuka pintu dan melihat Sasuke. "Sasuke, kau ikut ya!" Kata Naruto dengan tampang bingungnya.

"Hah? Aku? Kesana? Kenapa?" kata Sasuke sambil menunjuk Sakura yang sepertinya melihat Sasuke dari arah sana.

Naruto menggeleng. "Aku tidak tahu. Sakura tahu kau ikut denganku dan menyuruhku untuk mengajakmu."

'Dasar Sakura brengsek! Ingin menyakitiku lebih dalam rupanya. Apa maksudnya dia mengajakku?'

Dengan begitu, mereka berdua berjalan menuju Sakura yang masih berdiri di tempatnya. "Hai, Sasuke-kun" dan masih sempat menyapanya. Tidak mungkin kan Sasuke menyukai gadis seperti ini? Pasti kesimpulannya salah. Tapi, berarti, Sasuke menyukai.. Tidak, tidak. Itu salah. Tapi kenapa dia malu? Wajahnya panas hanya memikirkan itu. Ya. Itu pasti tidak mungkin. Pasti salah.

"Aku sudah membawanya. Apa yang kau ingin bicarakan pada kami, Sakura-chan?" Naruto mengatakan itu dengan senyuman hangatnya saat memandangi Sakura. Dan Sakura sepertinya hanya menatap Sasuke. 'Apa? Kami? Sakura ingin membicarakan apa pada kami?'

"Aku sengaja menaruh surat itu pada lokermu, Naruto. Karena aku punya alasan." Sakura mulai berbicara.

"Karena aku tahu, kalau aku menaruh surat itu pada Sasuke-kun, Sasuke-kun tidak akan mungkin datang pada waktu dan tempat yang aku tulis dalam surat. Tapi aku tahu, jika ada Naruto pasti ada Sasuke-kun juga ada bersamanya. Maka dari itu aku menaruh surat itu pada loker Naruto, agar Naruto dan Sasuke-kun sekalian bisa ke sini. Aku senang karna Sasuke-kun bisa datang kesini."

'Penjelasan Sakura ini, sepertinya aku bisa menangkap apa yang akan dia bicarakan selanjutnya. Aku harus menghentikannya'.

"Sakura, ka—"

"Sasuke-kun. Aku menyukaimu. Jadilah pacarku." Ucap Sakura sambil membungkukan badan 90 derajat.

Terlambat. Sasuke terlambat untuk menghentikan Sakura mengatakan kalimat itu. Sasuke mulai melirik Naruto. Ekspresi Naruto saat ini adalah kaget, bingung, sedih, dan kecewa bercampur menjadi satu. Membuat dada Sasuke terasa sesak berkali - kali lipat dari sebelumnya.

"O-oh begitu ya. Aku mengerti. Memang Sasuke itu orang yang menyusahkan ya! Tapi dia tampan. Kau memang cocok berpacaran dengannya. Dan.." Ucapan Naruto terputus. Sasuke mendengar kalimat terakhir yang Naruto ucapkan bergetar. Membuat rasa bersalah Sasuke semakin besar.

'Tidak! Aku tidak ingin ini terjadi!'

Naruto kembali mengucapkan kaimatnya yang terputus. ".. Sepertinya aku harus pergi. Aku akan menganggu kalian berdua kalau disini."

'Tidak! Ini tidak mungkin terjadi.'

Sebelum pergi, Naruto sempat melirik Sasuke. Naruto pergi dengan senyum yang sangat di paksakan. Membuat dada Sasuke menyerit sakit. Ini benar benar sakit. Sasuke belum pernah melihat Naruto yang hancur seperti ini. Sasuke terus menatap punggung itu sampai hilang di telan pintu.

"Eum.. Sasuke-kun. Kau belum menjawab pertanyaanku. Apa yang a—"

"Apa yang kau lakukan?" Sasuke bersuara.

"Ada apa, Sasuke-kun?"

Sasuke berjalan perlahan, mendekat kearah gadis pink itu. Sakura yang masih berdiri di tempatnya terus memasang senyum termanis andalannya yang biasanya berhasil mengikat para lelaki di sekolahnya. Termasuk Naruto. Melihat senyum itu, Sasuke makin geram dan mulai melayangkan tangannya setinggi yang ia bisa.

Sakura mengikuti arah tangan Sasuke ke atas dan mendapati suara yang menggelegar dan merasakan pipinya yang super panas membuat Sakura kaget setengah mati.

"Aku bertanya padamu!" Sakura terlihat ketakutan. Belum pernah Sakura melihat Sasuke dengan ekspresi yang seperti ini. Ekspresi dengan pandangan tidak suka, jijik, dan super tajam yang sedang menatap Sakura saat ini.

"APA YANG KAU LAKUKAN, BRENGSEK!" Dada Sasuke naik turun setelah berteriak seperti itu. Membuat Sakura makin bergertar mendengar Sasuke berteriak barusan. Apalagi dengan kata terakhir Sasuke di kalimat yang barusan ia keluarkan, membuat Sakura kaget dan rasa tak percaya muncul di wajah gadis itu. Membuat Sakura ketakutan.

"Melakukan hal seperti itu? Kau pikir ini lucu? Mempermainkan perasaan orang adalah suatu kebahagiaan bagimu, hah?" Sakura mengeleng pelan mendengar suara lelaki raven itu.

Sasuke makin menajamkan tatapannya saat melihat Sakura menggelengkan kepalanya, seakan - akan tak mengerti arah pembicaraan Sasuke.

"Tidak mengerti? Kau tahu 'kan, Naruto menyukaimu. Kenapa kau melakukan itu pada Naruto? Apa kau tidak memperhitungkan tindakanmu apa yang akan terjadi selanjutnya?" Sakura masih bergeming.

"Masih tidak mengerti?"

"Sasuke-kun, kenapa? Kenapa kau lakukan ini? Jelaskan padaku! Aku tidak mengerti!" Sakura dengan suara bergetar sambil memegang pipinya yang panas, berusaha sekuat tenaga mengeluarkan suaranya.

"Jangan pernah mendekatiku, atau Naruto sebelum kau mengerti apa yang baru saja kau lakukan." Desis Sasuke dan mulai mengambil langkah kearah pintu keluar atap sekolah.

Langkah Sasuke terhenti ketika sudah berada di ujung pintu. Sakura yang melihat punggung Sasuke semakin menjauh, dan melihat Sasuke berhenti di mulut pintu. Tanpa berbalik, Sasuke bersuara "Oh ya! Satu lagi. Jika kau melukai Naruto lagi.. "

Kalimat yang baru saja keluar dari mulut abg itu, membuat Sakura tak dapat membendung tangisnya lagi. Tanpa di tahannya lagi, Sakura menangis sejadi - jadinya di atap sekolah sore itu. Sambil memutar - mutar ulang di otaknya kalimat terakhir yang Sasuke keluarkan dari mulutnya.

"..aku akan membunuhmu! "

.

.
.

Sasuke berlari turun dari atap dan langsung menuju ke kelas. Berharap akan menemukan sahabat karibnya itu. Tetapi sesampainya di sana, tidak ada seorangpun yang berada di kelas. Yang ada hanya tas Sasuke yang masih tergeletak manis di atas mejanya sendiri. Dia tidak melihat tas Naruto disini.

Memang mereka berdua memutuskan untuk meninggalkan tas mereka dikelas sebelum ke atap. Pasti Naruto langsung pulang kerumahnya. Apa yang akan Sasuke lakukan sekarang? Dia perlu menjelaskan apa yang terjadi barusan. Sasuke tentu tidak mau persahabatannya hancur. Maka Sasuke putuskan untuk kerumah Naruto sekarang.

Sasuke berlari menuruni tangga menuju lantai bawah. Sesampainya di lantai bawah, Sasuke yang masih terengah - engah—mengatur nafas—melihat Naruto tengah bersender di loker sepatu sambil bersedekap dan menatap lantai. Sadar ada orang lain di sekitarnya, Naruto mengangkat wajahnya dan melihat sahabatnya menghampirinya dengan tampang kaget sekaligus heran.

"Sudah selesai?" Ucap Naruto di selingi senyum tipis—yang entah kenapa membuat dada Sasuke berdebar - debar—sehangat mentari itu. Dan masih dengan tatapan luka itu, membuat Sasuke merasakan dadanya sesak sekaligus.

"A-ah. Ya. Eum.. Kau menungguku?" Tanya Sasuke sambil menujuk dirinya sendiri.

Naruto mengangkat sebelah alisnya sambil tetap tersenyum. "Memangnya siapa lagi yang aku tunggu?"

"E-eh? Ah! Ya. Maaf membuatmu lama menunggu." Keterbataan dari ucapan Sasuke membuat sangat 'bukan Uchiha' sama sekali saat ini. Sasuke menuju lokernya dan mengeluarkan sepatu yang ada di dalam dan menukarnya dengan uwabaki yang kemudian Sasuke masukan ke dalam loker.

Telah selesai dengan aktivitasnya, Naruto dan Sasuke mulai melenggang meninggalkan sekolah mereka, Konoha Junior High Scool. Awal dari semuanya.

Awal dari perasaan Sasuke. Awal dari cerita Sasuke. Awal dari Cinta Sasuke.

Dan dari sinilah, Uchiha Sasuke menyadari, bahwa Uzumaki Naruto telah mencuri hatinya.

.

.
.

Uchiha Sasuke tengah duduk di antara kerumunan siswa dan siswi baru di tengah - tengah aula besar itu, sambil mendengarkan Kepala Sekolah berbicara di atas panggung sana. Sasuke memutuskan untuk melanjutkan SMA nya di Konoha High School.

Sasuke tidak pernah berniat sekolah disini, karena disini ujian masuknya yang sangat ketat dan berat. Karena Sasuke ingin mengikuti Naruto kemanapun Naruto ingin, walaupun itu SMA terendah sekalipun, Sasuke ingin selalu bersama Naruto. Dan Naruto—dengan otaknya yang pas - pasan tidak mungkin masuk ke sekolah elit— memutuskan untuk melanjutkannya ke Konoha High School.

Awalnya Sasuke melarang Naruto untuk ikut ujian masuk ke sekolah ini. Karena, jika Naruto dan Sasuke ikut ujian masuk dan hanya Sasuke yang diterima sedangkan Naruto tidak lolos, Sasuke lah yang akan stres berat.

Tapi, Naruto—dengan memelas ingin diajarkan Sasuke—ngotot ingin masuk ke sekolah ini. Alhasil Sasuke giat mengajarkan semua mata pelajaran yang memungkinkan untuk keluar dalam ujian masuk ini untuk Naruto.

Sasuke pernah bertanya, kenapa Naruto ngotot sekali ingin melanjutkan sekolahnya ke Konoha High Shcool. Naruto malah menjawab 'Aku tidak bisa hidup tanpamu, Sasuke! Maka dari itu kita harus satu sekolah. Apa jadinya jika aku tanpamu?' dengan ekspresi memelas yang di buat - buat. Hanya dengan mengingat kata - kata itu—yang di ucapkan Naruto— saja, berhasil membuat wajah Sasuke memanas.

Padahal, Sasuke rela - rela saja jika dia sekolah di sekolah murahan atau yang buangan sekalipun jika itu bersama Naruto. Tapi, Naruto mungkin berfikir jika itu Sasuke, Uchiha harus sekolah di sekolah elit dan faforit.

Mengingat usaha mati - matian Naruto hanya untuk selalu bersama Sasuke, membuat Sasuke kembali merasakan wajahnya memanas. Tidak! Makin memanas, di iringin suara teratur dari dadanya yang semakin cepat.

Ahh.. Sasuke berharap jika tidak ada kakak kelas yang menembak Naruto. Karena melihat Naruto yang sekarang, walaupun umur mereka yang baru 15 tahun, Naruto mempunyai tinggi yang lumayan ideal untuk anak laki - laki seumurannya. Dengan tinggi 170 cm, kulit tan yang eksotis, wajah tegas dan tampan, badan tegas dan atletis, membuat semua orang melihat Naruto dengan tatapan kagum—termasuk Sasuke.

Sasuke tidak bisa membayangkan, bagaimana jika Naruto punya pacar nanti? Sasuke tidak tahu apa yang akan terjadi pada hatinya nanti.

.

'Upacara yang mainstream ya? Membosankan.'

Sasuke berjalan loyo sambil menuju papan pengumuman untuk pembagian kelas bagi murid tahun pertama. Sedangkan Naruto dengan semangat masa mudanya berjalan dengan senyuman maut yang membuat semua orang yang melihatnya merasakan panah cupid menancap di hati mereka.

"Sasuke! Semangat lah sedikit. Kenapa kau loyo sekali? Apa kau belum sarapan? Lagipula, apa kau tidak mau tahu kau akan masuk kelas yang mana? Siapa tahu kita sekelas." Ucapan Naruto yang barusan sedikit membuat energi baru untuk Sasuke melihat papan pengumuman. Sasuke juga sebenarnya penasaran, apakah dia akan satu kelas dengan Naruto? Atau beda kelas?

Tapi, hanya melihat papan pengumumannya saja membuat Sasuke kembali loyo. Lihat lautan manusia yang memenuhi papan pengumuman itu. Sasuke sepertinya menyerah saja. Naruto yang mengerti akan tatapan Sasuke pada segerombolan manusia disana, berinisiatif untuk mencarikan nama Sasuke juga disana.

"Kau tunggu disini. Aku yang akan melihat." Ucap Naruto sambil berlalu ke arah para manusia - manusia penasaran itu. Sasuke hanya mengangguk dan membiarkan Naruto pergi, dan kemudian menghilang ditelan badan - badan itu.

Setelah agak menunggu lama, Naruto keluar dari para siswa siswi baru itu dan menghampiri Sasuke dengan cengiran lebar khasnya. Melihat itu sepertinya Naruto membawa kabar baik.

"Kita sekelas." Mendengar tuturan dari Naruto yang sambil mengacungkan tanda peace dengan tangan kanannya, membuat Sasuke, tanpa sadar menarik kedua sudut bibirnya lebar. .

.

.
Hal yang sangat mengejutkan sepertinya terjadi pada dua orang pemuda—yang belum numbuh—itu. pasalnya, dihadapannya tengah berdiri gadis berambut pink sebahu sedang berdiri dihadapan mereka berdua. Di kelas mereka berdua. Sedang memasang senyum manisnya di depan mereka berdua.

Mungkin perlu di ingat lagi akan kejadian dua tahun lalu. Sakura yang bertujuan untuk menembak Sasuke, menjadikan Naruto—orang yang menyukai Sakura— pertama kalinya merasakan patah hati. Sejak kejadian itu, mereka sama sekali tidak pernah mendengar cakap atau berhadapan dengan si gadis pink ini. Karena Sakura memang benar - benar telah menjauh dari kehidupan tenang mereka berdua.

Tapi, setelah sekian lama, setelah dua tahun berlalu, Sakura muncul kembali di dalam kelas mereka, yang sempat membuat shock Sasuke dan Naruto, teringat kejadian dua tahun lalu.

Sasuke sangat cemas dengan situasi ini. Sasuke takut jika Naruto di ingatkan kembali pada masa itu, Naruto akan membenci Sasuke, walau Naruto selama ini tidak pernah terlihat membenci Sasuke atau menjauhi semenjak kejadian dua tahun lalu itu.

Naruto tetap menjadi sahabat untuk Sasuke. Berjalan seperti biasa tanpa membahas masalah itu, dan bahkan Sasuke yang sangking takutnya jika masalah itu di bahas, belum pernah sekalipun Sasuke mengangkat topik itu dan meminta maaf kepada Naruto.

"Ada apa, Sakura-chan?" Naruto membuka suara lebih dahulu, memecah keheningan. Dengan tatapan yang lembut di sertai senyum yang lembut pula. Sasuke yang melihat itu menjadi geram sendiri.

Dan apa - apaan tadi itu? Sasuke berani bertaruh dan bersumpah, demi nenek buyut Sasuke yang berada di surga sana, Sasuke melihat Sakura yang terlihat malu - malu kucing dan sekilas ada semburat merah di kedua pipi gadis itu ketika di tatap Naruto seperti itu.

Dan kenapa Naruto mau - maunya tersenyum pada gadis bodoh itu? Apa jangan - jangan, Naruto sudah memaafkan perbuatan Sakura waktu itu, dan Sakura yang sekarang menyukai Naruto, lalu Naruto masih menyukai Sakura walaupun Sakura telah melukai hati Naruto? Walaupun Naruto terlihat seperti berandalan yang tidak tahu diri, tapi Naruto sangat baik. Tidak. Dia terlalu baik. Lalu mereka akan..

'Tidak, Sasuke. Tentu saja tidak. Jangan biarkan pikiran negatif menguasaimu.'

"Yah. Eumh.. Kita berdua kembali satu sekolah dan sekelas. Aku hanya ingin mengucapkan semoga kita bisa bekerja sama kedepannya." Sakura yang malu - malu sambil menundukan kepalanya di hadapan Naruto, Sasuke jadi ingin muntah melihatnya.

Naruto hanya mengangguk dan meninggalkan Sakura di sana. Setelah itu Naruto mengisyaratkan Sasuke agar keluar kelas menggunakan dagunya. Mengerti apa yang di isyaratkan Naruto, Sasuke mengikuti punggung Naruto keluar kelas.

Keheningan menyelimuti mereka berdua. Sasuke yang geregetan mulai memecah keheningan. "Naruto, aku ingin tahu.."

"Kenapa?" tanya Naruto. Mereka mulai memasuki perpustakaan yang masih sepi disana. Sepertinya berbicara di sini lebih aman.

"..apa kau masih marah pada Sakura?" tanya Sasuke takut - takut menyinggung perasaan Naruto. Naruto yang mendengar itu langsung menghentikan langkahnya dan membalikan badannya ke hadapan Sasuke.

Naruto tersenyum—yang lagi - lagi—lembut kearah Sasuke. Sasuke jadi salting sendiri.

"Aku belum menceritakan apapun padamu ya?" Naruto memulai langkahnya lagi dan duduk di salah satu bangku yang ada di perpustakaan itu. Sasuke mengikuti pergerakan Naruto dan ikut duduk berhadapan dengan Naruto.

"Setelah kejadian itu, setelah dua minggu berlalu, Sakura menghampiriku dan meminta maaf atas perbuatannya. Dia bilang dia menyadari kalau yang dia lakukan itu salah. Awalnya aku kaget, kenapa sampai dua minggu dia baru sadar." Naruto terkekeh mendengar ucapannya sendiri. Dan Sasuke kaget mendengar penjelasan Naruto. Sasuke tidak pernah tahu Sakura pernah meminta maaf pada Naruto.

"Kau memaafkannya?"

"Tentu saja." 'Tentu saja, Sasuke. Kau bodoh sekali.' batin Sasuke.

"Dia bilang, dia sadar setelah ada laki - laki yang menamparnya sore itu di atap." Raut wajah Sasuke menegang. Naruto tahu kejadian itu? Kalau begitu.. Apa dia melihat? Sasuke menatap Naruto dengan tatapan kaget.

"A-ah.." Sasuke menunduk. "..maaf."

"Dasar. Kau berlebihan sekali." Ucap Naruto sambil memukul pelan pipi Sasuke, tangan Naruto terhenti dan bertahan di pipi Sasuke. Mereka mulai bertatap - tatapan selama beberapa detik, ketika di sadar Naruto terlalu lama, Naruto menarik tangannya karena canggung dan pipi Sasuke benar - benar seperti tomat yang baru matang.

"Y-yah, begitulah. Dan kau tidak perlu melakukan itu, Sasuke. Lagipula Sakura itu wanita, loh!" Ucap Naruto sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal karena kecanggungan yang di perbuatnya.

"Yah.. Aku hanya sangat marah saat itu. Dan tanpa sadar aku menampar Sakura."

"Kau sudah minta maaf?" Tanya Naruto. Sasuke menggeleng pelan. Naruto mengangguk mengerti.

Bel sekolah pertanda dimulainya pelajaran sudah berbunyi. Untuk saat ini, Sasuke sangat berterima kasih pada bel sekolah yang telah menyelamatkannya pada situasi canggung seperti ini. Mereka mulai beranjak dari kursi dan keluar dari perpustakaan menuju kelas mereka.

"Aku senang kau membelaku. Terima kasih ya. Tapi lain kali, jangan menampar wanita." Ucapan seperti itu keluar dari mulut Naruto dengan senyuman sambil menatap Sasuke—yang terus membuat dada Sasuke berdebar - debar. Kalau begini terus, Sasuke bisa mati karena tidak bisa menahan debaran jantungnya sendiri.

.

Apa yang di takutkan Sasuke terjadi. Di bulan pertama, Naruto sudah mendapatkan pengakuan cinta dari 5 kakak kelas. Dan yang mengejutkan, 1 orang kakak kelas itu laki - laki. Laki - laki macam apa itu yang berani - beraninya menembak Naruto? Dan Sasuke lihat—menguntit—acara penembakan itu. Kakak kelasnya terlihat kalem dan lenjeh sekali. Jelas saja Naruto menolak.

Yah.. Sebenarnya, mereka berdua terkenal karena ketampanan, kecerdasan, dan keterampilan yang lihai saat memainkan olahraga basket. Yang membuat mereka cepat terkenal walau hanya membutuhkan waktu satu bulan saja di sekolah itu.

Sasuke sendiri pun sebebarnya telah banyak mendapatkan pernyataan cinta dari banyak orang, dan tentu saja Sasuke menolak mereka semua karena Sasuke hanya melihat satu orang. Dan orang itu adalah Naruto.

Naruto berjalan di koridor sekolah menuju kelasnya di lantai satu. Kelas 1-B. Naruto saat ini tengah sendirian, pasalnya Sasuke sedang sibuk dengan acara 'penembakan' yang di lakukan oleh siswi kelas tetangga itu.

Memang Sasuke sudah banyak sekali mendapatkan pernyataan cinta dari banyak orang—yang entah kenapa membuat Naruto sangat kesal—ketika mereka baru saja menjadi murid di Konoha High School. Tapi, Naruto belum pernah melihat Sasuke menerima salah satu di antara mereka semua—yang entah kenapa juga membuat Naruto merasa lega.

Mungkin Naruto belum siap di tinggalkan Sasuke berdua atau bermesraan dengan pacarnya sedangkan Naruto sedang sendiri. Naruto bisa saja berpacaran dengan siapa aja karena dia juga selalu mendapatkan pernyataan cinta dari orang - orang, tapi hatinya selalu ragu dan bimbang ketika ingin menerima mereka semua, dengan berat hati Naruto menolak mereka satu persatu yang akan membuat mereka sakit hati dan menangis, membuat Naruto merasa tidak enak. Karena Naruto pernah merasakan hal itu.

Ketika Naruto berjalan memasuki kelasnya, dia di sambut dengan sambutan khas 'Selamat Pagi' dari teman - temannya.

"Hei, kenapa pengawalnya sendirian? kemana pangeranmu itu?" Sambut kiba sambil terkekeh. Naruto menuju bangkunya yang sudah berkumpul para sahabat barunya di sana.

"Brengsek, kau, Kiba! Sasuke sedang menjalani 'perang' di taman belakang." Ujar Naruto yang mendapatkan anggukan—seakan mengerti—dari semua temannya.

Mendengar langkah kaki yang memasuki kelas, membuat semua orang mengalihkan pandangannya kepada orang itu—yang ternyata adalah Sasuke. Sontak saja, semua wanita disana dengan semangatnya mengucapkan 'Selamat Pagi' kepada Sasuke yang hanya akan di balas anggukan kepala saja oleh Sasuke.

Sasuke berjalan menuju bangkunya yang ada di sebelah Naruto dan duduk dengan tidak semangatnya sambil mendesah.

"Kau tolak lagi?" Choji bertanya sambil mengunyah keripik kentang yang ada di genggamannya. Sasuke mengangguk dan membuat Kiba, Choji, Shikamaru, Shino, dan Sai mendesah kecewa. Pasalnya, Sasuke selalu menolak pernyataan cinta para gadis - gadis itu. Padahal mereka belum pernah merasakan di tembak cewek sekalipun. Mereka mengganggap Sasuke 'buang buang rejeki'.

"Hei, Sasuke, hari ini siapa?" Tanya Naruto yang rasa penasarannya di ujung tanduk.

"Menyebalkan sekali dia. Dia memaksaku untuk manjadikanku pacarnya padahal sudah kutolak. Ketika aku bilang kalau aku menyukai seseorang, dia malah memaksaku untuk memberitahu padanya siapa orang itu. Lagi pula, kenapa aku harus memberitahunya. Aku berusaha lepas darinya dan itu menyebalkan sekali." Dada Sasuke naik turun ketika selesai menceritakan kejadian yang menurutnya sangat mengerikan tadi.

Semuanya memandang takjub karena mereka belum pernah mendengar Sasuke bicara panjang lebar seperti itu.

"Wow, Sasuke. Ceritamu sungguh luar biasa. Ngomong - ngomong, bagaimana caramu bisa kabur?" Akhirnya Sai angkat bicara.

"Setelah lepas dari pandangannya, aku langsung lari."

"Lalu cewek itu?" Tanya Shikamaru yang setelah itu menguap.

"Aku tidak peduli." Terlihat Naruto yang menyunggingkan senyum tipis yang tidak bisa di lihat oleh mereka karena terlalu fokus pada Sasuke.

'Akhirnya di tolak lagi ya?'

"Emm.. Sasuke, mungkinkah orang itu adalah orang yang sedang kita bicarakan?" tunjuk Shino kearah pintu masuk yang sudah berdiri seorang wanita dengan kacamata merah dan berambut merah dengan tatapan tajam kearah Sasuke serta ekspresi wajah yang menakutkan bagi siapapun yang melihatnya—kecuali Sasuke.

Naruto yang mengikuti arah telunjuk Shino segera mengalihkan pandangan ke pintu masuk. Raut terkejut terpampang pada pemuda blonde itu. "Karin?" desisnya.

Semua mendengar perkataan Naruto langsung memandang Naruto dengan tatapan bingung. "Hei, kau kenal dia?" Tanya Kiba.

"Naruto, dia siapa?" Sekarang Sasuke yang menuntut jawaban dari Naruto.

"Dia Karin. Uzumaki Karin. Sepupuku." Naruto menjawab dengan suara pelan. Semua kaget karena cewek heboh yang diceritakan Sasuke adalah sepupu Naruto. Naruto beranjak dari kursinya dan menghampiri Karin yang sedari tadi berdiri memandang tajam Sasuke. Sasuke ikut beranjak dari kursinya dan mengikuti Naruto dari belakang.

"Karin? Kenapa kau di sini? Aku tidak pernah melihatmu. Kau sekolah disini juga? Kenapa kau tidak pernah bilang padaku? Kau di kelas apa?" Pertanyaan beruntun Naruto tidak di gubris oleh Karin. Dia sedang fokus melihat Sasuke yang berada di balik punggung Sasuke.

"Sebaiknya kita jangan berbicara disini." Sasuke menyahut. Mendengar itu, Naruto, Karin, dan Sasuke mulai keluar dari kelas berjalan menuju lorong. Lumayan sepi mengingat pembicaraan mereka agak sensitif.

"Karin, jawab pertanyaanku barusan." Tuntut Naruto ketika mereka sudah berhenti di tengah - tengah koridor.

"Aku berada di kelas 1-H. Aku sedang berbicara pada Sasuke, tapi Sasuke malah kabur." Tunjuk Karin pada Sasuke.

"Jelas saja aku kabur. Kau memaksaku seperti orang gila." Jawab Sasuke tak kalah sewot.

"Kenapa kau memaksa Sasuke, Karin?" Tanya Naruto.

"Aku hanya bertanya siapa orang yang dia sukai. Aku tidak memaksa." Jelas Karin.

"Kau memaksa!" Ujar Sasuke yang menganggap bahwa Karin telah berbohong.

"Sasuke, bisakah kau diam sebentar?" Ucap Naruto yang mendelik tajam pada Sasuke. Di tatap seperti itu Sasuke mendengus sebal dan mengalihkan pandangan kearah lain.

"Kenapa kau memaksa Sasuke, Karin?"

"Aku sudah bilang kalau aku tidak memaksa." Karin menekankan semua jawabannya pada Sepupunya ini.

"Kalau kau sangat menuntut jawaban pada pertanyaanmu kepada orang lain, itu artinya memaksa."

"Aku tidak, Naruto."

"Kenapa kau tidak memberitakunnya saja, Sasuke?" Tanya Naruto yang mengalihkan pandangannya kearah Sasuke.

"Jika aku memberitahukannya, bisa saja orang itu bisa membunuh orang yang aku sukai itu." Jawab Sasuke masih bertahan dengan tampang kesalnya.

"Kau pikir aku psikopat?"

"Itu memang benar 'kan?"

Naruto menghentikan pembicaraan ini sebelum akan ada adu jotos di antara Lelaki raven dan gadis merah ini. Tapi sepertinya mereka berdua terlalu keras kepala.

"Aku menyukaimu, Sasuke!"

"Aku sudah bilang kalau aku tidak menyukaimu, kan? Aku bahkan tidak mengenalmu."

"Kalau begitu, beritahu saja orang yang kau sukai itu."

"Mana mungkin!"

"Sudahlah, Sasuke. Kau beritahu saja dia agar pembicaraan ini cepat selesai." Naruto menengahi mereka berdua.

Sasuke diam seribu bahasa. Mana mungkin dia memberitahukan orang yang dia sukai itu pada Karin, terlebih ada Naruto disini.

Sasuke masih mengalihkan pandangannya ke samping. "Naruto" Jawab Sasuke dengan suara pelan yang masih terdengar oleh Karin dan Naruto. Sontak saja Naruto dan Karin kaget setengah mati setelah mendengar jawaban dari Sasuke.

Ohh.. Terkutuklah mulut Sasuke yang berani - beraninya mengeluarkan nama sabahatnya sendiri.

Sasuke langsung pergi—sedikit berlari— meninggalkan mereka berdua. Entah kenapa hati Naruto agak menghangat mendengar namanya keluar dari mulut lelaki raven itu.

"Dia berbohong, Naruto. Kau harus membantuku. Kau harus mencari tahu siapa orang yang disukai Sasuke." Karin menarik - narikan tangan Naruto, memaksakan lelaki pirang itu untuk membantunya. Naruto yang risih langsung menghempaskan paksa tangan Karin yang berada di lengannya.

"Aku tidak peduli." Ucap Naruto, setelah itu meninggalkan karin sendirian di tengah koridor. Yang harus Naruto lakukan adalah menuntut jawaban yang sebenarnya pada Sasuke. Sebab Sasuke harus betanggung jawab pada hatinya yang tengah terbang ini.

Sesampainya di kelas, Naruto melihat Sasuke duduk dengan manis di tempatnya. "Sasuke!" Panggil seseorang yang Sasuke sangat kenali suaranya.

"Yang tadi itu benar, Sasuke?" 'Apa - apaan pertanyaan itu?' batin Sasuke.

"Tentu saja tidak, Bodoh" Sasuke mengalihkan pandangan keluar jendela. Tidak ingin melihat wajah Naruto saat ini.

Hati Naruto yang barusan saja sedang terbang kelangit biru, langsung terhempas setelah mendengar jawaban dari Sasuke. "O-oh, begitu. Lalu, kenapa kau jadikan aku sebagai kebohonganmu itu?"

"Aku pikir, kalau aku jawab dengan namamu, Cewek itu pasti tidak akan membunuh sepupunya sendiri." Sasuke mulai berani memandang wajah Naruto. Naruto mengangkat alisnya takjub dengan pemikiran ekstrime Sasuke.

"Heh? Sasuke, yang namanya psikopat, dia tidak akan memandang orang itu keluarganya atau bukan, 'kan?"

Sasuke melotot menyadari kebenaran yang tentu saja semua orang tahu itu. "Kau benar juga."

"Kau jadi bodoh sekarang." Kekeh Naruto. Tapi, walau hati Naruto sudah di hempaskan oleh Sasuke, tidak memungkiri kalau Naruto pernah senang kalau Sasuke mengatakan Naruto lah orang yang disukainya—walau itu bohong.

Dan juga—eh, tunggu. Apa - apaan yang ada di pikiran Naruto barusan. Perasaan Naruto seperti gadis yang baru saja jatuh cinta. Tidak, tidak! Ini tidak benar. Bagaimana mungkin Naruto memiliki perasaan semacam itu pada Sasuke? Memikirkan itu, Naruto merasakan wajahnya memanas. Hatinya juga ikut menghangat.

Naruto menggelengkan kepalanya untuk mengenyahkan pemikiran aneh nya barusan. Lagipula, Sasuke adalah laki - laki. Ya! Laki - laki. Dan sahabatnya sendiri. Mana mungkin Naruto memiliki perasaan semacam itu. Naruto meyakinkan diri sendiri jika rasa yang muncul barusan adalah efek kelamaan jomblo.

Sepertinya, Naruto harus bertahan lebih lama untuk memastikan perasaan yang sesungguhnya. Perasaan untuk Sasuke, mungkin..

.

Tsuzuku

Wkwkwkwkw 😂

Aku baru coba coba nulis ini. Ini pertama kalinya aku nulis. Sebelumnya aku belom pernah nulis. Jadi maapkeun jika jelek. Huhuhu

Review nya?.. 😄