Title : Annonymous (Don't Called It Love)
Author : Phoenix Channie
Cast : HunHan
Genre : Romance, angst, comfort, smut
Rate : M
Length : Chaptered
Disclaimer : Orange itu bagian dari Rainbow; tanpa Orange, Rainbow tidak bisa disebut Rainbow.*hanya HunHan Shippers yg ngerti :3 * LOL
Summary : Perasaan keduanya tidak perlu ditanyakan lagi, mereka saling mencintai. Tapi SeHun membuat LuHan menelan kekecewaan. LuHan berarap dapat melupakan Sehun, namun tidak disaat namja yang ia cintai itu selalu datang di kehidupannya. A HunHan/SeLu fanfic with KaiSoo & ChanBaek inside!
Warning : YAOI, aneh, gaje, ga' sesuai EYD, Miss n Typo(s), NC, alur nggak jelas-ngebut-kacau, OOC, author sarap, n many more.
A/N : Anyeong~ ini HunHan pertama Phoenix, Yeeeee! XD Moga aja sukses~
IT'S YAOI! [MALE X MALE]
IF U DON'T LIKE THIS COUPLE, DON'T READ!
NO FLAME PLEASE~
Happy Reading^^~
Annonymous (Don't Called It Love)
Part 1
\(^0^)/Phoenix Channie\(^0^)/
.
.
.
.
Sesosok namja bertubuh kurus dan tinggi berbalut bathrobe baby blue berjalan keluar dari kamar mandi. Handuk kecil diatas rambut pinknya yang basah.
"Lulu~" sebuah suara berat yang sangat dihafal sosok cantik itu. Tanpa perlu membalikkan tubuh, ia tahu pasti bahwa namja yang memeluk pinggang kecilnya dengan mesra itu adalah Oh Sehun.
"Singkirkan tanganmu, Sehun." Tak ada nada disana, hanyalah sebuah ucapan datar. Luhan, namja kurus itu sudah terlalu bosan memberikan penekanan pada kalimatnya. Toh tak pernah diindahkan oleh namja berkulit seputih susu itu.
"Hummpp.. harum sekali~ Kau memakai wewangian mint, Lu?" lihatlah, benar-benar tak diindahkan. Namja tampan itu malah memposisikan kepalanya di perpotongan leher Luhan, mengendus aroma segar yang menyeruak dari sana.
"Sshh.."
Namja Oh itu menarik sudut bibirnya keatas saat mendengar desisan yang dibuat namja China itu. Sebenarnya ia hanya mengecup leher putih itu dengan bibir lengketnya. Hanya saja ia mengecup di spot yang tepat, titik sensitif Luhan.
"Kenapa Lu? Apa kau ingin kumanjakan?" kali ini ia menggigit kecil spot itu, menghasilkan suara lengkingan rendah dari bibir namja berbulu mata lentik itu.
"S-stop, Oh fuckin' Sehun!" sebuah umpatan dari suara Luhan yang terdengar berat dan berat. Kekehanlah yang dikeluarkan namja tampan itu sebagai respon. Ia sangat hafal, bagaimana Luhan akan mulai mengumpat jika sudah terangsang.
"Kau semakin memancing libidoku, Lu."
"Akh!"
Tubuh kurus itu terasa kehilangan tulangnya. Ia lumpuh dengan kelincahan tangan besar milik Sehun yang bekerja di balik jubah mandinya. Tepat di antara selangkangannya. Memijat-mijat lembut dan kasar secara bersamaan.
"Ha-hajimahh..." sungguh keterlaluan. Tubuh Luhan bergerak berlawanan dari ucapannya yang meminta Sehun untuk berhenti. Tangannya malah mencengkram leher Sehun, dan tubuh kecilnya bersandar lebih dekat pada dada namja tampan itu. Fuckin' hormone!
"Kau pembohong yang buruk, Lu. Kau bilang hentikan, tapi tubuhmu meminta lebih." Smirk yang ditampilkan Sehun, sangat mendukung wajah tampannya. Takkan ada yang bisa menolak pesonanya, termasuk Luhan.
"S-shut up!" mata namja manis itu menutup dengan erat. Ia benci kenyataan bahwa tubuhnya selalu bereaksi dengan cepat pada setiap sentuhan dari namja brengsek yang tengah berbuat senonoh terhadapnya ini.
"Lihat, little Lulu ereksi di tanganku. You fast, huh?" Sehun menyeringai merasakan Luhan kecil yang sudah sangat tegang, dan berkedut-kedut di tangannya. Ia tahu sebentar lagi namja canti ini akan mencapai klimaksnya. Ia semakin mempercepat 'kerja' tangannya yang mendorong Luhan ke batasnya.
"AKH! Haaah..." sebuah lengkingan tajam dan tinggi dari Luhan. Cairan putih kental yang hangat miliknya membasahi tangan namja tinggi itu. Tubuh namja cantik itu merosot ke lantai, wajahnya memerah dengan sempurna.
Namja cantik itu dapat merasakan benda kenyal yang lengket melumat bibir mungilnya. Melumat dengan rakus dan intens. Sekali lagi, sangat menyebalkan untuk mengakuinya, tapi Luhan selalu mendambakan bibir itu. Ia membalas ciuman Sehun dengan tak kalah liar. Saling melumat, bertarung lidah, dan berbagi saliva.
"Ahh.." ia mendesah kecewa saat Sehun menarik dirinya, sehingga ciuman mereka terlepas. Namja tampan itu kembali menarik sudut bibirnya, memberikan kecupan terakhir di bibir pink itu.
"Kuharap kau mau menjadi partnerku di acara Jongin nanti malam. Aku akan datang pukul 7, jadi kuharap kau sudah siap saat itu, Baby Lu." Sebuah kecupan terakhir diberikan Sehun di dahi Luhan yang basah, kemudian namja itu pergi dari Flat Luhan. Meninggalkan namja cantik yang diam tak bergerak itu.
"Aku membencimu. Aku memben-"
Luhan tak sanggup melanjutkan kata-katanya. Ia hanya bisa menangis dengan memeluk kakinya, dan menyembunyikan wajah diantara lututnya. Sekeras apapun ia berusaha membenci namja itu, tapi debaran-debaran di dadanya selalu menyesakkan. Ia tak bisa mencintai Sehun, tak boleh. Ini benar-benar salah, dan...
Perasaan ini terlalu suci untuk disalahkan.
\(^0^)/Phoenix Channie\(^0^)/
Sekelompok orang menggunakan busana resmi seperti jas dan gaun memenuhi setiap sudut pandang Luhan. Beberapa namja dan yeoja saling bercanda dan tertawa dengan segelas Anggur di tangan mereka.
"Kau seksi malam ini, Lu~" sedari tadi Sehun tak henti-hentinya melafalkan hal itu. Tubuh kecil dan kurus yang dibalut kemeja tipis dan transparan milik Luhan terlihat semakin menggugah baginya.
"Kau mau aku pulang sekarang, Sehun?" Luhan menyesal, kenapa ia menyanggupi ajakan namja Oh ini?
"Shirro, kau itu teman kencanku. Apa kau tega membiarkan seorang namja tampan sepertiku tanpa pendamping?" Namja cantik itu hanya mendengus mendengar ucapan narsis dan sok manja Sehun. Kemudian mengikuti langkah Sehun yang kini tengah melambaikan tangan pada sahabatnya Kai –sang penyelenggara pesta.
"Kupikir kau takkan datang, Sehun~ah." Ucap Kai dengan memberikan tatapan tak suka atas kedatangan sahabatnya yang kalau boleh ia puji, tepat waktu ini. Ia terlihat sangat tampan dengan suit hitam yang membalut tubuh atletisnya yang terbentuk nyaris sempurna. Jelas saja, ini adalah pesta petunangannya, ia tak ingin tampil dengan singlet hitam dan celana training seperti yang biasa dikenakannya saat dance.
"Haha mian, Kkamjong~ah. Aku membutuhkan usaha lebih untuk bisa datang kemari." Ujar Sehun tersenyum, berharap sahabatnya ini memaklumi keterlambatannya.
'Usaha lebih untuk memaksaku kesini.' Luhan menambahkan dalam hati.
"Usaha lebih ap- Eh, Kau Lulu yang itu kan? Woaa daebak, tak kusangka Sehun berhasil menggiringmu kesini." Ucapan Kai barusan berhasil mendapatkan jitakan sayang di kepala oleh Sehun.
"Kau kira Lulu-ku itu bola?! Enak saja digiring." Kedua namja itu tampak tidak dewasa sama sekali. Terlihat Kai yang mengusap-usap kepalanya yang sakit, kemudian mengepalkan tinjunya di depan wajah Sehun. Berkata, 'Jegule?!' tanpa suara.
"Ah ne. Kkamjong dimana Soo hyung?" tanya Sehun kemudian saat menyadari upacara pertunangan ini takkan bisa dilakukan tanpa Kyungsoo. Kai sedikit menghela nafas, menghembuskannya kasar. Itulah masalahnya, namjachingunya sebentar lagi berubah status menjadi tunangan itu tengah disekap oleh Nyonya Kim atau eommanya sendiri.
"Hufft~ Eomma menyekapnya di kamar. Sedari tadi aku sendiri tidak diperbolehkan untuk menemuinya." Kai aka Jongin mempoutkan bibirnya tanda tak suka. HunHan yang melihat hal itu bersweatdrop ria, sungguh pemandangan yang tak enak disaksikan. Mengingat wajah tampan Jongin lebih cocok dengan seringaian nakal atau tatapan seduktif.
'Disekap?' Luhan membatin.
Apa itu berarti eomma Jongin tak menyukai tunangan anaknya? Lalu kenapa Jongin mengambil resiko dengan menyukai namja, padahal jelas-jelas eommanya sendiri tidak suka jika anaknya seorang gay. Dan kenapa Jongin terlihat tenang? Begitu banyak pertanyaan-pertanyaan menghinggapi kepala namja China itu, tetapi ia lebih memilih diam. Toh, ini bukan urusannya.
"Sudah, jangan berwajah menjijikkan seperti itu. Jja, bawa kami ketempat Soo hyung." Walaupun Jongin tak terima dengan hinaan Sehun, ia lebih memilih untuk bungkam dan membawa tamu yang sedari tadi ditunggunya itu ke dalam rumah. Lagipula ia juga sudah tidak sabar, untuk melihat Soo Babynya. Bayangkan bagaimana ia bisa bertahan, sudah lebih dari 20 menit ia tak menatap wajah namja manis itu?!
Luhan memperhatikan sekitar, kesimpulan yang bisa ditariknya saat memasuki rumah Jongin adalah Jongin itu benar-benar kaya. Rumahnya bergaya eropa klasik, dilengkapi dengan peabotan-perabotan mewah yang antik. Beberapa maid berjejer menyambut mereka. Luhan memilih untuk mempercepat langkahnya dan berjalan di sebelah Sehun, ia merasa sedikit tidak nyaman disini.
Tok Tok Tok!
"Eomma, sudah cukup penyiksaanmu terhadap Soo Babyku. Sehun sudah datang, biarkan kami memulai acara pertunagan ini." Jongin mengetuk-ngetuk pintu yang dihiasi warna emas dan bronze itu lumayan keras. Berusaha sopan, namun gagal; mengingat nada suaranya yang tak sabaran.
'Penyiksaan?' lagi-lagi Luhan hanya bisa bertanya-tanya dalam hati.
Apakah Jongin membiarkan eommanya sendiri menyiksa namja yang dipanggilnya 'Soo' itu? Namja yang dicintainya? Sebelum lebih banyak pertanyaan mencuat di kepalanya, terdengar suara pintu yang dibuka diikuti dengan gerutuan dari dalam.
"Ne ne, cerewet sekali anakku ini. Eomma tengah bersenang-senang dengan Soo-ie saat kau datang. Bukan menyiksa!" eomma Jongin terlihat masih muda dan neomu yeoppo, membuat Luhan sedikit kaget.
'Berapa usia Kim ahjuma saat menikah?'
Yeoja paruh baya itu memiliki struktur wajah yang mirip dengan Jongin. Hanya saja matanya lebih teduh, dan kulitnya lebih cerah. Bibirnya merah dan sexy seperti Jongin.
Jongin terlebih dahulu memperkenalkan Luhan kepada eommanya. Hal yang membuat Luhan heran, bagaimana eomma Jongin bereaksi sama dengan Jongin saat berkenalan dengannya?
"Ah, kau pasti Lulu yang itu! Woaa seperti yang Sehun~ah bilang, kau memang yeoppo. Tapi tak seyeoppo menantuku~" Luhan menarik kembali semua pemikiran buruknya tentang Nyonya Kim. Yeoja berpenampilan elegan itu sama sekali tak terlihat sebagai mertua yang jahat ataupun kejam.
"Ya, eomma tak adil, lebih membela Jongin!" ucap Sehun yang terdengar merajuk, yang ditanggapi oleh Nyonya Kim dengan elusan di kepala Sehun. Sementara Jongin menjulurkan lidahnya mengejek Sehun.
"J-Jonginnie~" sebuah suara lembut membuat Jongin merubah ekspresinya menjadi senyuman lembut. Sudah dipastikan itu adalah suara 'Soo'-nya.
"Ah, kalian mau lihat hasil sihir eomma?" Jongin memutar bola matanya. Namun mengikuti langkah eommanya kedalam kamar. Mereka bisa melihat seorang namja mungil berbalut suit putih tengah duduk di tempat tidur. Namja itu sepertinya tengah gugup, ia menekurkan kepala dan memainkan jemarinya.
"Soo Baby, gwaenchanayeo?" ucap Jongin berlutut di tepi ranjang, dan memegang jemari kecil calon tunangannya yang terasa dingin.
"N-nan gwenchanayeo.." karena Kyungsoo tak kunjung mengangkat wajahnya, Kai pun menegakkan kepala namja mungil itu dengan menarik dagunya. Membuatnya mendongak, sehingga Kai bisa menatap wajah cantiknya. Kungsoo hanya pasrah, membiarkan Kai melihat wajahnya yang...
"Eomma, apa yang kau lakukan pada Kyungie?" Semua di ruangan itu hanya bisa terdiam dan menatap wajah namja.. Entahlah, mereka tidak tahu apakah Kyungsoo masih bisa disebut namja sekarang.
"Sihir~ neomu yeppeo, eoh?" ucap nyonya Kim penuh semangat, dari nada suaranya ia terdengar bangga sekali pada hasil karyanya.
"Tapi..." Kai masih saja terpaku menatap wajah Kyungsoo yang kelihatan gugup dan memaksakan senyumnya. Begitupula dengan Sehun dan Luhan yang sedari tadi tak bersuara.
"Ah, eomma harus mengumumkan bahwa acara pertunangannya sudah bisa dimulai." Nyonya Kim memeriksa jam tangannya, kaget karena seharusnya satu jam lalu acara ini telah berlangsung. Ia merasa tidak enak pada tamu undangan yang rata-rata bukanlah orang biasa.
Dengan sedikit tergesa, yeoja yang sebenarnya sudah berusia paruh baya itu pergi, dengan sebelumnya mendaratkan kecupan sayang di bibir calon menantunya. Dan tentu saja mendapat protesan dari Jongin, 'Yak!' seperti yang biasa ia lakukan jika eommanya sudah mulai mengusilinya. Nyonya Kim hanya tersenyum usil, dan memberikan senyuman nakal pada Sehun dan Luhan. Mengingat Sehun sudah dianggapnya sebagai anak sendiri, tidak aneh jika Sehun juga digoda seperti tadi olehnya.
"Jo-Jonginnie, apa aku terlihat seaneh itu?" Kyungsoo merasa risih karena tatapan Jongin padanya. Tangan namja tan itu juga tak kunjung beranjak dari pipi chubby Kyungsoo.
"..."
Bukannya menjawab, Jongin malah mendekatkan wajahnya ke Kyungsoo dan mempertemukan bibir penuh keduanya. Kyungsoo yang kaget dengan perlakuan tiba-tiba Kai, hanya diam membiarkan namjachingunya melumat bibirnya. Ia bisa merasakan nafas namja itu semakin memberat, dan tangannya yang berada di pipi namjanya, bergerak tidak beraturan mengelus pipi lembut itu. Kyungsoo hendak membalas ciuman yang seperti ekstasi, memabukkan, dan mencandu; namun mata bulatnya yang mulai sayu menangkap sosok Sehun dan seorang namja cantik yang tengah salah tingkah itu.
Ia sangat malu, melakukannya di depan orang begini. Kyungsoo melakukan perlawanan dengan mendorong bahu Jongin –yang ya Tuhan, ia akui kekalahannya dalam urusan tenaga. Jongin tak berpindah sesentipun, jadilah ia memukuli bahu Jongin dan susah payah berusaha bicara di tengah pagutan namja Tan itu.
"Umbhh.. Jo-nginniehh...ha-jimahhh...unghh.." setelah beberapa lumatan lagi di bibir ranum namja mungil itu, Kai akhirnya bersedia melepaskan pagutannya. Nafas berat keduanya saling berpacu. Wajah cantik itu berwarna merah seperti apel matang yang sangat menggungah untuk di cicipi. Kai bersedia melakukan apa saja untuk dapat mencicipi 'apel' manis ini. Ia tersenyum lembut, mengecap bibir plump yang berbentuk seperti hati itu untuk terakhir kalinya. Sebelum ia bertindak terlalu jauh.
"Kau terlihat sempurna, Soo baby. Tapi aku akan sangat berterimakasih, jika kau mau menghapus make up dan Lipgloss Mapple itu dari bibirmu. Aku tidak yakin bisa bertahan sampai acara ini selesai." Kyungsoo mengangguk patuh, wajahnya terasa sangat panas saat ini. Ia tidak ingat kapan eomma Jongin memakaikan Lipgloss Mapple di bibirnya; yang ia ingat, calon mertuanya itu hanya memakaikan Lipgloss bening tanpa rasa.
"Ekhem! Soo hyung, aku ingin memperkenalkan seseorang padamu. Umm... mungkin dia bisa membantumu untuk menghapus make up-mu." Luhan mendelik ke arah Sehun yang hanya di tanggapi dengan senyuman manis di bibir tipisnya. Namun Luhan menyerah, ini mungkin tidak ada ruginya. Toh namja mungil bernama Kyungsoo ini tak akan menggigit.
"Annyonghasseyeo, joneun Xi Luhan imnida."
"Anyeonghasseyeo Luhan-ssi, joneun Do Kyungsoo imnida~" ucap Kyungsoo memperkenalkan diri dan entah kenapa mata belonya yang khas itu selalu terlihat membulat. Sebelum Jongin mengulangi kiss scenenya yang tadi, Sehun segera menarik namja tan itu keluar kamar; dan mengatakan mereka akan menunggu di luar.
"Sehun."
"Hmm?" kedua namja tampan itu tengah menyandar pada dinding di depan kamar eommanya Jongin, menunggu Luhan membersihkan make up yang membuat wajah Kyungsoo semakin cantik. Walau tanpa make up pun, namja mungil itu tetap mempesona di mata Kai.*nado*
"Bagaimana caramu mengajaknya kesini? Maksudku, bukankah Lulu-mu itu tidak mengakui..." Kai sedikit sangsi untuk melanjutkan kalimatnya. Ia tidak ingin sahabatnya ini merasa sedih karena ucapannya, jadi Kai memilih tak melanjutkan.
Namja berkulit seputih susu itu tersenyum tipis. Ia tahu apa yang teman sepermainannya ini berusaha sampaikan padanya. Ne, dia tahu pasti bahwa Luhan tidak pernah mengakui perasaannya pada Sehun. Namja cantik itu selalu terang-terangan menolaknya, dan berkata sedikit kasar di beberapa kesempatan.
"Haha cukup dengan 'sentuhan' dari tangan mengagumkan milikku~" ucapnya tersenyum seduktif. Jongin tak memiliki kata-kata untuk mengomentari ucapan ambigu sahabatnya, pukulan di bahu lah yang menggantikannya. Ah biarlah, setidaknya Sehun bukanlah namja yang cengeng yang menangisi nasib percintaannya.
.
.
.
"Lu, kau menikmati pestanya?" pesta pertunangan Kai dan Kyungsoo sudah berakhir 10 menit yang lalu. Dan sesuai janjinya, Sehun akan mengantarkan Luhan pulang.
"Tidak terlalu buruk, kecuali kau tidak seenaknya mencium pipiku tadi. Kau brengsek, Oh-ssi." Masih melekat diingatan namja China itu saat tiba-tiba saja Sehun mencium pipinya di tengah-tengah acara pertukaran cincin. Untung saja saat itu semua undangan tengah fokus pada Kai dan Kyungsoo.
"Salahkan sendiri ekspresimu yang seperti minta dicium, Lu." Sehun menyunggingkan senyuman kecil, menggoda Luhan. Namja cantik itu hanya melipat tangannya di atas dada, lalu memandang keluar kaca jendela.
"Ekspresi minta dicium? Huh, kau bercanda?" Sehun bisa menangkap nada tak suka dari ucapan Luhan. Bukan karena ucapnnya yang menggoda namja China itu. Sehun tahu, ekspresi Luhan saat melihat acara pertunangan itu adalah kesedihan.
"Kau ingat Lu?" Luhan menunggu Sehun melanjutkan, jadi ia lebih memilih untuk diam mendengarkan. Namja tampan itu menarik nafas, melajukan mobilnya dengan kecepatan dibawah rata-rata. Ia ingin punya lebih banyak waktu untuk berbicara dengan namja di sebelahnya, sebelum mereka sampai ke Flat Luhan.
"Dulu kau akan blushing dengan mudahnya saat aku menggodamu seperti itu. Pipimu yang dulu lebih chubby dari sekarang, akan memerah seperti tomat. Aku menyukainya, terlihat sempurna dengan warna kulitmu yang putih." Namja yang memiliki bulu mata lentik itu tak bersuara sedikitpun. Ia hanya diam, menatapi bayangan Sehun yang terpantul di kaca jendela. Karena tak ada respon, Sehun melanjutkan ucapannya.
"Telingamu bahkan juga memerah seperti kepiting rebus, saat aku mengatakan bahwa kau adalah makhluk tercantik yang pernah kutemui. Dan sampai sekarangpun, aku masih berpikir begitu." Sehun terus saja berbicara meski Luhan sepertinya tak mau mendengarkan ataupun merespon ucapnnya.
"Aku juga ingat bagaimana kau gelagapan saat first kiss kita. Dan bagaimana matamu terlihat sayu saat aku melepaskan ciuman kita. Kau sangat memp-"
"Bisakah kau berhenti membual hal yang tidak penting, dan segera antarkan aku ke flatku?" ia sudah jengah dan tak mau lagi mendengar ucapan Sehun. Namja tampan itu mengeraskan rahangnya dan membanting stir ke kanan. Hingga membuat Luhan kaget; untunglah jalanan disini sedikit sepi dan Sehun berhenti di tepi jalan.
"Apa bagimu hal yang kau lalui bersamaku tidak penting, LUHAN?" namja China itu terkesiap dengan emosi Sehun yang tiba-tiba meluap. Ia membalas tatapan tajam Sehun; menurutnya, namja bermarga Oh ini tak berhak meneriakinya. Dia bukan namjachingunya, baiklah, bukan lagi namjachingunya. Walaupun keputusan itu secara sepihak diambilnya, tapi bagi Luhan hubungan mereka sudah berakhir. Jauh disaat ia mengetahui kebohongan Sehun. Jadi, ia tidak punya hak untuk menaikkan suara kepadanya.
"Kenapa kau berpikir dirimu penting, kid?" ia tahu, Sehun sangat membenci panggilan itu. Namja yang lebih muda 4 tahun darinya itu menatap ke dalam mata Luhan lebih dalam. Bahunya naik-turun menahan emosi. Namja cantik itu merasakan hawa mengancam disekitarnya. Jujur ia merasa takut dengan tatapan namja di depannya ini. Luhan merasa seperti mangsa yang tak berdaya di hadapan seekor beast yang marah.
Luhan tak begitu ingat apa yang terjadi. Yang ia tahu, detik berikutnya bibir mungilnya telah ditekan dan dilumat oleh benda kenyal yang basah dan lengket. Ia hanya mampu memejamkan mata, merasakan tubuhnya dihimpit oleh sesuatu yang besar dan berat. Bahunya di cengkram serta di tekan dengan kuat, hingga tubuhnya tenggelam pada jok mobil.
"Ahmmp!" nafasnya tercekat saat sesuatu menggigit bibir bawahnya dengan kuat. Kemudian benda yang kenyal memenuhi rongga mulutnya. Terasa seperti besi berkarat yang memuakkan. Ia tidak suka itu, ini pasti rasa darah dari bibirnya sendiri. Luhan berusaha mengumpulkan tenaganya, mencengkram lengan namja yang kini tengah menciumnya dengan kasar dan liar. Ia berusaha melakukan perlawanan dengan mendorong tubuh itu menjauh. Namun bukannya menjauh, tubuh diatasnya semakin menghimpitnya dan menciumi bibirnya dengan brutal.
Setelah beberapa menit melakukan perlawanan yang sia-sia, Luhan tak sanggup lagi melakukannya. Ia telah kehabisan oksigen dan tubuhnya terasa lemas. Dan sialnya, namja diatasnya ini tak mau menghentikan aksinya yang bisa merenggut nyawa Luhan.
"Hahh hahh hahh..." deru nafas yang berpacu saling berebut oksigen yang ada, memenuhi mobil hitam itu. Namja tampan bermarga Oh itulah yang terlebih dahulu angkat bicara, meski nafasnya masih belum stabil.
"Jangan sekali-kali kau memanggilku be-" namja itu tak bisa melanjutkan kalimatnya. Jantungnya berdenyut sakit melihat wajah namja cantik itu. Mata bulat itu dipenuhi air mata, mengalir membentuk anak sungai di pipinya. Tatapannya yang sarat akan kepedihan dan kesedihan menyayat Sehun.
"Lu, aku tidak bermaksud..." Luhan menampik tangannya saat berusaha mengusap air mata yang membanjiri pipi namja cantik itu. Perasaan bersalahnya semakin menyiksa ketika melihat bibir namja yang dicintainya berdarah –dan ia sendirilah penyebabnya.
"Mianhae, jeongmal mianhae Xiao Lu..."
Semua bergerak tak terkendali, diingatan Luhan semua berjalan cepat. Sehun yang memeluknya seraya mengecup setiap sudut wajahnya dengan kata 'Mianhae' mengalun diselanya. Perasaan sakit, sedih, marah, benci, dan... cinta menyatu. Segera setelah sentuhan panas Sehun yang mengelus punggungnya, bermaksud menenangkan; namun mendapat respon erangan sugestif dari namja cantik itu. Bibir Sehun mulai memberikan tanda kepemilikannya di sekitar leher dan dagu Luhan.
Ini seperti sebuah ketetapan yang tak perlu di debatkan lagi. Seperti matahari yang selalu terbit dari Timur, semua orang tahu itu dengan pasti. Begitupula dengan hubungan mereka. Di lubuk hati mereka, keduanya tahu pasti bahwa mereka saling mencintai. Tidak peduli betapa keras dan kasar ucapan Luhan yang mengingkari perasaannya; tapi ia tahu, Sehun tahu, itu sebuah kebohongan.
Jadi, ketika baju, celana, bahkan saat seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya di'buang' oleh namja Oh itu; tidak ada penolakan dari Luhan. Kini udara mobil itu terasa terlalu panas bagi keduanya. Tapi mereka tidak peduli, yang mereka pentingkan saat ini adalah merasakan keberadaan masing-masing.
"Eunghh..."
Segera, erangan dan lenguhan memenuhi mobil hitam itu. Pergerakan Sehun di dalamnya cepat dan lembut secara bersamaan. Sarat akan kerinduan dan cinta yang berusaha ia sampaikan. Jemari kaki Luhan melengkung saat Sehun berhasil menyentuhnya sampai titik terdalam.
"F-faster! Faster!"
Namja tampan itu menurutinya, mempercepat pergerakannya. Menusuk lebih cepat dan dalam, menyentuh prostat Luhan berkali-kali. Memberikan lumatan dengan bibir lengketnya, dari dada hingga menemukan tempatnya di bibir pink bengkak Luhan yang terus mendesah nikmat. Tak butuh waktu lama, setelah beberapa tusukan dan hentakan di pusat hasratnya, namja cantik itupun mencapai puncaknya. Mengotori dada dan perut keduanya dengan cairan semennya. Segera Sehun menyusulnya, tak sanggup menahan lebih lama di saat hole ketat Luhan menjepitnya dengan kuat.
Keduanya kelelahan dan berkeringat, namun semuanya terasa benar. Namja China itu telah tertidur karena kelelahan. Sehun membersihkan semua kekacauan di tubuh namja cantiknya. Melap cairan yang bercampur keringat di tubuh Luhan dengan tisu. Memperlakukannya dengan lembut, seolah LuHan adalah sesuatu berharga yang mudah pecah. Setelah bersih, ia memakaikan pakaian Luhan yang tadi ia buang sembarangan. Lalu mengantarkan namja cantik itu pulang.
Sehun membaringkan Luhan diatas kasurnya, mengganti pakaiannya dengan piyama bermotif rusa favoritenya –kado dari Sehun. Ia memandangi wajah angelic Luhan yang tidur dengan damai. Tangannya bergerak dengan sendirinya mengelus wajah namja yang di cintainya itu. Merapikan poni yang menempel di dahi Luhan. Namja cantik itu mendekatkan kepalanya terhadap sentuhan nyaman itu. Sehun tersenyum lembut karenanya, betapa ia mencintai namja ini.
Ia ingin beranjak saat matanya menemukan boneka rusa ukuran sedang berada di salah satu bantal Luhan. Sehun tidak menyangka, Luhan masih menyimpan boneka itu. Benda itu diberikannya 4 tahun yang lalu, di hari kencan pertama mereka resmi sebagai sepasang kekasih. Mereka saling mencintai, hidup berjalan manis dengan saling peduli dan mencintai. Melalui dan menghadapi banyak hal bersama. Tidak sampai setahun yang lalu, saat kebohongan yang tanpa sengaja dibuat Sehun diketahui Luhan. Ia membuat Luhan menangis, dan namja China itu memutuskannya secara sepihak. Ia merasa sangat menyesal dan bersalah sekaligus karena pernah mengecewakan Luhan.
Di dalam hatinya Sehun berjanji, ia akan memperbaiki segalanya. Mengembalikan senyuman ceria di wajah malaikat yang tengah tertidur dengan damai ini. Membawa LuHan kembali ke dekapannya, dan menjadikannya pendamping abadi dalam hidup. Takkan ada yang bisa memisahkan mereka nantinya.
CUP
"Jaljayeo, saranghae~" pamitnya sebelum kembali ke flatnya sendiri. Tanpa ia ketahui, setelah bunyi click pada pintu depan, Luhan membuka matanya. Memeluk boneka yang dinamainya SeLu itu ke dada, seolah hidupnya bergantung padanya.
"Kau tidak akan meninggalkanku. Benarkan?" pertanyaan tak terjawab itu mengambang di udara. Walau berusaha meyakinkan diri sendiri, LuHan tahu, hidup tak berjalan sesuai keinginanmu. Tidak di saat kau berusia 24 tahun dan merupakan anak tunggal di keluarga Xi. Ia sudah kehabisan waktu, dan harus menyerah.
TBC
Sebenarnya mau bikin oneshot, tp ntar kepanjangan... komen ne? *puppy eyes*
