Nothing is Imposibble

.

Genre : Comedy, Romance, etc.

Cast : YunJaeYooSuMin, and Others

Rated : T to M

Chapter : 1 of ?

Setting : Western/Out of Korean

Pair :

Yunho x Jaejoong

Yoochun x Junsu

WARNINGS : OOC, OC, AU, Gaje's, Typo's, Alur Cepat, and Others.

Boys Love a.k.a Boy x Boy, rePost

DON'T LIKE? DON'T READ!

(A/n : Well—ini FF yang lama dan sebenarnya udah aku upload di FFn Cuma dihapus sama mereka *gelundungan gak rela*. Kalau dihapus lagi bakal aku upload lagi, haha. Well, ada sedikit proses peng-edit-an disini. Gak terlalu banyak, Well, I hope you'll get some happiness when you read abt my FF )

INCREDIBLE?

_-O-_

"Melamunkan dia lagi Jae?" tanya Junsu sarkastis sambil mendecak pelan melihat tingkah sahabatnya yang tidak juga berubah.

"Eh—? Tidak, aku rasa—hhmm…" Jaejoong mendesah "…Ya!" sambungnya enggan separuh tidak rela.

"Sangat mengesankan melihat mimik wajahmu kusut seperti itu, kau tahu" ucap Junsu lebih tepat ke pernyataan. "Kau tidak bosan memikirkannya?" kali ini Junsu benar-benar ingin jawaban yang lebih serius keluar dari bibir cherry milik seorang Kim Jaejoong, sahabatnya.

"…Hhhhh…" desah Jaejoong lagi. Sekarang, Jaejoong benar-benar tidak ingin membicarakan tentang apa yang mengganjal di hatinya sekarang atau bahkan tiga tahun yang lalu sejak ia melihat pria itu pertama kali. Tapi, jika sudah dihadapkan dengan sahabat terbaiknya, Kim Junsu –meskipun terkadang menyebalkannya minta ampun– ia tidak akan segan untuk menyampaikan unek-unek atau apapun yang mengganjal di hatinya jika pria imut itu memintanya. "Aku menikmatinya. Meskipun terlihat sangat menyedihkan, menyimpan perasaan selama tiga tahun tanpa mengungkapkannya akan membuatmu frustasi, jika kau menjadi sepertiku!" tuturnya dengan ekspressi siapa saja yang melihatnya merasa... iba, mungkin?

Jaejoong menoleh refleks. "Guess what? Aku sudah berapa kali mengucapkan hal itu?" tanya Jaejoong setengah tertawa.

Junsu berdecak. "Errr—lebih dari sepuluh kali, mungkin?" ucap Junsu membuat Jaejoong terkekeh. Junsu menatap sahabatnya. "Begini, apakah tidak ada lowongan buat orang lain, kau tahu? Selama ini banyak pria ataupun wanita yang mengantri meminta balasan darimu ingin menjadi pac—" Jaejoong melototkan matanya, yang dibalas bibir mencebik oleh Junsu "Errr— aku lupa! Kau sudah mengatakan hal itu lebih dari..." ucapan Junsu sengaja menggantung membuat Jaejoong memutar bola matanya, kesal. "...sepuluh kali, I guess. Karena seorang Kim jaejoong tidak akan memberikan first kiss-nya kepada siapapun selain Jung Yun—" segera saja buku setebal lima sentimeter mendarat dikepala pria imut yang duduk di samping Jaejoong sambil mencak-mencak kesakitan. "Awwwh…Crap!" Junsu meringis sambil mengusap kepalanya –setengah tidak rela– dan berdiri dengan seringai jail yang terpatri dibibirnya.

Senyum sinting itu lagi, batin Jaejoong sambil mengeluarkan geraman pelan yang tertahan di pangkal tenggorokannya. Entah kenapa senyum itu membuatnya merasa tidak enak.

"…YUNHO! Dan entah kapan itu akan terjadi," seru Junsu setengah berteriak melanjutkan kalimatnya yang di ralat oleh Jaejoong sebelumnya. Tanpa basa-basi Junsu berlari, sebelum buku lima sentimeter itu kembali melayang dikepalanya dan membuatnya amnesia, beneran. Lagipula dia masih menyayangi kepalanya dan rasanya terlalu absurd jika ia amnesia cuma gara-gara buku tebal milik Kim Jaejoong, bukan?

"Oh! Brengsek kau Duckbutt! Dasar pantat bebek!" seru Jaejoong dengan pekikan mengerikan yang membuat telinga berdengung. Setelah menyadari Junsu sudah berlari menjauhinya –padahal ia sudah siap sedia melayangkan buku tebalnya untuk memukulkannya ke Junsu– dan menyadari kalimat yang baru saja keluar dari mulutnya, lantas saja ia membekap mulut dengan tangannya.

Malu, tentu saja. Semua orang mengernyit heran karena kalimat terakhirnya yang terkesan tidak sopan. Hampir semua kakak senior dan junior Jaejoong memandangnya dengan tatapan 'membunuh' ke arah Jaejoong yang masih menutup mulut sambil menyapu pandangannya ke segala penjuru lapangan basket, menatap mata mereka satu-persatu, "seperti inikah rasanya diperhatikan?" gumamnya pelan dengan ekspresi bodohnya, menganga.

'Ah iya, sebentar lagi Mr. Robert akan menyampaikan 'pidatonya' lagi tentang anatomi yang tak kunjung diganti dengan materi lain', tutur Jaejoong dalam hati sambil membereskan buku-buku nya yang tadi sempat ia baca dan berlari dengan menundukkan kepalanya dengan tawa yang ditahan.

"Kenapa mukamu suntuk begitu?" tanya pria jangkung bernama Changmin sambil menyantap hidangan makan siangnya yang sudah tiga porsi ia makan, heran juga bukannya melebar kesamping tubuhnya malah tumbuh ke atas.

"Carikan aku pacar! Kau tahu? I want another sensation of love." Yunho mendesah pelan, mengingat kisah cintanya begitu-begitu saja. Tiga detik setelah mengucapkan kalimat itu, Changmin yang baru bisa mencerna perkataan Yunho membalalak tak percaya.

"Tidak salah? Carikan pacar? Kau sendiri ikon idola di kampus ini! Bagaimana dengan Suzy? Apa maksudmu dengan sensasi yang lain?" Changmin memborbardir Yunho dengan beberapa pertanyaan sambil memandang mimik putus asa di wajah pria didepannya –tentu saja Yunho menunduk untuk menutupi mimiknya itu– sangat tidak Yunho sekali, yang selalu bermimik cuek terhadap siapa saja –Changmin pengecualian– jelas saja ia heran kenapa Yunho tiba-tiba memasang mimik seperti itu. Changmin tersenyum jail "…maksudmu, kau mau pacaran dengan transgender? Really?" pria jangkung berumur dua puluh tahun itu tiba-tiba saja tertawa terbahak-bahak sehingga membuat semua orang yang ada di kafetaria kampus itu memandang ilfell dan gemas disaat yang sama ke arahnya.

"Oh! shut up, Idiot!" gerutu Yunho "Oh sudahlah! Kau menghilangkan image-ku jika berhadapan denganmu yang kesurupan setan seperti itu!" sambil membereskan laptopnya Yunho mencomot french fries Changmin kemudian meninggalkan pria itu yang masih tertawa sambil menggeplak-geplakkan mejanya dan

'Pranggg'

Salah satu gelas di meja tempatnya makan terjatuh akibat ulahnya. "Upsss" lirih Changmin pelan dan berhenti tertawa sambil memandang perempuan pemilik piring itu yang juga memandanganya dengan tatapan membunuh.

x

Yunho melangkahkan kakinya ke toilet untuk memenuhi panggilan alam yang tiba-tiba ingin mendesak keluar, sambil bersiul pelan. Saat memasuki pintu utama toilet tersebut, samar-samar ia mendengar decakan-decakan seeperti orang yang sedang berciu—

'Shit! For God sake! Pemandangan apa yang aku lihat disini?' Sambil mendesis dengan nada menggerutu ia melewati sepasang pria yang sedang berciuman dengan begitu bergairah di samping westafel tanpa memperdulikan Yunho yang memandang dengan pandangan jijik. 'Aku mengenalnya. Iya! Demi apa itu—'

Yunho mendekat. "Well, well, well, Is that you, Yoochun?" tanyanya sambil melototkan matanya yang ingin terpental keluar. Merasa di panggil pria yang bernama Yoochun tersebut menghentikan aktivitas 'gilanya' dengan berat hati.

"Ehh? Jung Yunho?" Yunho mengangguk, Yoochun tersenyum salah tingkah begitu pula pria imut yang berada disampingnya dengan gelagapan memasang kancing kemejanya setelah bertukar pandang dengan Yunho. Kemudian Yoochun melangkahkan kakinya dengan menggenggam tangan pria yang menemaninya berciuman menuju tempat dimana Yunho mematung –tentu saja setelah membersihkan saliva yang masih tersisa dibagian pinggiran bibirnya– dengan wajah setengah tidak percaya. "Whats app, Brother?" Yoochun dengan wajah inosen memeluk Yunho –yang masih mematung– dengan sok kenal.

"Ah iya, aku baik! Bagaimana denganmu, Yoochun?" Yunho menuntut Yoochun untuk melepaskan pelukannya. Dengan setengah tertawa, Yoochun melepaskan pelukannya sambil tersenyum jail seolah dia tidak menyadari apa yang ia lakukan sebelumnya.

Yoochun melirik sejenak ke arah pria yang ada di sampingnya sambil tersenyum setelah kembali menautkan jari-jarinya dengan pria imut itu. Yunho memandang tak percaya bukan karena adegan genggam-menggenggam itu, tapi karena bercak-bercak merah keunguan di bagian leher pria yang ada di samping Yoochun bahkan ada juga di balik kemejanya yang kelihatan sedikit 'mencuat', segera saja Yunho menghentikan aktivitas monolognya sebelum ia dikira terpesona dengan pria imut itu dan mengalihkan pandangannya ke arah Yoochun saat ia berhasil menemukan suaranya.

"Tentu, tentu aku jauh lebih baik." jawab Yoochun kembali menggenggam erat tangan pria imut itu –mungkin Yoochun greget ingin memeluknya– seolah kekuatannya berada di pria yang sekarang tersipu malu, disampingnya. 'Feminim sekali dia!' tutur Yunho dalam hati.

"Oh baiklah, aku ingin err—" Yunho berbalik memandang ke pintu WC yang ada dibelakangnya "Kau tahu maksudku." Yoochun mengangguk "Sampai jumpa di kelas Astronomi, Yoochun."

"Sampai jumpa, Yunho" Yoochun berjalan melewatinya, dan lagi-lagi Yunho memandang 'aneh' saat Yoochun meletakkan lengannya di pinggang pria yang ada di sampingnya. Apa kubilang? Yoochun greget ingin memeluknya. "Dasar playboy sinting!" gumam Yunho sambil mengangkat bahu sebelum memasuki WC yang ada di balik punggungnya dengan setengah berlari.

x

"Aku benar-benar malu, kau tahu itu Jae?" Junsu menggeleng tak percaya, blush on di pipinya menyala seiring dengan nada bicaranya yang terkesan malu dan genit.

Jaejoong mendongak menutup Novel-nya sebentar."Salahkan pacarmu, Junsu! Seharusnya dia melihat situasi dulu sebelum di melayanimu." ujar Jaejoong sarkastis dan kembali fokus membaca novel.

'Pletak'

"Sakit, idiot!" sebal Jaejoong, saat Junsu memukul kepalanya dengan jemarinya yang lentik itu.

"Aku tidak sedang bercinta KIM JAEJOONG!" Jaejoong tertawa pelan saat mendengar kata 'bercinta' keluar dari bibir seorang Kim Junsu yang bahkan bermuka polos seperti itu, 20 tahun umur keduanya.

Tiba-tiba Jaejoong menghentikan tawanya dan merubah mimiknya menjadi serius, menatap lekat-lekat bola mata Junsu yang tiba-tiba terkejut dengan perubahan ekspressi Jaejoong.

"Aku ingin tahu, Junsu. Apa kau pernah errr— melakukannya?" Gubrak! Tiba-tiba saja Junsu ingin sekali merobek bibir cherry yang dengan beraninya bertanya seperti itu, aneh tentu saja. 'Pandangan Jaejoong menuntut jawaban!' Gerutunya dalam hati. Kemudian ia mengeluarkan desahan panjang sebelum menjawabnya.

"Tidak Jaejoong! Aku masih punya harga diri, kau tahu itu, bodoh!" 'setidaknya aku tidak berbohong padanya. Blowjob tidak ia tanyakan bukan?' tutur Junsu dalam hati setengah tertawa.

Jaejoong melemas! Padahal ia mengharapkkan jawaban yang sesuai dengan keingi— okay! Benar, Junsu masih punya harga diri, begitu katanya tadi. Tutur Jaejoong menghibur dirinya sendiri dalam hati.

Jaejoong mengernyit dan sesaat kemudian tersenyum lega."Good Boy."Jaejoong menanggapi dengan helaan nafasnya yang panjang.

Selama beberapa menit, keduanya terdiam dengan pikiran masing-masing. Saat menyadari bahwa obrolannya tadi sempat terpotong akibat pertanyaan konyol seorang Kim Jajeoong, Junsu ingin membahasnya kembali.

Junsu mendekat ke arah Jaejoong –yang duduk berhadapan dengannya– dengan tangan menangkup pipinya."Dia melihat kami Jae! Apakah kau tidak terkejut? Tidakkah kau penasaran? Dan kau tahu bagaimana reaksinya? Bagaimana pandangannya saat melihat 'kami' ?". Jaejoong yang sibuk dengan pikirannya tiba-tiba saja kaget akibat Junsu yang memborbardirnya dengan banyak pertanyaan yang ia yakini akan di jawab oleh Junsu sendiri nantinya.

"Aku ingin tahu semuanya, satupun aku tidak mengetahui bagaimana reaksinya. Jadi tolong jelaskan semuanya, duckbutt!" ujar jaejoong sarkastis, lagi. Tanpa memperdulikan ejekannya, Junsu dengan semangatnya menjelaskan bagaimana reaksi seseorang yang sedang dibicarakannya saat melihat dirinya dan juga pacarnya, Yoochun, berciuman di dalam toilet.

"Yoochun menciumku dengan—kau tahu?" Jaejoong mengangguk "Oke, saat itu kami tidak peduli siapa saja yang melihat kami. Hal yang paling aku yakini adalah aku bisa menyeimbangi ciuman Yoochun yang bergairah itu, merasakan benar-benar kehadiran lidahnya di dalam mulutku. Kemudian... dia menggigit lidahku dengan eksotis, tentu saja membuatku mendesah dan merintih kesakitan! Kau mau melihat lukanya?" Jaejooong mengernyit dan kemudian menggeleng "Oke, kemudian aku mendengar pintu toilet itu berbunyi dan tiba-tiba saj—" Junsu menghentikan kalimatnya saat mendengar Jaejoong menggeram dengan wajah memerah karena amarahnya.

"Shut the hell up, duckbut! Kau tidak perlu menjelaskan detail kejadiannya! Bagaimana Yoochun menciummu, bagaimana lidahnya menari-nari di dalam mulutmu, bagaimana pintunya tiba-tiba terbuka! Bahkan jawaban yang kau berikan meleset dari pertanyaan yang kau ajaukan. Saat ini kupikir bahwa kau benar-benar idiot dan berotak bebek!" mendengar seruan sahabatnya yang terkenal sensitive itu, Junsu menggembungkan pipinya. "Tidak usah sok imut! Cepat beritahu aku bagaimana reaksinya!" pinta Jaejoong menuntut.

Junsu membuka mulutnya, kembali Jaejoong meralatnya "Hanya reaksinya, oke?" Junsu mengangguk mengerti. 'Benar-benar menggelikan! Sekarang mukanya benar-benar menjadi idiot', batin Jaejoong! Jaejoong sangat berusaha agar ia tidak terkikik, percuma dia mengomel-ngomel dengan panjang lebar dan sekali tarikan nafas dan harus berakhir dengan acara tawa?

"Dia melihat dan memandang kami dengan pandangannya yang aneh! Dia seolah jijik, dan aku pikir memang begitu. Dan tentu saja aku tahu itu reaksi yang wajar, sudah seharusnya dia memandang dengan jijik saat melihat dua pria berc—" kalimatnya kembali terpotong saat Jaejoong kembali meralatnya.

"I get it! Dan besar kemungkinan Yunho tidak akan pernah menyukaiku terlebih saat dia melihat adegan ceroboh yang terjadi di toilet itu. Hhhhh." Jaejoong mendesah, Junsu yang melihat sahabatnya bersedih, merangkul pundak sahabatnya dengan sayang, membuat Jaejoong mengernyit heran dan memandang sahabatnya dengan tatapan membunuh.

Junsu mendramatisir ekspresinya."Sabar Jae. Semua akan indah pada waktunya."

Jaejoong mendecak pelan. "Aku merasa seolah aku perempuan jika kau berkata seperti itu, bodoh! Ingat aku tidak cengeng, dasar idiot!" mendengar itu Junsu langsung melepaskan rangkulannya, menatap tajam kearah Jaejoong. Jaejoong yang menyadari pandangan itu memasang mimik inosennya.

"Tidak benar jika kau mengatai pacarku idiot, Kim Jaejoong." ucap seseorang yang sekarang tiba-tiba berada di samping Junsu. "How are you, Su~i?" Junsu mendongakkan kepalanya untuk menyambut bibir sang kekasih dan

Chuuu~

Jaejoong membuang pandangannya, 'dasar pasangan idiot! Tidak sadar jika mereka sedang berada di wilayah kampus!' Gerutunya dalam hati. Sekarang suasana hatinya benar-benar buruk, dongkol, kesal, campur aduk.

"Tentu saja jauh lebih baik, Chunnie," Junsu tersenyum. "Bagaimana pelajaranmu?" Tanya Junsu, mulai mengacuhkan seseorang yang sekarang merasa seperti obat nyamuk atau bahkan memang sudah terbakar sejak tadi.

Yoochun mengambil kursi dan kemudian memposisikan dirinya disamping Junsu. Berhadapan dan saling menggenggam tangan, bertukar pandang dengan senyum yang tak lepas di bibir masing-masing –membuat Jaejoong terkikik pelan karena geli– untung saja pasangan itu tidak ada yang memperhatikan. Atau terlalu kurang kerjaan untuk mengetahui siapa saja yang mengarahkan pandangan ke meja ini?

"Jauh lebih baik tentu saja. Profesor Bernard hanya menjelaskan detail-detail planet atau—entahlah aku tidak menyimaknya," Yoochun tersenyum geli kepada dirinya sendiri dan mengangkat tangan kanannya memanggil waiter.

"Kau lapar Su~?" Junsu menggeleng "Bagaimana denganmu Jaejoong?" Jaejoong mendongak dan menggeleng kemudian kembali bergelut dengan novel-nya. Yoochun mengangkat bahunya dan memesan setelah waiter itu berada di sampingnya "Cheese burger dan lemon juice" waiter itu mengangguk pelan dan berjalan menjauh.

Yoochun menghadap ke arah Jaejoong –setelah sebelumnya menatap Junsu dengan intens dan saling menyentuhkan hidung–"Oh! Aku hampir lupa, Kim Jaejoong?" Jaejoong mendongak dengan enggan karena merasa aktivitas membacanya terganggu oleh playboy yang ada dan duduk di depannya.

"Hmm—?"

"Kenapa kau kelihatan suntuk begitu?" Jaejoong menggeleng, Yoochun mendengus. Junsu menguap.

Yoochun menyeringai jail."Apa kau tidak ingin mengetahui info terbaru tentang Jung Yu—"

"Tentu saja aku mau, Yoochun." 'benar-benar kebiasaan buruk' gerutu Junsu dalam hati 'selalu saja memotong kalimat orang lain huhhh', lanjutnya kemudian menghentakkan kakinya yang ada dibawah meja dengan penuh emosi dan dia beruntung tidak ada yang menyadarinya.

Yoochun tersenyum. Berasa umpannya berhasil."Kau tentu saja sudah tau tentang apa yang terjadi dua jam yang lalu?" Yoochun melirik Junsu yang masih berdebat dengan pikirannya, Jaejoong mengangguk, tentu saja Yoochun tahu kalau Junsu pasti akan menceritakan apa saja yang berhubungan dengan Yunho ke Jaejoong. "Yunho membicarakannya dikelas Astronomi tadi." Yoochun tersenyum jail, berusaha mengundang rasa penasaran pria cantik yang ada di depannya yang saat itu langsung menganga tidak percaya. Jaejoong tercekat begitu pula Junsu.

"Ap—apa yang dia katakan?" tanpa pikir panjang Jajeoong menutup novel kesukaannya, benar-benar tertarik, benar-benar penasaran, benar-benar terkesan dengan topik yang akan dibicarakan oleh Yoochun. Saat itu juga pesanan Yoochun mendarat di meja. "Cheese burger and lemon Juice." ujar waiter tersebut "thanks." Yoochun menimpali.

Yoochun meraih garpunya, menatap pria disamping dan di depannya dengan wajah memelas."Apakah aku harus makan dulu sebelu—"

"TIDAK" jawab Junsu dan Jaejoong serempak.

"Aku tahu, aku tahu!" ujar Yoochun pasrah sambil mendesis dan meletakkan garpunya.

x

Flashback

"Sulit dipercaya, Yoochun! Seorang playboy sepertimu melenceng seperti itu, apakah kau sudah tidak laku? Sehingga pelarian mu ke flower boy dengan pantatnya yang montok itu?" Yunho merinding seketika saat ia kembali membayangkan apa yang ia lihat tiga puluh menit yang lalu. Yoochun tersenyum, tentu saja dengan kharismanya yang tidak akan menghilang.

Yoochun menoleh."Aku menikmatinya, kau tahu? Aku merasakan sensasi yang lain saat mengecup errr—? Melumat? Mengulum? Atau entahlah— bibir Junsu daripada wanita manapun." Yoochun mengusap bibirnya bermaksud menggoda pria yang ada di sebelahnya.

Yunho mendesis tidak percaya."Izinkan aku menonjokmu sekarang, Yoochun!" sesaat Yoochun tertawa pelan, sangat pelan, atau Mr. Bernard menghukumnya dengan esai lagi dan berujung dengan omelan Junsu dan Jaejoong karena mereka yang akan mengerjakan esai itu.

"Sayang sekali kau harus kecewa, Jung Yunho!" Yoochun menyeringai, lantas saja membuat Yunho benar-benar ingin menonjoknya, tidak! Membunuhnya lebih tepat.

Yoochun memperbaiki posisi duduknya."Kau bilang apa tadi? Tidak laku? Cihhh! Playboy berkharisma sepertiku jika di lempar di tengah lautan tentu saja banyak gadis-gadis yang rela berenang demi mendapatkanku." Yoochoon menyeringai, sementara Yunho bergelut dengan pikirannya sendiri dan berusaha untuk tidak membantah pernyataan Yoochun –yang jika diterawang lebih dekat lagi merupakan sebuah fakta– pria seperti Yoochun memang menjadi ikon idola di kampusnya entah pria atau wanita rela bertekuk lutut di hadapan Yoochun jika itu membuat hati Yoochun luluh dan membalas isi hati si pengemis cinta. We'll do anything for you, mungkin itu semacam yel-yel para pengemis cinta Yoochun.

"Aku tahu kau penasaran Jung Yunho! Kau tahu, saat aku menyentuhnya errr— terlalu vulgar kurasa." Yunho memutar bola matanya, "Saat aku menciumnya?atau melumat?mengulum? bibirnya badanku bergetar dari atas sampai bawah! Kau tahu? Dari puluhan bibir yang pernah menyentuh bibirku yang sexy ini—" lantas saja Yunho memandang mengejek dan hendak membuka mulutnya untuk berkomentar harus mengurungkan niatnya saat pria cassanova di depannya tidak mengizinkannya membuka mulut. "Jangan meralat ucapanku, Yunho! Biarkan aku menjelaskan" Yunho mengangguk enggan "Trims! Dari puluhan bibir yang pernah menyentuh bibirku yang sexy ini, sekalipun aku tidak pernah bergetar seperti yang aku jelaskan. Aku bertaruh, kau rela melepaskan puluhan gadis hanya untuk menikmati sensasi itu. Aku bahkan menyadari bahwa 'orang lain' di bawahku mendesak, kau tahu maksudku?" tentu saja Yunho tahu, pria 21tahun itu mengangguk "Bahkan kurasakan gairahku memuncak sampai ke ubun-ubun . Kau juga pasti menyadari kalau aku tidak akan melepaskan 'aksi eksotis' itu jika kau tidak segera menegurku, ahhh— benar-benar sensasi yang berbeda dan entah apa yang akan terjadi setelahnya jika kau membiarkan saja kami melakukan french kiss." Yoochun tersenyum kemudian meregangkan otot-otonya.

Yunho memandang risih ke arah pria cassanova yang duduk disampingnya. Pandangan jijik, koreksinya.

Sensasi lain, tuturnya dalam hati. Memikirkan bagaimana cara Yoochun menyampaikan kepadanya tentang 'sensasi lain' dengan begitu seriusnya, bahkan kemampuan Yunho untuk membaca mimik seseorang mengalami kesulitan saat tidak menemukan semacam kebohongan di setiap kata yang diucapkan Yoochun. "Aku menikmatinya, kau tahu? Aku merasakan sensasi yang lain saat..." kata-kata Yoochun terngiang beberapa kali di pikirannya.

"Jung Yunho? Apa kau tahu apa yang dimaksud dengan..."

Shit!

x

Yoochun mendesah pelan saat ia selesai menceritakan apa saja yang ia bicarakan dengan Yunho, sambil memandang ke arah teman dan pacarnya secara bergantian. Berusaha membaca apa yang mereka pikirkan, saat ini. Bingung? Mungkin saja, pikirnya.

Yoochun kembali meraih garpunya."Ekspresinya sulit kutebak saat aku menceritakan semua itu secara detail dan bahkan ya— berlebihan kurasa." ujar Yoochun. "Oke! I've done. Aku ingin makan. Berani bertaruh kalian berdua pasti mendengarkan perutku berbunyi dua sampai tiga kali." Yoochun tersenyum dan mengambil cheese burger pesanannya. Junsu mendengus mendengarnya, tapi ia tidak membalas komentar pacarnya yang menanyakan bahwa perut nya berbunyi –ia bisa mendengarnya beberapa menit yang lalu– dan merasa kasihan juga kepada pria berwajah 'menyenangkan' itu dengan pipi nya yang chubby. Junsu tersenyum diam-diam.

Apa yang dilakukan Jaejoong?

'Apa sebenarnya yang di pikirkan Yunho saat mendengar penuturan Yoochun?' tanyanya dalam hati berusaha menemukan jawaban yang tepat,

PENASARAN , lanjutnya. Sesaat arah pandangannya teralih kearah pintu masuk kafetaria. Pria yang sedang dipikirkannya sedang berdiri tepat beberapa meter darinya.

"Yunho" gumamnya pelan.

...To Be Continue...

So?

Aku nemu Fic ini dan bersarang di Laptop-ku daripada jamuran dan enggak keurus mending aku upload lagi –dan bergelut lagi dengan project Fic Multichapter yang berbeda– dan moga FFn berbaik hati untuk enggak mengadakan 'razia' lagi terhadap FF-ku. Aamiin.

So?

Lanjut atau stop disini? –dan nunggu FFn mengadakan razia dan mentok di Chapter 1? –

Readers? Would you leave me some review to keep my spirits on ? :p

.

With Love

.BerRy.

_AKTF_