Halo minna kuro-chan balik lagi nih dengan skuel of Romance in Violin. Dan di sini pairingnya adalah Grimmjow, karena saya pikir si **** itu mirip dengan Grimmy :D dan ini juga adalah true story both me and him *halah sok inggris. Untuk genre tetap angst, :D kayaknya otak saya terkontaminasi dengan apa yang namanya angst ya, XDDDD. Ok, tidak usah banyak basa-basi, langsung saja, :D happy reading XD

Oh ya, setting di sini beda dengan romance in violin, kalau di sini seperti aslinya yaitu waktu masih ada di kelas 3 smp, :D

Contact me at:

-fb: Tsukanami Glory/shikuromi_rouichi & Alvira GazeRock Jeagerjaques/nami_pallefi

-twitter: chizuru boulevard/ izuru_chan

BLEACH©Kubo Tite

Dareka no tame ni © kurokurokarasu~chan

Summary: untuk dirimu yang kucintai dan untuk dirimu yang ingin kulindungi, sapphire yang tenggelam dalam senja

=o0o=

Untuk dirimu yang kucintai

Untuk dirimu yang ingin kulindungi

sapphire yang tenggelam dalam senja

SMP KARAKURA

Pagi itu tampak riuh seperti biasanya, dengan siswa siswi yang berlalu lalang di hadapan sosok dengan rambut sebatas bahu yang diikat dan irisnya yang violet, Rukia Kuchiki. Sosok itu tengah berjalan melawan arus manusia di sekitarnya. Di sampingnya nampak sosok pria yang tingginya menjulang dengan rambut merah nanasnya dan tato di dahinya, renji abarai.

"Oh ya Sakura, aku sekelas denganmu lagi ya?" Tanya Renji sembari menghindari tabrakan bahu dengan orang-orang yang berjalan berlawanan arah dengannya.

"Kemarin aku di beri tau Ino sih begitu, di kelas 3-F." Jawab Rukia.

Rukia dan Renji menyusuri jalan sempit yang banyak siswa dan siswi yang berlalu-lalang, kemudian mengambil belokan di sebelah kirinya, terus melewati perpustakaan, ruang multimedia, lab, baru kemudian ada tulisan 3-A. Rukia dan Renji berjalan lurus hingga mereka menemukan tulisan kelas mereka yaitu 3-F. Renji membuka pintu kelasnya dan mendapati suasana yang lebih riuh di dalamnya.

"Oh, sial. Kenapa aku tak pernah mendapatkan kelas yang lebih normal?" Rutuk Rukia. Mengingat Rukia saat kelas 1 SMP dia berada di kelas 1-F, kelasnya di cap sebagai kelas yang paling buruk dan negatif, lalu saat kelas 2 dia berada di kelas 2-B kelas menduduki kelas negatif nomor dua tapi masih mending karna dulu kelasnya berisi orang-orang yang pintar, dan sekarang dia berada di kelas 3-F, dia banyak mendapati teman-teman pembuat onar kelas kakap yang dulu berada di kelas 1-F.

"Lho Rukia? Kamu di kelas ini juga?" tanya seorang cewek dari belakangnya.

Rukia menoleh dan mendapati sosok gadis dengan paras lembut bernama Chizuru. "Chizuru!" Katanya Semangat. "Iya! Aku juga di kelas ini!" Tambahnya dengan girang. Chizuru dan Rukia pernah jadi teman sebangku saat kelas 1 dulu dan mereka sangat akrab. Yah sebenarnya Rukia akrab dengan siapa saja sih.

"Kita duduk sebangku lagi ya Rukia, ha ha ha ha." Chizuru tertawa.

"Iya, inilah takdir, kita memang jodoh ya ha ha ha." Rukia ikutan Chizuru tertawa.

Tanpa kusadari, ada angin yang akan segera datang setelah ini. Angin itu begitu kuat, hingga mampu menggeser sebuah eksistensi yang telah lama terpaku di dalam violet. Angin yang menyerap violet ke dalamnya.

"Hoi minggir! Jangan hanya berdiri di depan pintu dong. Aku mau lewat." Kata seseorang dengan suara maskulin yang sedikit serak dan asing di telinga Rukia.

"Ah, maaf." Kata Rukia kemudian dia buru-buru menyingkir dari tempatnya semula berdiri.

"Hn," Jawab Cowok itu dengan dingin, sinis, dan cuek tanpan mengubah mimik wajahnya yang dingin dan mengintimidasi itu.

Rukia menatap sosok sinis yang berjalan menjauh darinya. Sosok itu, tegap, tinggi besar dengan rambutnya dan matanya yang berwarna sapphire itu. "Hah, mengerikan sekali orang itu." Tambah Rukia yang melihat gaya berjalan penuda sapphire itu yang seperti preman.

Itulah, saat aku pertama bertemu dengan dirimu yang sebiru langit, yang sebelum saat itu tak pernah kukenal, ataupun melihat sosoknya. Aku tak menyadari eksistensinya hingga saat nanti itu tiba. Kami dipermainkan oleh takdir yang membuat jalan ini nampak simpang siur. Pernahkah kau mendengar kalimat 'dunia tak pernah baik pada siapapun' mungkin saat ini aku belum benar-benar paham tentang arti sebenarnya kalimat itu. 'dunia tak pernah baik dengan siapapun'

Karena Rukia datang terlambat dia mendapatkan bangku paling belakang, selain itu Rukia lega karena walaupun dia tak sekelas lagi dengan Tatsuki yang kini berada di kelas 3-D, Isane yang kini berada di kelas 3-B, ataupun soi-fon yang kini berada di kelas 3-C, dia bisa sekelas dengan Chizuru, Renji dan ikaku.

"Hoaamm!" Rukia merasa mengantuk kemudian menelungkupkan kepalanya di atas meja.

"Kau mengantuk Rukia?" Tanya Chizuru yang duduk di sampingnya.

"Hmm, iya, semalam aku susah tidur." Rukia mendongakkan sedikit kepalanya.

Dan sekali lagi dia melihat sapphire di mata Violetnya. Sosok sinis, dingin dan angkuh yang sebiru langit. Sapphire dan violetnya bertemu, sungguh itu mata yang indah hingga ia lupa untuk sekedar memalingkan wajahnya ataupun memejamkan matanya dan malah saling menatap pemuda sapphire yang Rukia sendiri tak tau apapun tentangnya saat itu. Seolah Rukia baru tersadar akan objek indah yang baru dipandangnya dia buru-buru memalingkan wajahnya. Wajahnya sedikit merona karena kepergok seperti pencuri. 'ah sial! Apa yang barusan kulakukan, nanti dia pikir aku suka padanya!' Umpat Rukia dalam Hatinya. 'Tapi, sapphire itu memang sangat indah.' Pikir Rukia.

"Chizuru, aku mau tanya." Kata Rukia.

"Tanya apa Rukia?" Tanya Chizuru dengan nada lembutnya.

"Kau tau cowok yang duduk di samping Kokuto?" Tanya Rukia.

"Oh, dia. Tau memang kenapa? Kamu suka dia ya?" Tanya Chizuru menggoda.

"Tidak! Tidak mungkin! Dia itu menyeramkan sekali kau tau!" Rukia menolak dia disebut menyukai laki-laki sapphire itu.

"Namanya Grimmjow Jeagerjaques." Kata Chizuru.

Itulah namanya, itulah nama sapphire yang indah, Grimmjow jeagerjaques. Tapi Rukia, walau kau berkata tidak mungkin kau takkan pernah bisa lari karena kau telah terjerat dalam babak pertama pembuka dari permainan yang dimainkan oleh sang takdir.

==o0o==

Sosoknya seperti angin

Yang menerbangkan segalanya

Yang membuka kelopak-kelopak yang tertutup

Sapphire dan violet

Apa yang telah kau lakukan ini adalah bentuk dari sebuah pengelakkan benar'kan? Sapphire itu indah dan tajam, terkadang nampak mengintimidasi abstraksi dihadapanya. Kau tertarik pada sapphire itu, sapphire yang tajam, mengintimidasi, benar kan? Kau mengelak dari dirimu sendiri, kau mengelak dari perasaanmu, dau mendustai dirimu dan perasaanmu. Seperti kau memikirkan logika dari sebuah kenyataan di mana sapphire itu memulai membuatmu merasa tertarik olehnya. Tapi itu bukanlah sesuatu yang bisa dilogikakan. Ini menyangkut tentang refleks dari persepsi dengan kenyataan yang ada.

"Hah.. Rotasi tempat duduk ya." Rukia medengus sebal.

"Ha ha ha ha, kita depat tempat duduk nomor dua. Ini masih mending'kan." Hibur Chizuru.

"Iya sih.." Kata Rukia. Dia kembali menelungkupkan kepalanya ke atas meja, sepertinya itu menjadi kebiasaan barunya jika tidak ada kerjaan atau sedang mengantuk.

"Hoi! Tanganmu mengganggu. Singkirkan sana." Kata seseorang dengan nada yang terasa pernah di dengar oleh Rukia.

Rukia merasa pernah mendengarnya tapi dia mengacuhkannya karena mood nya sedang jelek hari ini, dan perkataan laki-laki itu barusan benar-benar menyebalkan baginya. "Hah! Apa sih! Kalau mau duduk ya duduk saja! Repot amat sih!" Suara Rukia meninggi. Dia mendongakkan kepalanya untuk melihat sosok yang tampaknya suka semaunya sendiri. Namun dirinya malah terpaku.

Sapphire dan violet bertemu lagi. Violetnya menatap sapphire milik pemuda bernama Grimmjow jeagerjaques. Dia terkejut mendapati sosok sapphire itu dihadapannya, karena biasanya sosok itu terlihat di samping sebelah kirinya. Karena rotasi tempat duduk mengharuskan si sapphire duduk di bangku yang berada di depan Rukia.

"Grimm.." Gumam Rukia sangat pelan sehingga mungkin tak ada yang bisa menengarnya mengucapkan itu.

"Tanganmu!" Kata Grimmjow sekali lagi dengan nada yang agak meninggi.

Rukia yang lagi-lagi seolah tersadar dari dunia lain yang baru di jelajahinya secara tak sadar merasa gugup dalam hatinya. "Huh, biasa saja kenapa? Dan bisa agak lembut sedikit kan." Kata Rukia, ucapanya itu hanya refleks. Kemudian Rukia menarik tangannya.

"Hn" Jawab Grimmjow dengan nada yang tak memeiliki intonasi tapi terkesan sinis dan dingin. Dia melemparkan tasnya dengan malas ke bangku yang akan menjadi tempat duduknya untuk sementara. "Sial, aku dapat tempat jelek." Umpatnya pelan.

Rukia yang sedang tertelungkup di mejanya mendengar itu dan tertawa kecil. 'hi hi, rasain dasar manusia tanpa ekspresi' Rukia cekikikan.

Haaa, takdir itu memang kejam ya? Sampai kapan takdir akan terus bersikap kejam seperti ini? Memangnya siapa yang tau? Mungkin saat eksistensi kita terhapus dari daftar yang ada di dunia ini atau saat kita kalah dalam seleksi yang dilakukan oleh alam. Apakah walau setelah itu nanti takdir akan terus berputar?

"Jam pertama olahraga ya!" Rukia semangat.

"Kenapa semangat gitu Rukia?" Chizuru menghela nafas.

"Ini kan jam olahraga Hian, aku sangat suka mapel ini lho. Kau juga tau kan." Rukia menarik Chizuru ke ruang ganti. Mustahil mereka berganti pakaian di dalam kelas. Karena sekolah yang mereka tempati ini bukanlah sekolah khusus putri, jadi kalau saat seperti ini kelas akan di kuasai oleh kaum adam.

"Eh Chizuru, Grimmjow tuh aneh sekali ya." Kata Rukia.

"Aneh? Aneh Bagaimana?" Tanya Chizuru bingung, karena dari apa yang dia tau, dari dulu Grimmjow memang seperti itu.

"Iya, aneh saja menurutku. Dingin sekali sikapnya itu, gak ada lembut-lembut nya. Kayak gak punya aura kehidupan gitu lho menurutku. Apa mungkin dia mayat hidup ya?" Tanya Rukia sembari memakai kaus olahraganya yang berwarna ungu pucat dengan corak hitam di pundaknya.

"Tapi bukannya dari dulu dia memang sudah begitu ya? Memangnya kamu nggak tau?" Tanya Chizuru heran.

"Nggak tau sih. Semenjak aku sekolah di sini jujur saja aku baru bertemu denganya, yah, mungkin sebelumnya aku sudah pernah ketemu sih, tapi mungkin saat itu aku tidak sadar kalau dia ada." Rukia menampilkan cengiran khas-nya.

"Itu karena kamu terlalu fokus sama tabu-dono, sehingga matamu tertutup kalau melihat laki-laki lain." Goda Chizuru. Yang Chizuru maksud dengan Tabu-dono (tuan terlarang) itu adalah Toushirou. Rukia enggan mendengar ataupun menyebut nama Toushirou, makanya dia menggunakan istilah Tabu-dono.

"Sudahlah Chizuru, ini gak ada hubungannya dengan si Tabu itu kan." Rukia cemberut.

"Iya iya. Ha ha ha ha. Ayo keluar." Chizuru membuka pintu ruang ganti dan bergegas menuju ke kelas mereka, kelas 3-F. Bahkan sebelum sampai di ruang kelasnya, mereka bisa mendengar suara gaduh walaupun pintu dan jendela di kelasnya di tutup. Benar-benar kelas yang abnormal.

Dengan malas Rukia membuka pintu kelasnya, namun entah karena apa Rukia kembali menutup pintu itu secepat kilat. Dari mimik wajahnya dia tampak seperti baru saja melihat fenomena aneh yang langka. Wajahnya pun kini semerah kepiting rebus yang baru matang karena kepalanya yang berasap.

"Kenapa Rukia?" Tanya Chizuru.

"Ah, itu,.. anu.." Rukia gelagapan, susah menjelaskannya. "Itu..di..di dalam,..masih ada yang belum pakai kaus.." Kata Rukia terbata.

"Oh, kenapa gugup sampai seperti itu?" Tanya Chizuru.

"He? Itu..itu kan..memalukan.." Jawab Rukia tertunduk.

"Sudahlah ayo masuk saja, pasti mereka nanti sudah pakai baju double, lagi pula di dalam pasti juga sudah ada cewek nya. Dan kamu gak suka kan terlambat kalau jam olah raga." Chizuru membujuk Rukia.

"Ta..tapi Chizuru, itu.." Sebelum Rukia selesai berbicara Chizuru menariknya masuk ke dalam kelas.

Wajah Rukia semakin memerah seperti kepiting rebus yang gosong. Dia tidak terbiasa dengan melihat keadaan seperti itu, makannya dia lebih memilih untuk memejamkan matanya. Dan yang tadi membuatnya gugup adalah sosok sapphire, Grimmjow Jeagerjaques yang dengan pede nya bertelanjang dada di depan pintu masuk sembari memainkan ponselnya dan dengan baju olahraga ungu pucatnya yang tersampir berantakan di pundak kirinya. 'Apa Grimmjow gak punya malu ya? Apa urat malu-nya sudah putus atau hilang ya? Dia membuang urat malu-nya ke mana sih? Sudah tau tempat duduknya di depan pintu masuk, kenapa dia malah bertelanjang dada begitu di depan pintu masuk! Dasar mayat Hidup!" Pikir Rukia.

Sambil berlari-lari kecil Rukia dan Chizuru menuju ke lapangan sekolah yang berada di belakang. Sekolah Rukia mempunyai 3 lapangan, yaitu halaman depan yang terkadang di pakai upacara atau olahraga, lalu 2 lapangan di belakang, 1 lapangan basket tapi dipakai sepak bola pun bisa, lalu lapangan kasti.

"Baiklah, sekarang pemanasan lalu putar lapangan 7 kali. Setelah itu yang cewek main basket dan yang cowok main futsal." Guru olahraga meniupkan peluit yang tergantung di dada nya. Terdengar riuh dari murid cowok yang senang karena mereka akan main futsal.

"Hai Sensei!" Jawab murid-murid dengan serempak.

Seperti cahaya putih yang terbiaskan oleh mentari, kau terlihat seperti permata yang berkilauan. Sebelumnya walau aku menyadari langit itu di mata sapphire mu, aku tak pernah melihatnya muncul. Aku hanya melihat itu di matamu yang terdalam, langit biru yang indah.

"Huah! Segarnya!" Rukia beristirahat dan duduk di samping Chizuru yang sejak tadi sudah beristirahat. Rukia meluruskan kaki-kakinya agar tak timbul varises di kakinya.

"Heran aku, kau betah sekali ada di lapangan." Kata Chizuru.

"Ha ha ha, entahlah Chizuru, aku juga bingung dengan diriku sendiri." Rukia tertawa. Kemudian dia melihat lapangan yang nampaknya mulai agak memanas seiring bertambah tingginya matahari pagi itu. Dan sekali lagi, dia melihat sapphire itu di sana. Entahlah, Rukia senang melihat warna itu. Warna yang menyenangkan baginya. Tapi kalau sampai kepergok ketika sedang melihatnya rasanya seperti pencuri yang tertangkap basah, rasanya itu adalah warna yang mematikan.

Dan kali ini Rukia benar-benar tak bisa melepaskan pandangannya dari Sapphire yang tengah berlari di lapangan dengan semangat. Bahkan Rukia hampir lupa mengedipkan matanya. 'Oh, sapphire itu sungguh indah' pikirnya, terlebih melihatnya tertawa seperti itu di lapangan. Dia menjadi dirinya sendiri, Rukia bisa melihat itu di matanya. Rukia bisa melihat langit biru yang menyenangkan pada dirinya saat ini. Dan jujur, baru kali ini.. Rukia melihatnya tertawa seperti itu. Lepas, bebas, berbeda dengan dirinya yang sinis, dingin, dan terkadang mengintimidasi itu, kini dirinya terlihat sangat indah.

Kami-sama, kalau boleh kukatakan dengan jujur, aku seperti tersedot kedalam sorot matanya setiap kali menatapnya. Aku merasa aku tak boleh merasa seperti ini, tapi entah kenapa, seperti walau aku sudah menetapkan sebuah pilihan, aku tak dapat menjalani pilihan itu. Walau tak boleh merasakan sesuatu seperti ini, tapi ini membuatku berdebar, ini menyenangkan dan seperti menghangatkan hatiku. Terasa damai,...

Rukia bisa merasakan wajahnya yang memanas kala melihat senyum Grimmjow yang seperti itu. Dia ingin terus melihat senyumannya yang seperti itu, itu menenangkan dan menyenangkan baginya. Rukia ingat sensasi yang seperti ini, dia ingat perasaan yang seperti ini, ini sama..sama dengan saat pertama kali dia menyadari perasaan cintanya pada Toushirou. Dan kini dia bertanya,..

'Kami-sama, mungkinkah aku..menyukai nya?'

Rukia masih termenung dengan pertanyaan yang baru saja di pikirkannya, dia memang belum merasa yakin 100% tapi, rasanya hampir seperti ini. Dia bahkan masih tak percaya pada apa yang baru saja di tanyakan oleh hatinya secara tanpa sadar 'Kami-sama, mungkinkah aku..menyukai nya?' Pikir Rukia sambil terus menatap si sapphire. 'tapi, belum bisa disimpulkan begitu kan,..ini Cuma..Cuma..'

"Wuah, lihat Grimmjow keren sekali!" Pekik seseorang dengan agak berbisik di sebelah Rukia.

Rukia menoleh dan mendapati cewek manis bernama Hian yang sedang membicarakan Grimmjow.

"Seandainya aku jadi pacarnya.." Gadis bernama Hian itu mengkhayal.

Setelah mengatakan itu teman-teman yang ada di sekelilingnya memberinya semangat untuk pantang mundur. Dan dari sanalah Rukia menyimpulkan jika Grimmjow itu adalah cowok yang tergolong populer di sekolahnya. Tapi kok Rukia baru tau Grimmjow baru-baru ini ya? Jangan-jangan dia yang tidak waras. 'Ah, kurasa ini Cuma soal personality.'

"Tapi dia itu dingin sekali kan. Apa Grimmjow pernah bicara denganmu setelah Grimmjow tau kau suka padanya?" Tanya seseorang yang duduk di sebelah kanan Hian.

"Ha ha ha, aneh memang, tapi dia tidak pernah bicara denganku stelah itu. Aku jadi menyesal membiarkannya mengetahui perasaanku. Mungkin aku dibenci olehnya.." Hian tertawa memaksa.

'tidak pernah bicara setelah itu dan di benci olehnya?' pikir Rukia. 'bukankah itu sama saja dengan toushirou waktu itu?' tanya Rukia dalam hati,'jadi,..dia..sama saja seperti itu?' tiba-tiba Rukia teringat kajadian dengan Toushirou saat di mana Hinamori membeberkan perasaanya di depan kelas saat itu. Rasa perih kembali menjalar di tubuhnya, menusuk tiap cm ruang hatinya, melepaskan kenangan yang tersegel. Semua berhamburan.

'Tidak,..aku tak ingin menyukainya,atau menyukai siapapun..aku tak ingin merasakan semua itu lagi..cinta itu..Cuma sampah yang menimbulkan penderitaan..aku tak ingin..seperti itu lagi...' Rukia merasa kontras dalam hatinya tampak makin nyata. 'kumohon izinkan aku memilih untuk tak menyukainya,..aku takut..untuk menyukainya..aku takut..kami-sama..kumohon padamu.' Rukia memohon dalam hati.

Kenapa kau menjadi terlalu naif Rukia? Semuanya sama saja di matamu, kau berkata dia berbeda, tapi bukankah itu sama seperti sebuah sugesti yang kau tujukan untuk dirimu sendiri? Apa yang kau yakini itulah, yang menjerumuskanmu. Masa lalu mu masih mengikatmu, kau terlalu menyayangi orang-orang di sekelilingmu. Pernahkah kau sadar, kau hancur karenanya? Karena kenyataan mengatakan kau menyukainya, Grimmjow Jeagerjaques dan cinta itu,.. sampai kapanpun..kau takkan bisa memilihnya.

'Kami-sama..aku takut untuk menyukainya'

==o0o==

Senja yang merah

Semerah darah yang jatuh

Untuk dirimu yang kucintai

Untuk dirimu yang ingin kulindungi

"Rukia, ajari aku bikin PR bahasa inggris dong." Kata Inoue.

"Boleh, mana PR mu Hime?" Tanya Rukia sembari memiringkan kepalanya, mencari letak buku bahasa inggris Inoue.

"Ah itu masih di rumah. Ayo kita kerjakan di rumahku saja ya, please Rukia.." Inoue memasang wajah andalanya saat meminta tolong pada Rukia, wajah clumsy.

Rukia hendak protes ke Inoue karena dia tak membawa buku bahasa inggris nya. Namun dia juga adalah orang yang benar-benar tak tega, terlebih saat Inoue memasang wajah seperti itu, makin tak bisa menolaklah Rukia. Dan akhirnya Rukia menjawabnya denga helaan nafas, "Haah~ baiklah..."

Karena Rumah Rukia dan Inoue yang juga sepupu ini berdekatan satu sama lain, jadi tak perlu memakan banyak energi atau waktu untuk tiba di rumah Inoue yang berada di depan Rumah Rukia.

"Ini.." Inoue menunjukan halaman yang menjadi PR nya.

"Hmm,.." Rukia membacanya sebantar. "Ini spoof kan, kamu Cuma perlu menceritakan pengalaman lucu mu." Kata Rukia.

"Pengalaman lucu.." Inoue terlihat berfikir sejenak. "Pengalaman apa ya... oh aku ada! Waktu kaus kakiku hilang!"

"Hmm,.. buatlah yang pendek saja kalau tak mau kerepotan besok." Kata Rukia menasehati.

"Hmm, Rukia,..kau belum cerita soal kelas barumu." Kata Inoue sambil menyiapkan kertas folio untuk menulis tugasnya.

"Kelas baru yang mana?" Tanya Rukia.

"Tentu saja kelas 3-F ini." Inoue semangat. Dia selalu ingin mendengar ceritaku mengenai kelas baruku , dan dia nanti akan menceritakan kelasnya pada Rukia walau Rukia tak begitu memperdulikannya. "Adakah orang-orang yang menarik?" Tanya Inoue.

"Orang menarik?" Rukia nampak berfikir sejenak. "Ada, namanya Grimmjow Jeagerjaques." Kata Rukia spontan. Dia juga tak mengerti kenapa dia mengatakan itu, karena pikirannya di penuhi oleh Grimmjow. Saat tadi Inoue bertanya Cuma ada sosok itu di kepalanya. Rukia seolah tak mengenal orang lain di kelasnya, Cuma Grimmjow yang ada dalam bayangannya.

"Grimmjow? Seperti apa orangnya?" Tanya Inoue.

"Dingin seperti mayat hidup." Kata Rukia. Ya dia seperti orang yang tak memiliki kehidupan saat aku pertama kali melihatnya. Pandangan matanya yang mengintimidasi itu selalu terarah lurus ke depan, seolah tak memperdulikan abstraksi manusia di sekelilingnya, seolah semua itu tak ada baginya, seolah semua manusia itu Cuma abstraksi semu.

"Hmm, berarti dia orang yang misterius ya..." Kata Inoue.

'misterius eh?' tanya Rukia dalam hati. Tapi kurasa bukan soal misterius, aku tak pernah memikirkan soal itu. Yang kulihat adalah sorot matanya yang seolah menarikku itu,..

"Aah, aku jadi penasaran.." Kata Inoue.

"Kau sudah punya pacar lho Hime." Rukia mengingatkan status Inoue yang telah menjadi milik seorang laki-laki bernama syazzel apolo.

"Hah, iya aku tau, tapi tak ada salahnya kan aku penasaran."Inoue cekikikan. "Ngomong-ngomong kau punya nomor hp nya tidak?" Tanya Inoue.

"Ada, mau apa? Aku gak mau lho di cap sebagai orang yang suka nyebarin nomor Hp." Rukia menatap Inoue dengan pandangan menyelidik.

"Ha ha ha, tidak akan kok. Aku Cuma pengen tau saja. Lagi pula kan aku sudah punya pacar." Kata Inoue. "Dan kamu kan jarang punya pulsa jadi bisa pakai ponsel ku nanti." Inoue menawarkan.

"Hmm, baiklah, tapi benar lho ya.. janji lho." Rukia mengluarkan ponselnya dengan agak ragu. Entahlah rasanya dia tak ingin memberikan nomor ponsel itu pada Inoue, ada bagian dari dirinya yang menolak untuk memberikan nomor ponsel Grimmjow yang di dapatnya langsung dari sang pemilik, Grimmjow jeagerjaques. 'apa dia akan merebutnya?' tanya Rukia dalam hati.

"Deg!" Jantung Rukia berdetak. 'me..rebut?' pikir Rukia dalam hati. Dia berkata seolah Grimmjow itu adalah harta baginya. 'apa yang baru saja kutanyakan itu? Merebut? Aku tidak menyukainya! Aku tak ingin menyukainya! Aku tak ingin terikat padanya!'

"Tenanglah, aku kan sepupumu. Mana mungkin aku mengkhianati mu." Inoue mengedipkan sebalah matanya. Rasanya seperi benar-benar tak rela. Tapi Inoue sudah punya pacar kan. Jadi seharusnya tak apa-apa..

Kau memang tak mengkhianatiku,.. ini adalah salahku..yang menyebabkan diriku sakit hingga seperti ini,.. seperti ribuan jarum yang menusuk ke hatiku yang perlahan mulai hangat karenanya dan menjadi dingin kembali,..semua ini..adalah salahku...sejak awal ini salahku...

Selalu menjadi orang yang enggan mengakui resiko. Kau seperti itu kan? Demi orang yang ada dalam lingkaranmu, kau membuang ego, resiko, dan menanggungnya sendirian setelahnya. Kelemahanmu adalah orang-orang yang kau sayangi, benar kan Rukia?

==oo0oo==

"Baiklah untuk kelompok memasak kita bagi ya, 1 kelompok 4 orang, bisa pilih sendiri, dengan syarat harus ada cowok dan cewek, tidak boleh cewek semua atau cowok semua." Tedengar Suara lembut dari guru memasak Unohana-sensei.

"Hai! Sensei!" Jawab semua murid dengan serempak.

Kelas mulai agak gaduh karena pencarian kelompok, beberapa anak berjalan ke sana ke mari untuk mencari kelompok yang akan di tempati ataupun anggota kelompok yang akan menjadi partner mereka.

"Hoi, kita sekelompok." Kata seseorang dengan ketus, sehingga penawaran itu lebih nampak seperti perintah dibandingkan dengan penawaran.

Rukia mendongak dan mendapati Grimmjow tengah menatapnya, sedikit membuatnya salah tingkah tapi dia bisa menguasai diri untuk tak memperlihatkannya. "Kita berempat?" Tanya Rukia sembari menunjuk dirinya, Chizuru, Kokuto, dan Grimmjow. 'kami-sama, berikan aku kekuatan untuk menjalankan pilihanku..jangan biarkan aku menyukainya..'

"Memang siapa lagi?" Kata Grimmjow.

"Gimana Chizuru?" Tanya Rukia mencari pendapat.

"Ok." Jawab Chizuru riang.

Rukia makin merasa tak tenang. Perasaannya berkecamuk, 'aku takut..untuk menyukainya..' tapi kenyataan berkata aku telah terlanjur menyukainya. Lalu bagaimana cara untuk menepis semua ini? Ini terlalu menakutkan bagiku...

Hingga kini aku masih mentertawakan diriku sendiri pada masa itu, saat sebelum semuanya menjadi panah bunuh diri untukmu Rukia. Panah yang dengan telak akan menembus dirimu, menembus hatimu, dan meghancurkanmu perlahan. Teruslah bersandiwara walau panah itu menembusmu, menghancurkanmu.

Unohana-sensei menerangkan keperluan yang di butuhkan dalam praktik memasak tiap kelompok yang bertema kripik. Rukia mencatatnya, semua keperluan yang kira-kira akan dibutuhkan kelompoknya. Kelompoknya akan membuat kripik kentang. Tapi rukia merasa ada yang sedang mengawasinya, dan itu membuatnya merasa tak nyaman. Seperti di hujami oleh tatapan tajam, tatapan mengintimidasi. Rukia meletakkan pulpennya dan mendongak.

Sapphire itu menatapnya tajam, bahkan setelah Rukia mendongak sapphire itu tak bergerak. Menatapnya seperti akan ada ribuan jarum yang di hujamkan ke arahmu. Itu adalah tatapan yang harus di hindari, tapi...tapi..tapi..sapphire itu seolah tak mengizinkanku beranjak darinya. Aku tersedot olehnya, oleh saphhire itu..

"Oi, Rukia. Aku mau Bicara." Kata sosok Sapphire akhirnya. Tampaknya dia mulai jengah dengan adegan tatap menatap antara iris sapphirenya dan iris violet milik Rukia.

"Bicara apa? Kalau mau ngomong ya ngomong saja." Kata Rukia penasaran.

"Kau.. memberikan nomor ponsel ku ke siapa hah?" Tanya Grimmjow dengan tatapan yang menusuk Rukia. Itu tatapan yang mengerikan, benar-benar menusuk Rukia.

~To be continoued~

Yak ini adalah chap 1 dari dareka no tame ni,.. XD
maaf kalo kurang memuaskan ceritanya, karena saya yang membuat jujur saja juga kurang memuaskan, dan bahasa nya menurun, mohon maaf apabila fic ini tidak seperti Romance in Violin. -_-

Dan mohon review ya, onegai desu,.