The One I Love
Chapter 1
Promise
Perbedaan usia bukanlah halangan untuk mencintai seseorang.
Ketulusan dan kesabaranlah kata kunci ujian cinta.
Akankah janji delapan tahun itu membuktikan kata kunci ujian cinta itu ?
-SasufemNaru-
Disclaimer : Naruto belongs to Mashashi Kishimoto
Warning : OOC, Typo, gender bender, youngSasu.
Genre : Romance, drama, friendship, family
Chara : SasufemNaru
Happy reading !
"Aku menyukaimu"
Semilir angin menjelang senja berhembus ringan membuat helaian rambut mereka bergoyang ringan. Masih tak menyangka sosok pemuda didepannya mengungkapkan perasaan padanya.
"Kau- Apa ?" Pemuda itu menatap lekat gadis didepannya untuk membuktikan ucapannya barusan.
"Aku menyukaimu, Dobe" ulang pemuda itu menatap gadis itu serius.
Berusaha mengumpulkan kesadarannya kembali, gadis itu menatap pemuda didepannya, mencari sebuah kebohongan dan semacamnya dari iris malam itu, namun yang dilihatnya adalah sebuah keyakinan dan keteguhan. Sejenak gadis itu mengambil napas dengan memejamkan mata bak langitnya, mencari kata yang tepat untuk membalas pernyataannya.
"Sasuke dengar, bukan maksudku untuk menyakiti perasaanmu tapi kau masih..." menghela napas sejenak sebelum meneruskan ucapannya.
"Berapa usiamu sekarang ?"
"14 tahun" jawab pemuda bernama Sasuke itu datar.
"Dan aku 19 tahun. Kita terpaut usia lima tahun, kau paham maksudku?"
"Lalu apa masalahnya dengan usia kita ? Apa yang salah dengan aku yang menyukaimu yang lebih tua dariku ?" Sasuke menuntut jawaban.
Naruto, nama gadis itu kembali memejamkan mata dan mencari jawaban yang tepat untuk Sasuke. Kelopak yang menyembunyikan iris langitnya kembali terbuka menatap iris malam didepannya yang sedari tadi tak mengalihkan pandangan darinya. Kedua tangannya terulur meraih pundak pemuda yang lebih pendek darinya.
"Dengar Sasuke, kau masih kecil, masih harus sekolah dan masih harus membanggakan orangtuamu. Belum saatnya untukmu memikirkan hal-hal semacam ini, belajarlah yang rajin dan jika saatnya tiba kau pasti akan mendapat wanita yang baik untukmu. Dan jika sampai saat itu kau masih memiliki perasaan yang sama padaku, datang dan jemputlah aku" ujar gadis 19 tahun itu dengan senyum tulus diwajah cantiknya.
"Jadi apa kau mau menungguku hingga saat itu tiba ?"
"Yaaa, jika kau masih menyukaiku dan aku belum memiliki pasangan dan juga kau tidak terlalu lama membuatku menunggu" ujarnya seraya mendudukkan diri di bangku taman dibelakang mereka.
"Baiklah, 10 tahun bagaimana ?" tawar pemuda yang kini duduk disampingnya.
"Kau gila ? 10 tahun ? hah~ aku benar-benar menjadi perawan tua jika menunggumu 10 tahun lagi." ujarnya dengan nada bercanda.
Mereka terdiam cukup lama, masih tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing. Tanpa menoleh Naruto menyibak keheningan diantara mereka.
"Delapan tahun" Sasuke menoleh kesamping kanannya melihat gadis yang dia sukai menengguk minuman kalengnya.
"Delapan tahun apa itu cukup ?" ulang gadis yang berstatus mahasiswi semester empat itu seraya menolehkan wajahnya pada pemuda itu.
"Tentu saja" sahutnya datar namun tersirat kebahagian didalamnya.
Namikaze Naruto, mahasiswi Ekonomi semester empat Konoha university yang baru dikenalnya satu bulan yang lalu. Seseorang yang telah menarik bungsu Uchiha untuk selalu memperhatikannya dan memikirkannya. Pertemuan pertama mereka di perpustakaan kota saat Sasuke harus mengerjakan tugas makalahnya yang dikejar deadline. Disitulah Sasuke melihat sosok gadis yang mampu menarik perhatiannya dalam sekali lihat, saat itu Sasuke hanya bisa memandang gadis pirang itu dari jauh. Yang Sasuke tahu gadis itu akan selalu keperpustakaan kota setiap akhir pekan, lebih dari satu bulan Sasuke memperhatikan gadis itu tanpa mampu mendekatinya. Hingga suatu saat gadis itu membantunya mengambil sebuah buku dirak yang cukup tinggi dan itulah kali pertama Sasuke mendengar suaranya dan juga senyum manisnya yang hanya ditujukan padanya. Dan satu bulan yang lalu mereka resmi berkenalan dan selalu bertemu akhir pekan di perpustakaan kota.
"Kau serius ?" tanya gadis berambut pirang pucat yang dijawab anggukan dari gadis pirang cerah.
"Bocah itu menembakmu? Lalu apa jawabanmu ?"
"Serius Ino. Tentu saja aku menolaknya" sahut gadis pirang cerah a.k.a Naruto.
"Hah~ kupikir kau menerimanya" kata sahabatnya a.k.a Yamanaka Ino lega.
"Apa kau sudah gila ? Dia masih bocah Ino, walau dia mengatakan usia tak masalah untuknya. Tapi tetap saja dia masih bocah"
"Ku akui dia memang tampan, tapi sayangnya dia masih bocah. Coba saja dia seumuran dengan kita, aku pasti sudah jatuh cinta padanya" Naruto hanya mendengus mendengar ucapan sahabat yang telah dianggap kakaknya itu, karena usia mereka yang terpaut satu tahun.
"Ne, Naru-chan kenapa kau selalu menolak semua laki-laki yang mengungkapkan perasaannya padamu ? Padahal mereka semua bisa dikategorikan tampan dan kaya, contohnya saja Sabaqu Gaara, senpai kita di senior high. Kemudian artis tampan Hyuuga Neji yang sekarang jadi senpai kita diuniversitas. Sebenarnya apa yang kau cari dan seperti apa yang kau cari?" Naruto hanya menggeleng sambil meminum jusnya, sekarang mereka berada dikafetaria kampus.
"Aku hanya ingin fokus pada pendidikanku, aku hanya ingin membuat mendiang orangtuaku bangga dengan apa yang kucapai nanti" jawabnya dengan tatapan sendunya.
Ino menghela napas mendengar jawaban yang selalu sama setiap dia menanyakan hal itu pada sahabatnya itu. Gadis satu tahun diatas Naruto itu meraih satu tangan Naruto dan tersenyum tulus untuk sahabat sekaligus adiknya itu.
"Mereka pasti bangga memilikimu," Naruto ikut tersenyum tulus.
"Arigato Neesan"
Seorang bocah dengan rambut raven melawan gravitasi menatap pada laki-laki dewasa didepannya yang memandangnya dengan pandangan datar. Berbeda dengan dua orang lainnya yang menatap bocah raven itu dengan pandangan yang sulit diartikan saat mendengar pengakuan gilanya pada keluarganya.
"Tousan aku ingin menikah" benar saja semua aktivitas langsung terhenti.
"Sasuke, apa yang kau katakan sayang ?" tanya sang ibu dengan lembut.
"Jangan bercanda otouto. Aku saja belum menikah" sang kakak, Uchiha Itachi menatap adiknya tak percaya. Sedang sang kepala keluarga hanya menatap anaknya datar dalam diam.
"Kau menghamili anak orang, Sasuke ?" tanya sang ayah setelah terdiam cukup lama, Uchiha Fugaku.
"Apa ? Apa itu benar Sasuke ?" Uchiha Mikoto menatap anak bungsunya syok.
"Aku hanya bilang aku ingin menikah dan bukan berarti aku ingin menikah sekarang. Dan aku tidak menghamili siapapun." Membuat ibunya mendesah lega.
"Lalu apa maksudmu mengatakan itu Sasuke ?" tanya sang ayah menuntut.
"Aku menyukai seseorang dan aku akan menikah dengannya kelak. Itu saja yang ingin kuucapkan"
"Siapa dan seperti apa dia ? Jika dia wanita yang baik dan dari keluarga yang baik, Tousan tidak mempermasalahkannya."
"Kami tidak memepermasalahkan dia kaya atau miskin yang terpenting dia bisa menjadi istri yang baik untuk kalian kelak." Sahut Mikoto dengan senyum keibuannya.
"Arigato Tousan, Kaasan" ujar Sasuke dengan senyum tipis sebelum menuju kekamarnya. Hal itu cukup membuat Itachi tertegun sejenak.
"Sasuke tersenyum ?" lirih Itachi yang terdengar oleh ayah dan ibunya.
Akhir pekan telah tiba, pemuda berambut raven itu duduk dibangku pojok dengan sebuah buku ditangannya sejak setengah jam yang lalu. Terdengar suara kursi yang ditarik didepannya membuatnya menengadah melihat seorang gadis pirang yang mulai mendudukkan dirinya.
"Kau sudah lama ?" tanyanya setengah berbisik.
"Hn" walau belum lama mereka saling mengenal tapi entah bagaimana Naruto mengetahui makna dari setiap 'Hn' yang diucapkan pemuda lima tahun dibawahnya itu.
Mereka memang belum lama mengenal, awal mereka bertemu karena sebuah insiden –dimana seorang Uchiha Sasuke yang akan mengambil sebuah buku yang terletak lumayan tinggi tak bisa menggapainya dan ditolong oleh Naruto yang kebetulan lewat- yang memalukan bagi seorang Uchiha Sasuke.
"Mau jalan-jalan denganku ?" ajak Naruto yang sambil membaca buku yang entah apa, author juga kagak tau.
"Aku kesini untuk belajar Dobe" dengus Sasuke pelan seraya melirik Naruto yang sudah menurunkan bukunya.
"Kupikir kau kemari untuk menemuiku" jawab Naruto santai sambil mengangkat bahunya cuek.
"Itu juga sih~" gumam Sasuke pelan yang nyaris tak terdengar sedangkan Naruto yang sudah kembali membaca bukunya tersenyum tipis.
"Yaah hitung-hitung sebelum besok kau menghadapi ujian akhirmu. Lagipula beberapa minggu ini aku akan sangat sibuk dikampus"sahut Naruto yang mulai menutup bukunya. "Jadi bagaimana ?" lanjutnya lagi.
"Oke" membereskan bukunya kemudian beranjak pergi dari perpustakaan itu.
Mereka menyusuri jalanan Konoha tanpa banyak bicara sesekali mereka berhenti untuk beristirahat sambil memandang sakura yang mulai bermekaran karena ini adalah musim semi.
"Jika nilaiku jelek itu semua adalah salahmu dan kau harus bertanggung jawab" ujar Sasuke seraya menatap gadis yang tengah duduk disampingnya yang tengah meneguk minuman kalengnya.
Terkekeh pelan, "Hmm, apa yang harus kupertanggung jawabkan ? menikahimu ?" canda Naruto yang masih terkekeh pelan.
"Itu salah satunya" kali ini tawa Naruto yang terdengar bukan kekehan lagi.
"Dasar Teme ! Dengar, jika kau berhasil mendapat nilai yang bagus bahkan sempurna, kau bisa memonopoliku seharian penuh hanya untukmu. Kemanapun kau pergi aku akan menemanimu" ujar Naruto dengan senyum yang terukir diwajah cantiknya.
Sasuke masih menatap Naruto yang tersenyum padanya kemudian sebuah senyum yang lain Sasuke tunjukkan pada Naruto.
"Tentu saja. Lihat saja nanti" ucapnya dengan nada percaya diri nan angkuhnya. Naruto kembali terkekeh pelan sambil mengacak rambut hitam bocah itu.
"Hei, jangan mengacak rambutku. Aku bukan bocah" tukas Sasuke tak suka, namun tak menepis tangan itu.
"Kau memang masih bocah Teme. Lihat saja kau pendek" ejek Naruto yang dihadiahi deadglare andalan Sasuke. Sedangkan Naruto malah tertawa lepas.
"Ck, lihat saja beberapa tahun lagi, aku akan lebih tinggi darimu" ketusnya kemudian mengacak rambut Sasuke lagi dan tersenyum sendu.
"Sudah sore, ayo pulang" kata Naruto seraya bangkit dari duduknya.
Waktu terasa begitu lama untuk Sasuke, karena minggu kemarin dia tak menemukan Naruto diperpustakaan kota, tempat biasa mereka bertemu. Dan hari ini, tepat dua minggu setelah pertemuan akhir mereka ditaman kota, dia berniat menunjukkan hasil ujian akhirnya dan menagih janji gadis itu. Tak beberapa lama seorang gadis dengan balutan celana jeans belel dan sebuah baju rajut berwarna hitam panjang memasuki perpustakaan itu dan mendekati Sasuke yang sebenarnya sudah menanti kedatangannya.
"Ohayo Sasuke..." sapa gadis yang bernama Naruto ini seraya mendudukkan dirinya didepan Sasuke. Sedangkan Sasuke hanya meliriknya dan memasang raut datar andalannya (padahal didalamnya udah pengen loncat-loncat girang).
"Hn" sahut Sasuke kemudian.
"Kau marah ya ? Maaf minggu lalu aku tak bisa datang. Jadi bagaimana hasil ujianmu, hmm ?"
"Hari ini kau harus menepati janjimu, Na-ru-chan~" ujarnya seraya memperlihatakan hasil ujiannya pada gadis itu.
"Wow~ aku tak menyangka bahwa kau seorang jenius" balas Naruto sedikit menyindir sebelum menyerahkan kertas itu lagi kemudian berdiri dan merapikan bajunya.
"Baiklah, hari ini kemanapun kau pergi aku akan menemanimu, tuanku" lanjut Naruto yang membuat Sasuke menyeringai senang.
Sepanjang hari ini mereka mengunjungi tempat-tempat yang cukup menyenangkan, pameran seni, konser musik dan bioskop di konoha land. Bahkan saat Sasuke menggandeng tangannya, Naruto tak menolak. Dia hanya tersenyum maklum. Biarlah hari ini, Sasuke menjadi raja dan memonopoli Naruto untuk dirinya sendiri. Naruto tak akan protes. Karena setelah hari ini, tak akan ada yang tau apa yang akan terjadi.
Menyusuri jalan setapak yang dikelilingi sakura yang bermekaran dan tautan tangan merekapun tak terlepas sedari tadi. Naruto tersenyum dalam diam memperhatikan tautan jemari tangan mereka. Naruto menarik Sasuke kesebuah kursi yang tersedia ditaman itu.
Menatap senja hari didepan sebuah danau buatan adalah hal yang sangat menyenangkan apalagi bersama orang yang dikasihi. Sasuke menoleh kesamping kirinya, dimana gadis yang telah menaut hatinya duduk sambil menatap langit senja dengan sebuah senyum. Pandangan Sasuke terpaku. Wajah yang dihiasi tiga garis horizontal tipis dimasing-masing pipinya, mata biru bak nirwananya, hidung mungil mancungnya, bibir pink alaminya dan senyum bak malaikatnya ditambah dengan efek cahaya matahari senja membuat sosoknya benar-benar indah. Lama Sasuke memandangnya sampai tak menyadari yang ditatapnya telah berpaling menatapanya.
"Hei, kau melamun" ujar Naruto yang membuat Sasuke kembali tersadar kemudian memalingkan wajahnya menatap langit senja.
"Ya, banyak hal yang kupikirkan." Sahutnya menerawang kemudian kembali menatap Naruto yang masih menatapnya.
"Tapi semua tentangmu" lanjutnya.
Naruto tersenyum kemudian menatap senja kembali.
"Sebegitu sukakah kau padaku ? Sampai semua hal dipikiranmu tentangku ? Aku tidak tau apa yang kau pikirkan tentangku, tapi jika kau memikirkanku sebegitu dalamnya apa kau tidak takut jika pada akhirnya kau akan tersakiti, hm ?" kembali menoleh biru dan hitam kembali bertemu untuk beberapa saat.
"Tidak. Karena aku yakin kau memang untukku."jawabnya penuh keyakinan.
"Kau selalu percaya diri." Tukasnya kemudian membawa tangannya kepundak Sasuke untuk saling berhadapan.
"Dengar, kalau kau terjatuh, kau harus segera bangkit. Kalau kau kehilangan, jangan pernah putus asa. Itulah hidup, pasti ada masa-masa sulit didalamnya, tidak semua hal akan berjalan sesuai dengan yang kita inginkan. Dan kau masih harus banyak belajar akan hal itu. Jika kau tak pernah merasakan kehilangan kau tak akan pernah mengerti hakikat memiliki. Jika kau tak mengalami perpisahan kaupun tak akan mengerti hakikat pertemuan. Apapun yang akan terjadi, percayalah pada hatimu dan cari jawaban terbaiknya." Ujarnya diakhiri dengan senyum sendu.
"Apa maksudmu, Naruto ?" tanya Sasuke tak mengerti dengan apa yang diucapkan gadis didepannya ini.
"Aku sudah bilang kau harus mencari jawabannya. Kau akan mengerti nanti."
"Kau tak berniat meninggalkankukan ? Kau bilang, kau akan menungguku delapan tahun lagi, lalu kenapa kau mengatakan itu ?" Sasuke masih belum mengerti dengan jalan pikiran gadis ini.
"Hei, aku tak bilang kalau aku akan meninggalkanmu. Itu hanya sebuah... hmm~ nasehat ?" ujarnya kurang yakin dengan menautkan alisnya.
"Untuk masalah itu, aku akan menunggumu delapan tahun lagi. Tepat diusiaku ke 27 tahun. Selama itu aku tak akan menjalin kasih dengan pria lain dan selama itu kau bisa menetapkan hatimu. Jika kau menemukan wanita yang menurutmu baik dalam artian semua hal, kau bisa melupakan janji delapan tahun itu dan hiduplah bahagia. Dan jika kau masih menginginkanku, datang dan jemput aku tepat diusiaku ke 27 tahun tidak lebih dan tidak kurang. Entah kau akan datang atau tidak jika melebihi batas itu, kuanggap janji itu telah batal dan aku menjadi wanita bebas" entah sejak kapan mereka telah berdiri berhadapan saat Naruto mengungkapkan perjanjian lisannya dengan seorang bocah 14 tahun itu. Sasuke hanya diam menatap langit biru tanpa awan yang tengah memandangnya dengan tatapan yang memiliki banyak arti.
Naruto tersenyum tulus, maju satu langkah kemudian sedikit mencondongkan tubuhnya kedepan, tangan kanannya terangkat meraih dagu pemuda yang lebih pendek darinya itu kemudian sebuah kecupan yang cukup lama di kening Sasuke dilayangkannya. Sasuke memejamkan matanya, menikmati sentuhan itu.
Setelah kecupan itu, Naruto mundur teratur dengan senyum sendu yang tersirat diwajahnya. Perlahan sosok Naruto menjauh sebelum benar-benar menjauh darinya, Sasuke menangkap gerakan bibir Naruto yang mengatakan sesuatu yang terbawa hembusan angin senja.
'Sayonara, hachinen mo, Sasuke'
Tbc
Hai hai minna-san... Akemi is here, hehee. Akemi author baru di FFn ini dan cerita ini sudah pernah saya publish di wattpad dengan akun yang sama. diwatty memang sudah end, tapi tidak menutup kemungkinan akan ada episode ekstra atau mungkin akan ada tambahan scene dichap-chap berikutnya. jadi ditunggu reviewnya and yoroshii minna-san... bye bye !
