Tinggal-lah Selamanya
(sequel dari Tinggal-lah Sebentar)
文豪ストレイドッグス Bungou Stray Dogs © Asagiri Kafka/Harukawa35
Story and Fiction by : satsuki grey
.
.
.
.
.
Declaimer:
Pairing:
Dazai Osamu x Nakahara Chuuya
Rated:
M
Warning:
Gaje adalah kewajiban, Typo, Sho-ai Sei-ai dll, ADA LEMONNYA! SLASH of LOVE, OOC adalah suatu kewajiban, Mature Content of course, R18 and others… I'm sorry, MENGANDUNG YAOI BERLEBIHAN, dll warning gak jelasnya maka jangan di baca kecuali orang orang bhejat dan para hardcore of soukoku :''v
Summary:
Setelah pertemuan itu, semuanya semakin jelas akan rasa cinta milik mereka masing-masing, namun di lain sisi Chuuya bertanya-tanya pada dirinya, apa benar dia di cintai atau tidak? (Sequel dari 'Tinggal-lah Sebentar') (Mature expilicit, KIDS STAY OUT) (hadn't words in sumarry :') )
Bungou Stray Dogs
Hurt/Comfort, Drama and Romance, Mature-of-shit, Indonesia, Dazai Osamu x Nakahara Chuuya
(Saya tidak mengambil keuntungan apapun dari fiksi ini)
.
.
.
.
.
A/N
Well thann its satsuki grey
Lama tidak berjumpa minna! Ingat aku? Yahh lupakan!
Terimakasih telah menunggu buat yang satu ini…., untuk kalian para maso di harapkan menjauhh dannn untuk kalian para pembenci pair ini di harapkan menjauhh juga, sungguh…!
Terimakasih karna meluangkan waktu di story 'Tinggal-lah Sebentar'dan terima kasih untuk reviewnyaa, hahaha iyaa, debut awal saya untuk soukoku adalah M, lalu kenapa? Ada masalah ? oke maaf saya mendadak sadiss _ _ )/
Nikmati saja seperti kopi yaaa, selamat bermaso riaaa wheres my mp3 I need it throughh…
Tinggal-lah Selamanya
(jika belum membaca Tinggal-lah Sebentar harap di baca)
Chap. 1 Kepastian
.
.
.
.
.
Matahari senja menyapa mega politan Yokohama dan sekitarnya, perlahan kehidupan mulai memudar di metropolitan ini, ah tidak juga…, justru malam itu dimana kehidupan benar-benar di sebut kehidupan di kota besar, yahh bagi sebagian orang lebih tepatnya dan juga bagi mereka yang benar-benar kesepian dan sedikit membutuhkan hiburan.., walau untuk sesaat.
Sedikit suram…
Tidak, memang suram.
Mentari senja menyelinap masuk memasuki celah-celah jendela ruang Agensi Detektif Bersenjata, beberapa pegawai mulai mengepak barang-barang mereka di dalam tas, membersihkan pekerjaan mereka dan meninggalkan meja mereka masing-masing, memulai kembali hari mereka di esoknya, sepi mulai mengisi ruangan tersebut, namun di ruangan lainnya yang benar-benar sepi, seorang pria dengan tubuh jakungnya sedang tiduran dan bergumam dengan lagu faforitnya sendiri.
Mantel coklat keemasannya tergerai jatuh, lengannya terlipat di belakang kepalanya dan matanya menatap langit-langit ruangan.
Yang sebenarnya dia sudah bermalas-malasan seperti ini sejak pukul 3 sore tadi.
Sudah sifatnya.
Pintu berderit terbuka, aura kekesalan muncul dan datang menemuinya dengan urat nadi di keningnya, dia kesal atau memang selalu kesal jika melihat rekannya ini.
"Woiii Dazaii!"
Teriak temannya itu dan satu pukulan mendarat mulus di keningnya disusul bunyi kuat juga.
PLAKK! Yang begitulah bunyinya.
"Kau sedang apa di sini pulang sana bego! Jangan ganggu orang – orang shift malam hoyy!"
Kunikida Doppo memang selalu begitu jika sudah di puncak kesabarannya dan selalu saja memukul Dazai atau mencekiknya, namun pria dengan nama lengkap Dazai Osamu ini selalu menanggapinya dengan tawa kecil dan senyum polos kekanakan yang tambah mengesalkannya, wajahnya semerah darah atau darahnya memang sudah memanas karna emosi berlebihan.
"Apa sihh…, aku hanya tidur-tiduran di sini kok…!"
"Justru karna kau tidur-tiduran di sini aku jadi kesal, sudah berapa jam kau tiduran di sini!?" amuknya lagi.
"5 jam" jawab Dazai ringan dengan senyum kekanakannya yang masih setia di lontarkan.
Aura gelap malah menyelimuti rekan kerjanya ini.
"Hehehe jangan marah-marah begitu dong Kunikida-kun…, nanti kau keriputan ntar cepat tua kan tidak ada wanita yang mau denganmu…" kejujuran terucap mulus di bibir tipisnya yang sialan ini.
Kunikida masih dengan lengan terlipat di depan dada jangan lupakan aura hitam kesalnya itu, namun dia mencoba sabar dengan helahan nafas dan menjawab dengan sedikit tenang,
"Jangan banyak bicara yang tak jelas-jelas kau…! Sudah pulang sana…"
"He..., kalau kau bilang begitu ya sudahlah…!" jawab Dazai yang bangkit dari sofa dengan warna hijau dan merenggangkan tubuhnya yang kurus ke udara
"Hoi, laporanmu sudah selesai belum?"
"Belum, males!" jawabnya singkat dan langsung kabur dengan tawa jahanam miliknya tentu saja Kunikida langsung menjeritinya namun Osamu malah sudah kabur.
Berlari di lorong Agensi dan langsung menuju pintu keluar namun di tengah-tengah lorong dia malah menabrak seseorang dengan kuatnya yang sedang membawa barang-barang banyak.
Barang-barang berupa dokumen tebal, kertas dan buku -buku berserakan ke lantai.
"Ah, maaf nehh Atsushi-kun!" ucap Dazai pada orang yang di tabraknya itu.
Atsushi, laki – laki yang berumur sekitar 18 tahun ini mengaduh pelan karna tabrakan Dazai , sudah 3 bulan sejak Atsushi, nama lengkap Nakajima Atsushi ini bekerja di Agensi Detektif Bersenjata , sudah 3 bulan juga saat Dazai menemukannya, Atsushi menyelamatkannya karna hobi bodohnya.
"Dazai-san sedang apa sebenarnya?" tanyanya yang mengusap kepalanya karna terantuk mungkin.
"Yahh, Kunikida-kun memarahiku dan aku kabur!" masih dengan kekanakannya, terkadang sifat Atsushi bisa sedikit dewasa dari pada Dazai.
"Yahh, salahmu sendirikan karna bolos -bolosan…, huh..." Atsushi menghela nafas dan mulai memebereskan barang-barang yang berjatuhan.
"Lagi pula di saat sibuk Dazai-san selalu saja pergi…" masih menatap Dazai dengan sweetdrop miliknya.
"Yahh, sudah kebiasaanku dari dulu sihh…" Dazai membantu Atsushi dengan barang – barang berserakan.
"Bahkan saat Dazai-san masih di dalam Port Mafia?" tanya Atsushi.
"Hmm?" Dazai menatap heran Atsushi dan menjawabnya "Ya, tentu saja, hehe"
Atsushi menatapnya keheranan masih dengan sweetdrop dan helaan nafas.
"Yahh…., itu juga bukan urusanku sihh..." jawabnya pelan
"Atsushi sudah di sini sekitar 3 bulan, ya? Bagaimana bekerja di sini?" Dazai membopong beberapa dokumen.
"Ya, semuanya sangat baik padaku mereka juga ramah" Atsushi mengambil sisanya yangmasih berserakan di lantai.
"Begitu, bagaimana dengan Ability milikmu..?"
Mereka mulai berjalan ke ruangan untuk meletakkan barang-barang tersebut.
"Masih dalam tahap pengendalian.., yahh setelah Akutagawa menyerangku saat itu jadi aku benar-benar harus berusaha sekuat mungkin untuk mengendalikannya" ucap Atsushi
"Bagus sekali, itu namanya semangat anak muda…, memang kekuatan Akutagawa-kun mengerikan, aku tau itu.."
"Dazai-san benar-benar tau itu ya, aku dengar kalau Dazai-san dulu adalah atasannya"
"Iya, itu memang benar.."
Mereka sampai di ruangan dengan nuansa perkantoran minimalis dan sedikit klasik juga, ruangan kosong dan matahari mulai tenggelam di luar sana, Dazai meletakkan dokumen-dokumen tersebut diatas meja, Atsushi menghela nafas panjang karna kelelahan.
"Tapi Dazai-san…, Akutagawa benar benar mengerikan"
"Maksudmu?" tanya Dazai yang tidak mengerti.
"Dia selalu mendatangiku dan membuntuti ku setiap harinya"
Sedikit terbatuk tentunya, itu tanggapan Dazai awalnya lalu tersenyum kecil di wajahnya.
"Hee…, benarkahh?" ucapnya dengan nada ringan yang terkesan sedikit memakan kecurigaan.
"Iya! Aku sedikit ketakutan saat tau dia benar-benar mengikutiku, aku jadi tidak habis pikir apa Port Mafia kekurangan uang sebegitu banyaknya? Apa karna hargaku sangat tinggi di pasar pelelangan? Apa karna aku manusia harimau jadinya…, a—aku…. Arrrghhh!" kali ini Atsushi sedikit menjerit, wajahnya agak pucat.
Namun, bukan Dazai kalau tidak membuat orang-orang curiga
"Hehehe, aku tidak tau menahu, ya!?" ucapnya
"Ta..ta..tapi Dazai-san kan atasannya dulu, pastinya tau sesuatu kan? Maksudku, aku tidak berbuat salah sedikit pun padanya…, jadi…, aku…, tidak.., tau…, apa.., yang…, harus.., ku.., lakukan…" suaranya mulai habis dengan bayangan horor di kepalanya, membayangkan Rashoumon dengan kekuatan mencabik-cabik luar biasa, dan lagi Atsushi juga pernah menjadi korban dengan Ability super milik Akutagawa .
Senyum sadis, Rashoumon, Akutagawa Ryuunosuke, membututinya, habis-habisan.
Wajah Atsushi nampak panik kalang kabut dan pucat namun Dazai tentu saja tersenyum manis di wajahnya, ya tersenyum manis.
"Semangat!" ucapnya sambil mengancungkan ibu jari, lalu pesan masuk di handphonenya
"HAAAA!? TO…TO…TOLONG AKU DONGG!" Atsushi malah menjerit ketakutan meminta pertolongan.
"Aku mau tolong apa? Lagipula jangan takut Atsushi-kun, Akutagawa-kun pasti hanya memintamu untuk bicara sejenak …"
"Bicara dengan membuntutiku diam-diam seperti seorang penguntit!?"
"Itu cinta…, ups!" sedikit keceplosan dan Dazai menutup mulutnya sendiri dengan gaya seperti wanita centil, dasar…
"Hah!?" suara Atsushi berteriak kalang-kabut.
"Bukan apa-apa" senyum manis menghilangkan curiga.
"Tolong aku Dazai-san, lakukan sesuatu…" ucap Atsushi antara pasrah dan tak pasrah dengan ketakutan yang menghantuinya.
"Heee…, tapi aku sedang sibuk saat ini Atsushi-kun , pacarku mengirimiku pesan untuk segera bertemu dengannya…" jawab Dazai santai.
"Pacar? Dazai-san punya pacar?" Atsushi malah terheran menjadi-jadi, baru kali ini dia tau akan hal ini.
"Ya iya jelas, aku bukan jomblo…" ucapnya dengan senyum, sedikit mencurigakan.
"Lalu..? kenapa masih menggoda wanita untuk bunuh diri ganda bersama?" tanya Atsushi dengan sweet drop.
"Karna hobiku!" senyum simpul polos, terukir mulus.
"Memangnya pacar Dazai-san tidak keberatan..?"
"Ya tidaklha, Chuuya itu baik hati walau sedikit emosi sihh.."
"Chuuya?"
"Hmmm!" Dazai mengangguk khas anak-anak dan berjalan keluar dari ruangan itu.
"Aku duluan, yaa, sampai jumpa besok" lalu dia keluar dari ruangan tersebut.
Atsushi terdiam dengan jawaban dan berita baru ini, tentu saja, Dazai selalu merahasiakan hubungan atau kehidupan pribadinya dengan orang-orang, dan tidak ada yang tau menahu kalau Dazai Osamu sudah memiliki kekasih, dan di tambah rasa lemas karna syok atau kaget mengetahui nama 'Chuuya' adalah kekasih Dazai.
Tentu saja Atsushi mengenal nama itu, walau dari beberapa cerita orang-orang Agensi,
Si Pengendali Gravitasi dari Port Mafia, Nakahara Chuuya adalah…, kekasih Dazai Osamu ?
"Pria…dengan…pria…, kah?" hanya itu pendapatnya, pendapatnya tentang hubungan ini.
"Apa tadi Dazai-san mengatakan sesuatu tentang.., cinta..?" ternyata Atsushi sedikit mendengarnya.
.
.
.
.
.
Malam pun berganti dan nuansa malam juga menyelimuti sekitar jalanan metropolitan Yokohama yang masih ramai dengan kehidupan, remaja, anak kecil, orang dewasa dan lainnya masih menikmati fasilitas dan layanan dari toko-toko di pinggir jalan, Dazai sesekali melirik ke sana dan kemari, tidak banyak yang berubah memang tidak sepertinya, semua nampak sama dan sedikit membosankan. Beberapa menit berselang masih sama di tempatnya bertapak yaitu trotoar, lalu sedikit berhenti setelah melihat sebuah papan iklan yang di letakan di depan toko, sebuah toko yang menjual Wine obral dengan kualitas yang lumayan.
Senyum simpul terpapat di wajah tampan milik Dazai, mungkin dia akan membelikannya untuk kekasihnya penggila alkohol dengan rasa anggur ini, tapi sejujurnya kekasihnya itu menyukai semua jenis alkohol dari merek ternama maupun tidak, ah Dazai tidak mau ambil pusing dengan hanya sebuah alkohol. Dia pun melangkah masuk sambil melihat botol-botol yang di jejerkan.
"Yahh sesekali dan pastinya aku minta ganti" ucap Dazai yang menggotong plastik hitam ukuran besar di dalamnya setelah keluar dari toko tersebut, tentu saja dia minta ganti dengan penganti lain tentunya.
Setelah melewati jalanan malam di pusat kota dia pun sampai di apartemen milik Chuuya melalui lift yang di sediakan, menunggu beberapa menit hingga dia benar-benar berada di depan pintu apartemen milik Chuuya.
Tangannya sudah mencapai pintu, hampir mengetuknya namun pintu terbuka dengan sendirinya dan wajah manis dengan mata biru lautan menyapanya, tentu saja tanpa senyuman masih dengan wajah sangar khas mafia miliknya, dan Dazai tau dia tidak senang karna dirinya terlambat.
"Kau sedang tidak bekerja Chuuya, beri aku senyuman sedikit dongg" ucap Dazai dengan wajah cemberut yang di buat-buat seperti anak kecil.
"Salahmu sendiri yang membuatku menunggu!" ucapnya sambil melipat lengan di depan dadanya nadanya masih sangat kasar seperti biasanya.
"Ara? Itu tohh..? Dasar kau tidak mau sabaran, yakin tidak mau memberikanku senyuman sedikit pun…, ne Chuuya?" dan Dazai memainkan plastik hitam yang dari tadi berada di genggamannya, mengangkatnya sedikit ke udara dengan senyum polos , polos bak jahanam
"Apa itu?"
"Apa yang kau suka? Ya ini dia…" Dazai masih setia dengan senyumannya.
"Huh..? Wine, ya?" lengan Chuuya tidak terlipat lagi di depan dadanya, dia membukakan pintu untuk Dazai "Ya sudah masuk" jawabnya lalu membiarkan Dazai.
"Nah, begitu dongg…"
Dazai pun masuk ke dalam, menutup pintu dan menguncinya, meletakkan sepatunya, dan menggantung mantel coklat keemasan miliknya. Chuuya kembali dari dapur dengan es di dalam sebuah ember kecil dan 2 gelas globe berukuran sedang.
"Mau langsung di buka?" tanya Dazai.
"Ya…, lagi pula aku tau itu adalah wine murahan yang kau beli di toko obral di jalan sana, kan?" sontak perkataan Chuuya yang datar menusuk hati Dazai.
Murahan? Harganya saja bisa membuat Dazai makan kepiting sepuasnya di restoran langganannya, apa karna gaji mereka berbeda besar? Dazai sedikit cemberut mendengarnya, sementara Chuuya tertawa kecil.
"Jangan sebut murahan dong Chuuya, aku membelinya pakai uang ku lhoo" Dazai berucap dengan pipi di kembungkan tak puas.
"Tentu saja pakai uangmu masa pakai uang atasanmu, dasar bodoh!" Chuuya meletakkan ember penuh es dan gelas itu di meja dan duduk di sofa "Sampai kapan kau mau berdiri di sana bego, kemari…" Chuuya melontarkan senyuman dan wajah heran memandang Dazai yang masi cemberut di sana.
"Huhh…" Dazai menghela nafas dan memberikan plastik itu pada Chuuya, sementara dia duduk di samping Chuuya dan menyandarkan punggungnya di punggung sofa.
Chuuya membuka kotak pembukus wine tersebut, dan meletakkan botol itu kedalam ember, menunggu beberapa menit agar dingin.
Di tatapnya Dazai yang sedari tadi menatapnya yang melakukan pekerjaan itu, "Apa?" tanya Chuuya ketus, sejujurnya Chuuya selalu bertanya-tanya kenapa Dazai sialan ini selalu mentapnya diam-diam.
"Bukan apa-apa..."
Dazai menarik lengan Chuuya menyuruhnya untuk bersender padanya, "Aku kelelahan Chuuya, jadi tidak apa-apa kan aku merangkulmu?" ucapnya
Semburat mawar menjalar di pipi Chuuya , lalu menjawab dengan nada datar dan malu "Ter…, terserahmu sihh" membuang wajahnya yang tak ingin Dazai melihatnya demikian, namun Dazai tau Chuuya merona.
"Lagi pula orang pemalas sepertimu kerjanya apa?" tanya Chuuya yang menoleh pada Dazai di sampingnya.
"Ada dong, tidur-tiduran, menganggu orang-orang..."
Satu jitakan mengenai kening Dazai dengan kuatnya, sementara yang menerima jitakan itu mengaduh pelan.
"Kau benar-benar sialan ya bajingan, setidaknya bantulah orang-orang di tempat kerjamu!" kekesalan memakannya sejujurnya Chuuya tidak ingin emosi malam ini
"Duhh…., sudah ku bantu kok, tapi sayangnya sebuah pertolongan dariku itu harganya ma-"
Chuuya mencubit kedua pipi Dazai sambil menatapnya kesal "Mau bilang apa kau huh? Mahal? Itu sudah tugasmu begoo!"
"Duhh duhh Chuuya..." Dazai sedikit kesakitan karna cubitan tersebut, "Aku kan hanya bercanda.., iya, iya, kapan-kapan aku takkan jadi pemalas"
"Jangan kapan-kapan, tapi mulai besok, mulai b-e-s-o-k!"
Chuuya melepas cubitan tersebut dari pipi Dazai, Dazai cemberut khas anak-anak dan Chuuya menatapnya dengan sedikit kesal namun menghela nafasnya panjang. Entah mengapa seberusahanya Chuuya menasehati kekasihnya ini selau saja di abaikan, mungkin sifat keras kepala atau tidak mau taunya Dazai itu yang sulit membuatnya menyerap nasehat orang-orang, yang sejujurnya Chuuya juga sama keras kepalanya seperti Dazai.
Mungkin karna mereka mantan rekan?
Chuuya meraih lembut pipi sang Osamu dan menatapnya masih dengan tatapan biasa, datar, lalu di detik berikutnya sedikit tersenyum tipis namun lembut, "Dasar kau maniak sialan!" ucapnya sambil menepis sedikit rambut coklat itu ke belakang telinganya, terkadang Chuuya sangat suka dengan pipi milik kekasihnya ini, suka memang apalagi kalau dia bisa meninjunya di sana.
"Hmm?" Dazai menatapnya dan tersenyum juga, sama namun lebih lembut.
"Chuuya, kau tau tidak? tadi Atsushi bertanya apa aku sudah punya pacar atau belum?"
"Lalu?" masih dengan tangannya yang berada di pipi Dazai.
"Aku menjawab sudah" jawaban pede dengan senyuman berbinar di lontarkan.
"Kau tidak mengatakan namaku, bukan?" kecurigaan di sertai wajah sedikit pucat terpapat di wajah Chuuya.
"Hehehe kalau itu iya sihh.." jawab Dazai sok polos kekanakan.
"Bego, kenapa kau sebut namaku huh!?" Sontak tamparan pelan dari tangan Chuuya di kedua pipi Dazai terdengar mengisi ruangan.
"Duhh…, pamer sesekali status napa…" Dazai sedikit kesakitan.
"Huh…, apa-apaan itu, dasar!" Chuuya menatapnya sedikit jijik
Dazai tertawa rendah mendekatkan dirinya pada Chuuya, meraih lengannya lembut, menutup jarak di antara keduanya, mereka berdekatan dan Dazai menuntun tangan Chuuya untuk melingkarkannya di pundaknya berkata dengan tatapan dalam miliknya ke mata milik Chuuya, dalam dan lembut, bercahaya walau dalam ruangan minim cahaya pun.
"Sudah berapa lama sejak malam itu, nehh Chuuya.." ucap Dazai, memberikan kecupan ringan di pipi kanannya.
Semburat merah merona mewarnai wajah Chuuya yang bening, lalu menjawab dengan wajah sedikit berpaling, "Entahlah…, aku tidak tau"
"Mungkin sudah empat bulan atau lima bulan?" ucap Dazai menerka nerka, Chuuya menatapnya sedikit jengkel.
"Yahh, aku rasa tiga…"
"Wahh sudah selama, itu yaa?" Lalu tesenyum memandang Chuuya, senyum menggoda khasnya, tentu Chuuya tau sekali akan senyuman itu ingin sekali dia melayangkan sebuah pukulan di kepalanya, namun dia menolak untuk itu. Dia hanya menatapnya jengkel.
Dazai mendekatkan dirinya pada Chuuya, mendekat ketelinganya dan berkata dengan sangat dalam di suaranya, "Nehh Chuuya, ayo kita lakukan lagi, sekarang…"
Chuuya sedikit terbelalak saat bibir lembut dan tipis menyentuh bibirnya juga, dia awalnya menolak dengan mencoba mendorong Dazai atau menjambak sedikit rambutnya, namun ciuman yang di berikan Dazai benar-benar terasa memabukkan, memabukkan seperti Whiskey atau Wine atau alkohol bermerek kesukaannya, dia terhanyut saat itu juga, dan menikmati malam ini, menikmatinya, benar-benar menikmatinya.
Mungkin ini yang di sebut kencan panas?
Bukan, bukan, ini bukan kencan panas. Hanya sekedar rutinitas harian mereka dulu, dan mereka masih saja melakukannya.
Mereka sudah lama tidak melakukannya karna kesibukan dan rutinitas harian mereka masing-masing, terkadang ingin sekali rasanya menghilang sejenak dari dunia dan menikmati momen sesaat seperti ini, walau kita semua tau itu tidak akan bisa.
Namun saat ini mereka benar-benar menikmati segalanya, dan yahh melupakan sedikit tentang dunia dan hingar-bingar miliknya.
Lenguhan terdengar manis di telinga Dazai, dia tau kalau Chuuya menyukainya, menyukai setiap sentuhan yang dia buat, Dazai melepasnya, ciuman itu tidak terlalu panas namun bisa menjadi panas.
"Sialan kau!" Chuuya mengelap bibirnya yang sedikit ranum, dan menjauh dari Dazai, wajahnya sangat merah. Dan menghindari kontak tak ingin menatap Dazai.
"Hehehe, ngomong-ngomong, kenapa kau tidak marah-marah saat ini?"
tanya Dazai yang membuka dasi dengan manik biru muda mengkilat di lehernya dan membuka kancing kemejanya.
"Moodku sedikit baik" Chuuya berkata datar dan membuka Wine yang sudah menunggu di dalam ember penuh dengan es dan menuangkannya di kedua cangkir yang ternganga, dan menawarkan satu pada Dazai.
Dazai mengambilnya dan tertawa rendah "Hahaha, apa karna nanti? Kau menunggu nanti, ya?"
"Bukan bego, karna hari ini tidak terlalu banyak pekerjaan jadinya aku tidak terlalu kelelahan!" teriaknya dengan semburat merah.
"Ohh kirain" Dazai mulai meminum cairan keunguan dan sedikit menutup matanya.
"Karna kau tidak kelelahan, jadinya kita bisa melakukannya malam ini?" tanya Dazai dengan suara menggodanya, lebih menggoda dari yang dia biasanya lontarkan pada wanita untuk mengajak bunuh diri ganda bersamanya.
"Bangsat!" ucap Chuuya dengan semburat tambah memerah, dan memalingkan pandangannya pada Dazai dan mulai meminum Wine di gelasnya dengan sekali teguk.
Setelah selesai dia mendesah keras dengan masuknya alkohol itu di tenggorokannya, namun entah kenapa dan mengapa, sabuah tarikan sedikit kasar menjatuhkannya di belakang, tentu Chuuya kaget, gelasnya terjatuh ke lantai mengotori karpet bewarna maroon gelap, dia kaget, sangat kaget.
Dazai menahannya dengan kuciannya, menatap Chuuya di bawahnya, surainya mengenai wajahnya, dan nafasnya sangat menerpa kulit wajah ranum Chuuya karna efek alkohol atau tindakan Dazai.
"Da.., dazai!? Apa yang kau lakukan idiott!" teriaknya tak senang.
"Apa? Seperti yang kau lihat di sini…? Aku ingin memakanmu, aku belum makan malam lho" ucapnya lalu memberikan sebuah kecupan di leher Chuuya yang membuatnya merasakan sensasi amat geli di sekujur tubuhnya.
"Ge—ge-geli bodoh!" Chuuya tertawa ringan masih dengan pipi ranum miliknya, merasakan ciuman itu.
"Aku tau.., nikmati saja!" ucap Dazai dan lalu mengigit leher Chuuya, di tulang lehernya, tentu Chuuya sedikit tersentak mengigit bibir bawahnya agak tidak bersuara, berusaha menolak Dazai tapi kucian dan tenaga Dazai lebih hebat darinya, walaupun Chuuya adalah salah satu yang terbaik saat menggunakan keahlian bela dirinya namun jika itu Dazai, dia tidak bisa apa-apa.
"Da—da… Akh.., uhh.., ge—geli!" ucapnya masih kasar lalu tawa kecil samar di lontarkan, tentu Dazai menatapnya heran, dan menghentikan aktifitasnya sejenak, dan menatap Chuuya.
"Geli,ya.." tanya Dazai keheranan.
"Geli goblok!" ucap Chuuya yang melingkarkan lengannya di pundak Dazai dan tersenyum dengan rona merah di wajahnya.
Dazai juga tersenyum menatap Chuuya dan menyingkirkan beberapa helai rambut dari pipinya, pipinya juga memerah, dia bisa merasakannya.
Entah mengapa Chuuya begitu manis dengan senyum tipis nya dan efek cahaya bulan remang di ruangan apartemen ini, memang apartemen Chuuya selalu minim cahaya karna dia tidak terlalu suka.
Dan kecupan dia berikan pada Chuuya dengan sangat lembut, sangat menghanyutkan keduanya, Chuuya merapatkan dirinya pada Dazai menutup seluruh jarak di antara keduanya, begitupun sang seme yang juga melakukan hal yang sama, Chuuya melingkarkan kakinya pada Dazai tak ingin membiarkannya pergi untuk moment ini. Mengangkat sedikit tubuhnya melengkung memberikan spot yang bagus untuk di majakan oleh Dazai.
Sudah sekitar 4 bulan lamanya mereka kembali melanjutkan hubungan mereka, semenjak malam panas dan manis yang mereka buat bersama, kehampaan itu sudah hilang, kepedihan itu sudah terobati kembali, cinta yang lama ini semakin jelas mereka rasakan, mereka menikmatinya, mereka menyukainya.
Mereka saling mencintai, setiap detiknya setiap harinya.
Terkadang jika mereka memiliki waktu luang bersama mereka akan berjalan-jalan keluar untuk menikmati udara perkotaan, dan sesekali makan malam bersama di restoran langganan, atau spot dari internet atau rekomendasai keduanya.
Terkadang mereka berkelahi hanya karna masalah kecil yang sangat sepele, seperti contohnya Dazai yang mencoba membuat permainan, saat di taman mereka duduk berdua, yaitu hanya kucing, menebak apa kucing itu kucing rumahan atau kucing liar, tentunya di akhiri dengan, perkelahian.
Minum berdua di bar kecil, dan tertawa bersama serta bercanda bersama, di selingi pukulan atau jambakan di keduanya, walaupun begitu mereka tetap mencintai satu sama lainnya, walau orang-orang menganggap mereka, tidak serasi sama sekali.
.
.
Siapa peduli?
Ini kehidupan mereka
Ini cerita dan seluruh lembar ini milik mereka
.
.
Hanya mereka berdua, mereka tak ingin ada pihak yang ikut dalam drama yang mereka buat bersama, tidak ingin, mereka saling percaya satu sama lainnya, walau terkadang Dazai sialan yang menggoda wanita seperti mengelus lembut tangan wanita itu dan berkata dengan pede, tentu Chuuya tidak pernah cemburu akan itu, karna kata-kata yang ia lontarkan hanya satu, "Maukah kau bunuh diri ganda bersamaku?"
Tentunya Chuuya akan tertawa dari belakang atau menggeleng kepalanya pelan, karna melihat Dazai di tolak mentah-mentah.
Terkadang mereka juga selalu berakhir dengan adegan kamar, mungkin karna mabuk atau karna mereka menginginkannya, dan di akhiri dengan teriakan Chuuya atau Dazai yang kehabisan energi untuk memberikannya kehangatan di setiap inchi tubuh milik Chuuya, dan selalu di akhiri dengan satu kecupan hangat nan manis di bibir masing-masing, mereka menyukainya, kalau tidak untuk apa mereka melakukannya ?
Terkadang timbul di benak Chuuya, kenapa Dazai bisa mencintainya, saat malam di mana Dazai mengatakan perasaannya.
.
"Chuuya, jadilah Milik-ku"
.
Dan di akhiri dengan lenguhan nikmat di keduanya, saat itu mereka berada di bawah naungan organisasi yang sama, dan saat ini mereka sudah berbeda kehidupan, berbeda jalur, tapi mereka kembali bersama.
Tapi pertanyaan itu dia abaikan, dan menikmati semua kisah ini..
Tak akan memalingkan wajah, di detik ini juga, detakkan jantung yang membentuk sebuah irama bersama, sebuah suara kenikmatan ikut mengisi sepinya malam di kamar mandi ini.
Iya, kamar mandi, seperti dugaanmu, seperti penggambaranmu sekarang.
Nostlagia di rasakan keduanya, sangat hangat, lebih hangat dari air hangat yang menyelimuti setiap inchi di tubuh mereka yang jatuh atau sengaja mereka jatuhkan, kemeja yang basah, suara kecupan bersama dengan suara rintik di keran shower yang jatuh ikut serta dalam penjajahan mereka malam ini.
Sebelum mereka berakhir di sini, Chuuya sempat menolak Dazai dengan alasan dia belum mebersikan diri dari kesehariannya, dan merasa risih. Namun saat Chuuya melangkah menuju kamar mandi dengan kelihaian dan keterampilan milik Dazai sendiri dia membopong Chuuya ke kamar mandi, menahannya di tembok dan menghidupkan shower. Membiarkan tubuh mereka di bahasi air hangat.
Dan berakhirlah menjadi begini.
Dengan keagresifan milik Dazai dia mencium bibir Chuuya, dan membuat Chuuya tersentak dengan tindakan sang seme, dasar sialan umpatnya dalam hati, yang pada akhirnya begini jadinya.
"Mmmmnhhh… Daa—da nnghh—hnnn, ahh…" Chuuya kembali melenguh saat permainan lidah Dazai sangat serakah itu menjajah mulutnya.
Lidahnya sudah memenuhi rongga mulut milik Chuuya dan menyapa seluruh deretan giginya dan juga rongga mulutnya, Chuuya membuka mulutnya membiarkan Dazai bermain sesukanya di dalam sana entah bagaimana dia menjelaskannya, namun Dazai benar-benar lihai dengan semua kegiatannya saat ini dan Chuuya tidak menolaknya sedikitpun. Melenguh dengan suara lembutnya, dan dengan beberapa hisapan di bibir ranum milik Chuuya yang membuatnya merapatkan kembali dirinya semakin rapat pada Dazai, dia juga ikut serta dalam permainan tersebut sama dengan halnya dengan lidah Chuuya yang menyelinap masuk ke dalam mulut Dazai dan ikut bersenang-senang, Dazai membiarkan ukenya menjadi sedikit liar, dia juga menyukainya toh.
Chuuya besender di dinding keramik, dan Dazai menahannya serta memeluknya lengan Chuuya memeluknya, meremas kemeja Dazai yang basah dia kehabisan nafas, Dazai mengerti kode itu dan melepaskannya.
Untaian saliva menetes dan putus oleh air shower yang jatuh, Dazai dengan lembutnya menjilat sekitar bibir Chuuya kembali, hanya sebentar karna shower sedikit menganggu tadi, dan menatap sang uke yang memerah seperti makanan favoritnya.
Chuuya mengambil nafas dalam keadaan basah, terengah-engah mengambil nafas, dalam lembutnya dan tatapan sayunya menatap Dazai dia menggigit dan menjilat bawah bibirnya sendiri yang basah, menambah kesan seksinya sendiri juga kemanisannya sendiri, dia terlihat begitu manis dan indah di mata Dazai, sangat indah, menggodanya untuk melakukan lebih, ia ingin lebih dari ciuman panas ini, dia ingin lebih.
"Aku berpikir, kenapa kita bisa berakhir seperti ini, Chuuya?" tanya Dazai dengan seringainya, kembali menautkan bibir di sekitar leher Chuuya, Chuuya masih mengambil nafas, dan masih meremas kemeja Dazai yang basah.
"Kau…, yang memintanya…" suara Chuuya terdengar kasar dan terengah.
"Tapi kau juga menginginkannya, bukan? Sudah lama kita tidak melakukan ini di kamar mandi, kau ingat dulu…?" Dazai menyingkirkan helai rambut Chuuya yang basah dan mengecup kelopak matanya.
"Huh…, i-iya juga sih, aku sedikit lupa" balas Chuuya masih dengan wajah ranumnya, memalingkan sedikit pandangannya.
Tertawa rendah sambil menatap kekasihnya Dazai kembali menautkan bibir di sekitar leher Chuuya dan berkata "Kau mau di sini atau di kamar?"
Chuuya memerah mendengar pertanyaan tersebut, yahh walaupun kenyataannya mereka sudah tidak lama melakukan ini di kamar mandi, biarlahh untuk kali ini dia menginginkannya.
"Huhh…, aku sihh terserah saja…" jawab Chuuya datar tapi pipinya memerah benar, yang Dazai tau itu adalah jawaban dari 'iya'.
"Kalau terserah berarti seluruh permainan ini boleh sesukaku, bukan?" tanyanya yang memandang Chuuya semakin merah.
Air masih membasahi mereka, mereka menatap dalam tatapan sangat hangat dan sangat dalam, pipi memerah suara berat akan nafas yang di keluarkan di ciuman sebelumnya, namun mereka melakukannya lagi, menautkan bibir mereka, namun lebih ganas, dengan permainan lidah dan lenguhan Chuuya yang dia sengaja keluarkan untuk Dazai seorang, lidah yang saling menyerang, mengabsen dereta gigi putih, dan dinding langit yang ada.
Bertahan dengan posisi yang masih sama Chuuya menginginkan lebih dari ciuman ini, sedikit memainkan kepalanya agar mendapat spot yang pas dan memperdalam ciuman yang tergolong sangat panas ini, Dazai sialan juga yang membuatnya panas walau sedang tidak berada di atas ranjang sekalipun, mungkin Osamu hanyalah bahan bakar gairah sensualnya, mungkin hanya dia?
Dazai semakin merapatkan pelukan itu menyelinap masuk tangannya ke dalam kemeja di punggung Chuuya, merabanya dengan tangan rampingnya, menelususri bagian di sana membuat Chuuya melenguh sekali lagi "Ah! Daz—dazai~" sang penyerang mendengus senang mendengar itu.
Perlahan namun pasti Chuuya merasakan tangan Dazai memasuki bagian belakang celananya membuat Chuuya meremas semakin erat kemeja Dazai yang basah, dalam ciuman dan bibir yang masih bertaut Chuuya melenguh saat tau Dazai benar-benar memainkan bagian belakangnya, "Nnnggghhhhhh—ahhh, ahhnnn-ah… Daz-ah…, haaa—ah.., mmnnhh…"
Terhanyut dalam suasana erotis ini dan tangan Dazai berpindah dari bagian belakang ke depannya, meraba kulit elok milik Chuuya, otot perutnya, dia menyukai bagian di sana, merabanya dengan leluasa membuat Chuuya melenguh sekali lagi, mulai memperitili setiap kancing kemejanya, dan Chuuya juga melakukan hal yang sama pada Dazai, meraba bebas dada bidangnya masih menautkan bibir masih mengigit dan menjilati di bagian sana, masih menempel di bagian sana, mungkin mereka akan membuat malam ini semakin panas
Chuuya semakin melingkarkan lengannya di pundak Dazai, dan Dazai sendiri masih dengan kegiatannya yang memberikan kehangatan di mulut manis Chuuya, walau terkadang bahasanya sangat kasar, namun dia menyukai mulut manis-kasar milik Chuuya, penggambarannya seperti itu.
Dazai mengangkat salah satu kaki Chuuya, mengangkat pahanya untuk menuntunnya memeluk dirinya dan meraba di sekitar sana yang masih trtutup celana hitamnya, lenguhan kembali terdengar saat Dazai mulai merasakan leher jenjang milik Chuuya dengan lidahnya, "Uhhh—mmmmnnnn, dazai—ahh, haaa… akhh! Ah—Daz... mmnh…" ucapnya pelan, tentu suara itu bisa dia dengar.
Tidak ingin meninggalkan satu milipun malam ini, masih dengan permainan nakal dan serakahnya, menggigit, menjilat dan menghisap semuanya yang ada, air hangat di kulit leher itu kombinasi yang cukup membuat Dazai mengeluarkan seluruh kesadisannya untuk menyerang Chuuya malam ini.
"Ahhh…, mmmnnn—ahh... Da-daz—zai, ukkhh…, ahh..." masih dengan lenguhan miliknya Chuuya berusaha untuk tidak bersuara, namun dia tau dia tidak bisa menahannya,
Biarlah malam ini dia keluarkan hanya untuk Dazai seorang.
Di leher Chuuya yang sangat ia sukai dia memberikan jejak penjelajahan sekali lagi di sana, mengigitnya membuat Chuuya sedikit berteriak, "AH!" begitulah, Dazai sempat berdengus saat mendengarnya, masih di sana, masih menjelajah di bagian sana, menikmatinya sepanjang malam ini.
Tentu! Sepanjang malam ini! Titik!
Nafas Dazai sangat terasa di arteri miliknya, perlahan mulut nakal yang meminta kenikmatan itu turun ke dada milik Chuuya, Chuuya semakin memeras kemeja basah milik sang seme dan mendesah kasar saat Dazai menautkan gigi dan mulutnya di salah satu tonjolan dadanya "AKKHH! Ahh… Da—dazai…, mmmnnnhhh—ahh …, haahhh…, a—ahh…"
Dan salah satu lainnya di sebelahnya, tangannya memainkan gemas tonjolan merah muda menggoda itu, tentu saja dia gemas, selalu gemas dengan kedua hal itu, itu sebabnya Dazai selalu menatapnya lama saat Chuuya selesai mandi atau bertelanjang dada di depannya, yang di akhiri dengan kata, "Jangan liat-liat kau mesum" atau lemparan barang apapun.
Menghisapnya, menjilatnya bahkan mengiggitnya membuat Chuuya merasa geli, nikmat dan bergetar hebat saat itu juga, meremas kemeja Dazai dan menyebut namanya berulang-ulang, dia menikmatinya juga, dan salah satunya mencubitnya dengan gemas sambil menekannya dengan ujung jari telunjuknya, memutarnya sedikit kasar, DAZAI ITS FUCKIN HORNY SOBS! / lha hei
"Da-, pe—pelan…, pelhan.. akh—uhh…, ahh.. si—sialan!" hanya itu yang bisa di ucapkannya saat Dazai menatapnya yang sudah memerah, nafasnya juga menggebu.
Melepaskan mulutnya dari sana, saliva menempel di sekitar sana, dan keran shower membasuhnya.
"Tumben, biasanya kau tidak mau pelan, kan?" jawab Dazai.
Semakin merah dan semakin merah, Chuuya tidak berkomentar, dia tidak tau bagaimana melawannya saat ini.
"Bajingan sialan, jangan mencubitinya, aku kesakitan!" hanya itu komentarnya pada kelakuan Dazai barusan.
"Hehh Chuuya…, kau bilang terserah padaku tadi, kan?"
"Aku ti-…"
Matanya terbelalak saat Dazai mulai membuka relsleting celana milik Chuuya, belum sempat berkomentar dengan jawaban milik Dazai tadi dia berteriak kesal, "A-a-a..apa y-yang k-k…kau lakukan dasar bangsat!?" teriaknya masih dengan semburat merahnya, semakin merah saat Dazai melepas semua penghalang di bagian bawah, membuangnya ke bagian belakang, kemanapun sesukanya.
Hanya kemeja basah yang sedang Chuuya kenakan saat ini, sungguh pemandangan ini membuat Dazai juga tidak sabaran, dia merasakannya.
Sungguh sialan!
Dia juga bisa melihat milik Chuuya juga tidak sabaran, kenapa seluruh manusia tidak pernah sabar? Sialan sialan, umpatnya dalam hati.
Dazai menahan kedua tangan Chuuya di dinding masih menatap bagian bawah milik Chuuya yang menunggu akan sebuah layanan dari Dazai, Chuuya semakin memerah, risi akan tatapan datar sialan itu diapun memanggil Dazai.
"Oi"
"Hm?" sadar akan lamunannya dia menoleh pada wajah merah Chuuya.
"Ja-ja-jangan di tatap saja…, ukkhh!"
Manusia memang tidak pernah sabaran! Tidak pernah ! umpat Dazai dalam hati sambil berdengus, lalu dia memposisikan tubuhnya ke bawah, Chuuya memandangnya yang sudah siap akan tindakannya, mengigit sendiri bibir bawahnya, dia tau malam ini akan sangat panas.
"Aku tau kau itu tidak pernah sabaran ya Chuuya, aku selalu tau.." dan Dazai meraih miliknya memainkannya pelan sebentar, memijitnya dan menekan ujungnya lubang kecil di sana, Chuuya memerah semakin memerah dan memerah juga merintih saat tangan itu memeras miliknya dan memompanya, dia sedikit mencoba mendorong pundaknya Dazai tapi dia merasa tenaganya terkuras dan membiarkannya saja, namun Dazai menginginkan benda sialan itu agar semakin kuat, tentu gairahnya juga sangat kuat untuk memakannya seutuhnya.
"AHHH AKKHH DA—DA…, AHH… NNGGHHHH! Haaa…, ah—ahh ahh… haa akhh ah AHH! Ah…ah—haa, mmnnhhhh… ahnnhh" Chuuya menjambak sedikit rambut Dazai saat dia merasakan kalau miliknya sudah berada di dalam mulut Dazai.
Dazai melumatnya dengan gemas membuat tubuh Chuuya bergetar sangat hebat, saliva milik Dazai berjatuhan saat melakukan pekerjaan itu, Chuuya menahan desahnya dengan mengigit bibir bwahnya dan masih dengan tubuh bergetarnya, dia tidak bisa berkomentar dengan tindakan Dazai, dia-menyukai-nya!
Namun dia tidak bisa menahan desahannya dan dengan refleksnya mengeluarkannya, "Haa…, ahh—ah ah, haa…, akhh haa—ahh ah…, AHH! Ah Da—dazz… ah ah Dazai… ukkhh…" berkeringat tapi dia tau keringatnya sudah menyatu dengan air hangat dan kemeja basahnya, sementara Dazai menuntun satu kaki Chuuya berada di pundaknya, dan permainan lidah Dazai pun dimulai.
Memanjakannya dengan isapan dan jilatan, menggulumnya dan mengigit-gigit kecil di sekitar sana, membuat Chuuya mendesah sangat hebat, sudah lama mereka tidak melakukan ini, di kamar mandi, dan sekarang mereka sedang melakukannya. Sekali lagi, nostlagia memang sangat manis dan sangat panas.
Biasanya mereka melakukannya di sofa atau tempat tidur hangat di ruangan yang minim akan cahaya, namun mereka ingin mencoba mengingat kalau dulu mereka benar-benar gila, sangat gila, mereka melakukannya jika mereka ingin, bahkan di dalam mobil pribadi Chuuya, Dazai selalu tau kalau kekasihnya ini tidak pernah sabaran.
Chuuya meremas kepala Dazai dan semakin mendesah keras saat Dazai mulai memompa dengan mulut nakalnya, kepalanya maju dan mundur yang awalnya pelan, namun di detik-detik berikutnya, dia semakin cepat , tentu Chuuya tidak bisa menahan teriakannya, "Ahhh…, ahh—ahhh Da—AHH HAA AH AH AH! AKKHHH Aaaa! Nnnhh—ngghh…, k—kau" ucapnya terbata-bata dengan lenguhan erotis miliknya, Dazai meraih bagian belakang milik Chuuya dan menggenggamnya erat, membuat Chuuya semakin melenguh hebat.
"Daz—mmmnnnhh haa…, dazai…, ahh—ahh…., umm—mmmnnnnnnhhh…, haaahhh…, ah ah..., ahh—ahh..., ahh…, ukhh!" mencoba menutup suaranya dengan tangannya, Dazai menatapnya, Chuuya dengan nafas menggebu menatap sang seme di bawahnya, menatapnya dengan tatapan jengkel juga karna melakukan itu dengan sangat kasar. Yahh…, Chuuya tidak pernah mau jujur, kalau kasar kenapa dia selalu meminta lebih di setiap saat mereka melakukannya?
"Chuuya, aku minta jangan tahan suaramu..." ucap Dazai merendah.
"Haaa…, aku- haa" mencoba menjawab namun nafasnya sangat berat untuk menjawab ucapan Dazai, dia hanya bisa diam dan berusaha bernafas dengan nafas menggebunya.
"Ku bilang jangan di tahan, berteriak juga tidak apa..."
"Bodoh!" satu pukulan telak mendarat di kepala Dazai.
"Hehehe, Chuuya…, katakan kalau aku terlalu kasar, ya…" Dazai kembali meraih milik Chuuya, dan Chuuya menjawab, "Lakukan sesukamu sialan, kau bilang semua ini kau yang menentukan…" ucapnya sambil mengigit bibir bawahnya saat Dazai mulai memainkan miliknya dia sedikit mendesah pelan, membuat Dazai menyengir dengan tatapan yang menginginkan segalanya malam ini, juga.
"Kalau begitu aku minta jangan tahan suaramu" dan Dazai kembali memainkan miliknya dengan mulutnya, dan Chuuya melakukannya sesuai keinginan Dazai.
"Ahh—ahh…, da—ahh…, ahh—ah..., ahh akkhh...!" meremas kuat raven milik Dazai yang kembali memompanya dengan ritmenya yang sangat kasar itu, tapi Chuuya tidak menolaknya sama sekali.
Semakin cepat mulut Dazai berada di sana, dan suara Chuuya juga, "Ahh…, mmmnnn—nnnhhnn ah ah…, ahhh…! Akh! Ah-ah, si…,aahh si-sia…, ahhhh—akkh Dazai—da-daz…, Aaaa! A-a-a-a-aku…, AAA—AHHH, Aku ak—Ahh a-a-ak.. aku…" tanpa aba – aba yang cukup kuat Chuuya mengeluarkan cairan miliknya, dan tentu saja itu tidak menganggu sang seme untuk tetap memakannya, jadi dia memakannya seutuhnya, sementara Chuuya sudah melemas akan ini semua.
Memompanya kembali dengan ritme cepat, di sertai dengan isapan dan gigitan di sana membuat Chuuya kehabisan nafas dan hanya bisa mendesah pelan, "Ah…, ah.., ha…, mnnnhh ~ nngggg…, Ahh! Haa Da-dazai~" Chuuya kehabisan nafas, jadi dia menyerah menahan suaranya yang sudah berubah dan membiarkan suaranya mengalir walau itu lenguhan kecil.
Beberapa menit berselang dengan permainan mulut Dazai di sekitar area sensitifnya dan Dazai melepaskan mulutnya dari sana, antara kehabisan nafas atau ingin menatap Chuuya yang tenggelam dalam kenikmatan yang di buatnya, bahkan suaranya juga sudah berubah semakin kecil, Dazai berdiri, memeluk Chuuya, menatapnya yang kehabisan nafas.
Chuuya membenamkan wajahnya di dada milik Dazai, mencium setiap bau tubuhnya yang tercampur campur di sana, baik itu farfum, air, kulit yang basah, bahkan ada bau dirinya sendiri di sana, dia sangat menyukainya, apalagi jika Dazai berada di atasnya dan berkeringat, harum tubuhnya membuatnya sangat nyaman. Chuuya masih setia membenamkan wajahnya di sana, sambil meraba halus punggung milik Dazai yang masih tertututp kemeja yang basah.
Bibir basah, kemeja putih yang basah, mata sayu dengan pupil biru lautan, rambut mentari sore yang tergerai jatuh kebawah, sungguh sangat indah. Iris brown-kemerahan menatapnya setiap inchinya.
Dazai menautkan kembali bibirnya di sana, di bibir ranum itu dan menekannya sekali lagi, memanggil lenguhan yang sangat ia sukai itu, dan benar, Chuuya melenguh lagi, pelan namun indah, di tatapnya sekali lagi Chuuya, menepis beberapa helai rambut dari pipinya yang basah dan mengecup keningnya.
Chuuya meraih pundak milik Dazai, dan berusaha bersuara, "Dazai…, aku minta sesuatu…" ucapnya, Dazai menatap kekasihnya yang lebih pendek ini dan berkata dengan rendah, "Apa?"
Beberapa detik berselang, Dazai meraih pinggulnya, masih menatap si Chibi yang terengah engah ini, dia menunggu untuk permintaannya, Chuuya menatap lantai, Dazai hanya bisa menatap kepalanya dengan rambut senja itu. Mengecup puncaknya, seraya mencium bau rambutnya yang nyaman.
Dia angkat suara, mengigit bibir bawahnya dengan tatapan yang sayu, rona merah sangat merah dan suaranya yang kecil dengan sedikit desahan, "Buat aku menjerit di…, si…nihh…" ucapnya dan menatap Dazai dengan seluruh wajah ranum merahnya dengan wajah siap serang miliknya, dia membalikkan posisi punggungnya, punggungnya menatap Dazai, memberikan tontonan yang bagus untuk Dazai yang terdiam akan permintaan itu.
Chuuya menggodanya, Chuuya menggodanya ?
Dazai kaget tentunya, Chuuya tidak terlalu menyukai posisi ini, tapi dengan sangat senang hati dia akan memanjakkannya, apapun itu untuk si Nakahara kesayangannya.
"Ah, dasar tidak sabaran…"
Dazai meraih pinggul milik Chuuya, menepis rambut senja itu ke depan, dan menggigit tenguk belakang miliknya, dan kembali memanggil lenguhan hebatnya, "Ahh…"
Menghisapnya, menjilatnya dengan sangat manis, dan dengan keagresifan di dalam dirinya, membuat Chuuya melenguh kecil di setiap tindakannya, perlahan tangannya yang meraih pinggulnya itu di arahkan kedepan, meraba perut dengan tonjolan otot di sana.
Tapi sang penerima in bertindak lain, Chuuya malah meraih tangan Dazai ke depan dadanya, meminta untuk di layani di bagian sana, meminta lebih malam ini, sedikit kaget akan tindakan Chuuya tapi dia tidak menolaknya dan menuruti Chuuya, biarlah…, begitu pikirnya.
Dazai pun menurutinya, memainkannya gemas dengan tangannya, "Ah ahh.., akhh ahh—haa…, mmmmmnnnnhhh…, haa—Daz…, ah—ahh, ahh akkhh haa…, nnggghh…"
Tangan Dazai berpindah perlahan dia menepis kemeja di bagian punggung Chuuya, kemeja basah itu menggantung di tubuhnya, punggung kecil putih nan kuat itu menjadi fokusnya saat ini, sedikit bercak dari bibir nakal Dazai ada di sana, dan dia membuat tanda sekali lagi di sana , dan tangannya perpindah lagi di depan dadanya , sesuai keinginan Chuuya,
"Ahh, ahhh…, haa…, Da—dazai…, uhh.., mmmnnhhh…, nngghh…, ah-Daz…, haaaah…, ah!" lenguhan nikmat terdengar di telinga Dazai, sedikit simpul di bibir Dazai saat mendengarnya.
Air keran masih di nyalakan, semakin hangat, dan mereka semakin panas, Dazai masih sibuk dengan punggung milik Chuuya, dan Chuuya menikmatinya, semakin turun, Chuuya meraih apa yang ada, namun hanya dinding keramik yang putih dan itu terlalu licin untuk menahan rasa yang menjalar di tubuhnya ini, dan kembali menjerit saat Dazai meraih bagian belakangnya dengan gemasnya, Chuuya menatapnya kesal dan berkata "Bajing…, han…" masih dengan sedikit suara erotis.
Dazai malah tersenyum bak iblis jahanam, dan dia mulai bagian miliknya yang Chuuya sudah tau akan hal itu, saat kemeja biru dengan garis-garis itu di lepaskannya dari tubuh jakungnya, dada bidangnya dengan sedikit tonjolan otot dan perban yang menutupi dadanya, Chuuya menatap lantai keramik kamar mandi, mengigit bibir bawahnya.
Dia juga bisa mendengar Dazai sudah membuka celananya, mungkin Chuuya tidak ingin menatap Dazai dan miliknya itu, tentu dia selalu heran kenapa setiap kali melihatnya atau perasaannya saja semakin…., entahlah…, "Semakin besar saja, dasar sialan kau!" hanya itu yang terucap saat beberapa minggu yang lalu mereka melakukannya di motel setelah makan malam bersama. Chuuya heran, terlalu lama menunggu dia menoleh sedikit, tubuhnya tersentak saat Dazai meraih pinggulnya untuk semakin dekat, dan berkata, "Tahan di sana.."
"Akh..!" Chuuya sedikit berteriak saat merasakan satu jari mulai memasuki dirinya, dia menunduk menatap lantai keramik yang mengenangi air shower, lalu salah satu tangan Dazai menaut di mulutnya, Chuuya menggigitnya gemas dengan erotisnya dan saliva yang menetes jatuh menyatu dengan genangan air shower.
Walau dia tau di tau di mana letak kenikmatan milik Chuuya namun biarlah dia membuat Chuuya memenuhi kabut gairah di dalam dirinya, sesekali Dazai membuatnya menunggu, apa salahnya?
"Dazai…" panggil Chuuya dengan suara tersendat, di tatapnya Dazai dengan matanya yang tentu Dazai tau tatapan itu
"Kita lakukan seperti biasanya Chuuya, biarkan aku menikmati bagian milikku juga…" ucap Dazai dan dengan sedikit mendorong jarinya memasuki Chuuya lebih dalam.
"Ahhn! Tapi-ak..., ahh… ahh! Ce-cepa- ahn…" berusaha bersuara namun Chuuya hanya bisa menggeram nikmat pada Dazai di belakangnya.
"Chuuya sabar sebentar, aku juga perlu bagianku…"
"Tap- AKHH AHNN…, Daz-daz…, mmmnnnhhh…, ah…, ahh..,." sekali lagi Chuuya tersentak dengan rintihannya saat merasakan satu jari memasukinya lagi dan dengan leluasa Dazai masih menekan ke dalam diri Chuuya membuat Chuuya kembali melenguh nikmat dan menggigit tiga jari di dalam mulutnya, di gennggamnya tembok keramik atau lebih tepatnya seperti mencakar-cakar.
"Ahh…, ahh…, D-daz…, ahhnn…, ahh—ah…, ukkh" dengan ritme yang normal dia memaju mundurkan jarinya dalam diri Chuuya sementara Chuuya masih dengan suara erotisnya, hingga dia merasakan satu jari di tambahkan lagi dan membuatnya melenguh sejadinya, "AHHNN…, DAZ-DAZ…, AHH-AHH, AHH UHH…" sedikit menjerit saat tau ketiga jari itu mendorongnya lebih dalam, tepat di titik milik Chuuya, Chuuya tak tahan miliknya gencar mengeluarkan percum lebih, dan tangan Dazai berpindah dari mulutnya ke benda milik Chuuya, memompa miliknya dengan ritme yang sama ia lakukan di belakang.
Chuuya tak tahan, dia menjerit dan suaranya mengisi ruangan ini.
Tangan Dazai dengan lihainya bisa memanjakkan di dua tempat yang berbeda, "Da-da…, ahn!" Dazai menutup lubang kecil milik Chuuya dengan jari telunjuknya seraya menekannya, Chuuya malah menggenggam tangan Dazai, tak menginginkannya.
Sudah dasar sifat sadis itu, dan dengan dorongan di jari belakangnya dia memaksa Chuuya menurutinya, "Ahn…, tungg—ah Dazz…" dan tangan yang menganggu itu dia lepaskan, dasar iblis, pikir Chuuya.
Dan dalam suasana panas ini dan desahan erotis milik Chuuya Dazai memaju mundurkan jarinya namun dengan kasar dan hentakan dengan tidak normal membuat kaki Chuuya bergetar saat merasakan sensasi geli dan nikmat yang aneh itu menjalar di tubuhnya, sungguh sialan. Pikirnya.
Dazai sendiri tersenyum bak setan dengan gembira di lubuk hatinya saat memandang tubuh Chuuya, walau dia tidak bisa memandang wajah Chuuya saat ini, mungkin itu lebih baik, dia tidak bisa menahan kontrol gairahnya jika memandang wajah Chuuya saat ini seperti apa?
"Ahhnnn…, ah…, ahh…, ahnnn…, ahh…, ughh! Da-daz..., ahnn! Mnnnhhh…, ahnn.., nnngaahh! Ah ngghhnnn, ahh…" semakin menjadi-jadi saat Dazai dengan kuatnya menekan di dalam sana seraya memompa miliknya, dan dalam beberapa detik berselang Chuuya kembali berteriak, "Di san..., ahhnn…, nahh…, nnyahh…, di—Daz…, cep- ahh haa…"
Dazai sedikit tersentak saat jarinya ingin di keluarkan benar-benar di apit di dalam sana padahal mereka juga sering melakukan hal ini kenapa bisa sesempit dulu? Dengan suara milik Chuuya, perlahan dia mengeluarkan jarinya, sedikit kasar, membuat Chuuya menjerit sekali lagi.
"Chuuya, kau yakin ingin melakukannya di sini?" Dazai menahan tubuhnya agar tidak jatuh.
"Bu-bu...bukannya aku bilang teserah kau saja?" ucap Chuuya dengan terengah-engah dan menatap Dazai di belakangnya, di atasnya sedikit.
"Huh…, aku sihh boleh saja tapi, aku tanya sekali lagi…, kau yakin atau tidak?"
"Ukkhh…" Chuuya merasa terbebani saat dirinya di tanya dengan pertanyaan sialan ini, sementara dirinya juga merasa panas sendiri dan merasa risih.
"Aku…." ucapnya dengan tatapan penuh kabut gairah, Dazai tersenyum bangga menatapnya. Sadis.
"Hm…?" gumamnya memancing.
"Bangsat, sudah jangan banyak tanya cepat lakukan…, kau bilang kau yang mengendalikan semua permainan ini bukan?" Chuuya berteriak masih dengan kabut di matanya.
"Dasar Chuuya, tidak pernah mau sabaran…" Dazai mendekatkan dirinya ke kekasihnya ini dan mengigit daun telinga miliknya, berbisik dalam. Chuuya menutup matanya rapat.
"Katakan berhenti jika kau ingin berhenti" ucapnya masih dengan nada suara yang sama.
Perlahan di raihnya pingul ramping milik Chuuya, mendekatkan bagian belakangnya ke dirinya.
"Dazai…" panggil Chuuya dan menoleh pada kekasihnya.
Dazai menatap Chuuya saat mendengarnya menyebut namanya, suara Chuuya sangat kecil sangat halus dengan bibir ranum dan wajahnya yang sama merahnya dengan kepiting, "Jangan berhenti…" ucapnya dengan raut wajah yang membuat Dazai juga tidak sabaran, dan tentunya seluruh bagian ini di berikan pada kepawaian sang Osamu dalam permainan ini.
"Baik…" Dazai meraih bagian belakang milik Chuuya, memulai bagiannya.
Chuuya mengangkatnya setinggi yang ia bisa, dan dalam beberapa detik berikutnya dia merasakan sesuatu mulai memasukinya, sesuatu yang keras.
"Ahhh…, akhhh! Ahh ahh ah ah ahhhkkk! NNNNGGGGG—NNGGAHHH, AKKHH!" Chuuya mendesah hebat saat merasakan kalau Dazai sudah memasukinya, mencoba meraih sesuatu, tidak ada yang bisa di raih, dalam jeritan dan lenguhan dia mencakar tembok keramik kamar mandi dan menatap lantai "Ha…, ha…, ahh..., Nnnnh! Haa..." menghela nafas namun dengan lenguhan di sana, sungguh sialan saat Dazai tidak memberikannya aba-aba saat memasukinya.
Kakinya sedikit bergetar, menoleh kebelakang dia menatap Dazai yang merasakan hal yang sama di sana, tentu Dazai menikmatinya sedikit mendongak ke langit-langit kamar mandi, sudah lama juga sejak Dazai tidak melakukan hal ini dengan kekasihnya. Beberapa menit berselang saat mereka membiarkan diri mereka menyatu dan beradaptasi, Chuuya bisa merasakan semua milik Dazai berada di dalam dirinya, detakan jantungnya, aliran darah, bahkan perasaan cinta miliknya juga, Dazai merasakan hal yang sama juga, saat miliknya benar-benar di apit oleh Chuuya di dalam sana dengan kehangatannya sendiri, dia merindukannya sedikit, dia juga bisa merasakan kalau Chuuya adalah miliknya, seutuhnya malam ini, sangat beruntung, sangat, dan dengan sangat menggema Dazai mulai membuka suara.
"Kau siap Chuuya?" rendah dan menggema, untuk momen ini Chuuya menyukai suara itu.
"Uhh…, umm…" Chuuya mengangguk dengan wajah sedikit kesakitan namun dia tetap menyukainya.
Dazai meraih pinggul milik Chuuya dan memundurkan pinggulnya sendiri, Chuuya menggigit bibir bawahnya dan masih menatap lantai keramik kamar mandi dan di detik berikutnya…,
Suara handphone terdengar nyaring di dalam kamar mandi di tumpukan pakaian di dalam keranjang, mereka sama-sama menoleh ke sana, ke arah suara penganggu.
Hening menyelimuti.
Suara keran mengisi di tambah suara dering itu yang mengganggu.
Mereka diam sejenak.
Siapa yang menelpon?
Apa tidak bisa di lihat di sini mereka sedang menikmati waktu bersama?
Dazai berhumpat dalam hati, sangat kesal tentunya, bagiannya di ganggu gugat seperti ini.
Chuuya tentunya juga kesal akan ini, namun dia juga butuh waktu untuk bernafas dia juga tau Dazai akan marah habis-habisan.
"Dazai…" panggil Chuuya dengan suara sedikit serak, dia menoleh pada Dazai.
"Apa? Kau mau menyuruhku mengangkatnya?" nada suara Dazai tidak senang sama sekali.
"Angkat sebentar saja" Chuuya sedikit menggeretakkan giginya, menoleh pada Dazai di belakang sana.
"Tapi kalau di angkat aku harus masuk lagi dongg, repot!" ucapnya dengan wajah kesal.
"Cepat makanya!" teriak Chuuya yang sama kesalnya, ingin marah seperti, 'kenapa otakmu itu dungu sekali di tambah tidak inisiatifnya mematikan handphonemu, sialan!' tidak, Chuuya tidakmarah sama sekali.
Wajah cemberut dia lontarkan pada Chuuya, namun dia mengalah karna menatap wajah belas kasihan atau tidak sabaran Chuuya akan dirinya. Dazai menghela nafas.
Dan dengan tenaga Dazai mengeluarkan dirinya dari Chuuya membuat Chuuya kembali mejerit karna tiba-tiba," Akkhhh uhhh…, nngahhhh!" Dazai sudah keluar sepenuhnya dari dalam diri Chuuya, dan saat semua ini selesai dia akan menghajarnya karna seenaknya.
Chuuya mengambil nafas dalam namun masih dalam posisinya, menatap lantai kamar mandi, dan menatap butir-butir air shower yang berjatuhan, di tatapnya Dazai yang keluar dari ruangan shower, dan dengan tenaga yang terkuras sedikit bergetar di kakinya dan nyeri di bagian bawahnya dia mengikuti Dazai.
Salahkan juga tubuh Dazai sangat tinggi darinya membuatnya juga harus kesusahan saat mengangkat bagiannya.
Sementara Dazai mengambil handuk dan melilitkannnya di pinggangnya acak-acakan, dalam keadaan basah dia mencari handphone miliknya,dan menemukannya.
"Hallo.." ucapnya datar, "Atsushi-kun jangan menggangguku dengan curahanmu soal Akutagawa, yaa" ucapnya semakin datar.
"Maafkan aku.., maaf menganggumu malam-malam begini Dazai-san, bu-bu...bukan soal si penguntit itu kok!" suara Atsushi juga sedikit berteriak karna menyinggung masalah tersebut.
"Cepat katakan aku sedang sibuk sekarang"
"Ada pekerjaan yang harus Dazai-san kerjakan malam ini…, Kunikida-san baru saja menelponk , aku menunggumu di restoran dekat terminal ya.."
"Kenapa harus aku…, kenapa tidak yang lain?" Dazai berusaha menjaga suaranya agar terlihat tidak terlalu marah.
"Karna Dazai-san bolos selama 5 jam tadi, jadinya kata Kunikida-san ini adalah hukuman untukmu" jawab Atsushi dengan nada normal, yang pastinya dia juga sedikit senang karna Dazai bisa di hukum atas kemalasannya.
"Huhh…, begitu rupanya, apa pekerjaanku seperti menghabisi sekelompok pembunuh atau apa?" sekarang Dazai benar-benar di makan emosi. Dia tersenyum sadis yang Atsushi tak tau.
"Tidak tau…, hanya bertemu klien malam ini…" merasa ada aura aneh, namun bukan di sampingnya.
"Akan ku cabik – cabik kliennya…"
"Jangan lakukan itu!"
"Kenapa memangnya? Siapa suruh menganggguku?"
"Dan siapa suruh Dazai-san bermalas - malasan tadi? Bukan salahku sepenuhnya di sini, aku juga perlu isthirahat tau, cepatlah aku menunggumu…"
"Tunggu aku di sana Atsushi, aku juga akan mencabikmu"
"Ho-"
Dan sambungan pun terputus, sengaja di putuskan Dazai. Dia menoleh kebelakang, Chuuya dari tadi berdiri di belakangnya sambil bersender pada kaca ruangan shower dan melipat kedua lengannya dan mengeluarkan ekspresi kesal, tentu dia kesal. Wajah cemberut khasnya dan sedikit di sertai wajah khasnya saat bekerja namun begitu tetap saja Chuuya manis di mata Dazai, ohh yaa terutama dengan hanya handuk yang terlilit di pinggangnya dan bekas-bekas mulut nakal-sialan Dazai dengan permainan kasarnya di tubuhnya.
"Kau memang sialan! Dan kau benar-benar, apa,ya? Bodoh!" hanya itu komentar Chuuya.
"Chuuya jangan marah dong…" Dazai melontarkan wajah khas kanak kanak dengan cemberutnya.
Chuuya memang tidak pernah sabaran, dan Dazai selalu bodoh dengan tindakannya serta kemalasannya.
"Aku tidak marah…, aku kesal!" jawabnya datar, Dazai menelan ludahnya sendiri.
Ah, seandainya dia bisa memutar waktu dia ingin 5 jam sebelumnya menjadi pria rajin seperti penggambaran orang-orang tentang orang jepang pada umumnya.
"Heee…." Dazai malah cemberut sekarang.
"Lain kali malas-malas saja kau, ya?" Chuuya malah tersenyum yang membuat hati Dazai semakin pedi , seperti senyuman ingin menikamnya atau apa.
"Heee…." Dazai berjalan kearah Chuuya dan berkata "Jangan marah, jangan marah yahh Chuuya, Chuu~" ucapnya sambil merengek memegang kedua pundak Chuuya.
"Saat ini moodku sedang baik untuk tidak marah-marah, jadi…, aku minta kau pergi sekarang, selesaikan pekerjaanmu, dan kembali secepatnya…" Chuuya meraih pundak Dazai dia tau kalau urat di kepalanya sudah terlalu banyak, dan melepaskan tangan Dazai dari pundaknya menatapnya masih dengan tatapan datar, memang Chuuya sedang marah tidak terlalu emosi , mencoba menahannya.
"Lalu kita lanjutkan lagi?" Dazai tersenyum khas anak-anak.
Semburat di pipi merah Chuuya "Aku mencoba untuk tidak marah ya sialan, jangan pancing emosi ku saat ini!" teriaknya dengan satu jitakan di kening Dazai, masih menahan emosinya.
"Tetap saja Chuuya masih mau emosian fufufu…" suara tawa kecil, Chuuya dengan urat nadi di kepalanya menatap Dazai kesal.
"Cepat sana kau kerja, semakin cepat semakin baikk begooo!" teriaknya kesal sambil mengepal satu tinju di tangannya, masih menahan amarahnya.
"Oke, tapi aku mau…, Chuuya pakaikan bajuku, ya?"
Satu pukulan tepat mendarat di Dazai kena telak di pipi kanannya, "Pakai sana sendiri!" teriaknya kesal dan berjalan keluar dari kamar mandi seraya menghentakkan kakinya, tetap saja dia tidak bisa menahan emosinya.
.
.
.
.
.
Sesampainya Chuuya di dalam kamarnya, dia membuka lemari pakaiannya memakai piyama tidurnya, hanya memakai celana pendek berwarna hitam yang tidak menutupi pahanya, namun memang beginilah kalau Chuuya jika tidur, yang terkadang Dazai dengan jahilnya menarik kakinya atau meraba mulus pahanya itu, dengan cepat Chuuya membogemnya telak. Sebenarnya dia juga tidak mau Dazai pergi bekerja namun kebodohan memang selalu ada pada orang jenius sekalipun, menghela nafas dan menutup lemari pakaiannya.
"Kenapa aku bisa jatuh hati dengan orang bodoh,ya?" gumamnya dalam hati.
Mengingat apa yang mereka lakukan barusan di kamar mandi membuat Chuuya memerah padam, dilihatnya Dazai yang memasuki kamar dengan kemeja belum terkancing rapi dan celana kream pucatnya yang berantakkan juga.
"Chuuya lihat dasiku tidak?" tanyanya membawa rompi coklat delapnya.
Dia memandang Dazai dengan ketidak elitannya, dan dia mendekat pada Dazai memberikan sebuah kasih sayang yang sepele namun manis dengan mengkancing kemeja Dazai dan memakaikannya rompi coklat gelapnya.
"Aku masih heran…" ucap Chuuya, menatap wajah Dazai datar.
"Eh, kenapa?"
"Kau itu…, bodoh atau pintar?" sontak pertanyaan itu memunculkan seringai ketidak puasan Dazai.
"Aku jadi apapun yang ku mau…" ucapnya dan satu pukulan di uluh hatinya di berikan oleh Chuuya dengan tidak elitnya, Dazai terkekeh dan Chuuya berjalan keluar dari kamar.
Dalam helaan nafas dan memaklumkan semua sifat yang ada dalam diri Dazai, terpaksalah dia juga ikut mencari dasi milik Dazai dan mendapatkannya di meja ruang tamu. Es-es di dalam ember juga sudah mulai mencair, botol wine yang tidak habis masih setengah di tuangkannya tadi, dan gelas yang jatuh.
"Oi Dazai sialan ,kemari kau!" teriaknya, dan Dazai muncul dengan sedikit rapi dari menit sebelumnya saat Chuuya melihatnya.
"Si-si..sini, biar kupakaikan dasimu..." ucapnya sedikit malu namun masih dengan suara kasarnya.
"Oh, baik sekali, seandainya Chuuya istriku,ya" Dazai menaikkan sedikit bahunya dan berjalan menuju Chuuya, Chuuya memikirkan perkataan Dazai barusan.
Pendamping Hidup?
"Kenapa diam?" tanya Dazai yang sudah berada di hadapannya dengan bau farfum kesuakaan milik Chuuya juga cocok di pakai untuk Dazai.
"Bukan, bukan apa-apa…" ucap Chuuya yang mulai memakaikan dasi dengan manik hazel zambrut di dasinya itu pada kerah kemeja Dazai, Dazai memperhatikannya.
"Hmmm, kau memikirkan candaanku barusan?"
Matanya sedikit terbelalak mendengarnya.
"Tidak lha…" Chuuya mencoba tenang.
"Aku sudah bisa menebak semua dari dirimu Chuuyaku sayang…"
Semburat merah dan tatapan jengkel di lontarkannya pada Dazai.
"Hehehe, kau mau menikah denganku?" ucap Dazai dengan senyum poslos dan meraih kedua tangan Chuuya yang sudah selesai dengan pekerjaannya itu.
"Huh?" Chuuya sedikit kaget.
"Bercanda hahaha" Dazai malah tertawa khas anak-anak.
Chuuya malah menarik kerah pakaian Dazai dan berteriak "Kau sialan!"
"Bercanda Chuuya, jangan marah…" Dazai mengangkat kedua lengannya tanda dia menyerah.
Tatapan kesal itu perlahan memudar dengan pelannya, lalu Chuuya melepaskan genggaman kuatnya dari kerah pakaian Dazai.
"Huhh, jangan bercanda denganku soal begituan, ku bunuh kau, sungguh!" ucapnya dan duduk di sofa, sedikit menghentakkan dirinya.
"Hehehe…" Dazai tertawa, lalu menuangkan sedikit Wine ke gelas yang ada dan meminumnya dengan cepatnya.
"Baiklahh, aku pergi,ya…"
"Ya…" jawab Chuuya datar, dia mengambil sebungkus rokok dari saku mantel yang terbaring di lantai, dia tidak menatap Dazai.
"Jawab yang jujur dong Chuuya…"
"Apa maksudmu?" Chuuya menyalakan rokok miliknya menghembuskan satu nafas dengan asap dari bibirnya.
Dazai menyentuh kepala mungilnya dan membelainya pelan, dan mengecupnya di sana, "Bicara saja padaku apapun itu yang ada di benakmu, ya…?"
Chuuya hanya diam.
"Karna aku tau kau memikirkan sesuatu, tidak biasanya kau pendiam seperti ini.."
Mata Chuuya sedikit terbelalak, mulutnya yang mengapit sebatang rokok hanya diam.
"Sok tau kau.." jawab Chuuya di selingi tawa kecil.
"Tau, aku tidak pernah melihatmu memintaku begini dan begitu saat melakukan hal yang barusan itu"
"Bo-bodoh! Itu sudah lain cerita dasar idiott!" jawab Chuuya memerah dan kasar.
"Menurutku sama saja" Dazai mengedikkan bahunya.
"Terserahmu…, sana nanti kau terlambat!" balas Chuuya cuek dan kembali pada rokoknya.
Dazai tersenyum memandang Chuuya, dia sudah terbiasa dengan sifat kurang jujurnya Chuuya pada perasaannya sendiri.
"Ittekimasu…" ucapnya dengan senyuman hangat dan pergi, pergi dari hadapan Chuuya, Chuuya memperhatikan sosok itu yang menjauh, abu rokok mulai menumpuk dan sedikit jatuh.
Dia juga ingat punggung yang sama saat meninggalkannya.
Tunggu, apa Chuuya juga yang meminta Dazai untuk pergi barusan?
Chuuya memintanya lagi, walaupun tidak terlalu berat seperti sebelumnya, lagi pula ini pekerjaan, bukan? Dia yakin Dazai akan kembali, dia sangat yakin.
Pasti, tentu sangat pasti, namun seperti yang dikatakan…, Terkadang Chuuya berpikir dalam hatinya, tedengar sedikit menggelikan, tidak memang menggelikan kalau dia bertanya hal memalukan ini pada Dazai,
.
"Apa kau benar-benar mencintaiku, Dazai?"
.
Atau
.
"Kau mencintaiku dari apa? Dan karna apa?"
.
Chuuya sedikit tertawa pada dirinya, pada pertanyaan bodoh itu, terkadang muncul di benaknya, selama beberapa hari penuh ini. Sebelum bertemu Dazai di hari ini, dia selalu saja bertemu dengan pemandangan seperti pernyataan cinta yang sedikti menjijikan di depan umum dan lainnya, dia juga yakin Dazai mencintainya, sepenuhnya.
Kalau tidak untuk apa mereka saling berbagi kehangatan…, seperti barusan yang mereka lakukan di kamar mandi, tidak ada alasannya, tidak pernah ada alasannya.
.
'Semua ini tidak memerlukan alasan'
.
Tapi terkadang keraguan itu selalu ada, tentu keraguan itu selalu ada di setiap kehidupan, semua orang juga mengalaminya walau kita sudah sangat percaya akan semua hal yang ada dan semua kejadian yang ada, tapi apa salah kalau kita bertanya sedikit saja?
Chuuya memadamkan api di ujung rokoknya, bau tembakau menyengat menyelimuti ruangannya, asapnya mulai memudar dan dia berbaring di sofa, menatap langit-langit ruangan.
.
"Bicara saja padaku apapun itu yang ada di benakmu,ya…?"
.
Teringat akan perkataan sang pujaan hatinya, tersimpul kecil di wajahnya. "Aku tidak tau ingin mengatakan apa Dazai…, aku juga tidak tau bagaimana menjelaskannya? Konyol!" Chuuya membalikkan tubuhnya, pandangannya menatap setiap barang barang di atas meja jati yang di poles antik dengan kaca disana, lalu terlelap.
.
.
.
.
.
Countinued
.
.
.
.
OMAKE
Update? Ahahahaha ha? Tak tau…, satuski di sini sedang sibuk desu , jadi ya .. di tunggu saja desuuu…, laporan setelah pkl oii guru-guru sok sadis, mereka mejijijkan :'v
BETEWE MA SISTAHH NAHH INI UNTUKMUUU DESUU MANA GANTIANNN! HAPPY BIRTHDAYY YA HABEDEEEE GANTUGAN UNTUKMU BEBB :** di tunggu anuanuanu yeee :v dad-u-know-wat-ai-mean :v /GANTUNG WOII, Btw sis ku tercinta dan terhardcore sejagat~ , memang ini di unggah sebelum hari H mu , I m sorry my uke (!?) I m buisy in here huhu ( T–T ) and i really got damn miss you ^ 3 ^ ) *peluk Cylva / WTF YOU FUCKING DISGUSTING!
Selamat Ultah,ya sis /KAU KASIH AKU GANTUNGAN DASAR SIALAN / ng? ( ' ~ ' ) ? alah sis sesekali ( ' 3 ' )~ /OII
Eh, saya lupa nihh… , saya akan kembali di tanggal 29 April, semoga~ , untuk yahh "sesuatu" , sesuatu apa? ingin menunggu itu ? Silahkan cek fanfic saya dengan judul "Difficult" ( o w o ) , nanti akan saya umumkan di sana…, atau untuk jelasnya langsung kunjungi facebook saya = Satsuki Grey
Untuk selanjutnya akan memakan update yang cukup lama :v selamat bermasoo ria.
Untuk selanjutnya saya akan balik hiatus…, selamat bermaso ria :v
Peluk cium dari saya muahh BAIIII BAIII! / ngacirr / fansgirl skk ngejar bawa parang
satsuki grey
(omakenya gak guna bet, setiap omake saya emang gak guna bet :''v)
.
.
(Telah di ubah dari naskah awalnya karna mengandung banyak typo berlebihan, jika ada typo dan lainnya silahkan tinggalkan pesan atau review untuk perbaikannya, Onegaishimasu…)
(The Bgm was = "Dj Snake – Talk" )
