BOY IN LUV
.
.
SRAAK!
TANG!
BUGH!
KRIIEEET!
Suara yang tidak bisa dibilang tenang terdengar di sudut sebuah sekolah khusus namja.
Kalau kalian berpikir suara itu berasal dari orang yang berkelahi, tentu jawaban kalian salah. Karena suara gaduh itu berasal dari seseorang yang sedang membuka lokernya dengan tergesa, dan mengambil segala yang ada di dalam lokernya dengan cepat.
Min Yoongi.
Dialah pelaku utamanya. Ya. Yoongi memang seperti itu. Bertindak apapun dengan semaunya. Terkenal sebagai orang yang tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya, terkesan sangat cuek, dingin, tetapi di lubuk hatinya yang terdalam, Yoongi adalah orang yang sangat penyayang dan sangat peduli, apalagi ketika menyangkut tentang sahabat dan keluarganya.
Seperti saat ini, siang ini, Yoongi telah selesai mengikuti pelajaran di kelasnya, dan bersiap untuk pulang ke rumah. Entahlah, moodnya sedang tidak baik sekarang. Sejak pagi hari ada saja yang membuatnya kesal. Mulai dari bangun tidur yang terlalu siang, ocehan guru yang dia terima, ocehan Organisasi Siswa yang menegurnya karena tidak beratribut lengkap ke sekolah, serta ulah kedua sahabatnya yang membuatnya kesal, sampai membuatnya sangat tergesa membereskan barang-barangnya yang dia simpan di loker sekolah supaya bisa sampai di rumah dengan cepat dan menenangkan dirinya.
"Aish!" Ujar Yoongi dengan kesal saat merasakan tasnya tersangkut di lokernya sendiri.
Yoongi membuka matanya lebar-lebar melihat sesuatu yang terselip di pintu lokernya bagian atas, yang sedari tadi luput dari pandangannya.
Yoongi menarik tasnya yang tersangkut, dan mengambil sebuah amplop berwarna ungu yang dia temukan dan membukanya.
"jangan memasang wajah aroganmu terus, manis di wajahmu akan hilang"
Yoongi menautkan alisnya saat membaca tulisan di secarik kertas di dalam amplop.
"siapa peduli" ujar Yoongi cuek yang kemudian memasukkan kembali kertas itu ke dalam amplop dan melihat sekeliling untuk melihat mungkin saja orang yang menulis surat itu ada disana, tapi nyatanya nihil. Yoongi memandangi amplop di tangannya, dan tidak berniat untuk membuang amplop itu, padahal tempat sampah terus menatapnya dari sudut ruangan, menawarkan diri dengan sukarela untuk diisi oleh sesuatu yang Yoongi pegang.
Tapi nyatanya?
Yoongi memasukkan amplop itu ke dalam saku seragamnya, dan berjalan dengan cepat keluar ruangan. Tidak lupa mengucapkan selamat tinggal pada tempat sampah yang masih menatapnya seolah merayu Yoongi untuk mengisinya.
.
"ayo pulang!" ujar seorang namja tinggi sambil merangkul temannya yang bertubuh lebih kecil.
"temani aku ke kantin dulu, Taehyung ah~" ujar namja yang bertubuh kecil dengan wajah lesu.
"ya~ Park Jimin~ ada apa dengan wajahmu? Hei, apa kau ketahuan menonton video yadong tadi di kelas? Apa-"
PLOK!
Namja bernama Park Jimin memukul kepala temannya yang lebih tinggi –Taehyung¬- tepat di kepala.
"berhenti berbicara mesum dan cepat temani aku ke kantin! Aku lapar!" Jimin memberikan deathglare kepada Taehyung dan meninggalkannya dengan jalan lebih cepat.
Taehyung hanya meringis dan mengikuti Jimin di belakang sambil mengerucutkan bibirnya.
"apa yang salah?"
"KIM TAE-"
"arasseo!"
Taehyung mensejajarkan langkahnya dengan Jimin dan berjalan beriringan menuju kantin, sebelum sahabat sejatinya ini berteriak lagi.
.
Di perpustaakn sekolah, tepatnya di sudut ruangan, dua orang namja sedang duduk berhadapan, lengkap dengan buku dan peralatan tulisnya di meja. Beberapa buku juga ada di hadapan mereka berdua.
Kim Namjoon dan Jung Hoseok.
Kalian mengira mereka sedang belajar?
Hemmmm...
"4log 8 + 27log 9" gumam salah satu dari mereka sambil tangannya terus menulis di buku yang ada di hadapannya.
"—tulisanmu jelek sekali, Namjoon ah~ aku sulit membacanya" lanjutnya.
"Ya! Kau ini sudah dikasih enak tinggal menyalin, masih saja protes! Cepat selesaikan atau aku ambil bukuku!" ujar namja di hadapannya yang bernama Namjoon, yang sedaritadi asik dengan handphone dan headset yang terpasang rapi di telinganya. Entah apa yang sedang di tontonnya, Hoseok tidak peduli, yang penting dia bisa menyalin jawaban matematika yang ditugaskan oleh gurunya.
Beruntung sekali dia memiliki sahabat pintar seperti Namjoon.
"Yoongi benar-benar pulang?" tanya Namjoon tiba-tiba.
Hoseok hanya mengangkat bahunya dan terus melanjutkan menyalin jawaban dari buku Namjoon.
"Ah, pasti Yoongi marah karena kita tadi mengganggunya. Kau sih, sudah tahu Yoongi galak seperti itu, masih saja mengganggunya, kalau begini kan kita juga yang akan kena masa-"
"Ya, Kim Namjoon! Kau bawel sekali, aku tidak bisa konsentrasi mengerjakannya! Ini dikumpulkan besok kan, Namjoon? Jadi aku harap kau diam sedikit saja" ujar Hoseok santai setelah memotong ucapan Namjoon.
"mengerjakan apa? Kau menyalin jawabanku, Jung Hoseok!" Namjoon meninggikan suaranya, dan berhasil membuat semua mata yang ada di perpustakaan tertuju pada mereka berdua.
.
SRENG!
SRENG!
Suara sendok yang beradu dengan mangkuk terdengar sangat berisik di meja Jimin dan Taehyung. Mereka sedang makan bersama di kantin sekarang.
"Ya! Kim Taehyung! Itu minumku!" ujar Jimin kesal sambil memukul tangan Taehyung yang sudah memegang gelas minuman milik Jimin menggunakan sendok.
"siapa peduli—" jawab Taehyung santai dan langsung meneguk minuman milik Jimin.
Jimin hanya menggerutu melihat tingkah sahabatnya yang aneh itu, dan langsung membuang wajahnya ke arah samping, melihat sosok yang sangat dia tahu.
Jimin menyenggol tangan Taehyung yang masih meneguk minumannya.
"Ya, Taehyung ah! Ada Jungkook!" ujar Jimin lirih, tetapi masih bisa didengar Taehyung.
Taehyung membulatkan matanya ketika mendengar ucapan Jimin dan matanya melirik ke arah samping, melihat seseorang yang bernama Jungkook berjalan membawa makanannya seorang diri.
"Hoeks, Kim Taehyung, kau jorok sekali!" kali ini Jimin benar-benar memukul kepala Taehyung menggunakan sendok makannya, karena melihat air yang terus masuk ke dalam mulut Taehyung tetapi namja aneh itu tidak menelannya. Alhasil air itu keluar dari mulutnya dan mengucur ke bawah membasahi seragam sekolahnya.
"Aish, basah!" ujar Taehyung sambil meletakkan gelas Jimin di hadapannya.
Seseorang bernama Jungkook mendengar ucapan Taehyung. Dia menoleh dan melihat keadaan Taehyung yang...
"jangan hiraukan dia, dia memang seperti itu" Jimin membuka suara ketika melihat Jungkook menatap Taehyung dengan tatapan anehnya. Membuat Taehyung ikut menoleh ke arah Jungkook yang duduk di meja sebelahnya.
Jungkook mengangguk sambil tersenyum menanggapi ucapan Jimin.
Dan demi apapun, Taehyung hanya bisa terdiam dan membuka mulutnya tanpa sadar ketika melihat Jungkook tersenyum manis seperti itu.
Jimin yang melihat 'penyakit' sahabatnya muncul langsung menghabiskan makannya, dan langsung mengajak Taehyung berdiri, menariknya keluar dari kantin dengan tergesa-gesa, tanpa menyadari sebuah tatapan dari sepasang mata indah terus mengamati sampai mereka menghilang dari kantin.
.
Keesokan paginya...
"Selamat pagi, Min Yoongi~"
Suara sapaan dari seseorang yang sangat dia kenal –Namjoon- membuat Yoongi melirik malas dan melanjutkan langkahnya melewati koridor sekolah.
"kau menyapa atau mengejek?" tanya Yoongi dingin sambil membelokkan langkah kakinya masuk ke ruang loker.
Mengejek?
Kenapa Yoongi bertanya demikian?
Yah, bukan sebuah rahasia lagi kalau seorang Min Yoongi sangat terkenal dengan tidur hibernasi dan kemalasan untuk bergerak, terutama saat bangun dari hibernasinya.
Itulah yang menyebabkan dirinya sering datang terlambat ke sekolah.
"ya! Pagi-pagi sudah sensitif. Omong-omong, sudah mengerjakan tugas matematika? Pelajaran pertama loh~"
Yoongi mengernyitkan dahinya setelah berdiri di depan lokernya.
Bukan. Bukan karena ucapan Namjoon yang membuatnya teringat dengan tugas matematika, melainkan...
SRET!
Yoongi menarik sebuah amplop yang diselipkan di pintu lokernya, dan langsung memasukkannya ke dalam saku seragam, tanpa berniat membukanya.
"Ya! Min Yoongi, aku bicara padamu" ujar Namjoon sambil mengeluarkan isi tasnya termasuk buku pelajarannya untuk ditata ulang.
Yoongi menoleh seketika, dan menjulurkan tangan ke arah Namjoon.
"wae?" tanya Namjoon polos.
Dengan tatapan malas, Yoongi melihat tumpukkan buku pelajaran di tangan Namjoon, dan melihat buku matematika yang terletak paling atas. Tanpa menunggu aba-aba, tangannya langsung mengambil buku Namjoon dan meninggalkan Namjoon di ruang loker, membuat Namjoon geleng-geleng melihat sikap sahabatnya itu.
"tidak Hoseok, tidak Yoongi, sama saja~ kalau bukan sahabat sudah aku—"
"APA?!" suara ketus Yoongi yang berjarak tidak jauh darinya membuat Namjoon menutup mulutnya dengan tangan, dan dengan cepat menutup lokernya.
.
Jimin berdiri di depan kelasnya, menyandarkan punggunya di dinding kelas sambil melihat ke arah lapangan yang belum begitu ramai, sambil mulutnya menyedot susu kotak.
Supaya tinggi? –oh mungkin.
"dududududu~" Jimin menoleh saat melihat sahabatnya... siapa lagi kalau bukan si alien Taehyung berjalan melewatinya begitu saja tanpa menyapa atau meliriknya.
Jimin memutar kedua bola matanya malas dan meremukkan kotak susu yang ada di tangannya, melempar tepat ke kepala Taehyung dari belakang.
Taehyung langsung memutar tubuhnya dengan slow motion dan dengan ekspresi yang di dramatisir.
"oh? Jim? Kau disana sejak tadi? Aku tidak melihatmu" ujarnya cuek dan langsung melangkah dengan cepat masuk ke kelasnya sebelum sahabatnya menendang bokongnya seperti biasa.
Beginilah Taehyung. Seringkali berpura-pura tidak melihat Jimin karena tubuh Jimin yang memang lebih pendek dari matanya. Dan kali ini hanya dibalas seringaian dari bibir Jimin.
Beberapa detik kemudian, Jimin berbicara dengan nada yang sedikit berteriak-
"selamat pagi, Jungkook~"
Mendengar Jimin menyebut nama Jungkook, Taehyung langsung berlari keluar dan menghampiri Jimin dengan wajah polosnya.
"Dimana Jungkook? Aku ingin melihatnya disaat pagi hari seperti ini. Di udara yang sangat sejuk seperti ini, ingin menyapa dan mengajaknya bicara banyak hal~ oooh pasti wajahnya sangat bersinar dan, hei! Coba kau dengar Jimin, suara angin di pagi hari seperti ini seperti suara desahan anak gadis yang membuat harimu bersemangat, Jim" ujar Taehyung panjang lebar, membuat Jimin mual seketika.
"kau bicara apa? Jungkook? Pagi hari? Angin? Desahan? Kau sehat, Taehyung?" Jimin melangkah melewati Taehyung dan terdiam ketika sampai di depan pintu kelasnya, karena matanya melihat ke satu arah.
Tangga.
Tangga yang menjadi pembatas antar kelas.
Jimin melihat sesuatu disana –atau mungkin seseorang-
Taehyung kembali memutar tubuhnya ketika menyadari Jimin sudah tidak berada di hadapannya.
"ya! Dimana Jungkook?" tanya Taehyung kesal, membuat Jimin mengerjapkan matanya dan mengalihkan pandangannya ke arah Taehyung.
"pergilah ke kelasnya. Mungkin dia disana" jawab Jimin enteng dan melangkah masuk ke dalam kelas.
Ya. Jimin berbohong telah menyapa Jungkook tadi. Karena Taehyung sangat terobsesi dengan adik kelas yang terlihat manly, imut, manis dan cantik secara bersamaan itu.
.
Yoongi menatap ke arah papan tulis dan mendengarkan ucapan gurunya saat menerangkan sebuah teori yang membuat perutnya mual.
Yoongi melirik ke sekeliling kelas, semua teman satu kelasnya fokus mendengarkan teori baru yang dilontarkan oleh guru mereka, tidak terkecuali dua sahabatnya, Namjoon dan Hoseok, yang duduk sejajar dengan dirinya. Beberapa kali mata Yoongi bertemu dengan Hoseok yang juga terlihat jengah dengan keadaan ini, berbeda dengan Namjoon yang sangat fokus dan beberapa kali mencatat hal penting yang baru saja dia dapatkan dari guru.
Yoongi mencoret-coret bukunya dengan kata-kata yang.. bahkan dia sendiripun tidak mengerti maksud dari tulisannya, sampai tiba-tiba dia teringat dengan sebuah amplop yang kembali dia dapatkan di lokernya.
Diam-diam Yoongi mengeluarkan sebuah amplop dari saku seragamnya, dan matanya sesekali melirik sang guru yang masih sibuk dengan teori yang dibicarakan.
"selamat pagi~ jangan lupa berikan senyuman terindahmu pagi ini. Aku menunggu senyuman itu~"
Yoongi mencibir setelah membaca tulisan yang ada di dalam amplop itu dalam hati.
Diam-diam, Hoseok memperhatikan gerak-gerik Yoongi dari arah kursinya dengan tatapan yang sulit ditebak.
Yoongi kembali menoleh dan melihat ke sekeliling ruangan kelasnya, sambil bertanya tentang siapa orang yang sangat rajin mengirim surat kepadanya dan selalu diselipkan di pintu lokernya.
Yoongi memang orang yang cuek dan tidak peduli, apalagi untuk hal seperti ini. Tapi entahlah, dia penasaran juga tentang orang yang seringkali mengaku sebagai penggemar rahasianya.
Ya. Bukan sekali dua kali ini Yoongi mendapat surat yang dimasukkan ke dalam amplop, tapi sering, bahkan hampir setiap hari.
Catat.
Hampir setiap hari.
Yoongi melirik Namjoon yang masih fokus dengan catatannya—
"tidak. Tulisan Namjoon jelek. Ini bukan tulisannya" gumam Yoongi.
Hoseok.
Yoongi melirik Hoseok dan lagi-lagi mata mereka bertemu.
Hoseok terus melihat ke arah Yoongi dan seolah bertanya "wae?" dan langsung dijawab gelengan dari Yoongi.
"Hoseok? Tulisan Hoseok rapi, tulisan di surat ini juga rapi. ah mwoya?! Kenapa aku bisa berpikiran kesana?!" Yoongi memukul kepalanya sendiri menggunakan pulpen yang ada di tangannya.
Sejujurnya, Yoongi memang menaruh simpatik terhadap sahabatnya yang satu itu, Hoseok. Kenapa? Karena sosok Hoseok yang menurutnya sangat menarik. Sifat kebaikan hatinya yang sangat alami, selalu ada disaat dirinya sedang berada di dalam kesusahan, orang yang pertama datang ketika Yoongi merasa membutuhkan seseorang.
Dan entah kenapa, Yoongi diam-diam berharap jika surat itu adalah tulisan tangan Hoseok.
.
Bel istirahat sudah berbunyi sekitar 10 menit yang lalu. Tetapi dua sejoli yang bersahabat sejak sekolah dasar itu baru pergi ke kantin dan memesan makanan.
Jimin dan Taehyung. Yang tidak pernah terpisahkan oleh apapun, bahkan jika Hiroshima dan Nagasaki kembali di bom dengan ledakan yang beratus kali lipat, mereka tidak akan terpisahkan.
Kenapa?
Karena mereka tidak tinggal di Jepang.
"makan dimana Jim? Tanya Taehyung santai sambil melihat sekeliling yang ramai.
Jiminpun ikut mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan melihat sebuah meja dengan 4 kursi kosong yang saling berhadapan. Dan tanpa menjawab pertanyaan Taehyung, Jimin melangkahkan kakinya menuju meja tersebut.
Taehyung hanya mencibir melihat Jimin, tetapi dia tetap mengikuti kemauan sahabatnya ini.
Jimin dan Taehyung merunduk sambil tersenyum kepada tiga orang kakak kelas yang duduk di samping mereka. Tapi hanya dua yang membalas merunduk kepada Jimin dan Taehyung, sedangkan yang satu hanya melihat mereka berdua dengan tatapan datarnya.
Tanpa mempermasalahkan hal itu, Jimin dan Taehyung langsung duduk berhadapan dan mulai memakan makanan mereka dengan tenang –mungkin karena ada sunbaenya.
"jadi kau dapat surat lagi, Yoongi ya?" pertanyaan dari sunbae yang duduk di sebelah Jimin membuat dirinya dan Taehyung saling beradu tatap.
"ah sudah tidak terhitung jumlahnya. Bahkan aku sudah malas untuk mengambil surat-surat tidak jelas itu" ujar seseorang yang sejak tadi diam dengan wajah datarnya, Yoongi.
"yasudah buang saja surat-surat itu" ucap orang yang duduk di samping Taehyung dengan santai dan mengaduk minuman di hadapannya.
"aniya, Hoseok ah~ aku ingin tahu dulu siapa orang itu, dan ingin aku lempar semua surat-surat yang selama ini aku terima di hadapan wajahnya. Aku rasa dia akan berhenti mengirimi aku surat lagi" ujar Yoongi malas.
Jimin dan Taehyung kembali beradu tatap setelah mendengar pernyataan Yoongi.
"kejam sekali-" Namjoon yang duduk di samping Jimin bergidik ngeri.
"—kenapa tidak kau balas surat itu saja? Tanya siapa dia, pasti dia akan mengaku" lanjut Namjoon sambil melihat Yoongi dan Hoseok bergantian seolah meminta pengakuan bahwa idenya yang terbaik.
Hoseok yang bersiap memakan mie di hadapannya menggunakan sumpit, langsung terdiam saat Yoongi dengan cepat mengambil sumpitnya dan melayangkan ke kepala Namjoon.
"cara bodoh apa itu? Jangan harap aku akan melakukannya-"
"permisi, boleh aku bergabung disini? tidak ada kursi yang kosong lagi"
Suara yang lembut dan terdengar manis menghentikan keributan Yoongi dan Namjoon, membuat mereka berlima –bersama Hoseok, Jimin dan Taehyung- menoleh bersamaan ke samping Taehyung.
Ya. Suara itu berasal dari samping Taehyung.
"ne~" ujar Hoseok dengan senyum terbaiknya, sedang yang lain hanya mengangguk dan tersenyum simpul.
Terkecuali Yoongi. Ya, tidak perlu dijelaskan lebih lanjut tentang wajah datarnya yang selalu dia perlihatkan.
Taehyung terus menatap orang yang sekarang sudah duduk di sampingnya dan bersiap menyantap makanan di hadapannya, bahkan dia tidak sadar jika Jimin menendang kakinya di bawah meja.
Jungkook.
Dialah orang yang baru saja datang dan duduk di sebelah Taehyung, membuat Taehyung seolah kehilangan kesadarannya, merasakan orang yang selama ini menjadikan dirinya terobsesi, sekarang duduk di sebelahnya untuk makan.
Oh!
'Taehyung ah~ tolong jangan perlihatkan ke-idiotanmu~' Jimin hanya bisa berteriak dalam hatinya.
Taehyung baru tersadar dari lamunannya ketika mendengar sedikit kegaduhan di kantin. Mereka semua saling berbisik satu sama lain ketika ada seorang namja tinggi dengan wajah tampannya memasuki kantin.
Hoseok menyenggol tangan Yoongi dan Namjoon bersamaan dan tersenyum sambil melihat ke arah siswa tampan yang melangkahkan kakinya ke meja mereka.
"waaaaa~ siapa ini? Aku bahkan sudah tidak mengenalinya lagi~" ujar Namjoon ketika melihat namja tampan itu sudah berdiri di samping Yoongi, dan merangkulnya sambil tersenyum.
Jimin dan Taehyung ikut melihat ke arah namja tampan yang menurut mereka sekarang semakin tampan setelah cukup lama tidak melihatnya.
"apa-apaan kalian! Hei ayo ke tempat biasa~ aku merindukan kalian~" ujar namja itu sambil tersenyum lebar dan mengajak tiga orang yang ada di sana untuk mengikutinya.
"dia siapa? Aku tidak pernah melihatnya" gumam Jungkook pelan setelah empat orang disana pergi meninggalkan meja yang sama dengannya.
Taehyung menoleh mendengar gumamam Jungkook, dan lagi-lagi dia hanya terdiam melihat wajah Jungkook yang menurutnya manis.
"I-Itu... S-Seok-" Taehyung bicara terbata saat matanya bertemu dengan mata Jungkook.
Membuat Jimin menendang tulang kering Taehyung di bawah meja supaya sahabatnya bicara dengan benar.
"Seokjin sunbae. Dulu dia sekolah disini tapi hanya satu tahun, lalu pindah sekolah ke luar negeri" ujar Taehyung cepat, dan rasanya Taehyung ingin menggigit seseorang yang sekarang sedang mengangguk sambil menggembungkan pipinya di depan wajahnya.
"ah pantas aku tidak pernah melihatnya~ baiklah aku sudah selesai makan, aku pergi duluan ne, sunbae" pamir Jungkook sambil berdiri dan merunduk hormat kepada Jimin dan Taehyung yang merupakan kakak kelasnya satu tingkat, yang dibalas dengan senyuman dari Jimin dan Taehyung.
"oh tuhan, kau seperti orang bodoh, Tae! Serius!" ujar Jimin setelah Jungkook menghilang dari kantin.
Taehyung hanya tersenyum lebar sambil mengacak rambutnya, frustasi.
"selalu terlihat seperti orang bodoh di hadapan Jungkook. Bagaimana mau mendekatinya" dengan santainya Jimin berbicara, membuat Taehyung memajukan bibirnya, dan langsung menegapkan tubuhnya, menyilangkan tangannya di atas meja, menatap Jimin serius.
"ya! Kau dengar tadi? Yoongi sunbae mendapat surat? Dan dia bilang sudah tidak terhitung?" Taehyung menautkan alisnya sambil berpikir tentang siapa yang mengirimkan surat kepada Yoongi.
Jimin ikut memutar kedua bola matanya dan mengetukkan jarinya di meja.
"mungkin fansnya?" Jimin menatap Taehyung yang masih asik dengan kegiatan berpikirnya.
"hemmmmm-" Taehyung tiba-tiba mengangkat sebelah bibirnya dan memberikan seringaian kepada Jimin.
"-kau kalah start, Park Jimin~" ujar Taehyung dengan nada mengejek, membuat Jimin terdiam dan memajukan bibirnya.
-TBC-
Jangan lupa review ya^^
