NARUTO © Masashi Kishimoto
Warning AU, teenlit, pendek, multi–pair, alay(hahaha), dan beberapa hal lain yang patut diperhatikan.
Listening to Terdiam – Maliq D'essentials while writing the story.
.
.
Hello, My (future) Girlfriend
by azuramethyst
.
.
Langit di daerah Konoha kala itu cukup—bercanda, sangat—terik. Matahari tanpa malu menampakkan diri, seakan membakar dan melelehkan apapun di bawahnya.
Semua orang—tidak semua sih, kebanyakan—tidak ingin beraktivitas di luar ruangan karena matahari sangat menyengat.
"Yosh! Meja terakhir yang harus dibersihkan, semangat–ttebayo!"
Nama orang yang kini sedang mengelap meja di cafe itu adalah Namikaze Naruto. Pria yang bekerja sebagai waiter dadakan di cafe milik pamannya. Berusia 19 tahun, semester 3 jurusan ekonomi bisnis di Universitas Konoha.
Ia sendiri suka rela menjadi waiter dadakan, karena ia sedang libur dan butuh kesibukan. Lagipula, sang ayah—Namikaze Minato—juga memberi izin kok
Lagian... dapet uang tambahan buat jajan, kan?
"Naruto! Antarkan dua kakigori ini ke meja nomor 38," teriak temannya—yang juga kebetulan menganggur sepertinya—bernama Inuzuka Kiba.
"Oke–ttebayo!" balas Naruto lalu menghampiri Kiba.
.
.
Waktu menunjukkan pukul setengah dua siang. Pengunjung cafe hanya segelintir fangirl yang tergila-gila karena pelayan—walaupun hanya pelayan musiman—yang tampan dan berbisep kekar.
Lihat saja, Namikaze Naruto yang kini hanya memakai celana selutut berwarna putih dan sneakers senada. Memamerkan otot bidang nan menggiurkan. Apalagi, sekarang rambutnya disisir ke belakang.
Inuzuka Kiba yang berpenampilan kurang lebih sama seperti Naruto, bedanya ia membiarkan surai cokelatnya berantakan.
Uchiha Sasuke yang memakai kaus tanpa lengan berwarna putih, celana hitam dan sepatu putih.
Dan satu-satunya penyegar bagi pengunjung pria, ada Amatsuki Shion yang memakai kaus tanpa lengan berwarna putih dan celana berwarna putih. Juga sendal jepit bermotif matahari.
"Hey, kalian bertiga." panggil Shion kepada tiga orang yang kini sedang mengipasi diri. Panas banget, neraka bocor apa?
Tidak ada yang merespon, akibat terlalu fokus menghilangkan panas yang menyiksa. Berlebihan sih, tapi memang begitu.
"Aku punya taruhan," lanjut gadis itu sambil mengutak-atik ponsel pintarnya. Naruto dan Kiba menoleh—mereka memang suka taruhan.
Merasa dapat menarik atensi kedua temannya—jangan anggap Sasuke, dia seperti patung hidup—Shion melanjutkan perkataannya.
"Kalau kalian dapat menarik perhatian pelanggan cewek yang kalian lihat pertama kali setelah taruhan ini, aku akan membelikan kalian paket bento termahal di cafe ini."
Naruto dan Kiba melirik satu sama lain. Taruhannya cuma makanan seharga 15000¥. Mereka butuh yang lebih dari itu.
"—seminggu." Tambah gadis bersurai pirang pucat itu.
Seminggu, pake bento mahal. Kenyang, sih...
"—Oke, deh." putus Naruto dan Kiba. Sasuke meringis melihat kedua temannya. Harga diri mereka cukup murah, ternyata.
.
.
Naruto dan Kiba—itu berarti, Sasuke juga ikut—menyetujui taruhan. Kini mereka sedang menunggu datangnya pelanggan berjenis kelamin perempuan seraya melayani pelanggan laki-laki yang terus berdatangan—tentu saja tujuan pelanggan itu adalah Shion.
"Kenapa juga tiba-tiba sepi pelanggan cewek?" gerutu Kiba yang udah bete duluan.
Tak lama Kiba menggerutu, terdengar suara lonceng pintu tanda pintu terbuka.
Ketiga pria itu—Naruto, Kiba, dan Sasuke—menoleh ke arah pintu. Mata mereka lekat mengikuti ketiga pengunjung perempuan berbeda warna rambut itu.
Yang pertama, si manis bersurai indigo panjang dan beriris amethyst. Memakai baju tanpa lengan warna ungu muda dan memakai rok putih bergaris ungu muda. Oh, my god... bidadari darimana nih? batin Naruto doki-doki.
Yang kedua, si cantik bersurai cokelat panjang dan beriris hazelnut. Memakai kaus lengan pendek berwarna merah dan celana pendek warna hitam. Ih, mirip calon istri masa depan euy. batin Kiba ga tau malu.
Yang terakhir, si enerjik bersurai merah muda sebahu dan beriris emerald. Memakai kaus tanpa lengan berwarna merah muda dan celana pendek warna putih. Cantik... batin Sasuke malu-malu.
"Ehem..." deham Shion, menandakan pertaruhan kini dimulai. Semangat, abang-abang tampan!
.
.
Naruto mendatangi meja nomor 9 yang diisi oleh ketiga pengunjung perempuan itu. Rambutnya yang basah disisir ke belakang, menambah kadar feromon yang sengaja dikeluarkan. Membawa buku kecil untuk mencatat menu. Kalo sekalian nomer telefon juga gapapa...
"Permisi, mau pesen apa?" suara baritone seksi ala Naruto keluar.
Si manis menoleh dari buku menu, azure melebur dalam amethyst. Dunia seakan berhenti berputar. Alamak... doki-doki.
"Mau milkshake cokelat!" potong si cantik surai cokelat. Kiba langsung mendatangi meja nomor 9 itu.
"Satu, aja?" tanya Kiba menggeser Naruto. Pria Namikaze itu mendengus, lalu menggeser kembali Kiba. Akhirnya mereka malah main geser-geseran.
Sasuke menghampiri dengan gaya kalem. Mengeluarkan buku kecilnya, bersiap mencatat.
"Mau pesan apa?" ujar Sasuke kalem. Kali ini, si merah muda yang merespon.
"Kakigori 2, milkshake cokelat 1. Oh, dan salad buahnya." ujar si merah muda lembut seraya mengembalikan buku menu.
'Suaranya... oh my god... tolong hamba...' batin Sasuke menahan mimisan—fyi, Sasuke emang lemah banget kalo berinteraksi sama perempuan lain.
Namun, pada saat tangan lembut si merah muda bersenggolan dengan tangan Sasuke, keluarlah darah segar dari hidung mancungnya. Pria Uchiha itu mimisan dan pingsan.
"E-eh...?"
.
.
Kiba mengangkat nampan berisi dua kakigori, satu milkshake cokelat, dan dua mangkuk besar salad buah. Pria Inuzuka itu mengantar nampan ke meja nomor 9. Senyumnya mengembang kala sang pujaan—si rambut cokelat—tersenyum ke arahnya.
"Ini pesanannya," ujar Kiba berlagak gentle lalu meletakkan pesanannya di atas meja.
Si rambut cokelat tersenyum, kurva melengkung di bibir tipisnya. Saking lebarnya, kedua mata gadis itu menyipit.
"Terima kasih,"—dan satu panah cupid melesat menuju dada Kiba.
Manisnya...
Berselang satu jam, perlahan pengunjung berkurang. Namun, ketiga gadis itu masih setia duduk di sana. Kiba sedang mencuci piring bekas di dapur. Shion sedang membantu Sasuke agar cepat siuman. Tersisa Naruto yang sedang duduk menjaga kasir.
Satu tangan mulus terangkat, si manis bersurai indigo itu butuh sesuatu. Naruto dengan sigap meluncur ke meja itu.
"Ya? Ada yang bisa dibantu?" tanya pria itu seraya menyisir rambut pirangnya ke belakang.
Si surai indigo malu-malu manja. Menatap kedua temannya bergantian.
"Kami... mau b-bayar,"—itu suara apa kapas? Lembut amat, neng..."Oh... totalnya... nomor telfon kamu aja," balas Naruto sambil senyum seksi. Si rambut indigo menunduk menahan malu.
"Iih... ganti sama yang cewek aja deh pelayannya," potong si merah muda. Mengusir Naruto yang kini menggerutu. Iyalah, dia gagal dapet nomer telfon bidadari—menurutnya.
Shion dan Sasuke keluar dari ruangan belakang. Gadis itu menuju ke arah Naruto, dan menggeser pria Namikaze itu.
Gadis bersurai pirang pucat itu berbisik sebentar pada ketiga gadis itu. Lalu, mereka high–five bersama. Tunggu, ada yang aneh...
Ketiga gadis berbeda warna rambut itu berdiri, menghampiri Naruto, Sasuke, dan Kiba—iya, dia baru selesai mencuci piring—lalu memberikan kertas gumpalan.
Ketiga pria itu membuka kertas itu. Ternyata, isinya adalah nama dan nomor telfon.
Hyuuga Hinata, 905-555-5xxx
Haruno Sakura, 860–755–3xxx
Matsumoto Tamaki, 875-298–4xxx
"YEAAYYY!" teriak Naruto dan Kiba sambil berpelukan. Sedangkan Sasuke, langsung menyimpan nomer gadis incarannya. Emang deh, pria Uchiha ga ada basa-basinya.
Setelah ketiga gadis itu pergi, Shion kembali berdeham. Refleks, ketiga pria itu menoleh.
"Keliatannya, kalian gagal..."—bulu kuduk mereka merinding. Ucapkan selamat tinggal pada bento mewah buat seminggu~
.
.
"Jadi... karena kalian kalah, kalian harus ngenalin aku sama temen kalian!" ujar Shion kepada tiga pemuda itu.
"Yang mana, sih...? Gaara? Dia kan udah punya pacar," balas Naruto bete. Yah... walaupun ga sepenuhnya bete. Iyalah, dapet nomer telfon pujaan hati.
"Tapi yang namanya Utakata belom, kan...? Nah, aku mau kalian ngenalin aku sama dia," putus Shion yang udah absolute.
Naruto, Kiba dan Sasuke merundingkan sesuatu. Lima detik kemudian mereka mencapai mufakat.
"Hn, kami bakal ngenalin kamu sama dia." putus Sasuke. Keduanya mengamini. Gadis pirang pucat itu berseri-seri. Yeaaah, akhirnya!
"—tapi, comblangin kami bertiga sama tiga cewek tadi. Mereka temen kamu, kan?" lanjut Sasuke.
Shion kini pucat pasi. Gimana mau nyomblangin orang, lah wong dirinya aja belum di–notis doi sampe sekarang...
Yang kuat, ya... Shion!
.
.
.
fin
HAAALOOOOO!ヽ(´▽`)/ Balik lagi sama author terabal se–ffn. Yep, kali ini sengaja dibuat agak panjang. Walau yaa.. ga panjang-panjang amat. Heran, deh. Kok banyak ya author yang bisa nulis panjang-panjang? Maklumin sih, saya tipe orang moody-an. Dan, fict ini multi-pairing! Dengan pairing NaruHina, SasuSaku, dan KibaTama. Entahlah, saya pecinta pairing–canon. Oh, dan hints buat pairing UtaShion (menurut saya, mereka lucu). Oh, dan masalah taruhan... sebenernya 15000¥ itu kisaran 1,6 juta. Tapi kan mereka sebenernya orang mampu yang lagi ngegabut jadi waiter(?!) jadi... ya gitu.
Dan terakhir, ada yang mau berteman dengan saya di line? Cukup add aja id saya moudysm (ga pake at) dan mari bergabut riaヾ(*´∀`*)ノ sekian bacotannya, terakhir...
review?
