Knowing

.

.

Char : Park Chanyeol, Oh Sehun, Byun Baekhyun, Kim Jongin.

.

.

.

Happy reading

.

.

"Aku benar benar tidak mengerti jalan pikiranmu."

Chanyeol mendengus untuk yang kesekian kali karena ucapan Baekhyun. Dia berada di depan kawannya sejak smp itu sebenarnya ingin meminta pendapat tentang kisah cintanya dengan Sehun-gadis manis yang dikencaninya sejak sma- bukan malah dipojokkan oleh sahabatnya sendiri seperti ini.

"Ayolah, kau bisa mengalah sedikit." Cerca Baekhyun.

Baekhyun tak paham. Sehun itu cantik dan manis jangan lupakan ke-sexy-annya. Paket lengkap untuk membuatmu bertekuk lutut, apalagi jika kau adalah kekasihnya. Namun, pria dihadapannya ini sama sekali tidak sadar dengan keberuntungan yang dimiliki.

"Kau tidak mengerti, Baek." Chanyeol bersuara untuk membela diri sendiri.

Sungguh, jika Chanyeol bukan sahabatnya mungkin dia dengan senang hati akan melemparkan gelas kopinya ke kepala Chanyeol.

"Bagian mana yang tak kumengerti? Sehun sekelompok dengan Kai di praktek anatominya, membuatmu memukul Kai seperti orang gila kurang asupan gizi lalu Sehun memarahimu tapi kau malah balik marah padanya. Bukankah sudah jelas siapa yang salah?"

Anggap saja Baekhyun cerewet. Memang. Tapi siapa yang tahan menghadapi Chanyeol dengan segala kecemburuannya yang membuatmu iritasi? Tidak ada.

"Sehun seharusnya menolak, semua orang juga tahu kalau Kai menyukai Sehun sejak semester satu." Nyinyir Chanyeol.

"Uhukk... maaf? Siapa yang suka pada siapa?" Baekhyun bertanya cepat mengabaikan kopinya yang berceceran di meja karena ulahnya sendiri.

Kini giliran Chanyeol yang memandang Baekhyun tak paham. "Bukannya semua orang tahu?"

Jika saja Baekhyun memiliki urat urat di sekitar pelipisnya, bisa dipastikan benda itu sudah tercetak jelas saking kesalnya dia pada Chanyeol.

"Jika dirimu sendiri sudah mewakili semua orang, jawabannya iya." Sinis Baekhyun.

Chanyeol meraih gelas jusnya dan menyingkirkannya ke samping untuk memberikan space bagi dirinya sendiri. Dia mulai menunjuk nunjuk meja sambil menyuarakan argumennya, bertingkah seperti pembicaraan mereka sepenting rapat negara.

"Kai sangat perhatian pada Sehun. dia membawakan bekal untuknya, dia pernah mengantarkan Sehun pulang dan menginap di rumahnya! Demi celana dalam squidward, mereka tidur bersama! Bagian mana yang membuatmu tidak mengerti?"

Demi Tuhan, Baekhyun sudah merasakan nafasnya tinggal di ujung kepala ketika menghadapi Chanyeol dan kecemburuannya. Chanyeol dalam keadaan biasa itu sudah sangat menyebalkan, apalagi ketika sedang cemburu tidak jelas seperti ini. Jika tega mungkin Chanyeol akan dibuat rempah rempah oleh Baekhyun.

"Pertama," Baekhyun mengarahkan telunjuk kanannya tepat di depan mata Chanyeol. "Squidward tidak punya celana, apalagi celana dalam."

Menarik nafas dalam dalam adalah cara Baekhyun menahan diri untuk tidak menaikkan nada bicaranya ketika mengucapkan, "Kedua, Kai itu sepupu Sehun, sialan."

"Kau tidak pernah melihat film film itu? Mereka hanya sepupu, bisa saja mereka menikah setelah lulus." Chanyeol tetap mempertahankan argumennya.

"Tentu aku lebih senang kalau mereka menikah saja, biar kau tahu rasa." Sindir Baekhyun pedas. "Kau terlalu banyak bergaul dengan Jongdae, berhentilah menonton film-film aneh."

Jongdae, Chanyeol dan Baekhyun sebenarnya sekawan sejak smp, mereka sering hangout bersama ataupun berdua-berdua. Dan Baekhyun sedikit- oke, Baekhyun bohong, faktanya dia sangat tidak setuju jika Jongdae dan Chanyeol pergi bersama.

Dulu Chanyeol itu polos meskipun menyebalkan. Bukan polos seperti tidak mengerti segala hal 'kelelakian' yang dimaksud Baekhyun disini jadi jangan salah paham. Salah Baekhyun sendiri yang sering tidak bisa pergi bersama Chanyeol atau bertiga bersama mereka karena trauma ditilang polisi dan menghamburkan uang jajannya.

Wajar saja, dulu hanya Jongdae yang memiliki motor, tentu saja jika ingin pergi bersama satu motor itu harus muat untuk tiga kepala macam mereka. Jujur, Baekhyun lelah. Dia selalu di taruh di belakang sedangkan si tiang Chanyeol merengek ingin ditengah. Pantatnya sakit begitu pula harga dirinya sebagai pria yang tidak begitu tinggi.

Selain itu dia tidak punya helm. Beda dengan Chanyeol yang meminjam helm milik ayahnya, mana mau Baekhyun beli helm hanya untuk bonceng tiga, percuma saja jika akhirnya mereka juga akan ditilang polisi.

Karena keabsenannya itu, Chanyeol lebih sering hangout bersama Jongdae yang hobinya nonton film romance menye-menye dan merasuki Chanyeol dengan segala opini anehnya. Karena itulah kepribadian Chanyeol yang sekarang terbentuk. Jadi salahkan Jongdae jika hubungan Chanyeol-Sehun kandas ditengah jalan.

"Mulutmu itu." Sinis Chanyeol.

Baekhyun menyeruput kopinya sejenak, "Ini korea bung, mana boleh satu keluarga menikah seperti itu. Terlalu banyak nonton film barat meracuni pikiranmu."

Chanyeol mengusap kepalanya frustasi dan berteriak tak kalah frustasinya. Membuat beberapa pelanggan menatap terganggu ke arah mereka. Jangan tanyakan Baekhyun, dia sudah terlampau biasa dengan sikap aneh Chanyeol, jadi dia hanya kembali meminum kopinya santai.

"Aku sudah tahu kau tidak akan membelaku." Rajuk Chanyeol.

Jika saja Baekhyun bukan teman sejak smp Chanyeol, mungkin Baekhyun akan mengucapkan kata maaf karena tak bisa memahami Chanyeol, tapi tidak. Baekhyun sudah hafal seluk beluk isi kepala Chanyeol. Rajukan pria itu tidak akan mempengaruhi pikiran Baekhyun.

"Kalau sudah tahu kenapa tetap menyeretku pagi pagi untuk mendengarkan ocehanmu." Balas Baekhyun.

Pria yang lebih pendek menandaskan cangkir kopinya sebelum berdiri.

"Jangan libatkan aku dalam masalah eceranmu, apalagi mendobrak kamarku dan menyeretku ke tempat umum seperti ini semaumu."

Baekhyun berucap sambil menunjuk dirinya sendiri yang masih mengenakan piyama dan rambut yang sedikit awut-awutan, terimakasih pada tangannya sendiri yang masih bisa mengusahakan rambutnya paling tidak masih pantas di pandang –Baekhyun merapikan rambutnya dimobil Chanyeol dan membasuh wajahnya di kamar mandi kafe, oh malangnya-

"Kau tahu sendiri hanya dirimu yang dapat kuandalkan dalam hal begini, Jongdae tidak mungkin nyambung bicara dengan topik ini."

Itu merupakan ungkapan halus untuk menyatakan kalau Jongdae itu solo. Solo tanpa pengalaman dan masa depan yang tak dapat ditebak. Meskipun kawannya satu itu maniak dengan film romansa, jangan pernah minta pendapatnya tentang asmara. Jangan.

"Walaupun kau sekarang jomblo karatan, paling tidak kau pernah dua kali pacaran."

"Terkutuklah kau, Park Chanyeol!"

Bersamaan dengan umpatan Baekhyun pintu kafe terbuka, dua orang ini sama sekali tidak mengacuhkannya. Keduanya malah sibuk bertatapan penuh kekesalan, apalagi Baekhyun. Baru setelah si pelaku menarik kursi dan duduk dengan seenaknya di meja mereka, tatapan penuh cinta itu terputus.

"Bisa tidak kau putuskan saja Sehun?"

Reaksi pertama adalah kata 'hah' keras dilengkapi nada monoton khas manusia manusia diluar sana saat sedang kebingungan dan tidak mengerti atas pertanyaan mendadak Kai.

Ya, makhluk yang merusak suasana tegang diantara Chanyeol dan Baekhyun adalah Kai. Si sumber permasalahan bagi Chanyeol dan si korban yang di salahkan bagi Baekhyun.

"Apa maksudmu, sialan."

Chanyeol hampir saja berdiri untuk menghajar Kai jika saja Baekhyun tidak memukul kepala sahabatnya begitu keras hingga tangannya serasa kaku sendiri. Biarlah si Park bodoh itu kesakitan, asalkan mereka tidak menciptakan keributan yang bisa merusak citra dirinya.

"Kau membuatnya menangis dengan perilaku bodohmu itu."

Baekhyun mengiyakan dalam hati untuk segala ucapan Kai yang menusuk. Pemuda pendek itu iri pada setiap penekanan yang Kai berikan hingga bisa menciptakan kesan yang dingin. Oh, terkutuklah Chanyeol yang telah menghabiskan bertahun tahun bersamanya hingga segala jenis makian Baekhyun sudah tak masuk ke kepala kosongnya.

Sebelum Chanyeol membalas dengan makian tak bermutunya –demi apa, makian Chanyeol sangat bervariasi hingga membuat Baekhyun ingin muntah- Baekhyun berinisiatif bertanya lebih dahulu.

"Apa maksudmu, Kai?"

Kai menatap Baekhyun sama dengan dia menatap Chanyeol penuh dendam, membuat siapapun secara refleks membela dirinya, termasuk Baekhyun.

"Aku bukan dalang dibalik peristiwa diantara kalian, aku netral man." Sahut Baekhyun.

Dengan menghela nafas Kai akhirnya menjawab, tatapannya beralih kembali pada Chanyeol membuat Baekhyun ikut melepaskan nafas tertahannya.

"Aku sungguh tak bermasalah dengan kau menghajarku, oke mungkin sedikit, tapi tidak dengan kau melakukan itu dihadapan Sehun dan membuatnya malu." Beber Kai.

Chanyeol sama sekali tidak berusaha melonggarkan kepalan tangannya atau urat di lehernya karena amarah, begitupun Kai yang masih melayangkan tatapan kebencian.

"Guys, kurasa kalian harus menahan emosi masing-masing, kita mulai diperhatikan orang orang." Bisik Baekhyun.

Namun percuma, telinga dua pemuda itu sudah mendekati mode tuli. Karena itu Baekhyun berinisiatif untuk melangkah dan menempatkan diri diantara mereka. Mungkin menjadi penengah ketika situasi genting akan membuatnya sedikit lebih keren, terlepas dari piyama yang dikenakan Baekhyun.

"Kau bermaksud mengatakan kalau Sehun malu memiliki kekasih sepertiku." Jawab Chanyeol.

Kai mengalihkan tatapannya kepada Baekhyun secara tiba-tiba, membuat si Byun hampir tersedak kopinya yang bahkan telah dia telan sedari tadi.

"Kau benar dengan sifat menyebalkannya." Ucap Kai datar.

Dulu saat mereka berdua pergi keluar bersama, Baekhyun pernah menceritakan bagaimana menyebalkannya Chanyeol dan meminta Kai untuk mengerti karena dia adalah sepupu Sehun yang pasti dekat dengan gadis itu dan akan menjadi sasaran kecemburuan Chanyeol. kurang baik apa Baekhyun?

Sebenarnya Kai dan Baekhyun tak memiliki masalah secara pribadi, mereka sering main bersama dan berdiskusi, tapi posisi Baekhyun sebagai sahabat Chanyeol membuatnya sedikit berhati-hati. Meskipun Kai tahu mahasiswa konyol macam Baekhyun tidak akan mampu memiliki otak kriminal seperti Chanyeol.

"Begini, Park Chanyeol." Kai memulai pembicaraan setelah menggulung kemeja putihnya. "Bisa kau jelaskan kenapa kau memukulku waktu itu?"

Chanyeol mendecih, "Jangan pura pura bodoh, kau menyukainya dan aku menghajarmu karena kau mencoba mengambil milikku." Jelas Chanyeol dengan nada menyebalkan.

Kembali mendecih Chanyeol menambahkan, "Dasar kambing gunung."

Sudah jelaskan kenapa Baekhyun tidak pernah suka kalau Chanyeol memaki. Dengan postur gagah dan wajah tampan, seharusnya Chanyeol akan terlihat sangat hot jika pemuda itu memaki. Nyatanya, tidak.

Kai merasakan alisnya berkedut karena dikatai, dengan kesal dia menjawab Chanyeol dengan seluruh keheranan yang telah dia pendam sejak peristiwa pemukulan di lab anatomi.

"Aku tidak mengerti, Park." Ucap Kai, tangannya menunjuk telapak tangan kirinya yang terbuka. Kali ini Baekhyun setuju jika Kai melakukan gesture tersebut.

Karena ucapan Kai itu logis dan berdasarkan fakta, beda dengan Chanyeol yang kadang mengada-ada. Oke, Baekhyun mulai tidak enak karena Chanyeol adalah sahabatnya dan dia tidak pernah sekalipun membela pemuda itu. Tapi bisikan dibelakang kepalanya mulai mengingatkan sebagaimana tidak jelasnya sifat Chanyeol setelah diracuni Jongdae, membuat Baekhyun menghapus perasaan bersalah itu.

"Jelas kalau kami adalah sepupu, kami keluarga." Jelas Kai penuh penekanan. "Dan kau adalah kekasihnya, entah sudah berapa lama tapi kau adalah kekasihnya. Aku menyukainya tentu saja, dia sepupuku, jika aku tidak menyukainya, ibu dan bibiku akan menggantung pantatku di jemuran, dan jelas aku tidak ingin pantatku menjadi korban. Lalu apa masalahmu disini?"

Baekhyun mengangguk setuju tanpa memperdulikan delikan Chanyeol.

"Kai benar, seperti yang kubilang tadi, mereka sepupu, Chan. Sepupu dekat."

"Kalian telah menyusun konspirasi, begitu? Konspirasi memojokkanku?"

Oke. Baik Baekhyun maupun Kai kompak menahan nafas saking kesalnya. Chanyeol bukan termasuk manusia berotak tumpul, buktinya dia bisa mulus masuk jurusan tekhnik tanpa tes, tapi jika berbicara dengan pemuda itu dalam konteks 'hubungan-pribadi' maka tak ada gunanya embel embel calon arsitek miliknya.

"Baiklah baiklah terserahmu!" Kai yang pertama berseru frustasi. "Apa maumu sih, sebenarnya?"

"Apa hubunganmu sebenarnya dengan Sehun? kenapa kau selalu menempel padanya? Dan bisakah kau hentikan segala jenis rencana konspirasimu dengan Baekhyun."

Chanyeol melirik Baekhyun kesal, "Aku seperti tidak punya teman saja." Sindir Chanyeol.

Beda dengan Baekhyun yang kini cengegesan pada Chanyeol, Kai merasa uratnya akan putus saking kesalnya. Di pagi hari yang harusnya dia habiskan untuk main game hingga sore kandas sudah untuk menghadapi makhluk sial macam Chanyeol.

Awalnya dia hanya kasihan pada Sehun yang terus mengurung diri di kamar meskipun Kai mengetuk pintunya berkali-kali. Jadi untuk membalaskan sebagian kesedihan Sehun dan sebagian –lebih besar- dendamnya karena dipukuli Park Chanyeol didepan banyak orang, Kai dengan gagah berani menghampiri lelaki itu.

Wajar saja jika Kai tahu dimana lelaki Park itu berada, salahkan sahabat alaynya yang memposting fotonya di sns, dengan lebay memberikan caption panjang berisi kekesalannya dan menyebutkan tempat juga dengan siapa Baekhyun bersama.

Namun Kai tidak pernah sekalipun mengira niat baiknya itu akan membuahkan gondok di hatinya sendiri. Menghadapi Chanyeol sama susahnya dengan membuat banteng spanyol tidak mengejarmu ketika seluruh tubuhmu tertutupi warna merah.

"Pertama, ugh aku sangat ingin mengumpat, aku sudah menjelaskannya padamu tadi. Mungkin telingamu tertutup bongkahan batu karang jadi aku akan mengatakannya lagi." Tarik nafas dalam, Kai mengucapkan kelanjutannya dengan hati hati. "Aku dan Sehun hanya sepupu. Hanya, Park Chanyeol. Hanya sepupu."

Meskipun Chanyeol menatap penuh kecurigaan pada Kai, namun akhirnya dia mengangguk karena melihat kesungguhan di mata –Chanyeol benci mengakuinya- calon sepupunya.

"Kedua, aku tidak selalu menempel padanya. Aku hanya menemaninya di beberapa waktu tertentu, kebanyakan karena ibuku menyuruhku memberikan sesuatu pada Sehun atau segala yang berkaitan dengan masalah keluarga kami yang kau tak perlu tahu kecuali kau menikah dengannya. Jadi hentikan pikiran busukmu dan segera lamar sepupuku, brengsek."

Terlepas dari makian penuh cinta yang diucapkan Kai, Chanyeol seratus persen merona karena ucapan terakhir pemuda itu.

"Menikah? Dengan Sehun?"

Memikirkannya saja sudah membuat darah Chanyeol berdesir kuat.

"Iyalah, memang kau mau menikah denganku?! Sialan." Desis Kai.

"Lebih baik aku menikah dengan tikus sawah daripada dengan cacing pita sepertimu." Kata Chanyeol tak suka.

Lalu-

"Apa lagi?"

Bukan Kai yang bertanya, tapi Baekhyun ketika Chanyeol masih menelisik Kai dengan pandangannya dan si Kai seperti tidak punya niat mengatakan apa apa lagi.

'Jadi berantem tidak sih.' Batin Baekhyun kesal.

Sudah dia mengorbankan untuk berdiri diantara mereka kalau kalau ada perkelahian, dua orang kawannya malah saling tatap setelah melontarkan ucapan tak bermutu.

"Sudah jelas kan, aku tak ada affair dengan Sehun. jadi berhentilah melibatkanku dan minta maaflah padanya." Tegas Kai terakhir sebelum bangkit dan meninggalkan cafe.

Begitu sosok Kai hilang, Baekhyun mendudukkan diri dengan lelah di tempat Kai semula. Punggungnya bersender pada kursi dan tangannya dengan nyaman menggantung di antara tubuhnya. Berdiri selama bermenit-menit untuk menghalau perkelahian yang belum tentu ada juga menguras energinya.

Dia memandang Chanyeol yang seperti tengah memikirkan sesuatu sebelum berucap,

"Hey, ba-"

"Aku harus pulang." ucap Chanyeol lalu bangkit meninggalkan Baekhyun yang bahkan belum menyelesaikan ucapannya.

Helaan nafas terdengar kembali namun lebih kuat dari sebelumnya. Baekhyun tanpa memikirkan harga diri mengangkat tangannya dan berteriak senelangsa yang ia bisa, seolah memberitahu semua orang disana kalau dia adalah pemuda termalang yang ada di muka bumi.

"PELAYAAAN! BERI AKU KOPI~"

Persetan dengan malu.

Selain menyebalkan, selama lima tahun hubungan pacaranku dengan Chanyeol, aku tidak pernah tahu kalau dia itu suka menguntit. Maksudku, halo~ dia telah mengikutiku kesana kemari sejak kelas pertama, dan itu sudah sekitar lima jam yang lalu jika aku tidak salah hitung.

Hey, aku sedang marah padanya. Dia memukul Jongin didepan semua teman sekelasku. Oke, oke, Jongin juga sedikit menyebalkan dan membuatku ingin memukulnya sewaktu-waktu. Terimakasih untuk Chanyeol yang melakukan itu untukku. Tapi dia tidak bisa memukul Jongin tiba-tiba seperti itu tanpa alasan yang jelas.

Seluruh isi kampus juga tahu kalau Jongin dan aku bersepupu. Tapi si bodoh -oh maafkan aku, Park Chanyeol sayang, aku sedang kesal padamu- itu tetap mengandalkan instingnya yang bahkan telah diracuni oleh sahabat sejak smpnya sendiri daripada fakta yang berulang kali aku ucapkan.

"Sayang, maafkan aku."

Chanyeol berucap dengan, oh sial, wajahnya tampan sekali jika memandangku seperti itu. Tahan, Oh Sehun. kita sedang berhadapan dengan si menyebalkan Chanyeol.

Aku tak menanggapinya, enak saja. Dia menuduhku berselingkuh dengan Jongin, ya Tuhan! Aku tidak terima, meskipun Jongin tampan, walau tak setampan Chanyeol sih, dia, oh shit, bisakah aku tidak memikirkan bagaimana tampannya Chanyeol sedikit saja.

"Maafkan aku." Ucapnya sekali lagi.

Tiba-tiba jus jerukku tak lagi terasa segar begitu mendengar ucapan nelangsa Chanyeol. Setelah puas menangis semalam, aku hanya ingin menyegarkan tenggorokanku dengan segelas jus jeruk. Tapi si Park tampan Chanyeol membuat semuanya begitu sulit bagiku.

"Aku salah telah membentakmu, memukul sepupumu juga."

Sudahkah aku bilang kalau aku lemah terhadap Chanyeol? Apalagi jika dia mengenakan kemeja hitamnya dan memandangku dengan mata yang oh my melelehkan jantungku. Satu kali lagi dia berucap maka bisa dipastikan-

"Sayang, aku benar-benar minta maaf."

Oh Tuhan, aku tidak bisa menghentikan sudut bibirku yang naik ketika Chanyeol mengelus pipiku dengan tangannya yang hangat. Aku tidak kuat.

"Kau sudah minta maaf pada Kai?"

Pemuda favoritku mengangguk hingga rambut hitamnya berayun pelan. Aku menyingkirkan gelas jusku kesamping dan menatapnya dalam sekali lagi sebelum memutuskan aku akan memaafkannya atau-

"Karena aku mencintaimu, aku jadi paranoid dan cemburu pada Kai. Maafkan aku."

Tentu saja aku akan memaafkannya!

Karena dia... kekasihku, haha.

Tapi, apa aku terlihat membanggakannya? Chanyeol maksudku. Apakah aku terlihat sangat mencintainya?

Jika iya, tentu aku akan senang. Maksudku, dia, pria yang sedang menggenggam tanganku ini adalah kekasihku, kan? Bukankah orang orang biasanya membanggakan kekasihnya?

Apa aku sudah melakukannya dengan baik? Kuharap sudah, karena bagaimana pun dia kekasihku, haha.

Pernahkah aku mengatakan seberapa beruntungnya aku? Jika belum, biar aku ceritakan sembari menunggu kekasihku yang cantik dari kelas terakhirnya.

Aku dan kekasihku sudah pacaran sejak Sma. Sudah lima tahun jika aku menghitungnya hingga sekarang. Punya pacar sepertinya itu enak. Tidak makan hati atau makan dompet.

Tidak perlu aku membawanya makan di restoran mewah, cukup aku ajak makan di kantin kampus saja dia tidak keberatan, malah akan marah padaku kalau aku harus merogoh kocek cukup dalam untuk satu kali makan.

Dia juga pengertian. Sangat. Aku termasuk siswa yang super sibuk di sma. Anggota inti osis, aku juga ikut ekskul musik dan basket, bayangkan bagaimana sibuknya aku. Tapi dia bahkan tidak rewel dengan hal malam minggu atau merengek meminta waktuku.

Dia dengan baik hatinya akan mengunjungiku di ruang osis atau membawakan bekal kalau aku harus pulang telat. Duh, rasanya aku ingin mengulangi masa masa itu.

Tidak deh. Enak saja, saat saat Sma itu juga masa kampret dalam hubungan kami. Karena kesibukanku, anak-anak kunyuk di sekolah malah memanfaatkannya dengan mendekati kekasihku. Membelikannya coklat dan bunga, dikira aku tidak mampu apa membelinya?! Uh, memikirkannya saja sudah membuatku panas.

Tidak tidak. Aku tidak mau mengulanginya lagi. Dasar, siluman unta mereka semua!

Apalagi kekasihku itu cantik dan manis dan lucu dan imut dan menggemaskan dan membuatmu ingin menggigitnya karena dia mempercepat kerja jantungmu!

Jangan lupa dia sexy! Dia memang sudah sexy dari sma, pantatnya itu, ya Tuhan. Oke, Park Chanyeol, hentikan senyuman mesummu itu jika tidak ingin Baekhyun yang sialnya ada disebelahmu mengiris anumu.

Semakin lama tubuhnya semakin terbentuk dan sangat menggiurkan. Untungnya aku sudah pernah mencicipinya ketika kami masuk Universitas. Um, beberapa hari yang lalu juga sih, hehehe.

Oh Sudah tahu siapa kekasihku kan? Dia Oh Sehun, yang sebentar lagi akan berganti marga menjadi Park Sehun, nama yang manis bukan? Kalau dia menyetujuinya. Tapi aku seratus persen yakin Sehun sayangku akan menerimaku.

Meskipun kedekatannya dengan sepupu sialnya itu sedikit menggangguku, aku akan menahannya selama itu berhubungan dengan Sehun. lagipula, mana mau Sehun dengan si kambing gunung itu.

"Kau nekat, sumpah!"

Oke mungkin hanya sembilan puluh delapan koma sembilan persen Sehun akan menerimaku jika aku mempertimbangkan berapa puluh kali dan berapa desibel Baekhyun telah berteriak kepadaku.

Awalnya Baekhyun hanya mengomeliku karena kemarin kutinggalkan di cafe tapi setelah aku menceritakan ide briliantku, omelannya bertambah berkali kali lipat. Terakhir aku diomeli olehnya adalah saat aku membuatnya jatuh dari motor pada tahun pertama Sma.

Tapi hey aku Cuma ingin pamer padanya kalau aku dibelikan motor, tapi si pendek itu memaksaku memboncengnya tanpa tahu aku sama sekali belum bisa naik motor. Jadi bukan salahku. Lagipula bukan Cuma Baekhyun yang teluka, aku juga mendapatkan beberapa luka kecil di lenganku –Baekhyun mendapat lebam biru di pipinya, alasan utama dia mengomeliku, sebenarnya dia malu karena lebam itu hingga tidak masuk sekolah selama tiga hari, tolong jangan katakan hal ini padanya kalau tidak ingin celaka, kuingatkan.

"Bagaimana bisa kau menganggap serius ucapan Kai kemarin?!" Baekhyun menjambak rambutnya sendiri. Oh, aku pernah merasakan jambakannya dan itu sakit sekali.

"Memangnya kenapa?" Heranku.

Baekhyun bangkit dari duduknya dan mulai mondar mandir di depanku seperti adegan sinetron yang sering ditonton Jongdae. Ngomong-ngomong tentang Jongdae, aku tidak melihatnya tiga hari ini, kemana ya anak itu.

"Kau tidak bisa melamar anak gadis orang hanya karena terinspirasi, Park Chanyeol!"

Apa yang salah dari itu? Aku telah berpacaran dengan Sehun selama lima tahun. Tentu tidak akan aneh kalau aku menikahinya kan?

"Kau harus memikirkan segalanya kalau mau menikah. Memang kau sudah menabung? Kau mau ikut kawin massal begitu?"

Aku. Belum. Menabung.

Dan tak pernah terpikirkan untukku ikut kawin massal. Mau ditaruh mana muka ayah dan ibuku jika aku melakukannya. Belum lagi harga diriku dihadapan calon mertua. Lalu, bagaimana Sehun akan bereaksi dengan hal itu?! Oh Tuhan.

"Aku- lupa." Cicitku pelan.

"Maka dari itu!"

Baekhyun memukul kepalaku dengan semangat. Rasanya bagian kepalaku akan meleleh karena Baekhyun. Jika saja usiaku masih cukup muda, mungkin kepalaku tak berbentuk lagi karena pukulannya.

"Kau bawa cincin, hah?"

"Melamar butuh cincin?"

Bukannya kalau melamar seseorang hanya butuh bunga? Film yang kutonton bersama Jongdae terakhir kali, si pemain pria hanya memberikan bunga dan booom, mereka berciuman. Apa iya cincin diperlu-

"Aduh! Bodoh sekalii!"

"Aw! Aw! Hentikan Baek! Kau menyakiti kepalaku! Aduh!"

Baekhyun masih berapi api memukuli kepalaku. "Sekarang pulanglah dan renungi keputusanmu, lalu beritahu aku sebelum kau bertindak. Ingat! Beritahu aku dulu, jangan pernah berpikir melakukan semuanya sendiri atau minta bantuan Jongdae!"

Baekhyun berucap sambil berjalan mundur, jangan lupakan telunjuk pendeknya yang menunjuk kearahku.

"AKU BUNUH KAU KALAU KAU MELAKUKANNYA!"

Hah~ baiklah baiklah. Mungkin rencanaku melamar Sehun bisa ditunda hingga tabunganku cukup atau hingga aku bisa menyumpal mulut cerewet Byun Baekhyun.

Paling tidak-

"Chanyeol!"

Ah, itu suara Sehun.

Ya paling tidak hal itu bisa kupikirkan nanti setelah aku mengantar pulang sayangku yang manis ini.

Baiklah, aku tak tahu dimana letak kesalahanku selama beberapa hari ini –kecuali mengusili kucing tetangga hingga membuahkan tiga goresan panjang di betisku dan memukuli Chanyeol kemarin, tapi kan Chanyeol memang salah dan bodoh dan tolol dan menyebalkan jadi hal itu tidak masuk kedalam kesalahanku- hingga didatangi pagi pagi buta seperti ini.

"Ayo buka matamu, Punuk unta."

Ugh, pemilik suara menyebalkan di pagi hariku kali ini adalah Chanyeol –lagi, sial-. Aku mulai menyesal menyuruhnya mendatangiku ketika telah selesai berpikir. Maksudku, kupikir dia akan merenungkan ide bodohnya dan membatalkan hal itu, jadi dia tidak perlu meminta pendapatku dalam waktu dekat.

Tapi keberuntunganku memang tak pernah ada jika menyangkut Chanyeol.

Satu hal menyebalkan tentang Chanyeol yang lain adalah, dia itu tidak sabaran. Dulu saja kami –aku, Chanyeol dan Jongdae- diusir dari bus karena Chanyeol terus mengoceh dan memaksa sang supir untuk lebih cepat, mengatakan dengan menyebalkan kalau dia tidak perlu berhenti di halte lain dan harus cepat sampai ke halte tujuan kami.

Karena hal itulah awal mula kami bertiga sering naik motor Jongdae dan awal mula traumaku terbentuk.

Karena sifat menyebalkannya itu, Chanyeol sering sekali menggangguku di pagi buta hanya untuk mengajakku main atau hanya sekedar bertanya apa warna seprai yang cocok untuk kasurnya. Seperti saat ini.

"Demi Tuhan, Chanyeol! Ini baru jam lima!" raungku.

Jika saja aku tidak pernah memberikan kunci rumahku padanya, semua kesialan di pagi hariku tidak akan pernah ada.

"Tapi aku sudah tidak bisa menahannya, kau sendiri yang bilang aku harus menemuimu saat aku selesai berpikir." Chanyeol memelototiku.

Oke semua salahku. Pertemuan Kai dan Chanyeol yang membuat si bodoh ini terinspirasi menikah adalah salahku. Menyuruh Chanyeol menemuiku tempo hari juga salahku. Membiarkan Chanyeol memiliki kunci rumahku juga seratus persen salahku.

Harusnya aku biarkan saja Chanyeol melamar Sehun kemarin, mungkin saat ini mereka tengah mengikuti kawin massal di KUA jam sepuluh nanti. Dan aku akan bebas tidur di hari liburku ini.

"Oke, jadi bagaimana?"

Chanyeol mengeluarkan sebuah buku notes kecil dan menyerahkannya padaku. Ini untuk apa?

"Karena aku belum menabung, kau bisa membantuku menyimpan uang." Chanyeol merogoh sakunya dan memberikan dua dollar padaku. "Nah, ini untuk yang pertama. Kau bisa mencatatnya di notes itu, aku akan menabung dengan rajin."

Aku masih tidak bisa mengerti. Maksudku Chanyeol tidak bisa melakukan ini padaku. Aku bukan bank. Dan tidak ada seorang bodoh pun di dunia ini yang menabung dua dollar untuk menikah kecuali Chanyeol. lagipula aku tidak mau diganggu setiap hari hanya untuk menampung uang tabungan receh Chanyeol seolah aku seorang guru tk. Lalu-

Chanyeol bangkit dari kasurku dan menepuk celananya bahkan sebelum aku sempat memproses maksud kalimatnya tadi.

"Baiklah, aku pergi dulu. Besok pagi aku akan menabung dua dollar lagi. Sampai jumpa, Baekhyun."

Lalu dengan seenak hati dia melewati pintu kamarku tanpa menutupnya. Auh, aku sebal sekali. Kalian tahu, sangat menyebalkan ketika mereka keluar dari kamarmu dan membiarkan pintunya terbuka, rasanya dingin dan tidak aman, kalian mengerti kan? Apalagi yang melakukan adalah si tolol Chanyeol.

Ingin sekali aku memukulnya –yang ku maksud adalah benar-benar memukulnya- sekali dua kali untuk menyadarkannya tata krama untuk selalu menutup pintu dan untuk tidak bertamu disaat matahari bahkan belum muncul.

Anak itu jika dibiarkan mungkin akan tetap bertamu di pagi buta bahkan setelah aku sudah menikah. Pasti- oh tunggu tunggu.

Aku menatap kosong notes dan lembaran dua dollar yang diberikan Chanyeol di tanganku.

"Ini apa sih?" gumamku.

Chanyeol tadi bilang apa sih? Seperti menabung atau sesuatu?

Ah! Chanyeol sialan!

Seharusnya aku marah karena dia menyuruhku menjadi bank pribadinya!

"Terkutuklah kau Park Chanyeol! ku doakan semoga prostatmu lemah, sialan!"

Mungkin besok aku harus memberikan beberapa jambakan, sedikit tamparan dan tendangan untuknya.

Tunggu saja esok hari, Park Chanyeol.

.

.

~to be continued~

Ayem kambek dududu~

Ini kambekku(?) dipelopori rasa bersalah karena email ku isinya notif orang-orang yang nge-fav dan nge-foll aku di fanfiction.

Pas ngebaca email tuh sambil jaga-jaga sambil ngoceh, no no no, pleaseee don't follow me~ I will not write again~ please don't do this to meeeeehhh. Tapi ternyata emang isinya kawan-kawan yang masih setia nunggu update-anku.

RL ku semakin sibuk seiring naiknya semester dan bertambahnya umur. I can't help it, huhuhu

So, pemanasan dulu yak sebelum ngelanjut ff yang dulu terlantar. Ini masih ada yang nunggu update dari sepucuk author berjudul kim jie ya tedaaakk?

Review juseyo~

Satu review bisa menyelamatkan jiwaku yang gundah gulana, halaah.

Gudbay, gaes. C u again.