New York, New York

A BTS Fanfiction

Rating: T

Disclaimer: BTS milik diri mereka sendiri. Aku hanya memiliki jalan cerita ini. Kesamaan cerita atau plot adalah suatu kebetulan.

Warning: Slow Update

Kritik dan saran diperbolehkan, tetapi tidak diperbolehkan bashing dan menggunakan kata-kata kasar dan kata-kata yang bersifat menghina dan mengejek.

.

.

.

24 Desember 2014, 19.58

Seorang pria berkulit pucat dan berambut hitam bangkit dari duduknya. Tangannya menarik koper merahnya melewati pintu ruang tunggu dan masuk ke belalai menuju pesawat.

"Selamat malam natal, tuan. Biar saya bantu mencari tempat duduk anda," Sapa seorang pramugari tepat saat dia menginjakkan boots hitamnya di pesawat.

"Ah, tidak usah. Terima kasih," ucapnya lalu segera menuju bagian kelas bisnis. Ini merupakan suatu hal yang baru baginya, duduk di kelas bisnis. Dia meletakkan kopernya di bagasi kabin dan duduk di kursinya yang terletak di samping jendela.

PING

'Aku tidak bisa jemput, maaf. Semoga penerbangannya lancar.'

Yoongi hanya menjawab dengan 'Ya, terima kasih,' sebelum kemudian mematikan handphonenya.

Dia menopang dagunya dan menatap keluar jendela.

"Kuharap saljunya tidak lebat," gumamnya.

.

.

.

"Kim Taehyung! Ayo cepatlah!" Seorang namja dengan jaket salju merah berlari di koridor bandara. Koper kecilnya dia tarik sambil berlari. Di belakanganya, seorang namja berambut coklat dengan coat biru berlari mengikutinya.

"Ah ya! Tunggu aku, Park Jimin!" Taehyung membetulkan kembali posisi ransel di pundaknya dan kembali berlari mengejar Jimin. Jimin sudah berada di pintu ruang tunggu, memberikan tiketnya untuk diperiksa ketika Taehyung menyusulnya. "Kenapa kau tidak bisa menungguku, sih?!"

"Kan sudah kubilang dari tadi, kalau kau lelet, akan kutinggal! Kau malah sibuk lihat-lihat di duty free! Ah, terima kasih," ucap Jimin sambil mengambil kembali tiketnya. Taehyung juga mengambil kembali tiketnya dan mengikuti Jimin masuk ke belalai.

"Akhirnya, Min."

"Apa?"

"Mimpimu tercapai juga, menghabiskan malam tahun baru di Times Square," ucap Taehyung seraya mengacak rambut Taehyung. Jimin menggerutu dan berusaha mencari tempat duduk mereka.

"Kita nomor 24 A dan B, kan?"

"Yap. Itu, Min." Taehyung menunjuk ke kursi di depan mereka. Mereka meletakkan ransel dan koper di bagasi kabin sebelum duduk. Jimin mengambil kursi di samping jendela dan Taehyung duduk di sampingnya. Seharusnya Taehyung yang duduk di samping jendela, tetapi karena Taehyung sering bolak-balik ke kamar kecil dan Jimin tidak mau diganggu, mereka bertukar tempat. "Jimin, aku kepikiran."

"Apa?"

"Bagaimana kalau aku menemukan jodohku di New York?" tanya Taehyung yang dijawab cibiran Jimin.

"Jangan aneh-aneh, Tae. Mana mungkin orang Amerika ada yang mau sama kau. Ngomong bahasa inggris saja 'shit down'," ejek Jimin.

"Tapi aku kan tampan." ucap Taehyung, membuat pose V di dagunya. "Setidaknya aku lebih baik daripada seseorang yang bilang susu 'myorku',"

"Ya! Kim Taehyung!"

.

.

.

"-saya mengerti. Tapi, bukankah lebih baik jika kita menunda penandatanganannya? Kita baru saja membicarakan soal kerja sama kemarin sore dan saya rasa besok itu terlalu cepat." Jungkook menunjukkan tiketnya kepada pramugari untuk membantunya mencari kursinya. Dia terlalu sibuk dengan telpon yang diterimanya. Jungkook berterima kasih setelah pramugari itu menunjukkan tempat duduknya.

"..."

"Ya, saya takut akan terjadi kasus seperti saat kerja sama dengan perusahaan milik tuan Ahn."

"..."

"Saya akan kembali ke Seoul tanggal 2, apakah kira-kira bisa diundur sampai sekitar tanggal 2?" Jungkook membuka pintu kabin bagasi dan memasukkan briefcase hitamnya lalu menutupnya lagi. Dia melepas coat coklat tuanya dan meletakkannya di kursinya.

"..."

"Tanggal 5 akan sangat baik, terima kasih. Kalau begitu, saya pamit dulu, pesawat saya sudah akan lepas landas."

"..."

"Ah, nde. Annyeong," Jungkook mematikan handphonenya dan memasukkannya ke dalam saku blazernya. Dia kemudian menghempaskan badannya di kursinya kemudian memasang sabuk pengaman.

"Ahhh... Apa yang harus kulakukan selama 14 jam..?" gumamnya seraya melepas dasinya. Jungkook menghela nafas dan memejamkam kedua matanya.

.

.

.

"Permisi, tuan. Pesawat sebentar lagi akan lepas landas, mohon matikan handphone anda," Seorang pramugara berambut hitam menepuk bahu Namjoon.

"Ah, nde. Maaf, aku tidak sadar." Namjoon buru buru melepas earphonenya.

"Tidak apa-apa, tuan. Permisi." Pramugara itu tersenyum pada Namjoon, menunjukkan lesung pipinya, sebelum pergi. Namjoon terdiam dan mengerjap-ngerjapkan matanya menatap pramugara yang sudah pergi tadi.

"Namjoon, ini bahkan belum lepas landas dan kau sudah menganggap pramugara tadi manis. Kau gila, Namjoon.." gumam Namjoon kepada dirinya sendiri lalu membenturkan dahinya ke jendela.

.

.

.

"Tuan dan nyonya, selamat malam. Ini adalah kapten Lee dan kami punya beberapa informasi tentang penerbangan ini. Durasi penerbangan ini adalah 14 jam 16 menit dan perkiraan waktu tiba di New York adalah 08.15 malam waktu New York. Cuaca hari ini cukup bersalju. Suhu di New York sekarang adalah 2 derajat celcius. Semoga penerbangan anda menyenangkan dan kami berharap untuk bertemu anda lagi. Atas nama Korean Air, kru kami senang melayani anda pada saat yang spesial dan kami semua mengucapkan selamat malam natal."

-continued-

peringatan: fanfic ini akan slow update karena sekolah T-T