Day And Night

Sudah 6 bulan sejak kejadian itu, aku selalu berpikir bahwa semuanya akan baik-baik saja. Apakah kalian akan berpikir begitu? Aku..Kuran Yuki akan menceritakan kisah cerita cintaku kepada kalian.

… 6 BULAN LALU…..

Aku bertemu dengan seorang pria tampan, dia sangat baik, kren, dan suka melucu. Pertemuan itu bukan karena tidak disengaja, tetapi disengaja oleh kedua orang tuaku. Di saat itulah aku jatuh cinta padanya pada pandangan pertama. Namanya adalah Choi Luciel dan panggilannya seven, dia pegawai baru di perusahaan kedua orang tuaku, aku tidak tahu kenapa dia bisa diangkat sebagai penasehat hukum untuk semua perusahaan kedua orang tuaku, kakak laki-lakiku yang bernama kuran kaname juga menjadikan luciel sebagai penasehat hukum di perusahaan yang di kembangkannya sekarang, papa juga menjadikan luciel tangan kanannya di perusahaannya.

…..…DI TAMAN KOTA…

"huaaa…sudah 1 bulan kau berada di keluarga kami..bagaimana perasaanmu?" Tanya yuki riang

"whoott..whoott..sangat senang miaw.." jawab seven melucu

"aku juga senang miaw. Hahaha." Balas yuki.

"seven..kau sudah punya pacar?ah..maaf aku bertanya seperti ini hehehe."

"aku tidak pernah memikirkannya tuan putri."

"oh..begitu. jadi bagaimana kalau tuan putrimu ini jatuh cinta padamu?"

DEGH

Seven mendadak berhenti melangkah, dia terdiam tak bisa berkata apa-apa dan yuki pun berbalik arah melangkah mendekati seven. Kini yuki tepat dihadapan seven.

"bagaimana kalau aku jatuh cinta padamu? Apakah kau akan memikirkannya?"

"tuan putri…"

"hahahaha…pasti kau akan memikirkannya. Ayo kita pulang!" Yuki meraih jemari seven

DEGH DEGH DEGH

Wajah seven memerah, ia mencoba melepaskan genggaman tangan yuki, namun yuki menahannya.

"biarkan saja begini." Ucap yuki berjalan melihati langit biru.

"dia adalah majikanku dan aku adalah budaknya." Seven menggenggam erat tangan yuki

TAP TAP TAP

"tangan yang tidak akan pernah ku lepaskan."

Yuki dan seven berjalan pulang sambil bergandengan tangan layaknya sepasang kekasih. Setibanya di rumah kepala pelayan memberitahukan yuki kalau kedua orang tua yuki akan melakukan perjalanan bisnis dengan kaname ke beberapa negara, sedangkan seven mendapatkan perintah untuk menjaga yuki.

"hmm..tumben sekali seven tidak diajak?" pikir yuki. "tapi..tidak apa-apa..karena seven akan menjagaku hahaha."

"ayo seven ke kamarku! Aku akan menunjukkan sesuatu!" Yuki menarik paksa tangan seven

DRAP DRAP DRAP

Mereka berlari menuju kamar yuki yang ada di lantai 2, setibanya mereka di kamar yuki. Yuki mengunci pintu kamarnya dan memerintahkan seven tidur di ranjangnya.

"nona yuki, aku…"

"pstt..jangan panggil aku nona yuki. Panggil saja aku yuki, kalau ada keluargaku kau bisa memanggilku nona yuki." Yuki tersenyum

"jangan tersenyum seperti itu padaku." Seven memalingkan wajahnya yang memerah

"kau sebenarnya demamkan?" yuki menyentuh dahi seven. "kamarin aku melihatmu kehujanan."

"yuki?" seven kaget

"wajahmu agak pucat, tanganmu sedikit dingin. Kau menahan sakitmu demi melakukan perintah papaku kan?"

"ku mohon jangan terlalu baik kepadaku." Wajah seven memelas. "aku hanya seorang budak."

"baiklah aku tidak akan berbaik hati padamu hahaha." Yuki menarik tangannya lagi

"whop whop whop..tuan putri kita sudah kembali seperti biasa hahaha." Seven tersenyum beranjak bangun

"tidak peka sekali." Ucap yuki pelan sambil menunduk

GRAB

Tiba-tiba yuki menarik tangan seven dan menjatuhkan seven kembali ke ranjang lalu naik ke atas tubuh seven.

BRUGH

"yuki?" seven kaget setengah mati

"sudah ku bilang kalau aku mencintaimu luciel!." Yuki kesal

GRABBB

Yuki menarik kerah kemeja seven dan…..

"NG?!"

Mata seven terbelalak merasakan bibir yuki menyentuh bibirnya.

BRUGH

Seven reflex mendorong tubuh yuki dan berakhirlah ciuman mereka. Ia menjatuhkan padangan matanya ke sisi lain ranjang lalu berkata : "tidak bisakah kita hanya sebagai majikan dan pelayan?"

"bahkan jika rasa itu ada, aku tidak bisa meraihmu." Seven menjatuhkan tubuhnya kembali ke ranjang lalu menutup kedua matanya dengan telapak tangannya

"apakah kau juga mencintaiku luciel?"Tanya yuki dengan wajah sedih masih duduk di atas tubuh seven

"hahaha..sungguh membuat frustasi." Dari sela jemarinya air mata seven mengalir. "carilah pria baik-baik dari kalanganmu yuki. Aku tidak pantas untukmu, kau akan terluka jika bersamaku."

"aku tidak mau!" bentak yuki

"yuki…?!"

Perlahan-lahan yuki menyingkirkan tangan seven yang menutupi kedua matanya dan terlihatla mata seven berkaca-kaca.

"walaupun hanya bertepuk sebelah tangan..aku akan tetap mencintaimu luciel."

"aku tidak mengerti kenapa aku harus bertemu dengan gadis yang sangat baik hati juga naïf sepertimu, yuki." Seven menyentuh lembut pipi yuki

"seven…" wajah yuki memelas

"wajah seperti itu. Wajah yang selalu menyakiti diriku." Seven menyentuh bibir yuki dengan jemarinya

"Setelah ini jangan pernah menyesal." Seven menarik pelan rambut yuki

Perlahan-lahan yuki mendekatkan wajahnya pada seven seirama tarikan jemari seven pada rambut yuki. Hingga akhirnya bibir mereka bertemu.

"ng..!"

"mmhm….."

"…"

"ng.."

Sambil tetap berciuman seven memutar posisi mereka sehingga yuki berada di bawah tubuh seven. Kemudian seven mengakhiri ciumannya, terlihat pipi yuki sangat merah merona.

"yuki…" seven menyeka air liur ciuman mereka di bibir yuki

"ini adalah dosa terbesarku." Bisik seven di telinga yuki

CUP CUP CUP

seven menciuim leher jenjang yuki

"s seven…shh.." yuki meremas rambut seven

"hari-hariku sangat berwarna dengan kasih-sayang dan cintanya hingga pada akhirnya papa menikahkanku dengan luciel."

"nama keluargaku berubah menjadi choi." Yuki tersenyum bahagia di hari pernikahannya

….. BEBERAPA BULAN KEMUDIAN DI KEDIAMAN KELUARGA KURAN…

"sebentar lagi yuki lulus SMA, kau ingin melanjutkan ke universitas apa?" Tanya papa yuki

"aku..akan meminta saran seven." Yuki tersenyum melihat ke arah luciel yang sedang makan

"bagaimana menurut mu luciel?" Tanya mama yuki

"aku pikir universitas Auckland sangat sesuai untuk yuki." Jawab luciel tersenyum.

"jurusan apa yang harus dia ambil?" Tanya kaname sambil memotong steak

"bahasa inggris sangat penting, mengingat bahasa inggris adalah bahasa internasional di pakai oleh setiap negara yang saling berkunjung serta banyak sekali perintah, pemberitahuan maupun peralatan menggunakan bahasa inggris. "

"benarkah itu, seven? Huaa…baiklah, aku akan mengambil jurusan bahasa inggris hihihi."

kemudian setelah mereka semua selesai sarapan, papa yuki beserta kaname pergi ke perusahaan mereka masing-masing, sedangkan seven dengan mobil Aventador putihnya mengantar yuki ke sekolahnya.

Di dalam perjalanan ke sekolah, yuki selalu melihati seven dengan tersenyum, tetapi seven hanya konsentrasi menyetir. Pelan-pelan yuki mencoba meraih tangan seven yang ada di atas stir mobil.

"apa yang sedang kau coba lakukan?!" seven melirik yuki sinis

DEGH

"seven?!" yuki kaget

"sudah ku bilang, aku bukan seven yang kau kenal dulu!"

"seven…"

"jangan melihatku dengan tatapan seperti itu! Aku tidak suka!"

"maaf…"

Yuki menundukkan wajahnya, matanya merah mulai berkaca-kaca, tetapi dia menahan air matanya. Selama di perjalanan yuki hanya menunduk memegang cincin pernikahannya yang digantungnya menjadi mainan kalung. Yuki tidak mengerti kenapa sifat seven berubah sejak mereka menikah.

Tak berapa lama kemudian yuki tiba di sekolahnya. Seven melepaskan sabuk pengaman yuki serta membukakan pintu mobil untuknya.

"cepatlah..nanti kau terlambat."

"iya.."

"bolehkah aku mengatakan sesuatu?"Tanya yuki sebelum keluar mobil

"tentu saja." Jawab seven datar

"aku sangat mencintaimu choi luciel."

DEGH

"yuki..?!" mata seven seakan mau copot mendengar kalimat barusan

"sampai ketemu nanti." Ucap yuki tersenyum

BLAM

Yuki menutup pintu mobilnya, ia pun segera berjalan menuju gedung sekolahnya. Sementara itu seven menyandarkan kepalanya sambil melihat ke langit-langit mobil.

"yuki, maaf…"

DRAT DRAT DRAT

Ponsel seven bergetar, ia mengambil ponsel yang ada ada di sakunya tersebut. Ternyata pesan dari papanya yuki. Setelah seven melihat pesan tersebut seven langsung melajukan mobilnya, tetapi dia merasa ada yang aneh dengan sekolah tersebut, seven segera memundurkan mobilnya lagi sampai tepat di depan gerbang pintu sekolah, ternyata memang aneh, tidak ada seorang pun di sekolah tersebut. Seven memutuskan untuk memasukan mobilnya ke halaman sekolah dan menghampiri yuki yang sedang bercerita dengan seorang penjaga sekolah.

"ah…ternyata aku yang lupa. Hahaha." Yuki tertawa kecil kepada penjaga sekolah

"ada apa?" Tanya seven dari dalam mobil dengan kaca mobil terbuka.

"seven? Kenapa ada disini?" yuki heran

"iseng saja." Jawab seven malu.

"kenapa sekolahmu sunyi?" Tanya seven lagi

"hahaha aku lupa kalau sekolah libur menyambut musim dingin." Yuki tertawa kecil

"ayo masuk!" perintah seven

"iya.." yuki mengangguk

"terima kasih paman, sampai jumpa hehehe.."

TAP TAP TAP TAP

BLAM

BROMMMMMMM

"kita mau kemana?" Tanya yuki penasaran

"kita ke kantorku saja. Di rumah juga percuma." Jelas seven

"baiklah."

Dengan mobil putih aventador miliknya, seven melaju dengan kecepatan tinggi melewati kawasan industry di kota tersebut. 17 menit kemudian mereka sampai di sebuah gedung pencakar langit, gedung itu merupakan kantor pusat milik keluarga kuran. Seven juga yuki turun dari mobil untuk memberikan kunci mobil kepada seorang penjaga pintu, lalu mobil seven di bawa ke basement oleh penjaga tersebut, sedangkan seven juga yuki masuk ke dalam gedung.

"kuran group..sudah lama aku tidak kesini." Yuki melihat tulisan besar berwarna emas yang ada di salah satu dinding gedung

"ayo ikut aku!" perintah seven

GYUT

Yuki meraih jari seven

"apa yang kau lakukan?!" seven kaget

"hanya sebentar." Pinta yuki memelas

Kemudian seven membalas genggaman tangan yuki, mereka berjalan bergandengan tangan menuju kantor seven. Seluruh pegawai melihati mereka. Setibanya di depan pintu kantor seven, seven melepaskan genggaman tangannya, memasukan password di pintunya tersebut. Yuki hanya melihat seven berkali-kali memasukan password barulah pintu kantornya terbuka.

TAP TAP TAP

"code tersimpan. Code tersimpan." Notifikasi dalam ruangan

Pintu tertutup dengan sendirinya

"eh?" yuki heran. "sejak kapan ruangan ini pintunya menjadi otomatis?"

"aku banyak kerjaan, kau duduk saja disana. Kalau lapar..di kulkas banyak makanan. Minuman juga ada, tapi tidak ada jus, hanya ada minuman bersoda. Jangan ganggu aku."

"baik tuan choi." Yuki mengangguk

Kemudian yuki duduk di sebuah sofa di depan meja kerja seven. Yuki mengeluarkan ponselnya, membuka aplikasi chatnya. Ia kemudian chat bersama teman-temannya. Tapi, chattingan bersama teman-temannya tidak bertahan lama, sekarang dia memutuskan untuk memoto seven yang sedang sibuk di depan laptopnya.

"hehehe…" yuki tertawa riang

"masukan ke sns hehehe." Yuki tersenyum bahagia

1 jam kemudian yuki mulai merasa bosan, dia berhenti memoto seven, ia memilih menghidupkan mp3nya.

"bisakah kau mematikan mp3 mu itu?" perintah seven bernada pelan

Namun yuki tidak mendengar perkataan seven, dia asik tiduran sambil membaca buku.

"yuki…." Panggil seven

"yuki…." Panggil seven sekali lagi

"yuki!" bentak seven

"eh?!" yuki kaget dan reflex duduk

TAP TAP TAP

Seven mendatangi yuki, mengambil hp yuki lalu mematikan hpnya. Yuki hanya terdiam melihat seven.

TAP TAP TAP

"kalau kau tidak bisa diam sebaiknya kau pulang saja!" seven bernada ketus hendak duduk kembali ke kursinya. "jangan menggangguku!"

"baiklah.." jawab yuki pelan sambil mengangguk

Kemudian yuki mulai duduk manis, tetapi 30 menit kemudian dia kembali merasa bosan. Ia berdiri lalu berjalan melihat-lihat buku-buku di lemari-lemari buku di kantor seven. Langkahnya berhenti ketika melihat sebuah buku dengan pita ungu, yuki mengambilnya dan membukanya.

"saeran." Eja yuki

SEING

Mendengar nama itu seven langsung menghentikan kerjaannya di depan laptop dan datang mengambil paksa buku tersebut dari tangan yuki.

"eh?" yuki kaget

"tidak bisakah kau hanya duduk diam, hah?!" bentak seven

"S seven..?" yuki ketakutan

"kenapa kau berteriak padaku dengan nada tinggi seperti?" tanya yuki berwajah sedih

"apakah kau gadis idiot?! Apakah aku harus terus memasang mata padamu agar kau tidak mengacaukan konsetrasiku, hah?!"

"s seven…" hati yuki seperti tersayat pecahan kaca

"jangan pernah membuka-buka buku yang ada di lemari ini, apakah kau mengerti?! Jangan membuatku membencimu! Aku tidak akan mengulangi kalimatku untuk kedua kalinya. Sekarang silahkan duduk di sofa itu."

"ba..baiklah." ucap yuki pelan sambil menunduk

Seven bersama buku tersebut kembali ke kursinya melanjutkan kerjaannya di depan laptop, sedangkan yuki duduk diam di sofa. Matanya berkaca-kaca, ia hanya duduk menunduk.

Tak berapa lama kemudian, seven terlihat terburu-buru keluar kantor. Tinggallah yuki seorang diri, barulah yuki dapat mengangkat wajahnya.

"kenapa aku selalu salah di matamu, luciel?" air mata yuki mengalir melihat ke arah pintu

"sudahla..mungkin aku juga yang salah." Yuki menghapus air matanya. "sepertinya aku butuh udara segar."

Dengan segera yuki beranjak keluar, tetapi sayangnya pintunya tidak bisa dibuka.

CKLIK CKLIK CKLIK

"ke kenapa tidak bisa dibuka?" yuki cemas.

CKLIK CKLIK CKLIK

"apa ini?" yuki melihat sebuah kotak berwarna biru dengan tombol mungil di dinding samping pintu . "apakah ini menggunkan sandi?"

"dimana tombolnya?" yuki melihat-lihat

"hmm..tidak ada. Hanya ada ini."

"haruskah aku melakukan ini?"

"ah sudahlah, aku hanya ingin keluar dari sini."

"seven" yuki membacakan passwordnya

"maaf password yang anda masukan salah." Suara notifikasi dari kotak biru

"hah salah? apa tanggal lahir ya? Ah tidak…coba nama saja dulu."

"choi luciel."

"maaf password yang anda masukan salah. Kesempatan anda hanya sekali lagi. Kesalahan ketiga kali akan mereset password ke dalam bilangan matematika mesir kuno."

"hah?" yuki terbengong. "ada apa dengan ruangan ini sekarang? apakah aku akan terkunci sampai seven kembali kemari?"

"Kesempatan ku hanya 1x lagi. Fiuhhhhh." Yuki mencoba peruntungan terakhirnya

"choi yuki." Yuki membacakan password

CKLIK

Pintu kantor terbuka sendirinya, cepat-cepat yuki keluar kantor dan pintu tertutup secara otomatis. Yuki berlari sekencangnya jauh meninggalkan kantor itu. Selang beberapa menit dari kepergian yuki, seven kembali ke kantor, ia tidak melihat yuki disana. Ia pun menjadi cemas.

DRAP DRAP

KNOCK KNOCK

"yuki…yuki! Apakah kau di kamar mandi!?" Tanya seven

Tapi tidak ada suara dari dalam kamar mandi, seven segera membuka pintu kamar mandi tersebut, ia tak melihat yuki di dalam kamar mandi. Secepat kilat dia berlari menuju laptopnya, melihat rekaman cctv ruangan kantornya. Tampaklah yuki yang berusaha keluar dari kantornya dari layar laptopnya. Ia kemudian melacak cctv gedung kantor dari laptopnya.

"sial! Terlalu banyak!" keluh seven

Lalu seven mulai melacak ponsel yuki dengan gps di ponselnya.

"arghhh!" seven kesal ternyata yuki meninggalkan ponselnya di meja dekat sofa

Ia segera membuka kode security pintu kantornya dari laptopnya, memasukan beberapa angka. Terbukalah pintu kantornya secara otomatis. Dengan tergesa-gesa seven belari mencari-cari yuki.

"kenapa kau pergi? Apakah kau benci padaku? Apakah kau marah padaku karena tadi aku berbicara kasar padamu? Yuki..yuki…." seven berlari-lari dalam gedung tersebut mencari-cari yuki

… 30 MENIT KEMUDIAN….

DRAP

Seven berhenti berlari, akhirnya ia menemukan yuki.

"ternyata disini kau rupanya?" wajah seven bersedih melihat yuki duduk di bawah sebuah pohon di taman sebelah barat gedung kuran group

"seven…" yuki berdiri dengan sebuah coklat di tangannya

"pantas saja aku tidak bisa menemukanmu dengan cctv, area ini tidak kena cctv." Seven berjalan pelan mengarah ke yuki

TAP TAP TAP TAP

"seven…aku hanya." Yuki mencoba menjelaskan

GYUT

"seven?" yuki kaget tiba-tiba seven memeluk tubuhnya dengan erat

"kenapa kau selalu membuatku cemas, nona kuran yuki?" seven ingin menangis. "tidak bisakah kau membuat hatiku tenang walau hanya sebentar?"

ZTARRR

"nona kuran yuki?!" yuki seperti tersambar petir di siang bolong

BRUGH

Seven berlutut di depan yuki, raut wajahnya yang sedih membuat hati yuki seakan disayat oleh sebuah silet.

"berhentilah mencintaiku. Berhentilah nona."

DEGH

"luciel…?!" kaki yuki gemetar mendengar perkataan seven barusan

"ku mohon nona….ini sangat menyakitkan." Seven meneteskan air mata.

"Ku mohon.." pinta seven mengiba

GYUTTT

"tidakkkk!" bentak yuki memeluk erat seven

"tidak! Aku tidak mau luciel..! tidak mau..!" yuki menggeleng-gelengkan kepalanya

"hikss hikss hiksss…aku tidak mau berpisah denganmu luciel. Tidak mau hikss hiksss." Tangis yuki

"Kenapa? Kenapa kau..mempertemukanku dengannya?" benak seven melihat ke atas langit