Disclaimer : demi apapun, naruto bukan punya saya, punya masashi sensei, aku hanya pinjam saja.

.

.

I want..

.

(Hati hati typo, tulisan mendadak hilang, OOC, AU dan lain-lain. Udh usahain sebagus mungkin)

.

I want.. by author03

Uzumaki Naruto x Hyuuga Hinata.

Romance\Fantasy

.

.

.

Please.. Dont like dont read.. Thanks.

.

.

Chapter 1

.

.

.

"Kau bisa melihat sayapku?" tanya seorang gadis berwajah cantik dengan rambut indigonya pada seorang lelaki kecil berusia 14an dihadapanya, lelaki kecil itu yang terlihat kaget dan bingung.

Sang lelaki yang hanya menggangukkan kepalanya, takut.

"Ah.. Kau pasti sering melihat setan dan hal menakutkan lainnya." ucap gadis berwajah cantik itu lagi yang kembali dibalas anggukan oleh lelaki kecil itu.

"Siapa namamu?" tanya gadis cantik itu.

"Ko-konohamaru." jawab lelaki kecil yang mengaku bernama Konohamaru itu.

"Konohamaru. Katakan apa yang kau inginkan sekarang? aku akan mengabulkan apapun keinginan mu. Anggap saja ini sebagai hadiah karena kau bisa melihat sayapku." ucap gadis itu dengan senyumnya lembutnya.

"A-aku ingin normal, a-aku tak ingin melihat hantu lagi." ucap Konohamaru ragu dan takut, apakah mungkin kakak cantik ini bisa melakukannya.

"Baiklah, tapi jangan katakan pada siapapun tentangku. Hm?" ucapnya lembut yang kembali dibalas anggukan oleh Konohamaru.

"Si-siapa na-

Cupp.. Sebuah kecupan yang mendarat di kening Konohamaru yang membuat ia memejamkan matanya.

"-namamu?" Tanya Konohamaru.

"Selamat tinggal." ucap sang gadis berparas cantik tadi, sedetik kemudian Konohamaru pun membuka matanya dan kosong. Tak ada siapapun disini? Apakah sesuatu yang ia minta tadi sungguh terkabulkan? Atau ia hanya bermimpi?

.

.

.

.

.

.

08.35

"Aahhhh..! Aku terlambat lagi!" teriak seorang lelaki berambut kuning panik, ia yang langsung beranjak dari ranjang king sizenya itu dan berlari ke arah kamar mandi yang tak jauh darinya.

.

Bamm..

.

.

.

"Sial sial sial! Aku terlambat lagi!" ucapnya panik sambil terus berlari menuju gedung yang biasa di sebut sekolah dengan jarak yang tak begitu dekat dari rumahnya. Tunggu? Ia punya motor dan mobil. Mengapa ia harus berlari?

Ah! Masa bodoh! Yang penting saat ini ia harus tiba di sekolah nya. Tak ada waktu lagi untuk berbalik arah.

.

.

.

.

.

"Naruto! Lagi-lagi kau terlambat! Berdiri di luar!"

Bamm..

.

"Haah~" helaan nafas dari lelaki berambut kuning yang dipanggil Naruto. Untuk kesekian kalinya ia terlambat.

Naruto Uzumaki, murid paling ceroboh di sekolah sma Konoha ini. Selalu datang terlambat, tak mengerjakan pr, dan mendapat nilai pas-pasan disetiap pelajaran. Setidaknya ia masih naik kelas, jadi nilai pas-pasan itu tidak apa-apa. Itulah yang ia pikirkan.

Ayahnya yang sudah meninggal tiga tahun lalu, sedangkan ibunya meninggal 5tahun lalu. Setelah ayahnya meninggal, ia tinggal sendirian dan mengurus dirinya sendiri, untung saja ayahnya kaya jadi ia tak kekurangan makanan dan keperluannya. Ia yang merasa dirinya bisa mengurus segala hal sendiri, hingga ia tak memerlukan pembantu dan siapapun untuk mengurusnya tapi sayangnya hal itu jauh dari apa yang ia harapkan. Kamar rapi? sayangnya kamarnya seperti kapal pecah. Cucian beres dan rapi? sayangnya cuciannya menumpuk dan bajunya kusut sana-sini. Dan ada sesuatu yang aneh pada Naruto, hmm.. Mata nya yang biru nan indah itu bisa melihat sesuatu yang aneh, hantu misalnya? Meskipun ia sudah lebih dari sering melihat sesuatu yang disebut hantu. hantu tetap saja selalu membuatnya takut. Mereka yang tiba-tiba di belakang dan tiba-tiba didepan. Baaahh..! Wajahnya yang hancur dan matanya... iiihhh..! Naruto yang selalu menghindar dan terkadang berpura-pura tak melihat apapun, tapi makhluk-makhluk itu selalu saja terlihat.

.

Naruto yang membalikkan badannya dan sedikit mengintip jendela kelasnya yang dilapisi kaca tebal, matanya yang terfokus pada seorang gadis berambut pink.

"Hiii..." Naruto yang langsung berjongkok, bersembunyi ketika gadis itu menatapnya.

Ia adalah Sakura Haruno, gadis berambut pink dengan wajah cantik jelita yang ditaksir Naruto. Gadis cantik nan pintar. Tentu saja Naruto mendapat banyak saingan yang juga menyukai gadis itu. Gadis itu sangat lucu dan baik hati dan terkadang sangat galak. Ah! Sakura yang menganggap Naruto hanya sebagai sahabat baiknya tak lebih. Tapi itu tak membuat Naruto menyerah untuk mengejar cintanya.

.

.

.

.

.

Langit yang terlihat sudah gelap beberapa jam lalu.

"Aku kembali." ucap seorang gadis berwajah cantik dengan rambut indigonya ketika ia menginjakkan telapak kakinya di lantai berkeramik putih. Ini adalah tempat yang terletak di langit, diatas lautan dan berdekatan dengan awan-awan. tak ada yang bisa melihatnya kecuali mereka yang tinggal disini dan beberapa manusia. Dinding-dinding berwarna putih bersih dan terlihat mewah yang hanya ditinggali oleh beberapa orang, atapnya yang rata dan tak ada pintu satupun. Tempat ini yang selalu terbuka lebar, mengizinkan siapa saja untuk masuk, jika mereka bisa.

Gadis itu yang terus melangkah menghampiri seorang wanita yang tengah terduduk disalah satu kursi dipojokan.

"Apa kau berhasil. putriku Hinata?" tanya seorang wanita berpakaian gaun polos berwarna putih, tak lupa dengan sepasang sayap ukuran besar yang terlipat dipunggungnya yang juga berwarna putih.

"Aku berhasil ibu. Aku akan terus mencari mereka lagi dan menutup mata mereka. Dengan begitu mereka tak kan bisa melihat kita lagi." jawab gadis berparas cantik yang dipanggil Hinata tadi.

"Duduklah putriku." pinta wanita yang dipanggil ibu oleh Hinata.

Hinata yang mendudukan dirinya di seberang ibunya yang dipisahkan oleh sebuah meja ukuran sedang. Ah! Coba tebak?

Bangku, meja dan semua barang disini terbuat dari awan. Kau bahkan bisa berbaring di awan-awan diluar sana. Itu sungguh menyenangkan.

"Putriku, kau tidak boleh mengatakan kau ingin mengabulkan apapun permintaan mereka yang bisa melihat sayapmu. Itu adalah janji. Bagaimana jika mereka meminta hal lain darimu? Kau memang bisa mengabulkan apapun permintaan itu tapi manusia tidak bisa ditebak, aku tak ingin kau melakukan kesalahan. Yang perlu kau lakukan hanyalah menutup mata mereka." jelas sang ibu lembut.

"Ibu, aku sudah melakukannya tiga kali dan mereka meminta hal yang sama, meminta menutup mata mereka agar mereka tak bisa melihat makhluk-makhluk gaib." jawab Hinata lembut.

"Putriku, kau tahu bukan jika kita tak boleh mengingkari janji yang telah kita ucapkan?"

"Iya ibu. ibu tenang saja, semua akan baik-baik saja." jawab Hinata yang sebenarnya sama sekali tak mendengarkan saran ibunya. Ia tak tahu mengapa mereka tak boleh mengingkari janji yang telah mereka ucapkan dan ia juga tak berani mencoba mengingkari janjinya sendiri karena takut pada apa yang akan terjadi.

."Hari sudah malam putriku, sebaiknya kau tidur." ucap sang ibu yang dibalas anggukan oleh Hinata.

.

.

Hinata yang kembali merentangkan sayap besar berwarna putih itu ketika ia berdiri diujung tempat yang disebut rumah itu. Ia yang sedikit mengepakkan sayapnya dan kini dirinya telah berakhir disalah satu awan putih berukuran besar. Hari yang sudah terlihat gelap. Jam yang telah menunjuk pukul 21.40

Hinata yang membaringkan dirinya dengan badannya yang menghadap ke kiri. mata itu yang perlahan terpejam dan beberapa detik kemudian, ia pun tertidur lelap.

Tempat ini sungguh nyaman.

.

.

.

.

Matahari yang kembali meninggi. Jam telah menunjuk pukul 7.53

"Minggir! Minggir! Aku sudah terlambat!" teriak seorang lelaki berambut kuning panik sambil terus berlari menuju sekolahnya, menghiraukan orang-orang yang berlalu lalang yang tak sengaja ia tabrak dan hampir ia tabrak dan sekali lagi ia lupa tentang kendaraannya. Ah! Masa bodoh!

"Hm?" seorang gadis bersurai indigo yang menggeser kan sedikit badan nya ketika seorang lelaki bersurai kuning yang tengah berlari hampir menabraknya. "Maafkan aku!" teriaknya.

"Dia ingin kemana? Ah! Aku ikuti saja dia." pikir gadis bersurai indigo yang ternyata Hinata, ia yang langsung berlari mengikuti lelaki bersurai kuning tadi. Melihat kemana lelaki itu akan pergi?

.

.

.

"Untung saja aku masih sempat. Haah~ haah~." ucap lelaki bersurai kuning yang ternyata Naruto ketika ia terduduk dibangku nya dengan pipi kirinya yang telah menempel di meja dihadapnnya.

"Hm?" kedua mata Hinata yang mengintip lewat jendela ruangan yang dimasuki lelaki tadi.

"Hei bodoh! Bangunlah!"

pletakk!

"Sakit! Sakura!" teriak Naruto sakit ketika sahabatnya ia menjitak kepala kuning nya itu.

"Dia bodoh. Hmm." ucap Hinata pelan yang diikuti oleh suara tawa lembut yang tertahan.

"Siapa kamu?" tanya seseorang dari belakang yang berhasil mengagetkan Hinata. Hinata yang membalikkan badannya dan menatap takut orang yang memanggilnya tadi.

"Gila! Kau cantik sekali!" ucap lelaki itu terkejut yang membuat Hinta semakin panik.

"Maa-maafkan aku." ucap Hinata yang langsung berlari pergi, meninggalkan tempat itu.

"Hei! Mengapa kau pergi?" teriak lelaki tadi.

"Hm? Siapa?" Ucap Naruto bingung pada asal suara yang barusan ia dengar sambil menatap ke arah jendela. Yang ia lihat hanyalah seorang lelaki yang entah sedang memanggil siapa.

Dont care.

.

.

.

"Dia mengagetkanku saja." ucap Hinata yang kini terduduk di atap sekolah.

Jika saja Hinata bisa membuat dirinya tak terlihat. Hmm.. Ia tak bisa. Mereka hanya tak bisa melihat sayapnya bukan dirinya.

"Ah! Mereka juga tak bisa melihatku jika aku merentangkan sayapku." ucap Hinata yang langsung merentangkan kedua sayapnya.

"Tapi aku tak mungkin berjalan dengan sayap yang merentang lebar begini." sambung Hinata yang kembali melipatkan sayapnya.

.

.

...

"Bosan sekali. Kemana lagi aku harus pergi? Hmm..?" ucap Hinata sambil menundukkan kepalanya.

Sudah lima tahun ia mencari kesana-kemari siapa saja manusia yang bisa melihatnya dan selama ini ia hanya menemukan tiga orang. Dua gadis kecil dan seorang lelaki kecil. Dan juga sejujurnya Hinata jarang menginjakkan kakinya ditanah. Biasa yang ia lakukan hanyalah terbang kesana-kemari dan ia akan mendarat hanya ketika ia merasa ada yang melihatnya. Jika dihitung-hitung ini baru ke sepuluh kalinya Hinata menginjakkan kakinya ke tanah. Dan juga saat ini umur Hinata baru mencapai 18tahun, hmm jika dipikir-pikir. Berapa umur lelaki berambut kuning tadi?

.

.

.

.

5 jam kemudian...

"Ah, umurnya juga 18tahun dan dua hari lagi umurnya 19tahun. Hmm.." ucap Hinata sambil terus menganggukkan mengerti kepalanya.

"Sungguh? aku bahkan lupa kapan ulang tahunku, hahaha.." jawab Naruto yang masih berjalan keluar dari gerbang sekolah Sma Konoha dengan Sakura di sebelahnya.

"Dasar bodoh!" marah Sakura yang sudah sangat lelah melihat tingkah sahabatnya ini.

"Sebaiknya aku pergi." ucap Hinata yang masih berjalan, mengendap-endap di belakang Sakura dan Naruto.

Sayap yang seketika melebar, dengan sekali kepakan ia yang telah terbang tinggi ke langit.

!

"Sa-sa-sakura!" panggil Naruto terkejut sambil menunjuk ke arah langit.

"Apa? Apa Naruto?" tanya Sakura penasaran sambil terus menatap ke segala arah yang ditunjuk Naruto.

"I-itu! Manusia terbang! Itu itu!" Ucap Naruto yang masih menunjuk kesana dan kesini yang membuat Sakura menatapnya kesal.

Pletakkk.. Sebuah jitakan yang membuat Naruto meringis kesakitan sambil terus mengelus kepalanya yang terjitak tadi.

"Manusia terbang? Kepalamu yang akan aku terbangkan!" marah Sakura yang langsung melangkah pergi.

"Aku serius! Ada manusia yang terbang!" ucap Naruto yang langsung mengejar Sakura. Ah.. Sampai saat ini Sakura tak tahu jika Naruto bisa melihat mahkluk-mahkluk gaib.

.

.

.

.

.

"besok hari minggu, sebaiknya aku ke laut saja. Sudah satu bulan aku tak kesana. Hmm.." ucap Naruto ketika ia membaringkan dirinya ke ranjang king sizenya. Sejujurnya Naruto sangat suka berjalan kesana-kemari dan jika ia bisa ia ingin mengelilingi bumi ini, tapi sayangnya ia tidak bisa. Ia tidak ingin mensia-siakan uang ayahnya dan ia tak ada waktu untuk itu.

"Hooaaammm.." Naruto yang menguap dengan matanya yang sudah terpejam. Beberapa menit kemudian ia pun tertidur.

.

.

.

.

.

.

Tik tik tik... Ctt...cctt.. Ctt.. Hujan-hujan yang mulai membasahi bumi beserta isinya.

"Kyahh.. Hujan!" teriak seorang gadis berambut indigo senang sambil terus meloncat-loncat. Matanya yang menatap banyaknya pohon-pohon di seberang lautan, ah! Hinata sudah pernah kesana.. Hanya melihatnya dari atas.

Hinata yang berjalan kesana-kemari sambil terus menikmati air-air hujan yang terus mengenai dan membasahi tubuh dan gaun polos sepanjang lutut berwarna putihnya.

"Segar sekali. Huuu~ haaaa~" ucap Hinata yang kemudian menghirup dan menghembuskan panjang nafasnya. Tangannya yang kini terentang dengan matanya yang tertutup dan posisinya yang menghadap ke lautan.

"Aaaaaaaa...! Aku ingin hujan ini lebih deras." teriak Hinata hingga matanya menyipit.

Cztt.. Bamm.. Ccttt... Petir yang terdengar sekali dan hujan yang semakin deras yang membuat Hinata semakin berteriak senang.

"Aaaaaa...! Hahaha..!" teriak Hinata yang diikuti oleh suara tawa.

.

.

.

Hinata yang akhirnya membalikkan badannya dan senyum di bibirnya yang perlahan menghilang dan kembali hadir lagi.

"Mengapa kau berdiri disana?" tanya Hinata dengan senyumnya sambil berlari menghampiri seorang lelaki bersurai kuning yang mungkin sudah berdiri di belakang nya sejak tadi.

"Ka-kau..!" panggil lelaki yang ternyata Naruto itu terkejut sambil menunjuk pundak Hinata dengan jari telunjuknya.

"Apa?" tanya Hinata mulai bingung. Mengapa lelaki ini begitu syok melihatnya.

"Belakang mu itu! A-apa itu? Sa-sayap?" ucap Naruto yang masih terkejut.

"Oh.. Maksudmu ini?" tanya Hinata sambil merentangkan sayapnya yang membuat Naruto memundurkan selangkah dirinya.

"Hujan, berhentilah." ucap Hinata dan sedetik kemudian hujanpun berhenti dan matahari yang kembali menampakkan dirinya.

Naruto yang semakin menatap syok Hinata. "A-apa?" ucap Naruto kaget. Ia memang sering melihat hantu tapi gadis cantik dengan sayap yang bisa menghentikan hujan?

Apa yang sedang terjadi?

.

"Ah! Kau bisa melihat sayapku?" tanya Hinata yang dibalas anggukan terkejut dan takut oleh Naruto.

"Kau pasti sering melihat makhluk gaib." ucap Hinata yang kembali dibalas anggukan lagi oleh Naruto.

"Tenanglah, aku tidak akan memakanmu. Bagaimana kita bisa berbicara jika kau begitu takut? Hmm..?" ucap Hinata lembut yang berusaha untuk menenangkan Naruto.

"A-apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Naruto yang masih terlihat takut.

"Jika kau takut, aku pergi saja." ucap Hinata yang langsung melipatkan sayapnya dan membalikkan badannya.

"Tunggu! Tu-tunggu!" panggil Naruto yang membuat Hinata kembali menatapnya.

...

"Haah~" Naruto yang menghela sekali nafasnya dan mengatur posisi berdiri nya.

"Apa ada yang ingin kau katakan?" tanya Naruto berusaha menahan rasa terkejut dan takut nya.

"Hm.. Karena kau bisa melihat sayapku, aku akan mengabulkan satu permintaanmu. Apapun itu termaksud menutup matamu agar kau tak bisa lagi melihal hal-hal gaib." ucap Hinata lembut dengan senyumnya.

"Apapun? Permintaanku? Sungguh?" tanya Naruto terkejut dan Hinata hanya menganggukkan kepalanya.

...?

"Bagaimana aku bisa percaya? Kau kira kau siapa bisa mengabulkan keinginan seseorang? Peri? Hahahaha." ucap Naruto yang diikuti oleh suara tawa.

"Hm.." jawab Hinata singkat yang membuat Naruto menghentikan acara tawanya.

"Bukankah tadi kau melihatku menghentikan hujan?" ucap Hinata santai.

"Tidak tidak! Itu hanya kebetulan. Iya kebetulan. Co-coba buktikan lagi jika kata-katamu memang benar." tuntut Naruto.

"Aku punya sayap." jawab Hinata yang membuat Naruto menatap sayapnya sejenak dan kembali menatapnya.

"Tidak, buktikan. Misalnya ehhmm.. coba, coba turunkan hujan lagi." ucap Naruto.

"Hujan, turunlah." sedetik kemudian hujan pun turun.

...

?

!

"Tidak tidak! Coba hentikan hujannya." ucap Naruto lagi.

"Hujan berhentilah." ucap Hinata dan sedetik kemudian hujanpun berhenti.

...

Sebuah senyum kagum yang tiba-tiba menghiasi bibir Naruto.

"Apakah kau sudah percaya?" tanya Hinata yang dibalas anggukan cepat oleh Naruto.

"Pertama ada hal yang ingin aku tanyakan." ucap Naruto yang ditanya "apa" oleh Hinata.

"Apa kau akan mengingkari janjimu untuk megabulkan apapun yang aku minta?" tanya Naruto memastikan.

"Aku tidak bisa mengingkari janjiku." jawab Hinata dengan senyum lembutnya.

"Ah! Aku tahu apa yang akan kau minta. Kau pasti memintaku menutup matamu bukan? agar kau tak bisa lagi melihat makhluk gaib?" ucap Hinata masih dengan senyumnya.

"Tidak tidak." jawab Naruto cepat yang membuat senyum Hinata perlahan memudar.

"Aku ingin kau menjadi peri ku selamaya, kau harus selalu mengabulkan apapun permintaanku." ucap Naruto yang membuat Hinata seolah tersambar petir.

Apa?

"Ahahaha.. Apakah kau tak ingin menutup matamu itu?" tanya Hinata yang mulai khawatir.

"Aku tidaklah bodoh. Jika kau menjadi periku, aku bisa meminta itu nanti dan juga aku akan bisa membuat lebih banyak permintaan." jawaban yang kembali membuat Hinata seolah tersambar petir. Ternyata lelaki ini lebih pintar dari dugaannya.

"Kau yakin kau tak mau meminta hal lain?" tanya Hinata berusaha membuat Naruto berubah pikiran. Ini sungguh masalah besar, Hinata bahkan tak tahu apa yang mungkin saja lelaki ini pinta.

"Kau sudah mengatakan akan mengabulkan apapun permintaan ku dan aku ingin kau menjadi peri ku selamanya yang selalu mengabulkan apapun keinginan ku." ucap Naruto memperjelas yang membuat jantung Hinata semakin berdebar kencang. Ayolah, meskipun Naruto bodoh. Ia tetap tak begitu bodoh untuk membuang kesempatan emas ini!

Hinata tak bisa mengatakan tidak, karena itu sama saja ia mengikari janjinya. Tapi jika ia mengatakan iya maka ia harus terus mengabulkan apapun yang diminta lelaki ini? Bagaimana ini?

"Kau ingin mengingkari janjimu?" tanya Naruto yang terdengar seperti ancaman untuk Hinata.

"Kau ha?-

.

.

-kau sungguh brengsek." ucap Hinata tak percaya. Ia baru saja melakukan sebuah kesalahan besar.

.

.

.

.

.

To be continue..

Hei.. Aku tiba-tiba kepikiran ini dan menurut aku ini tak buruk.. Moga kalian suka.. Tinggal kan review.