Story By: Razen.
Disclaimer: Kazuki Takahashi & Naoyuki Kageyama.
Rate: T
Genre: Humor/Romance.
Pair: Proship.
Warning: AU, typo, Fanon, Shonen-Ai, implisit kiss scene, some mistakes EYD.
A/N: Kembali lagi pada Night Series~!
xXx
Night Dinner
xXx
.
.
.
Punya pasangan yang pencemburuan itu menyusahkan. Sangat menyusahkan. Nggak boleh ini, nggak boleh itu, harus begini, harus begitu. Adaaaa saja peraturan, bahkan yang tak masuk akal sekalipun menjadi aturan tak tertulis. Dilawan, antara merajuk, ngambek, nangis, ini itu. Entah ke mana akal sehatnya.
Nah, kalau punya istri seperti Aster Phoenix?
Ini tidak dijual, lho. Si titisan dewi sudah keburu digaet kaisar dari neraka.
Pernah dengar kabar kemampuan memasak Aster Pho—Aster Truesdale setara dengan shinigami? Katanya dari baunya saja sudah mampu membunuh lalat. Bentuknya menyakiti mata. Rasanya jangan ditanya.
Zane keluar dari supermarket, membeli beberapa kaleng minuman dan beberapa bungkus kudapan asin. Mumpung malam ini sudah memasuki akhir pekan, apa salahnya bersantai ria bersama istri sambil menonton film? Siapa tahu di tengah-tengah film, sang istri sedang jinak mau melayani. Sekali lagi, siapa tahu.
Namanya juga Aster, isinya singa betina, bukan merak lemah gemulai.
Dua belokan lagi ia akan sampai di apartemen yang baru didiami oleh mereka selama tiga bulan. Bukan apartemen mewah, tetapi juga tidak terlalu sederhana. Perabotan alat rumah tangga biasa, yang sudah mulai bisa dipakai dengan benar oleh sang istri selain untuk menghukum suami. Dua kamar tidur, satunya untuk tamu atau jika istri sedang dalam masa ngambek. Satu ruang makan yang merangkap sebagai dapur, yang suka dialih-fungsi oleh suami menjadi tempat untuk kegiatan lain pengganti ranjang. Dan satu ruang tengah, tempat untuk bersantai sekalian ruang tamu.
Zane bersenandung pelan, tak sabar ingin melihat wajah manis malu-malu tapi mau ala Aster. Kalau bisa sedang menggunakan baju tak berlengan dan celana pendek, ditambah celemek kalau perlu. Sayang sekali, Zane suka keburu kena lempar kain pel sebelum diperbolehkan menonton.
"Tunggu aku, Sayang~ ak—"
Hei, bau apa ini?
Zane mengendus. Gila, bau busuk apa ini? Mana disertai bau-bau gosong pula. Menusuk sekali. Cepat-cepat Zane menutup indera penciumannya dengan tangan. Kedua mata mengerling ke sekeliling. Coba, tidak ada kelihatan tanda-tanda bak sampah atau tumpukan sampah. Bersih kinclong baru iya.
Apa baunya berasal dari dalam salah satu rumah di sini? Eh, tunggu ... kenapa baunya tercium dari arah apartemennya? Oh, oh, my god, jangan sampai terkaan Zane itu benar ...
Kedua kaki panjang mengambil langkah lebar, agak terburu-buru menuju apartemennya berada. Kemungkinan bahwa bau yang absurd nan awesome ini berasal dari apartemennya makin besar, baunya semakin lama semakin menusuk. Wah, jangan-jangan ...
"Demi apa, Aster!"
Zane shock bukan kepalang melihat sosok sang istri tengah memasak, terlihat dari jendela yang terhubung ke dapur. Bisa sekalian dilihat keadaan dapur yang mungkin baru saja terjadi medan perang kelima. Demi Tuhan ... istri-nya sedang membuat apa?!
Tidak lagi berjalan cepat, kali ini Zane berlari kencang menuju kamar apartemennya. Takut penghuni lain sudah pada keracunan polusi udara semua, bisa bahaya kalau pemilik apartemen memanggil petugas yang bersangkutan untuk mencegah terjadinya korban jiwa.
Gagang pintu dibuka, pintu langsung dijeblak. Wow! Baunya super sekali begitu pintu terbuka lebar, Zane nyaris pingsan menciumnya. Kok bisa istri-nya tahan-tahan saja?
"Lho? Zane? Sudah pulang?"
Nah, ini dia orangnya. Sesuai harapan Zane. Tank top, celana pendek, paha mulus, pakai celemek merah jambu berenda, dan sendok sayur yang hampir melele—Hah?
Zane merasakan firasat buruk, "Aster ..., honey ..., kamu sedang apa?"
"Bikin macaroni schotel. Kenapa?"
Serius membuat macaroni schotel? Bukannya cuma perlu mangkuk, loyang, dan sendok untuk mencampur bahan? Kemudian dipanggang dalam oven. Selesai! Nah ... lalu sendok sayurnya untuk apa?!
"Resep yang biasa membosankan. Jadi kucoba dicampur kuah kaldu untuk oden. Tadinya mau pakai kuah mapo tofu, tapi ternyata bumbunya habis."
Macaroni schotel dicampur kuah oden? Dan nyaris pakai kuah mapo tofu? Ih! Zane bergidik ngeri membayangkannya. Demi apa?! Kami-sama! Zane belum mau mati muda! Punya anak saja belum!
"Mandilah dulu selagi aku memasak. Sudah kusiapkan air panas untuk mandi." Aster tersenyum manis, manis sekali.
Oh, Aster, Zane sudah akan membantingmu ke ranjang jika tak ingat apa pencegahan yang harus dilakukannya untuk menghentikan serangan masakan absurd buatanmu masuk ke dalam perutnya. Nyawanya dipertaruhkan.
Tapi tak ada yang melarangnya untuk 'mencicipi' terlebih dahulu, 'kan?
Cup!
"Terima kasih, Sayang."
Aster bengong. Mencoba merespon apa yang terjadi. Sementara sang 'suami', menyunggingkan senyum tipis seraya berjalan ringan menuju kamar mandi. Nah, permirsa, mari kita reka ulang. Coba, Zane Truesdale melangkah mendekati Aster. Berhenti tepat di depannya. Sedikit menunduk. Kedua pasang daging tak bertulang saling bersentuhan.
Imajiner perempatan merah muncul di dahi Aster.
Tetapi tidak! Aster pembenci pembantaian berdarah, lagipula itu tidak akan membuatnya puas. Suami yang salah, harus dihukum. Kebetulan di dalam kulkas masih ada sekotak ice cream vanilla. Dipakai untuk topping masakannya, lumayan juga.
xXx
The End
xXx
